Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutopo
Abstrak :
ABSTRAK
Baja lapis mempunyai sifat mampu las yang berbeda dengan baja tanpa lapis yang dipengaruhi oleh komposisi dan tebal lapisan. Parameter penting dalam pengelasan adalah arus dan waktu pengelasan. Baja lapis seng dilakukan pengelasan titik, make perlu diketahui kedua parameter tersebut sehingga dapat ditentukan nilai optimumnya.

Dalam penelitian ini ada 9 kondisi pengelasan yang dihasilkan untuk 3 nilai arus dan 3 nilai waktu pengelasan. Setiap kondisi pengelasan tersebut menghasilkan kekuatan tarik, distribusi kekerasan, penampakan makro dan struktur makro. Semua pengujian dalam penelitian ini memakai standar JIS (Japan Industrial Standard).

Dari hasil penelitian, menunjukan bahwa semakin besar nilai arus akan meningkatkan kekuatan las. Kondisi pengelasan yang optimum dari penelitian ini, didapatkan arus sebesar 12000 Ampere dan waktu las 19 cycle dengan diameter las = 5,455 mm dan tebal penetrasi las = 71,75 % dan beban maksimum geser adalah 205 Kg dan tank silang sebesar 264 kg.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutopo
Abstrak :
ABSTRAK
Proses semprot logam merupakan suatu proses perlakuan permukaan untuk memperoleh ketahanan aus yang lebih baik dari logam induknya dan bisa juga untuk memperbaiki dimensi material yang mengalami pengecilan. Pada penelitian iui digunrakan paduan babbitt sebagai umpan dalam bentuk umpan kawat yang dicairkan oleh nyala api dari gas oksigen-asetilen. Paduan babbit itu sering digunakan sebagai bantalan karena memiliki sifat tahan aus dan bersifat sebagai pelumas.

Dalam penelitian ini digunakan dua parameter proses semprot logam yaitu kecepatan umpan dan jarak semprot. Adapun kecepatan umpan yang dicimbil adalah 1/54 m/det dan 1/61 m/det, dengan jarak semprot 7,63, 12,70, 17,78 cm. Dari parameter tersebut dapat dipelajari karakteristlik hasil pelapisan dengan melakukan pengujian kekerasan, porositas dan keausan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekerasan terlinggi dan ketahanan aus tertinggi yang diperoleh dari deposit lapisan babbitt dicapai pada kondisi dengan kecepatan umpan 1/64 m/det dengan jarak penyemprotan 12, 70 cm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutopo
Abstrak :
Potongan suatu isotermal dari sistem Besi-Nikel-Sulfur pada temperatur 1173 K telah ditentukan secara eksperimental diseluruh rentangan komposisi. Serbuk murni dari besi dan nikel sebagai material utama direduksi dengan gas hydrogen pads temperatur 1273 K, sebelum mereka dicampur dengan sulfur dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian ditutup dalam kapsul quartz dalam keadaan vakum. Kapsul quartz tersebut dipanaskan pada temperatur 1173 K dan kemudian di celupkan dengan cepat (quenching) ke dalam air es. Sampel-sampel tersebut dipelajari secara metalografi dan analisa secara kuantitatif dengan elektronmikro probe. Dari hasil analisa tersebut dikorelasikan dengan data-data yang ada dalam literatur baik dari binary maupun ternary dari sistem Besi-Nikel-Sulfur dan dievaluasi secara termodinamik.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anis
Abstrak :
ABSTRAK
Pengelasan material baja tahan karat martensitik dengan menggunakan las busur listrik masih belum cukup banyak dikenal. Namun demikian beberapa percobaan telah dilakukan untuk menghasilkan kualitas sambungan las yang baik, khususnya secara metalurgis, karena sifat material baja ini yang demikian rentan terhadap masukan panas dan fenomena peleburan-pembelcuan yang membuat baja ini mudah menjadi Betas dan retak setelah dilas. Karena itu pada pengelasan baja ini selain harus diperhatikan prosedur dan parameter pengelasannya, harus dilakukan juga proses perlakuan panas pasca pengelasan guna mengurangi tegangan sisa dan menurunkan kekerasan material.

