Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Petrus C. Kuswoyo W.
"Lingkungan alam, manusia, dan budaya merupakan tiga faktor yang sating berhubungan dan saling mempengaruhi. Lingkungan alam menyediakan berbagai sumber daya bagi manusia untuk dimanfaatkan dalam usahanya melangsungkan kehidupannya dan mengembangkan kebudayaannya. Manusia sebagai mahluk social memiliki kelebihan yang tidak dipunyai oleh mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Kelebihan itu adalah manusia memiliki akal budi. Dengan kelebihan yang dimilikinya manusia prasejarah mengembangkan kemampuannya untuk membuat alat-alat, salah satunya adalah alat dari batu untuk berbagai keperluan, seperti memerangi musuh, mencari makan, membuat pakaian, membangun tempat berlindungdan menciptakan seni. (Howell, 1980:109). Alat-slat itu pada dasarnya merupakan hasil bagaimana manusia prasejarah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, terutama diwujudkan dalam bentuk teknologi yang menghasilkan artefak dan ipsefak (Soejono, 1984). A1at-alat yang dibuat saat itu masih sederhana. Yang pertama kali dikenali sebagai alat batu ialah yang sering disebut alat batu kerakal (pebble tools). Nama ini sekarang tidak digunakan lagi. Nama tepatnya ialah alat perimbas atau bale perimbas dengan ukuran kecil dan besar. Kebanyakan dibuat dari batu berhentuk kebulat-bulatan yang dikumpulkan dari dasar sungai dan pantai. Batu ini licin-licin karena gosokan pasir dan air. Batu yang bulat akibat gosokan pasir dan air tak dapat dengan mudah digenggam di tangan tanpa rnenimbulkan sakit pada tangan ketika digunakan. Untuk mengubahnya menjadi alat, dapat dilakukan beberapa pukulan dengan batu lain sampai melepaskan serpihan, sehingga akan menghasilkan semacam tajaman atau mungkin lancipan. Tajaman ini kemudian dapat digunakan sebagai alat sederhana. Alat-alat ini dibuat dari bahan-bahan yang mudah di dapat, seperti kayu, batu, dan tulang belulang. Kemudahan dalam memperoleh bahan, mengakibatkan kalau rusak atau tidak memadai lagi dapat dengan segera diganti. Namun denlikian tidak semua jenis bahan baku yang mudah diperoleh itu dapat langsung dibuat sebagai alat, misalnya batu. Tidak semua batuan dapat dibuat sebagai alat batu. Biasanya batuan yang umurn dibuat nnenjadi alat adalah jenis batuan yang memiliki tingkat kekerasan tertentu sehingga tidak mudah pecah, memiliki sifat belahan yang teratur sehingga memudahkan dalam proses pembentukan dan menghasilkan pecahan untuk dijadikan sebgai tajaman yang baik."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Prasetyanti Lydia
"Selain sebagai sumber daya pangan, kerang ternyata juga dimanfaatkan sebagai salah satu alat atau sarana untuk melakukan suatu pekerjaan bagi manusia pada masa lalu. Hal inidibuktikan dengan adanya benda-benda peninggalan masa lalu yang berupa artefak alat kerang dari banyak situs-situs bersejarah, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Artefak alat kerang yang dibahas dalam penelitian ini adalah berasal dari situs-situs gua Prasejarah di daerah Jawa Timur, dan yang menjadi koleksi dari Museum Nasional Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti, serta jenis-jenis kerang yang dipakai; (2) menjelaskan fungsi dari masing-masing jenis alat kerang tersebut, serta teknik buat dan cara penggunaannya (3) menjelaskan hubungan antara jenis dan bentuk-bentuk alat kerang yang dihasilkan dengan kondisi lingkungan sekitar situs tempat penemuan alat-alat kerang tersebut. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tahap pertama, dilakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Kemudian pada tahap selanjutnya, yaitu tahap pengolahan data, data yang telah dikumpulkan dicatat dan dianalisis melalui analisis khusus. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis kerang yang dipakai, ukuran, pola pecah, serta ciri-ciri khsuus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti. Sedangkan untuk mengetahui fungsi, teknik buat, dan cara yang memuat data etnografi tentang kehidupan beberapa masyarakat tradisional yang masih memanfaatkan sumber daya kerang dalam kehidupannya. Karena masih sangat terbatasnya data kepustakaan yang ada maka untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih jauh tentang penggunaan alat-alat kerang pad amasa lalu, dilakukan beberapa percobaan dengan menggunakan kerang-kerang dari jenis yang sama dengan kerang-kerang yang diteliti. Selain itu, juga dilakukan kajian terhadap sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada tahap akhir dari penelitian ini, yaitu tahap penafsiran