Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sasi Widuri
Abstrak :
ABSTRAK
Sifilis disebabkan oleh Treponemapallidum, yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik. Selama, dapat menyerang seluruh organ tubuh. Terdapat masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh. Penularan dapat melalui kontak seksual, melalui transfusi darah, dan dari ibu ke anak (sifilis kongenital).Saat ini diagnosis ditegakkan dengan uji serologi untuk mendeteksi antibodi IgM anti Treponemal yang diproduksi dalam dua minggu setelah infeksi diikuti terbentuknya antibodi IgG dua minggu atau empat minggu setelah infeksi. Pemeriksaan uji saring serologi terhadap Treponema pallidum untuk darah donor di Unit Transfusi Darah, menggunakan uji saring serologiyang spesifik terhadap Treponema. Pemeriksaan dengan metoda ELISA dapat mendeteksi antibodi IgG maupun IgM yang spesifik terhadap Treponema. Hasil uji ELISA dapat menyebabkan ditolaknya darah donor yang mengandung antibodi. Padahal sebenarnya sudah tidak infeksius lagi, karena sudah tidak mengandung bakteri penyebab. Pada kasus sifilis primerhasil serologi negatif palsumungkin terjadi karena adanya masa jendela. Di sisi lain hasil serologi positif palsudapat terjadi karena antibodi yang terbentuk dari infeksi masa lalu. Pemeriksaan PCR mempunyai nilai potensi yang besar untuk diagnosis sifilis primer. Keuntungan dari PCR real-time adalah kemampuannya mendeteksi patogen secara langsung. PCR real-time mendeteksigen polATreponema pallidum, yang merupakan gen spesifikTreponemapallidum, dantidakadareaksisilangdengannon Treponema. Metodologi.Pada penelitian ini dilakukan deteksi DNA Treponema pallidum pada 350 sampel darah donor dengan hasil uji serologi antibodi terhadap Treponema pallidum reaktif dan non reaktif, masing masing 175 sampel, menggunakan metoda ELISA. Hasil. Deteksi DNA Treponema pallidum menggunakan metoda PCR real-time didapatkan hasil, yaitu 41/350 sampel atau 11,71% adalah positif mengandung DNA Treponema pallidum dan 309/350 sampel atau 88,29% tidak mengandung DNA Treponema pallidum. Pada sampel darah yang mengandung antibodi terhadap Treponema pallidum yang non reaktif, ada yang terdeteksi positif mengandung DNA Treponema pallidum sebesar 21 sampel Hal ini berarti masih ada resiko penularan penyakit sifilis kepada resipien sebesar 5,71% (21/175) Simpulan. Deteksi DNA Treponema pallidum pada darah donor berdasarkan pemeriksaan PCR real-time adalah sebesar 11,71%, dan masih ada resiko penularan penyakit sifilis kepda resipien sebesar 5,71%
ABSTRACT
Syphilis is caused by Treponema pallidum, which is a chronic and systemic diseases . During the course of the disease, can affect all organs of the body. There is a latency period without manifestations of lesions in the body. Transmission can be through sexual contact, through blood transfusion, and from mother to child ( congenital syphilis ). This time the diagnosis is made by serological test for the detection of anti- treponema IgM antibodies produced in two weeks after infection followed by the formation of IgG antibodies two weeks or four weeks after infection. Examination of serological screening of blood donors to Treponema pallidum in Blood Transfusion Services, using specific serological screening test for Treponema with ELISA method can detect IgG and IgM antibodies specific to Treponema. ELISA test results can lead to rejection of donor blood that contains antibodies. When in fact it is not infectious anymore, because it does not contain bacteria. In case of primary syphilis serology false negative results may occur because of the window period. On the other hand the false positive serological results may occur because the antibodies from past infections. PCR has great potential value for the diagnosis of primary syphilis. The advantage of real -time PCR is the ability to detect pathogens directly. Real-time PCR to detect gene PolATreponema pallidum, which is a specific gene of Treponema pallidum, and no cross-reactions with non Treponema. Methodology. In this research, the examination of 350 samples of blood donors with serologic test results for antibodies to Treponema pallidum reactive and non- reactive using ELISA method, will be investigated using real -time PCR method. Results. Detection of Treponema pallidum DNA using real-time PCR method obtained results, 41/350 or 11.71% of samples were positive for DNATreponema pallidum DNA and 309/350 or 88.29% of samples did not contain Treponema pallidum DNA. In blood samples containing antibodies against Treponema pallidum is non reactive, there were detected positive for Treponema pallidum DNA samples of 21. This means that there is still a risk of transmission of syphilis to the recipient amounting to 5.71% Conclusion . Detection DNA Treponema pallidum in blood donors by real -time PCR assay is 11.71 % and still a risk of transmission os syphilis to the recipient about 5,71%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louhenapessy, Julianti Nethasia