Penelitian ini mencoba mengamati perubahan-perubahan dalam salah satu parameter pengelasan, yaitu besar arus, terhadap masukan panas yang terjadi serta hasil sambungan las yang terbentuk. Evaluasi terhadap sambungan las yang terbentuk dilakukan dengan pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro material.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa besar arus pengelasan berpengaruh terhadap hasil sambungan las yang terbentuk, dimana makin besar arus yang diberikan maka sambungan las yang terbentuk makin baik, dalam pengertian distribusi kekerasan dan struktur mikronya makin merata dan nilai kekerasan rata-ratanya makin rendah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sulistiawati
Abstrak :
Disertasi ini membahas konstruksi pengetahuan dan praktik/tindakan pengelolaan illness yang dilakukan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) serta berbagai faktor kontekstual yang terkait dalam mewujudkan praktik/tindakan tersebut. Penelitian dilakukan kepada 6 ODHA di Jakarta: laki-laki homoseksual, laki-laki biseksual, pekerja seksual komersial perempuan, intravenous drug user (IDU) laki-laki, dan perempuan heteroseksual yang terinfeksi dari suaminya. Data penelitian juga diperoleh dari significant others setiap ODHA. Konstruksi pengetahuan ODHA dalam mengelola illness dilihat melalui pendekatan connectionism. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ODHA dalam mengelola illness berkembang melalui pengalaman pribadi dari upaya memahami illness (learning what illness means) hingga beradaptasi terhadap illness. Praktik/tindakan pengelolaan illness terwujud karena adanya makna yang terbentuk dari interaksi antara struktur ekstrapersonal dan intrapersonal individu. ......This study discussed about knowledge construction and illness managing practices that conducted by people with HIV-AIDS (ODHA), also contextual factors related to bring into reality those practices. Study conducted to 6 ODHAs in Jakarta that consisted of a male homosexual, a female bisexual, a female prostitute, an intravenous drug user (IDU), and females that were infected HIV- AIDS from their husbands. The data also were collected from the significant others of ODHAs. The ODHA's knowledge construction in managing illness was viewed through connectionism approach. The study showed that the ODHAs' knowledge in managing illness developed through personal experiences from the effort to understanding the illness (learning what illness means) to becoming adaptive to the illness. The practices brought into reality because there was a meaning which was formed from interaction between individual extrapersonal and intrapersonal structure.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
Abstrak :
Disertasi ini membahas mekanisme terwujudnya keragaman, dinamika dan kontinuitas perilaku berbagi dan tidak berbagi (shared dan unshared) pengetahuan antarsubjek dalam suatu komunitas yang bersifar situasional dari waktu ke waktu. Mekanisme belajar dan transmisi pengetahuan yang terlaksana melalui berbagi dan tidak berbagi, menjadi bagian dari dan berada dalam kegiatan keseharian para praktisi dalam komunitasnya. Fenomena itu ditemukan dalam keseharian petani sayur Karo di Berastagi, Sumatera Utara. Pendekatan connectionism menjadi acuan dalam menjelaskan fenomena keragaman perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan, khususnya tentang pestisida. Hasil penelitian menemukan tiga varian utama perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan dengan tiga konsekuensi pada struktur ekstrapersonal subjek. Konsekuensi itu mempengaruhi terbentuknya skema pengetahuan subjek yang juga beragam tergantung pada karakteristik setiap konsekuensi pada struktur ekstrapersonal. Karakteristik konsekuensi perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan itu ternyata menunjukkan keagensian pada pelaku dan juga liyan. Temuan disertasi ini memberikan kebaruan pada model penjelasan connectionism untuk mengungkapkan mekanisme terwujudnya keragaman. Temuan disertasi ini juga memperkuat fenomena keragaman agensi dan menambahkan temuan sebelumnya bahwa keragaman dan dinamika itu terwujud melalui mekanisme penyembunyian