data, dibuat suatu rangkuman dari analisis yang telah dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: artefak alat kerang koleksi Musium Nasional Jakarta yang berasal dari situs-situs gua Prasejarah di Jawa Timur, memiliki ciri-ciri khusus tertentu yang membedakannya dengan pecahan-pecahan kerang biasa pada umumnya, (2) kerang-kerang yang dipakai sebagai alat dari masa lalu tersebut, hanya berasal dari satu jenis kerang saja, yaitu: Polymesoda sp., (3) keseluruhan artefak alat kerang yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis alat, yaitu: kelompok Penyerut, serta kelompok Penusuk dan Penyerut. Masing-masing jenis alat kerang ini memiliki teknik buat yang pada dasarnya adalah sama, yaitu teknik pukul (teknik pecah) dengan menggunakan bantuan alat-alat lainnya. Sedangkan fungsi dan cara pakai dari masing-masing jenisalat kerang tersebut bila dikaji lebih jauh, ternyata berkaitan erat dengan kondisi flora dan fauna serta keadaan lingkungan dari situs-situs yang bersangkutan. Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah bersifat sementara, karen masih dibutuhkan pengujian dan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramadani
"Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Fari Rizfani
"Skripsi ini merupakan hasil penelitian arkeologi mengenai artetak logam dari Situs Plawangan yang analisisnya dibantu pula melalui Ilmu Metalurgi. Tulisan ini berisi tentang hasil deskripsi lengkap, hasil analisis komposisi unsur, dan hasil analisis teknik buat dari beberapa sampel logam. Karya ilmiah ini merupakan penelitian tahap awal mengenai teknik pembuatan logam dari Situs Plawangan. Metode penelitian yang dilakukan terbagi rnenjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap prapenelitian. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data pustaka, yang berupa buku, laporan, artikel, gambar, peta, dan foto yang berhuhungan dengan topik yang diajukan. Berita data artefaktual. Tahap kedua adalah tahap penelitian. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap logam-logam yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Analisis tersehut mencakup pendeskripsian secara lengkap, analisis kandungan unsur-unsur, dan analisis teknik buat. Analisis dengan bantuan llmu Metalurgi, dilakukan dengan menggunakan alat laboratorium berupa alat X-ray Fluoresence (XRF) yang mendeteksi kandungan unsur-unsurnva dan alat Scanning Electrone Microscopy (SEM) yang mendeteksi teknik pembuatannya. Hasil penelitian ini memberikan informasi awal mengenai teknik pembuatan Benda-benda logam dari Situs Plawangan, yaitu dengan cara dicetak (casting) dan ditempa. Adanya data penelitian mengenai sisa-sisa tuangan logam menunjukkan bahwa di situs ini terdapat aktifitas bengkel logam. Hasil penelitian ini .luga menjelaskan adanya pencampuran unsur-unsur logam yang terlihat berdasarkan hasil analisis komposisi unsurnya. Hal ini menjelaskan bahwa Situs Plawangan telah mengenal pencampuran unsur-unsur logam. Jadi, Situs Plawangan telah memasuki zaman logam tua (paleometalik) yang berlangsung pada akhir zaman prasejarah atau mendekati zaman sejarah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Santoso
"Bangunan megalitik dibangun atas dasar kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan akan hal ini dimanifestasikan dalam berbagai bentuk megalitik. Pada beberapa punden berundak, kepercayaan ini dapat dibuktikan dengan adanya altar dengan orientasi ke tempat yang lebih tinggi atau penempatan menhir sebagai perwujudan roh nenek moyang. Keumuman yang ada di teras-teras punden berundak adalah ditemukannya menhir yang ditempatkan pada teras utama. Permasalahan penelitian dalam kaitannya dengan hal ini adalah batu lumpang di situs Pasir Lulumpang memiliki keunikan dengan ditempatkan pada teras teratas punden berundak. Tentunya dengan kondisi yang demikian, batu lumpang punden berundak situs Pasir Lulumpang memiliki kekhasan dalam hal organisasi ruang yang ada. Adanya upaya untuk mencari jawaban dengan analogi etnografi tentu saja menjadi alternatif bagi peneliti sebagai sumber interpretan yang juga menjadi bantuan analisis dengan permasalahan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas. Adanya penempatan batu lumpang di teras teratas setidaknya menunjukkan bahwa ada yang dibedakan dalam hal penempatannya jika dibandingkan dengan fenomena di punden berundak lainnya. Di sini demikian nyata adanya fenomena pertandaan. Dengan kenyataan tentang permasalahan penelitian di atas maka adanya batu lumpang di puncak punden berundak ini menimbulkan berbagai pertanyaan, yaitu:Komponen-komponen apa saja yang termasuk dalam fenomena pertandaan pada punden berundak?, Apakah yang menjadi ground dalam pertandaan? Termasuk qualisign, sinsign, atau legisign? Apakah yang termasuk dalam ikon, indeks, dan simbol dalam hubungan antara tanda dengan referent-nya?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Soelistyowati
