Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Putu Eka Krisnha Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Background: Systemic lupus erythematosus (SLE) is an autoimmune disease that more commonly affects women of childbearing age. It is a multi-organ disease and can involve virtually any organ in the body. Pleural effusion can occurred in 30% of patients with SLE, which may be a result of SLE itself, pulmonary emboli, or end-organ damage such as heart or renal failure. The management of pleural effusions in SLE patient can be challenging because the numerous of potential underlying cause and sometimes effusion recur despite appropriate treatment of primary process. Case Report: We reported 33 years old woman patient admitted to our ED with chief complaint of shortness of breath for last 1 week. Chest X-ray result showed bilateral pleural effusion. Serial pleural fluid analysis consistent with conclusion of transudate fluid. Echochardiograpy showed dilatation of left atrium and ventricle and reduced LVEF 34%. These data suggest congestive heart failure as the cause of pleura effusion. A few days after initial thoracocentesis, the patient become dyspnea again because of reccurent pleural effusion. To relieve the symptom, we did insertion of pigtail catheter connected with mini WSD (Water seal drainage). Conclusion: Pleural effusion is a relatively common clinical presentation of a patient with SLE. Pleural effusions may be a result of SLE itself, pulmonary emboli, or end-organ damage such as heart or renal failure. The management of pleural effusions are mainly to relieve the symptoms and treatment of underlying cause.
Bandung : Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2019
CHEST 6:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Mansjoer
Abstrak :
Tuberculosis is a common infectious disease in our community. The management of this disease become more difficult and also the prognosis when there were an advanced complication and a high prevalence of multidrugs resistance. We report a -10-year-old female patient with pyopneaenatorax with history of discontinuing tuberculosis drugs before
2002
AMIN-XXXIV-1-JanMar2002-22
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Anastasia Kosasih
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab salah satu utama kematian di dunia. Pada tahun 2014, diperkirakan terdapat 9.6 juta kasus TB baru dan terdapat 1.5 juta kematian yang disebabkan oleh TB dari seluruh dunia. Tuberculosis destroyed lung merupakan komplikasi dari TB paru berat dan dapat menyebabkan berbagai gangguan dan difungsi pernapasan. Destroyed lung dapat mempengaruhi angka harapan hidup sehingga perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan dapat membantu mencapai terapi yang efektif dengan membuang jaringan TB aktif. Tujuan untuk menentukan peluang kelangsungan hidup pasien dengan tuberculosis-destroyed lung yang menjalani oprasi. hasil studi oleh Byun CS dkk menunjukan angka mortalitas operatif sebesar 6.8%, SE 2.9%, 9% CI (3.9% TO 9.7%). Mortalitas dalam 5 tahun sebesar 11.1%, SE 3.7%, 95% CI(7.4% TO 14.8%) dan 23.8%, SE 5%, 95% CI (18.8% to 28.8%) dalam 10 tahun. Rifaat A. dkk menunjukan mortalitas post-operasi sebesar 7.1%, SE 6.8%, 95% CI (0% to 20.3%). Bai L. dkk memperllihatkan mortalitas post-operasi sebesar 5.8%, SSE 1.8%, 95% CI (4% to 7.6%). Simpulan tindakan pembedahan pada pasien dengan Tuberculosis destroyed lung dapat dilakukan dengan angka mortalitas yang rendah (operatif dan post-operatif).
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chrispian Oktafbipian Mamudi
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Angka mortalitas ARDS khususnya di RSCM masih tinggi, sebesar 75,3%. Prokalsitonin (PCT) dan C-reactive protein (CRP) bisa dipakai sebagai prediktor mortalitas pada ARDS. Saat ini belum didapatkan penelitian yang fokus pada peran PCT dan CRP sebagai prediktor mortalitas tujuh hari pada pasien ARDS di Indonesia. Tujuan: Mengetahui peran PCT dan CRP sebagai prediktor mortalitas tujuh hari pada pasien ARDS di RSCM. Metode: Penelitian ini menggunakan disain kohort prospektif yang dilakukan secara konsekutif pada pasien ARDS di RSCM pada November 2015-Januari 2016. Hasil: Dari 66 pasien ARDS, 40 (60,61%) meninggal dan 26 (39,39%) hidup. Uji normalitas PCT dan CRP didapatkan distribusi dari data-data tersebut tidak normal. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p<0,05. Median PCT pada yang meninggal sebesar 4,18 (0,08-343,0) dibandingkan yang hidup sebesar 3,01 (0,11-252,30) p=0,390, AUC 0,563 (IK 95% 0,423-0,703). Median CRP pada yang meninggal sebesar 130,85 (9,20-627,78) dibandingkan yang hidup sebesar 111,60 (0,10-623,77) p=0,408, AUC 0,561 (IK 95% 0,415-0,706). Simpulan: Pemeriksaan PCT dan CRP hari pertama pada penelitian ini belum dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas tujuh hari pada pasien ARDS.
Bandung : Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2019
CHEST 6:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library