pengetahuan, konstruksi/seleksi relasi dan aliansi, serta kompetisi dan kepentingan ragam subjek. Faktor kontekstual yang berkonstribusi pada terwujudnya keragaman itu terkait dengan kelangkaan sumber daya, serangan penyakit dan hama, tingginya fluktuasi harga, serta hawa atau cuaca. Sebagian dari faktor kontekstual ini terkait dengan dimensi historis, serta kondisi risiko dan ketidakpastian yang sehari-hari dihadapi petani. Pengetahuan-pengetahuan mengenai masalah-masalah itu lah yang sebagian dibagi dan bagian lainnya tidak dibagikan, terutama terkait dengan pestisida. Fenomena berbagi dan tidak berbagi pengetahuan menyebar menjadi perilaku bersama mewujudkan shared concealment atau shared secrecy, dan mewujudkan pelaku yang memiliki kemampuan secretive agentic. This dissertation discusses the mechanism of the occurrence of diversity, dynamics and continuity of shared and unshared knowledge among subjects in a community, which is situational over time. Learning mechanisms and knowledge transmission carried out through shared and unshared knowledge became part of and are in the daily activities of practitioners in their communities. This phenomenon is found in the daily life of the Karo vegetable farmers in Berastagi, North Sumatra. The connectionism approach becomes a reference in explaining the phenomenon of diversity in the shared and unshared knowledge behavior or practices, especially about pesticides. The study found three main variants of shared and unshared knowledge behavior with three consequences on the subjects extrapersonal structure. These consequences affect the formation of subject knowledge schemes which also vary depending on the characteristics of each consequence on the extrapersonal structure. The characteristics of the consequences of shared and unshared knowledge reveal the capacity of agency within the Self and the Others. The findings of this dissertation give a novelty to the connectionism explanation model to reveal the mechanisms of diversity knowledge production. The findings of this dissertation also reinforce the phenomenon of agency diversity, as well as the mechanisms for the emergence of diversity. Those diversity and dynamics are realized through the mechanisms of concealment of knowledge, construction/selection of relations and alliances, and the competition and interests of various subjects. Contextual factors that contribute to the occurrence of diversity are related to scarcity of resources, disease and pest interferences, high price fluctuations, and hawa or weather. Some of these contextual factors are related to historical dimensions, as well as the daily conditions of risk and uncertainty faced by farmers. Knowledge about the problems is partly shared and other parts are unshared, especially related to pesticides. The phenomenon of shared and unshared knowledge spreads into shared behavior, realizing shared concealment or shared secrecy, and manifesting actors who have secretive agentic capabilities
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewin Purnama
Abstrak :
Untuk memenuhi kebutuhan perbaikan struktur lepas pantai yang rusak akibat korosi, kelelahan material, kesalahan selama perakitan, kesalahan konstruksi, dan beban operasional yang berlebihan, pengelasan bawah air dengan metode shielded metal arc welding (SMAW) adalah metode yang paling populer digunakan, karena ekonomis dan serbaguna serta memiliki efisiensi yang tinggi. Akan tetapi, metode las ini menghasilkan banyak cacat dalam bidang pengelasan, diantaranya porositas dan retak (cracks) yang disebabkan oleh kehadiran hidrogen dan oksigen dalam jumlah yang besar pada sambungan las dan kecepatan pendinginan yang tinggi. Metode yang memungkinkan untuk mengurangi atau mengontrol kandungan hidrogen dan oksigen adalah memodifikasi fluks dari elektroda dan memilih parameter pengelasan yang tepat. Penelitian ini dilakukan pada pengelasan bawah air dengan baja AH-36 yang umumnya digunakan sebagai material lambung kapal di industri maritim. Metode pengelasan menggunakan shielded metal arc welding (SMAW) dengan menggunakan elektroda E6013 yang dimodifikasi dengan tambahan magnesium (Mg) 1-5 wt.