Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Trimurjatno
"RSP dr. Ario Wirawan Salatiga sangat mendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah diluncurkan per tanggal 1 Januari 2014,yang juga merupakan salah satu bentuk tantangan bagi dokter spesialis untuk tetap melakukan pelayanan terbaik dalam rangka melayani kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan depth interview dan dari hasil wawancara terstruktur terungkap bahwa mayoritas belum merasa puas terhadap pembagian jasa pelayanan dan menginginkan transparansi administrasi keuangan para dokter spesialis, serta mengharapkan peningkatan sarana dan fasilitas yang ada. RSP dr. Ario Wirawan beserta para dokter spesialis sangat mendukung program BPJS.

dr. Ario Wirawan Lung General Hospital in Salatiga, very supportive to The National Health Insurance program which has been launched on January 1, 2014. This is one of the challenges for specialists to keep doing the best services in order to serve the basic needs of public health and eligible. Research on specialists satisfactions have give a fairly good result on majority of the research variables. This study used a qualitative approach with a depth interviews and structured interviews revealed that the majority do not feel satisfied with the services division and wants transparency of financial administration specialists, as well as the expected increase in facilities and existing facilities. dr. Ario Wirawan Lung General Hospital and spesialists were appreciated with BPJS program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Rinawati
"Latar belakang. Masalah yang sering dihadapi pada pelayanan pasien Jaminan Kesehatan Nasional adalah kesenjangan biaya perawatan pasien stroke dengan tarif INA-CBGs. Hal ini terkait dengan biaya perawatan dan Clinical Pathway.
Tujuan. Mengetahui biaya perawatan pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Metoda. Penelitian kuantitatif deskriptif mengikutsertakan 277 subjek penyakit stroke yang diperoleh di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta selama Januari ? Juni 2015. Biaya perawatan stroke dihitung berdasarkan biaya satuan (unit cost) dengan menggunakan metode activity based costing dan Clinical Pathway.
Hasil. Biaya satuan perawatan stroke iskemik dan stroke hemoragik berdasarkan Clinical Pathway, dengan memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tanpa memperhitungkan jasa medis berturut-turut adalah Rp 311,860,860.83 dan Rp 585,083,610.01; dengan memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis berdasarkan tarif rumah sakit adalah Rp 321,682,940.73 dan Rp598,929,450.01; dengan memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis berdasarkan tarif IDI adalah Rp 318,360,860.73 dan Rp 594,333,610.01; tanpa memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis adalah Rp30,361,681.00 dan Rp25,698,199.46; tanpa memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tetapi memperhitungkan jasa medis berdasarkan tarif rumah sakit adalah Rp 40,183,761.00 dan Rp 39,544,199.46; tanpa memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tetapi memperhitungkan jasa medis berdasarkan IDI adalah Rp 36,861,681.00 dan Rp 34,948,199.46.
Simpulan: Dijumpai selisih biaya perawatan berdasarkan biaya satuan dan Clinical Pathway, baik yang memperhitungkan biaya investasi, gaji, dan jasa medis, maupun tanpa memperhitungkan biaya investasi, gaji, dan jasa medis, dengan tarif layanan existing dan tarif INA-CBGs.

Background. Problem often encountered in patient care National Health Insurance is the gap between the cost of stroke treatment with INA-CBGs tariff. This is related to the cost of treatment and the Clinical Pathway.
Aim. Knowing the cost of stroke treatment in the National Brain Center Hospital Jakarta.
Methods. Descriptive quantitative study involving 277 subjects stroke obtained at the National Brain Center Hospital Jakarta during January - June 2015. The cost of stroke treatment are calculated based on the unit cost using activity-based costing method and Clinical Pathway.
Results. The unit cost of ischemic stroke and hemorrhagic stroke treatment by Clinical Pathway, taking into account investment costs and salary costs, regardless of medical services is IDR 311,860,860.83 and IDR 585,083,610.01; taking into account investment cost, salary cost, and medical services tariff based hospital is IDR 321,682,940.73 and IDR 598,929,450.01; taking into account investment cost, salary cost, and medical services tariff based IDI is IDR 318,360,860.73 and IDR 594,333,610.01; without taking into account investment cost, salary cost, and medical services are IDR 30,361,681.00 and IDR 25,698,199.46; without taking into account the investment cost and salary cost, but taking into account medical services tariff based hospital is IDR 40,183,761.00 and IDR 39,544,199.46; without taking into account the investment cost and salary cost, but taking into account medical services tariff based IDI is IDR 36,861,681.00 and IDR 34,948,199.46.
Conclusion. Found difference in the cost of stroke treatment is based on unit cost and Clinical Pathway, both of which take into account the investment, salaries, and medical services cost, and without taking into account investment, salaries, and medical services cost, with existing services and tariff rates INA-CBGs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Andriani
"Pengelolaan obat adalah salah satu aspek manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukitinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan proses pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan selama ini belum berjalan dengan baik terlihat dari masih tingginya angka kekosongan obat pada tahun 2017 yaitu 7,6% dari 421 jenis obat setiap bulannya dan jumlah obat kadaluwarsa yaitu sebesar 10,45% yang seharusnya 0%. Perencanaan dengan memprioritaskan pembelian kelompok VA, EA dan NA perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekosongan obat.
Untuk mencegah tingginya jumlah obat kadaluwarsa adalah dengan penghitungan jumlah obat yang dipesan berdasarkan penghitungan ROP dan Safety Stock. Kelompok VA merupakan kelompok dengan prioritas utama dalam pengadaan terdiri dari 10 macam obat dengan NS 500cc infus sebagai obat terpenting dalam kelompok. NS 500 cc infus membutuhkan Safety Stock 23.400 sebesar dengan nilai ROP 34.860.