Abstrak :
Skrining darah pendonor di Indonesia terhadap malaria belum dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium. Kemungkinan resiko penularan malaria melalui darah donor dapat terjadi dan membahayakan jiwa resipien. Malaria di kota Ambon berdasarkan Annual Parasite Incidence adalah 4,49? termasuk High Case Incidence (HCI). Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi malaria dengan berbagai pemeriksaan laboratorium di kota Ambon. Dikumpulkan sebanyak 550 donor di Unit transfusi darah PMI Ambon dalam kurun waktu 3 bulan dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Hasilnya memperlihatkan tidak satupun terdeteksi positif dengan pemeriksaan mikroskopik maupun rapid test antigen Pf HRP2-pan aldolase atau Pf HRP-2- PvLDH. Duapuluh dua donor terbukti mengandung immunoglobulin P. falciparum dengan rapid test antibodi. Lima donor lain positif dengan PCR menggunakan 18S rRNA. Penelitian ini membuktikan adanya potensi penularan malaria dari darah donor sebesar 4.9% di Pulau Ambon. ...... Screening of blood donors in Indonesia against malaria with laboratory tests have not been done. Possible risk of malaria transmission through donated blood may occur and endanger the lives of recipients. Malaria in the city of Ambon by Annual Parasite Incidence was 4.49 - including High Case Incidence (HCI). This study aims to determine the prevalence of malaria with a several laboratory tests in the city of Ambon. Collection of total 550 donors at Red Cross blood transfusion unit Ambon, was carried out for a period of 3 months and followed by various examinations. The results showed none detected positive by microscopic examination or antigen rapid test PfHRP2-aldolase or PfHRP2-LDH. Twenty-two donors were found to contain P. falciparum with immunoglobulin antibody rapid test, in addition five other donors positive by PCR using 18S rRNA. This study showed that the potency of malaria transmission by blood donors was 4.9% in the island of Ambon.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalalo, Paul Justus Simon
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan keberhasilan dalam pelayanan kesehatan dan teknologi medis di negara berkembang termasuk Indonesia yang mengarah ke peningkatan populasi dunia telah diikuti oleh peningkatan kebutuhan darah untuk transfusi klinis. Namun, layanan darah di seluruh dunia menghadapi masalah serupa, yaitu kurangnya pasokan darah akibat peningkatan permintaan, sementara jumlah donor cenderung stabil. Menurut perhitungan WHO, Indonesia memerlukan darah sekitar 2% dari total populasi yaitu 4,8 juta unit darah per tahun untuk 240 juta orang. Partisipasi aktif dan rutin pendonor yang memenuhi syarat sangat diharapkan untuk memenuhi kualitas yang baik serta darah yang aman. Batasan usia untuk donor darah lansia adalah salah kontributor terjadinya permasalahan kekurangan donor. Sebuah penelitian deskriptif dirancang untuk menguji kelayakan donor darah lansia untuk memperpanjang sumbangan mereka melampaui batasan usia saat ini. Parameter hematologi yaitu hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan trombosit diukur terhadap dua kelompok pendonor pada UDD DKI, berusia di atas dan di bawah 60 tahun (60- 65 tahun dan 17-59 tahun) yang masing-masing terdiri dari 50 subyek penelitian. Dua kali pengukuran hematologi dilakukan pada kedua kelompok saat donor darah pada hari 0 dan 75. Selain itu dilakukan pula pengukuran kontrol dari sampel darah vena pada masing-masing kelompok dilakukan pada hari ke-38 Tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan kedua kelompok. Tingkat pemulihan rata-rata hemoglobin dan paramenters hematologi lainnya untuk kedua kelompok donor hampir mendekati bahkan sama dengan level pada hari ke 0 saat donor darah. Sebagai kesimpulan, donor darah lansia terutama pada usia 60 sampai 65 tahun masih potensial atau memenuhi syarat untuk menjadi donor darah sukarela secara teratur untuk menjaga persediaan darah transfusi yang cukup di Jakarta. Studi lebih lanjut meliputi berbagai lokasi di Indonesia masih diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan nasional yang lebih akurat
ABSTRACT