% dengan variasi heat input 1,5 dan 2,5 kJ/mm pada kedalaman 5 m. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas lasan pada sambungan las baja AH-36 melalui proses pengelasan bawah air dengan metode SMAW dengan penambahan Mg pada elektroda E6013. Untuk mengetahui kualitas hasil lasan digunakan metode non destructive test (NDT) yaitu: penetrant test (PT) dan radiography test (RT). Karakterisasi hasil lasan menggunakan scanning electron microscope/energy dispersive x-ray spectroscopy (SEM/EDS) dan mikroskop optik, karakterisasi material dan elektroda menggunakan optical emission spectroscopy dan x-ray diffraction (XRD), untuk mengetahui sifat mekaniknya dilakukan pengujian tarik, uji kekerasan dan uji impak. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa tambahan magnesium sampai 5% berat pada fluks elektroda E6013 dapat meningkatkan proporsi dari acicular ferrite (AF) dan polygon ferrite (PF) serta mengurangi dominasi struktur mikro yang bersifat getas. Peningkatan jumlah AF dalam struktur mikro akan meningkatkan nilai kekuatan serta memperbaiki ketangguhan impaknya sehingga akan didapatkan weldability yang lebih baik. Selain itu tambahan magnesium dapat mencegah kehilangan kandungan mangan dan silikon di weld metal (WM). Oleh karena itu sampel hasil eksperimen dengan tambahan magnesium 5% berat pada fluks elektroda E6013 dengan masukan panas 1,5 kJ/mm adalah sampel yang memiliki ketangguhan impak paling optimum apabila dibandingkan dengan sampel lainnya yang dilas dengan tambahan magnesium, karena analisis statistik dengan ANOVA, energi impak di weld metal dan HAZ tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata nya ......To fulfill the need of offshore structures repairing that has been damaged due to corrosion, material fatigue, failure of assembling, misconstruction, and over operating loads, underwater welding with the shielded metal arc welding (SMAW) is the most popular method that been used. This is, because SMAW is the most economical and versatile method with high efficiency. However, this welding method produces many defects in the welding, including porosity and cracks caused by the presence of large amounts of hydrogen and oxygen in the weld joint and high-speed cooling. A possible method to reduce or control the hydrogen and oxygen content is to modify the flux of the electrodes and select the appropriate welding parameters. This research was conducted on underwater welding with AH-36 steel which is generally used as a hull material in the maritime industry. The welding method uses shielded metal arc welding (SMAW) using modified E6013 electrodes with 1-5%.wt magnesium addition with a heat input variation of 1.5 and 2.5 kJ / mm at a depth of 5 m. The purpose of this study was to improve the quality of the welds on the AH-36 steel welded joints through the underwater welding process using the SMAW method with the addition of magnesium to the E6013 electrode. To determine the quality of the welds, the NDT method was used, namely: penetrant test (PT) and radiography test (RT). The weld was characterized using scanning electron microscope/energy dispersive x-ray spectroscopy (SEM/EDS) and optical microscopy. Materials and electrodes were characterized using optical emission spectroscopy and x-ray diffraction (XRD), whereas to determine the mechanical properties, tensile testing, hardness test and impact test were performed. The results of microstructure observations showed that the addition of magnesium up to 5 wt.% on the flux of the E6013 electrode could increase the proportion of acicular ferrite (AF) and polygon ferrite (PF) and reduce the dominance of brittle microstructure. Increasing the number of AF in the microstructure would increase the strength and improve the impact toughness and thus a better weldability would be obtained. In addition, the addition of magnesium can prevent the loss of Mn and Si content in the weld metal (WM). Therefore, the experimental sample with additional 5 wt.% magnesium on the flux of the E6013 electrode with heat input 1,5 kJ/mm is the optimum impact toughness sample that has been compared to other samples that are welded with the additional magnesium,due to statistical analysis by ANOVA, there is no difference in the average value of the impact energy in weld metal and HAZ.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Oktadinata
