Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Faathimah Adiibah
"Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum dan berbahaya di dunia. Penderita penyakit jantung seringkali memerlukan pengobatan jangka panjang yang melibatkan penggunaan beberapa jenis obat secara bersamaan untuk mengendalikan gejala, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi obat ini dapat menjadi kompleks, dan penggunaan obat-obatan yang berbeda secara bersamaan meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memahami kemungkinan interaksi antara obat-obatan yang diberikan kepada pasien penyakit jantung di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif berdasarkan data resep pasien yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama periode September - Oktober 2023. Hasil kajian menunjukkan adanya beberapa interaksi obat yang berpotensi menurunkan efektivitas pengobatan atau meningkatkan risiko efek samping. Pemahaman yang lebih baik tentang interaksi obat diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien penyakit jantung.
Heart disease is one of the most common and dangerous chronic diseases in the world. Patients with heart disease often require long-term treatment that involves the use of multiple types of medications simultaneously to control symptoms, reduce the risk of complications, and improve quality of life. This drug therapy can be complex, and the use of different medications together increases the risk of drug interactions. This study aims to evaluate and understand the potential interactions between medications given to heart disease patients at the University of Indonesia Hospital. The research was conducted using a descriptive analysis method based on patient prescription data undergoing treatment at the University of Indonesia Hospital during the period of September - October 2023. The study results indicate several drug interactions that may reduce treatment effectiveness or increase the risk of side effects. Better understanding of drug interactions is expected to improve the quality of care for heart disease patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nanda Nurhayati
"Pelayanan kefarmasian di instalasi rumah sakit dilakukan sesuai standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan sebagai pedoman apoteker dalam menjalankan profesinya. Salah satunya terkait pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dengan tujuan menganalisis kesesuaian tempat penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi terhadap standar penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dan ditemukan hasil bahwa penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sistem penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang telah tepat diharapkan membantu pelayanan obat dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna.
Pharmaceutical services in hospital installations are carried out in accordance with pharmaceutical service standards that have been set as guidelines for pharmacists in carrying out their profession. One of them is related to the management of pharmaceutical preparations and consumable medical materials with the aim of analyzing the suitability of storage places for pharmaceutical preparations and consumable medical materials. The analysis was carried out by comparing the observation results against the storage standards of medicine and consumable medical materials and found that the storage of medicine and consumable medical materials was in accordance with the standards that had been set. The right storage system for pharmaceutical preparations and consumable medical materials is expected to help medicine services be carried out appropriately and effectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Indah Dewi Lestari
"Waktu pelayanan resep obat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan farmasi yang diatur dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal, standar waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan ditetapkan £30 menit, sementara untuk obat racikan £60 menit. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif yang berfokus untuk mengkaji indikator mutu waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengambil sampel data yang terdapat di lapangan secara langsung dalam satu waktu. Berdasarkan hasil evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI pada periode Mei – Agustus 2022, rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah 45,25 menit ± 0,064. Terdapat sebanyak 40,43% resep obat jadi yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 59,57% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah 66,75 menit ± 0,037. Terdapat sebanyak 63,12% resep obat racikan yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 36,68% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai Standar Pelayanan Minimal.
Prescription service time is an indicator of the quality of pharmaceutical services regulated in the Hospital Minimum Service Standards. Based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Service Standards, the standard waiting time for non-concoction drugs service at outpatient pharmacy depots is set at £30 minutes, while for concoction drugs it is £60 minutes. This research is a descriptive non-experimental study that focuses on examining quality indicators of waiting time for prescription services at the Outpatient Pharmacy Depot at the University of Indonesia Hospital. Data collection in this study used a cross-sectional approach, by taking samples of data contained directly at one time. Based on the results of an evaluation of the waiting time for drug prescription services at the University of Indonesia Hospital Outpatient Pharmacy Depot in the period May – August 2022, the average waiting time for non-concoction drug services is 45.25 minutes ± 0.064. There were 40.43% of non-concoction drug prescriptions that were by the Minimum Service Standards and 59.57% of prescriptions with inappropriate service waiting times. The average waiting time for concoction drug service is 66.75 minutes ± 0.037. There were 63.12% of prescriptions for the concoction of drugs that met the Minimum Service Standards and 36.68% of prescriptions with service waiting times that did not comply with the Minimum Service Standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Yanuar Indah Pratiwi
"Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Waktu pelayanan yang baik berhubungan dengan kepuasan pelanggan, sehingga rumah sakit harus dapat mengontrol waktu pelayanan untuk mencapai kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis alur pelayanan resep rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sehingga pelayanan dapat memenuhi standar waktu tunggu obat. Waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI untuk obat jadi pada bulan Maret dan April berturut-turut sebesar 41,52% dan 45,67%, sementara untuk obat racik sebesar 54,22% dan 61,67%. Dimana hasil tersebut masih belum memenuhi standar waktu tunggu obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan obat racik yaitu ≤ 60 menit. Oleh karena itu, alternatif solusi untuk menurunkan waktu tunggu pelayanan obat dapat dilakukan dengan memperbaiki alur pelayanan resep yaitu pada tahap pembayaran pasien umum, penyerahan berkas BPJS/Asuransi lain, konfirmasi resep, pengkajian dan verifikasi resep, pemisahan resep, dan verifikasi obat.