"Tembikar merupakan salah satu benda hasil kebudayaan manusia yang berperan penting dalam aktivitas kehidupan manusia, baik dalam aktivitas sosial, ekonomi, dan religius. Karena itu, artefak tembikar sering ditemukan pada situs-_situs arkeologi baik situs prasejarah, Klasik., Islam, maupun kolonial. Dalam skripsi ini dibahas mengenai penelitian tembikar prasejarah yang berasal dari hasil ekskavasi tahun 1984 dan 1986 di Situs Tipar Ponjen. Dimana situs ini dperkirakan oleh para ahli arkeologi sebagai situs perbengkelan gelang batu dan beliung persegi. Data-data tersebut diperoleh dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui ciri-ciri tembikar Tipar Ponjen dan (2) mengungkapkan fungsi tembikar tersebut Untuk mencapai tujuan pertama dilakukan analisis khusus, yakni dengan cara mengamati bentuk, hiasan, warna, teknik hias, bahan, dan teknik pembuatannya. Dari situ dapat diketahui kelompok tipologis tembikar. Dan untuk mengungkap_kan fungsi tembikar, dapat dilakukan dengan cara melihat korelasi antara tembikar dengan temuan-temuan lainnya dalam lapisan tanah setiap kotak. Sehingga dapat di ketahui fungsi., tembikar tersebut secara umum. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh suatu kesimpulan bathwa di Situs Tipar Ponjen terdapat sebelas bentuk: wadah, yaitu kuali, kendil, genuk, pengaron, cepuk, mangkuk, piring, cowek, cowa, kendi dan klenting. Dan fungsi dari tembikar tersebut secara umum adalah (1) sebagai sarana pemenuhan kebLltuhan sehari-hari baik yang berkaitan dengan penggunaan api maupun yang tidak. Misalnya untuk memasak makanan atau sebagai wadah makanan, dan (2) debagai sarana yang membantu aktivitas perbengkelan, missal sebagai wadah air. Dengan demikian, secara umum dapat di katakan bahwa di Situs Tipar Ponjen terdapat dua jenis kegiatan, yakni (1) kegiatan perbengke1an gelang batu dan beliung persegi, dan (2) kegiatan bermukim sebagai pemilik iman sementara (temporary)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Mirza Ansyori
"Suidae (babi) merupakan salah satu Artiodacyla yang telah berhasil berkembang biak di Indonesia, dengan persebaran yang hampir ada di seluruh kepulauan di Indonesia. Pada beberapa masyarakat tradisional, binatang ini merupakan salah satu binatang buruan untuk dimanfaatkan sebagai makanan. Kehadiran binatang ini telah ada semenjak masa pliosen (?), sehingga pada masa Prasejarah baik pada masa Pleistosen dan Holosen, binatang ini diperkirakan telah menjadi salah satu bagian dari ekosistem yang ada di lingkungan hidup manusia pada masa lalu. Kedekatan habitat binatang ini dengan manusia menimbulkan kemungkinan mengenai adanya pemanfaatan binatang ini oleh manusia pada masa Prasejarah, khususnya masa berburu dan mengumpulkan makanan. Bukti mengenai adanya kemungkinan pemanfaatan binatang ini oleh manusia prasejarah tercermin pada ditemukannya spesimen tinggalan binatang ini pada beberapa situs arkeologi yang mewakili masa prasejarah. Song Terus merupakan salah satu situs arkeologi yang diteliti secara intensif berkaitan dengan pemanfaatan gua ini sebagai teinpat hunian pada oleh manusia pada masa lalu. Pada situs ini ditemukan beberapa artefak dari tulang dan gigi binatang, batu, dan artefak dari cangkang kerang. Sisa-sisa binatang ditemukan pada hampir semua lapisan gali, dan terdiri atas binatang-binatang besar maupun kecil. Salah satu binatang besar yang ditemukan adalah Suidae. Bukti mengenai pemanfaatan binatang ini oleh manusia harus ditelusuri berkaitan dengan jejak-jejak yang tertinggal pada spesimen temuan. Identiflkasi terhadap pemanfaatan terhadap binatang disitus ini dibagi atas pemenfaatannya sebagai makanan, dan sebagai material pembuatan alat berkaitan dengan upaya perolehannya diperlukan informasi mengenai variasi-variasi berkaitan dengan jenis kelamin, umur dan jenis-jenis spesies secara kuantitatif, sehingga dapat ditemukan adanya pola kecenderungan pemilihan binatang ini sebagai binatang buruan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Furkhanda Partakusuma