Abstrak :
Baja SM570-TMC untuk aplikasi struktural membutuhkan kekuatan, ketangguhan, dan umur fatik tinggi. Namun pengelasan fusi pada baja ini dapat menyebabkan ketangguhan turun dan muncul tegangan sisa yang disinyalir sebagai salah satu penyebab kegagalan pada sambungan las. Beberapa hasil penelitian menunjukkan penambahan sedikit nikel dapat meningkatkan ketangguhan impak weld metal (WM) namun sifatnya kondisional sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut. Disisi lain, untuk mengantisipasi kegagalan akibat tegangan sisa maka penting mendeteksi keberadaan tegangan sisa dan mengukur nilainya meskipun tidak mudah. Difraksi neutron adalah metode pengukuran tegangan sisa yang paling maju, namun teknik ini belum banyak dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh nikel terhadap struktur mikro, ketangguhan impak dan tegangan sisa pada hasil pengelasan multi-pass baja SM570-TMC. Metode pengelasan busur inti fluks (FCAW) dan kawat las mengandung nikel 0,4%, 1%, dan 1,5% digunakan untuk fabrikasi sampel las LNi-04, LNi-10 dan LNi-15. Struktur mikro diobservasi menggunakan mikroskop optik, scanning electron microscope (SEM), energy dispersive x-ray spectroscopy (EDS), dan electron probe micro analyzer (EPMA). Ketangguhan impak diuji pada temperatur 25 °C, 0 °C, dan -20 °C. Tegangan sisa di sekitar sambungan las diukur menggunakan teknik difraksi neutron di kedalaman 3 mm dan 8 mm pada tiga arah sumbu: normal, transversal dan longitudinal. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan kehadiran acicular ferrite (AF) di LNi-10 lebih dominan dibandingkan LNi-04 dan LNi-15. AF ditemukan ternukleasi pada oksida kompleks yang tersusun atas Ti-Si-Al-Mn-Mg-O berukuran 1-2 μm. Keberadaan AF berperan menghasilkan ketangguhan impak tinggi pada sampel LNi-10. Ketangguhan impak LNi-04 sedikit lebih rendah dari LNi-10, sedangkan ketangguhan impak LNi-15 paling rendah karena sedikitnya AF dan segregasi mikro. Hasil pengukuran tegangan sisa pada LNi-10 dan LNi-04 menunjukkan tegangan sisa di WM LNi-10 lebih tinggi daripada LNi-04. Penambahan nikel hingga 1% di WM meningkatkan kekuatan dan ketangguhan, namun tegangan sisa naik karena meningkatnya solid solution strengthening. Kedua sampel LNi-04 and LNi-10 menunjukkan tegangan sisa longitudinal lebih tinggi dibandingkan normal dan transversal. Tegangan sisa longitudinal maksimum LNi-10 ditemukan di WM, sementara pada LNi-04 terdeteksi di HAZ. Tegangan sisa longitudinal pada kedalaman 8 mm dari permukaan lebih rendah dibandingkan pada kedalaman 3 mm karena efek tempering dari pengelasan multi-pass. Dengan demikian, tegangan sisa kritis terdapat di dekat permukaan atas WM dan HAZ pada arah longitudinal. ......SM570-TMC steel for structural application needs excellent impact toughness, strength and fatigue life. However, fusion welding on this steel may affect to decrease impact toughness and initiate residual stresses which contribute to the failure of welded joints. Based on reports from the earlier studies, the toughness of weld metal (WM) can be improved by adding small amount of nickel, but it’s conditionally so that further investigation still required. On the other hand, the residual stress and its value need to be detected in regard to anticipate the failure, however it’s not easy. Neutron diffraction is the advance method for residual stress measurement, but this technique is not much to be explored. The purpose of this study is to evaluate effect of nickel on the microstructure, impact toughness and residual stresses of the multi-pass welding of SM570-TMC steel. The flux-cored arc welding (FCAW) and wires containing 0.4%, 1% and 1.5% Ni were employed to fabricate the welded samples of LNi-04, LNi-10, and LNi-15. Microstructure was observed using optical microscopy, scanning electron microscope (SEM), energy dispersive x-ray spectroscopy (EDS), and electron probe micro analyzer (EPMA). Impact toughness was measured at temperature of 25 °C, 0 °C, and -20 °C. The residual stresses