A hospital is a health service institution that provides plenary individual health services that include inpatient, outpatient, and emergency services. Good service time is related to customer satisfaction, so hospitals must be able to control service time to achieve patient satisfaction. The purpose of this study is to analyze the flow of outpatient prescription services at the University of Indonesia Hospital (RSUI) so that services can meet drug waiting time standards. The waiting time for prescription services at the RSUI Outpatient Pharmacy Depot for finished drugs in March and April was 41.52% and 45.67%, respectively, while for mixed drugs it was 54.22% and 61.67%. These results still do not meet the standard waiting time for finished drugs, which is ≤ 30 minutes, or mixed drugs, which is ≤ 60 minutes. Therefore, alternative solutions to reduce waiting times for drug services can be found by improving the flow of prescription services, namely at the stages of general patient payment, submission of BPJS or other insurance files, prescription confirmation, prescription assessment and verification, prescription separation, and drug verification."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Mochamad Nazaruddin Azzam
"RSUI (Rumah Sakit Universitas Indonesia) adalah rumah sakit pendidikan kelas B yang terletak di kampus Universitas Indonesia. Dibangun pada tahun 2009 dan beroperasi sejak 2018, RS UI memiliki visi untuk menjadi rumah sakit pendidikan kelas dunia pada tahun 2030. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan penanggung jawab Depo Rawan Jalan RSUI, masih terdapat pasien rawat jalan yang belum memahami cara penggunaan obat injeksi insulin, sehingga apoteker di rawat jalan perlu melakukan konseling untuk penggunaannya. Untuk memudahkan dan mengefesienkan pelayanan farmasi dirawat jalan perlu adanya media dalam menyampaikan informasi pada konseling tersebut berupa video konseling dan leaflet. Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan
cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (
patient safety). Maka dari itu laporan ini berfokus terhadap pembuatan dan penyusunan leaflet serta video konseling penggunaan insulin di Rumah Sakit Universitas Indonesia.
RSUI (University of Indonesia Hospital) is a class B teaching hospital located on the campus of the University of Indonesia. Built in 2009 and operating since 2018, RS UI has a vision to become a world-class teaching hospital by 2030. Based on the results of observations and interviews with the person in charge of the RSUI Outpatient Depot, there are still outpatients who do not understand how to use insulin injection drugs, so outpatient pharmacists need to provide counselling for their use. To facilitate and streamline outpatient pharmacy services, there needs to be media to convey information in the counselling in the form of counselling videos and leaflets. Drug Counseling is an activity of providing advice or suggestions regarding drug therapy from a pharmacist (counsellor) to patients and/or their families. Counselling for outpatients and inpatients in all health facilities can be done on the initiative of the pharmacist, doctor's referral, and the wishes of the patient or their family. aims to optimize therapy results, minimize the risk of unwanted drug reactions, and increase cost-effectiveness which ultimately increases the safety of drug use for patients (patient safety). Therefore, this report focuses on the creation and preparation of leaflets and counselling videos on insulin use at the University of Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Catur Putri Miftahul Jannah
"Hipertensi merupakan penyakit yang banyak di temukan di Indonesia, biasanya didefinisikan dengan peningkatan kronis tekanan arteri sistemik di atas nilai ambang tertentu dan ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan resistensi arteri. Akibatnya, jantung bekerja lebih keras dan tekanan darah yang mengalir melalui pembuluh darah meningkat. Penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. hipertensi primer atau biasa disebut hipertensi esensial mendapatkan 95% penyebab hipertensi, dan 5% merupakan penyebab hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit ginjal atau biasa disebut dengan hipertensi renal. Penderita hipertensi ginjal biasanya mendapatkan jumlah obat yang lebih banyak dari penyakit hipertensi saja. Hal ini menyebabkan adanya lebih banyak interaksi obat yang terjadi, sehingga perlu dilakukan evaluasi pada setiap resep pasien dan juga pasien polifarmasi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat dan memberikan solusi penanganan pada pasien poli hipertensi ginjal yang mendapatkan polifarmasi di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dengan pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran interaksi obat pada pasien polifarmasi. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu pada resep dan web afya di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan persentasi potensi interaksi obat minor didapatkan sebanyak 65%, moderat 60%, dan mayor 15%.