Successful improvement in health services and medical technology in developing countries including Indonesia leading to the increase in world population has been followed by the increase in the requirement of blood for transfusion clinical practice. However, blood services around the world encounter similar problem, namely a lack of blood supply due to the increase in demands, whilst the number of donors tend to be stable. According to WHO estimation, Indonesia in particular needs approximately 2% of the total population i.e. 4.8 million units of blood per year for 240 million people. Active and regular participation of eligible blood donors are expected to meet the high quality and save blood. Limitation for donation of elderly blood donors is among contributors for donor shortage. The present descriptive study was designed to examine the eligibility of elderly blood donors to extend their donation beyond the current age limitation. Hematological parameters i.e. hemoglobin, packed cell volume, MCV, MCH, MCHC and platelet were measured in two groups of UDD DKI blood donors above and below 60 years of age (60-65 years and 17-59 years) consisting of 50 subjects respectively. Twice hematologic measurements were carried out in both groups during blood donation time on day 0 and 75. In addition once control measurement from venous blood samples of the respective groups was carried out on day 38. No significant different was observed in two groups. Average recovery levels of hemoglobin and other hematological paramenters for both donor groups almost approached even at equal level with level at day 0 of blood donation. In conclusion, elderly blood donors particularly in their 60 to 65 years of age were still potential or eligible to be regular voluntary blood donors to keep sufficient blood donors in Jakarta. Further study encompassing various locations in the country are still required to obtain more accurate nationwide conclusion.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Ratna Ningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Deteksi antibodi bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi ireguler terhadap sel darah merah di dalam plasma pasien. Sampai saat ini, kegiatan pelayanan transfusi darah di Indonesia masih bergantung pada uji silang serasi yang masih kemungkinan adanya antibodi ireguler yang tidak terdeteksi. Antibodi tersebut dapat menyebabkan terjadinya reaksi transfusi tipe lambat yang ditandai dengan penurunan hemoglobin dan peningkatan kadar bilirubin. Upaya keamanan pada pasien transfusi perlu ditingkatkan dengan diterapkan uji saring antibodi secara rutin pada pemeriksaan pra-transfusi. Tujuh ratus sampel pasien yang meminta darah ke laboratorium pelayanan pasien di UTD PMI DKI Jakarta dilakukan uji saring antibodi dan uji silang serasi secara otomatis dengan alat Ortho AutoVue Innova dengan Column Agglutination Technology. Untuk membuktikan kompatibel palsu dipilih 10 plasma pasien yang mengandung antibodi untuk dilakukan uji silang serasi mayor dengan 70 sampel darah donor. Hasil kompatibel dilakukan konfirmasi dengan antigen typing pada donor. Semua sampel pasien yang tidak memiliki antibodi 100 kompatibel pada uji silang serasi mayor. Dari 70 sampel dengan hasil kompatibel pada uji silang serasi mayor ditemukan 14 20 hasil negatif palsu. Dari penelitian ini disimpulkan uji saring antibodi lebih mampu mendeteksi antibodi pada plasma pasien dan aman digunakan dalam pemeriksaan pra-transfusi.
ABSTRACT
Detection of antibody aims to detection of irregular antibody on the blood cell in patient plasma. Until now, blood transfusion in Indonesia in terms still depending on the crossmatch is still risking on undetected irregular antibody. The irregular antibody may cause a delayed hemolytic transfusion with hemoglobin reduction and bilirubin increase as the symptoms. Patient with blood transfusion 39 s safety needs to be improved by routine antibody screening on pre transfusiontest. 700 samples of patients who requested blood to the patient care laboratory in UTD PMI DKI Jakarta were antibody screening and major crossmatch automatically with Ortho tool AutoVue Innova with Column Agglutination Technology. To prove false compatible, 10 patient 39 s plasma containing antibodies have been selected to be tested by major of crossmatch with 70 blood donor samples. Compatible Results were confirmed with antigen typing. All samples of patients who did not have antibodies 100 compatible on crossmatch test. from 70 samples which compatible on major crossmatch test was found 14 20 of false negative results. This study suggests the antibody screening which capable of detecting antibodies in the patient 39 s plasma and safely used in the pre transfusion test.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library