around welded joint were measured using neutron diffraction technique at 3 mm and 8 mm depth and three directions: normal, transverse, and longitudinal. Microstructure observation results showed the acicular ferrite (AF) was much found in LNi-10 compared to LNi-04 and LNi-15. AF was nucleated at complex oxydes which consist of Ti-Si-Al-Mn-Mg-O with diameter of 1-2 μm. Impact toughness of LNi-10 is superior to the other as AF present. Impact toughness of LNi-04 is a bit lower than LNi-10, however impact toughness of LNi-15 is the lowest due to less AF and microsegregation present. Residual stress measurement result at LNi-04 and LNi-10 revealed residual stresss of WM at LNi-10 was higher than LNi-04. It seems that 1% of nickel addition in WM has increased strength and toughness, but the residual stress was also increased as effect of solid solution strengthening. Both LNi-04 and LNi-10 demonstrated the longitudinal residual stress was higher than normal and transverse. Maximum longitudinal residual stress of LNi-10 was found in WM, while maximum longitudinal residual stress of LNi-04 was detected in HAZ. Longitudinal residual stresses at 8 mm depth were lower than 3 mm depth due to tempering effect of multi-pass welding. It can be concluded that critical residual stresses were around WM and HAZ near top surface at longitudinal direction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Suharso
Abstrak :
Suatu pranata sosial-budaya yang berlaku dalam suatu kempok/komunita tidak hanya merupakan warisan/tradisi masa lalu yang dipertahankan oleh anggota kelompok/komunitas tersebut untuk tujuan/maksud tertentu, tetapi juga merupakan sesuatu yang baru hasil reka cipta individu-individu yang bertindak sebagai agen. Disertasi ini menyajikan fenomena signifikansi peran agen dalam proses produksi dan reproduksi suatu pranata sosial-budaya beserta interakasinya. Secara lebih khusus disertasi ini membahas peran agen dalam memproduksi suatu pranata sosial-budaya yang semula tidak terwujud, serta perubahan dan penumbuhkembangannya dalam konteks adanya minat, interpretasi, kontestasi, kesamaan, dan kesepakatan dari pihak-pihak yang berkepentingan atas pranata sosial-budaya tersebut. Dengan menggunakan pendekatan prosesual dan disajikan dalam bentuk etnografi, disertasi ini mengulas keagenan individu-individu dalam produksi dan reproduksi pranata pelepasliaran orangutan di Suaka Margasatwa Lamandau (Lamandau) Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada periode tahun 2008—2012. Kisah-kisah pelepasliaran orangutan di Lamandau menunjukkan bahwa terbentuknya pranata sosial dalam suatu komunitas/kelompok sosial merupakan hasil karya agen yang secara aktif daan kreatif berusaha, berstrategi untuk mewujudkan cita-cita/harapan dan keinginannya itu. Untuk mewujudkannya sang agen melakukan sejumlah cara, usaha dan strategi termasuk berkolaborasi di antara para pihak yang saling berinteraksi itu. Pranata sosial-budaya yang terbentuk tidak hanya merupakan wujud kesepakatan di antara para pihak yang berinteraksi, tetapi juga meripakan hasil respon terhadap minat dan kepentingan pihak lain, serta interpretasi oleh individu-individu atas aturan yang telah diciptakan sebelumnya. Atas dasar kesepakatan, penyesuaian, dan interpretasi tercipta seperangkat aturan (rule in use) yang mengatur hal-hal yang boleh, tidak boleh, yang seharusnya, atau yang sebaiknya tidak dilakukan oleh setiap individu yang bersama-sama atau saling berinteraksi melaksanakan suatu kegiatan. Sebuah kesepakatan di antara para agen/aktor atas suatu sumberdaya dapat tercipta sesuai dengan rasionalitas dan interpretasi masing-masing. Oleh karena itu berlakunya suatu pranata sosial-budaya dalam suatu kelompok sosial/komunitas bersifat transaksional di antara para pihak (agen/aktor) yang berkepentingan terhadap suatu sumberdaya tersebut. Penemuan dan penciptaan merupakan proses sosial yang dilakukan setiap hari dalam beragam peristiwa. Melalui beragam interaksi sosial penciptaan itu muncul. Di tangan sang agen penciptaan-penciptaan tersebut kemudian dikembangkan menjadi nilai, aturan untuk mengordikasikan suatu kegiatan, sehingga menjadi bagian dari panata sosial-budaya