Hypertension is a disease that is often found in Indonesia, usually defined by a chronic increase in systemic arterial pressure above a certain threshold value, and is determined by the amount of blood pumped by the heart and arterial resistance. As a result, the heart works harder and the blood pressure flowing through the blood vessels increases. The causes of hypertension are divided into two, namely primary hypertension and secondary hypertension. Primary hypertension or what is usually called essential hypertension accounts for 95% of the causes of hypertension, and 5% is the cause of secondary hypertension which is caused by kidney disease or what is usually called renal hypertension. Renal hypertension sufferers usually receive a greater amount of medication than those with hypertension alone. This causes more drug interactions to occur, so it is necessary to evaluate each patient's prescription and also hypertensive polypharmacy patients. This study aims to analyze potential drug interactions and provide treatment solutions for renal poly hypertension patients who receive polypharmacy at the University of Indonesia Hospital. This research was carried out by collecting variable data to obtain an overview of drug interactions in polypharmacy patients. Data collection was carried out retrospectively, namely by searching previous documents on prescriptions and the AFYA website at the Outpatient Installation of the University of Indonesia Hospital. The results of this study showed that the percentage of potential minor drug interactions was 65%, moderate 60%, and major 15%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Novi Tri Utami
"Sistem distribusi obat tidak terlepas dengan yang namanya manajemen logistik yang merupakan aktivitas penting dalam rumah sakit karena menjamin ketersediaan pasokan baik untuk obat-obatan maupun perlengkapan operasional lainnya dengan biaya yang minimum. Salah satu alur dalam manajemen logistik adalah prosedur penyimpanan. Penyimpanan disebut sebagai jantung dari manajemen logistik karena dengan melihat penyimpanan obat maka dapat diketahui apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak serta penyimpanan adalah hal yang sangat menentukan kelancaran pada saat pendistribusian obat. Dalam laporan tugas khusus ini penulis ingin mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat dan BMHP di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penyusunan tugas khusus ini dilakukan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif. Hasil pengamatan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel check list lalu dihitung dan di persentasekan berdasarkan skala guttman dengan menggunakan perhitungan skor, untuk hasil memenuhi syarat diberikan skor 1 dan tidak memenuhi syarat diberikan skor 0. Didapatkan hasil dengan persentase untuk penyimpanan obat yang sesuai dengan standar adalah 96,7% dan 3,33% untuk penyimpanan obat yang belum sesuai. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah masuk dalam ketegori penyimpanan yang sangat baik.
The drug distribution system is closely intertwined with logistics management, which is a vital activity in hospitals because it ensures the availability of supplies, both for medications and other operational equipment, at minimal cost. One of the key components of logistics management is storage procedures. Storage is often referred to as the heart of logistics management because by examining drug storage, it can be determined whether the logistics management objectives are achieved or not, and storage significantly influences the smoothness of drug distribution. In this specific task report, the author aims to determine the percentage of compliance with drug and Medical Devices and Household Health Supplies (BMHP) storage at the Outpatient Pharmacy Depot of the University of Indonesia Hospital. The preparation of this specific task is conducted using an observational method that is descriptive in nature. The observation results are then compiled into a checklist table and calculated and presented as percentages based on the Guttmann scale using scoring calculations, where a score of 1 indicates compliance and a score of 0 indicates non-compliance. The results show that the percentage of compliance with standard drug storage is 96.7%, with 3.33% for drug storage not meeting the standards. The percentage obtained indicates that the drug and disposable medical supplies storage system falls into the category of very good storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Monica Ramadhanti
"Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) masih menjadi permasalahan utama di dunia dengan angka kematian mencapai 3,23 juta. Prinsip dalam terapinya, obat dalam bentuk inhalasi lebih dipilih dalam pengobatan PPOK karena efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan oral dan parenteral. Namun, data menunjukkan 50 – 80% pasien gagal menggunakan inhaler mereka dengan benar. Oleh karena itu sebagai apoteker, wajib memberikan penjelasan penggunaan inhaler yang benar kepada pasien seperti melalui Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan bantuan media edukasi kesehatan seperti leaflet dan juga video konseling yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan terapi. Leaflet dan juga video konseling dibuat berdasarkan penelusuran literatur melalui search engine yang kemudian informasinya dikumpulkan dan disusun dengan baik. Desain leaflet dibuat melalui website Canva dan video konseling dilakukan pengambilan di Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan bantuan kamera ponsel dan diedit menggunakan aplikasi Capcut. Adapun informasinya memuat tentang definisi, indikasi, kandungan inhaler, DAGUSIBU (dapatkan, gunakan, simpan, buang), bagian inhaler, cara mempersiapkan alat, cara menggunakan, dan cara mengisi ulang inhaler yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan terapi bagi pasien.