"Keausan atrisi adalah hilangnya substansi permukaan gigi secara bertahap akibat gesekan gigi atas dan bawah terutama karena pengunyahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keausan gigi dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu-individu di Situs Gua Braholo, Situs Song Keplek, dan Situs Song Terus. Data yang digunakan adalah keausan pada permukaan gigi yang dicatat berdasarkan derajat keausan, bentuk permukaan oklusal gigi, dan arah keausan gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagian besar keausan dari temuan gigi di Situs Gua Braholo, Situs Song Keplek dan Situs Song Terus sudah tidak memiliki tonjol mahkota gigi dan derajat keausan gigi mengenai dentin. Bentuk permukaan gigi umumnya datar dan arah keausan horizontal. Berdasarkan keausannya, manusia prasejarah di Gua Braholo, Song Keplek dan Song Terus adalah masyarakat berburu yang juga memanfaatkan biota laut, dan mengupul biji-bijian yang sebagai sumber makanan pada masa itu.

Attrition is the loss of substance of the tooth surface is gradually due to friction of the upper teeth and lower because of mastication. This study aims to determine the relationship between tooth wear from human at Braholo Cave Site, Song Keplek Site, and Song Terus Site with their diet. The occlusal surface was recorded based on the degree of wear, the shape of occlusal tooth wear, and inclination of tooth wear. The majority of dental findings in Braholo Cave Site, Song Keplek Site and Song Terus Site did not have cusps of the crowns and the degrees of tooth wear reached dentine layer. The form of tooth surfaces were generally flat and the direction of tooth wear were horizontal. Based on the tooth wear, prehistoric people in Braholo Cave Site, Song Keplek Site, and Song Terus Site who were hunting and marine biota exploitation, as well as nut collecting, as the types of subsistence at the period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11831
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sadika Nurani Hamid
"Tesis ini membahas persepsi pemilik dan pengelola bangunan di Kawasan Taman Fatahillah terhadap program revitalisasi Kota Tua Jakarta yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh dari studi pustaka, observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan para pemilik dan pengelola bangunan, aspek negatif revitalisasi masih lebih besar dibandingkan aspek positifnya. Oleh karena itu harus dilakukan pembenahan pada tiga bidang, yaitu manajemen pemerintahan, perencanaan revitalisasi dan pendidikan masyarakat.

The focus of the study is the perception of building owners' and building users' of the Taman Fatahillah area on the Old City of Jakarta revitalization program initiated by the provincial government of Jakarta. This study use qualitative method. The data were collected by means of deep interview, observation and library research.
This study concludes that based on the building owners' and building users `perspectives, the negative aspect of the revitalization is still greater than the positive aspects. To resolve that, three domains needs to be addressed: government management, revitalization planning and public education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T39172
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Betsy Edith Christie
"Skripsi ini membahas bagaimana persebaran dan hubungan pemukiman etnis Cina di Kawasan Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada pemukiman dilihat bagaimana persamaan dan perbedaan karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina. Tujuan umum penelitian ini adalah merekonstruksi kebudayaan masa lalu etnis Cina di Medan. Selain itu, penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina.Penelitian ini menggunakan metode arkeologi pemukiman tingkat makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran situs-situs pemukiman etnis Cina menunjukkan pola linier di mana berkembang dari utara menuju pusat Kota Medan. Sementara itu, hubungan antarsitus berkaitan dengan faktor migrasi dan ekonomi.

This undergraduate thesis is talk about distribution and relationship chinese settlement in Medan from the end of 19th century until early 20th century. This research is look at the similarities and differences between each site. General purpose is to reconstruction the culture of chinese in the past. Besides, the special purpose is to understand the characteristics of each site. Method that had been used is the archaeology of settlement in macro scale. The result is the distribution of chinese settlement in Medan shows that the pattern is linear. Meanwhile, the relationships between each site cause of migration and economy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>