di kelompok masyarakat/komunitas itu. Interaksi sosial berupa: negosiasi, akomodasi, perbedaan pendapat, dan relasi kekuasaan antaragen merupakan hal-hal universal yang biasa terjadi dalam suatu kelompok sosial/komunitas. Dengan cara-cara tersebut suatu pranata sosial-budaya terus diperbarui sehingga dapat diterima dan dapat menjadi acuan bersama dalam bertindak. Dengan demikian suatu pranata sosial bersifat dinamis. Meskipun suatau pranata sosial-budaya bersifat dinamis, upaya penatamantaban suatu pranta sosial dapat dilakukan. Penatamantaban suatu pranata sosial-budaya dalam suatu kelompok sosial/komunitas terjadi karena adanya mekanisme berbagi (share), dan transfer pengetahuan, keterampilan, atau kebiasaan dari anggota kelompok/komunitas lama terhadap anggota baru. Melalui mekanisme berbagi dan transfer tersebut seperangkat aturan tetap terpelihara/mantab. ...... A socio-cultural institution which prevailed in a group/community was not only a legacy/tradition of the past sustained by members of the group/community for particular purpose and goals, but also something new resulted from a creative action of individuals acting as agents. This dissertation presents a phenomenon of agents role significance in the production and reproduction process of a socio-cultural institution and their interactions. This dissertation in particularly discusses the role of agents in producing a socio-cultural institution which initially was not consummated and the change as well as its development in the context of the presence of interest, interpretation, dispute, similarity, and an agreement of parties concerned over the socio-cultural institution. By using procession approach and was presented in the form of Ethnography, this dissertation analyzes the agency of individuals in the production and reproduction of orangutans release regulation at Suaka Margasatwa of Lamandau (Lamandau Wildlife Reserve), Pangkalan Bun, Central Kalimantan in the period of 2008-2012. The stories of orangutans release at the Lamandau showed that the formation of the social institution in a community/social group was the result of agents work actively and creatively endeavor in order to realize their goals, expectations and desires by conducting a number of ways, efforts, and strategies among others collaboration among the parties which interact. The socio-cultural institution was not only a form of agreement among the parties which interact, but also the result of the response to the interests of other parties, as well as the interpretation by individuals over the rules that have been created previously. On the basis of an agreement, adjustment and interpretation, it was created a set of rules (rule in use) that regulated matters that may, not allowed to, should be, or should not be done by any individuals mutually interacting to carry out an activity. An agreement among the agents/actors of a resource could be created in accordance with the rationality and interpretation respectively. Hence the socio-cultural institution prevailed in a social group /community was transactional relation among the parties (agents/actors) which interest over resources. The discovery and the creation are any social processes undertaken daily in a wide array of events through diverse social interaction. In the hands of agents, the creation was then developed into the creation of values and rules to coordinate an activity and to become part of socio-cultural institution in the groups/communities. Social interactions such as negotiation, accommodation, dissent, and the relations of power between agents are universal things that usually occur in a social group/community. By such means, the socio-cultural institution was continually updated so that it could be accepted and could become a common reference. Thus socio-cultural institution has dynamic characteristic. Nevertheless, stabilization efforts of socio-cultural institution in a social group/community could be implemented through the mechanism of share and the transfer of knowledge, skills, or habits from the old members of the group/community towards the new members.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library