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is still a major problem in the world with a death rate of 3.23 million. The principle of therapy is that drugs in inhaled form are preferred in the treatment of COPD because they have fewer side effects than oral and parenteral drugs. However, data shows 50 – 80% of patients fail to use their inhalers correctly. Therefore, as a pharmacist, you are obliged to provide explanations about the correct use of inhalers to patients, such as through the Drug Information Service (PIO) with the help of health education media such as leaflets and also video counseling which is expected to increase the success of therapy. Leaflets and counseling videos are made based on literature searches via search engines where the information is then collected and organized properly. The leaflet design was made via the Canva website and the counseling video was taken at the University of Indonesia Hospital with the help of a cellphone camera and edited using the Capcut application. The information contains definitions, indications, inhaler contents, DAGUSIBU (get, use, store, throw away), inhaler parts, how to prepare the device, how to use, and how to refill the inhaler which is expected to increase the success of therapy for patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Khairunnisa Salsabila Lutfi
"Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang bertujuan atau berorientasi kepada pelayanan pasien (patient oriented), penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu (quality) dan terjangkau (affordable) bagi semua lapisan masyarakat, termasuk pula di dalamnya pelayanan farmasi klinik (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan di rumah sakit yang harus memenuhi standar pelayanan minimal. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, salah satu indikator pelayanan farmasi yang diatur dalam standar pelayanan minimal (SPM) rumah sakit adalah waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Tercapainya pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan pemenuhan standar pelayanan minimal rumah sakit, termasuk di dalamnya pemenuhan standar pelayanan farmasi dengan indikator waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan. Evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia diharapkan dapat menggambarkan mutu pelayanan kefarmasian yang diberikan agar tercapai pelayanan yang bermutu dan berfokus pada pasien (patient oriented). Tujuan tugas khusus ini antara lain, mengetahui rata-rata waktu tunggu dan mengevaluasi kesesuaian waktu pelayanan resep pasien di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Pharmaceutical Service Standards in Hospitals emphasizes that pharmaceutical services in hospitals are an integral part of the hospital healthcare system aimed at providing patient-oriented care, offering quality and affordable pharmaceuticals, medical devices, and disposable medical materials to all segments of society, including clinical pharmacy services (Ministry of Health RI, 2014). Pharmaceutical services in hospitals are among those required to meet minimum service standards. According to Minister of Health Regulation Number 129 of 2008, one of the indicators of pharmaceutical services stipulated in the Minimum Service Standards of hospitals is the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications (Ministry of Health RI, 2008). The achievement of healthcare services is closely related to fulfilling the minimum service standards of hospitals, which includes meeting pharmaceutical service standards with indicators like waiting times for dispensing prescriptions. The evaluation of the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications at the Outpatient Pharmacy of the University of Indonesia Hospital is expected to illustrate the quality of pharmaceutical services provided to achieve high-quality and patient-centered care. The objectives of this paper include determining the average waiting time and evaluating the waiting times at the outpatient unit of the University of Indonesia Hospital with the Minimum Service Standards of Hospitals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sisi Praista
"Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan mengenai sediaan farmasi yang diberikan dari apoteker kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam memberikan pelayanan kefarmasian harus berpedoman pada standar pelayanan kefarmasian yang menentukan kuliatas mutu pelayanan. Mutu pelayanan ditentukan dari empat aspek, yaitu waktu tunggu, teknis pelatanan, tata cara operasional, dan proses pelayanan. Alur pelayanan dapat mempengaruhi mutu pelayanan karena berkaitan dengan waktu tunggu. Tujuan laporan ini adalah untuk mengevaluasi alur pelayanan kefarmasian di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia untuk meningkatkan pencapaian target waktu tunggu rawat jalan. Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah studi literatur dan wawancara. Kesimpulan yang diperoleh adalah upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan waktu tunggu di instalas farmasi rawat jalan RSUI adalah dengan melakukan perbaikan terhadap alur pelayanan resep dan menydiakan satu personel yang memantau ketersediaan obat di instalasi farmasi rawat jalan RSUI.
Pharmaceutical services are services regarding pharmaceutical preparations provided by pharmacists to patients to improve the patient's quality of life. In providing pharmaceutical services, you must be guided by pharmaceutical service standards which determine the quality of service. Service quality is determined from four aspects, namely waiting time, technical training, operational procedures and service processes. Service flow can affect service quality because it is related to waiting time. The aim of this report is to evaluate the flow of pharmaceutical services in the outpatient installation of the University of Indonesia Hospital to increase the achievement of outpatient waiting time targets. The method used in making this report is literature study and interviews. The conclusion obtained is that efforts that can be made to reduce waiting times at the RSUI outpatient pharmacy installation are by making improvements to the prescription service flow and providing one personnel who monitors the availability of drugs at the RSUI outpatient pharmacy installation"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library