Drug management is one important aspect of hospital management. This study is aiming at analysing drug management in pharmacy unit National Stroke Hospital Bukittinggi. This case study was using qualitative approach.
The study revealed that drug management and monitoring controlling were not well performed. A high percentage of drug stock out in 2017 was found 7,6% out of 421 drugs item each month, while number of expired drugs was high, reaching 10,45% compared to 0% as target. Planning to prioritize purchasing of drugs using VA, EA and NA drug need to implement in order to prevent stock out.
To avoid expired drug, hospital need to purchased based on ROP and Safety Stock. VA group is the highest priority that include 10 drug item where NS 500 cc infusion fluid is the top one in the group. NS 500 cc infusion fluid would need Safety Stock as much as 23.400 number as Safety Stock and ROP 34.860.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastrina Mailani
"Prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus diterapkan dirumah sakit termasuk di rawat inap. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalkan dan mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Selain menurunkan tingkat kesakitan dan kematian karena infeksi nosokomial, pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi yang baik akan menurunkan biaya kesehatan karena dapat menurunkan lama rawat yang berdampak pada penurunan biaya yang dikeluarkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam, diskusi grup terarah,dan observasi lansung dilaksanakan terhadap 13 informan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah Sakit Pusat Otak Nasional ditinjau dari struktur, proses dan output belum terlaksana sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pencegahan dan pelaksanaan infeksi di rawat inap belum optimal karena pelaksanaan kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, pemisahan limbah medis dan penyuntikan yang aman pada sebagian petugas belum dilakukan sesuai standar serta monitoring dan evaluasi yang tidak dilakukan secara rutin. Jumlah petugas yang masih kurang, tumpang tindih tugas dan kurangnya pelatihan berpengaruh pada pelaksanaan tugas pencegahan dan pengendalian.
Saran yang dapat dilakukan adalah analisis beban kerja, meningkatkan pelatihan pada petugas dan monitoring serta evaluasi pelaksaanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan secara rutin.

Infection prevention and control procedures must be implemented in hospitals including the inpatient care. It is intended to minimize and prevent infection in patients, healthcare workers, visitors, and the community surrounding the healthcare facility. Other than reducing mortality and morbidity rate associated with nosocomial infections, the right implementation of Infection prevention and control program will also reduce health costs due to reduced care duration which affects the decrease of the health cost expenditure.
The purpose of this research is to understand the descriptive ofinfection prevention and control implementation at the inpatient care of the National Brain Center Hospital. This study uses a qualitative descriptive research method. Indepth interview, focus group discussion and observation are conducted with 13 informants.
Results of the study show that based on the structure, process and output,the infection prevention and control implementation at the inpatient care of the National Brain Center Hospital has been done according to the guidelines of the infection prevention and control that has been established. The infection prevention and control implementation at the inpatient care is not yet optimized because of the practices such as hand hygiene practice, use of personal protective equipment, separation of medical waste and safe injection that have not been done according to standard and have not been monitored and evaluated routinely. The insufficient number of healthcare workers, overlapping tasks and lack of training have an effect on the implementation of Infection prevention and control tasks.
Suggestions to be done are restructuring of the Infection prevention and control organization, analysis of workload, the increase of training for healthcare workers and routine monitoring and evaluation of Infection prevention and control implementation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Haryo Yudo Prabowo
"Standar Akreditasi Rumah Sakit merupakan penilaian sejauh mana rumah sakit sudah melaksanakan program keselamatan pasien sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011. Rumah Sakit X belum sepenuhnya melaksanakan pelayanan berbasis keselamatan pasien.
Penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif dilanjutkan metode kualitatif bertujuan melihat persiapan Rumah Sakit X dalam menghadapai Akreditasi Bidang Keselamatan Pasien tahun 2016.
Pada penelitian ini dihasilkan kuesioner keselamatan pasien berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012. Uji Reliabilitas menghasilkan 65 pernyataan kuesioner menjadi 47 pernyataan kuesioner. Hasil penelitian didapatkan 17 komponen penilaian dari Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012 masih harus ditingkatkan pelaksanaannya di Rumah Sakit X.

Hospital Accreditation Standards is an assessment for hospitals to implement patient safety programs in accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 1691 of 2011. Hospital X wasnot yet fully implementing patient safety based on the Hospital Accreditation 2012.
Descriptive research with quantitative method continued by qualitative method was implemented to study the preparation of Hospital X which will undergo Accreditation in 2016.
The research also developed questionnaire on Patient Safety based on The Hospital Accreditation 2012. Reliability test was done with the result of that 47 out of 65 questionnaires were reliable. The research found 17 points of The Hospital Accreditation 2012 still need improvement in implementation at Hospital X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library