Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Irfan Hidayatullah
"Disertasi ini membahas kehadiran post-Islamisme sebagai strategi dialog dalam novel
populer Indonesia pascareformasi. Melalui teori dan pendekatan Dialogisme Mikhail Bakhtin dan berlandaskan gagasan Post-Islamisme Asef Bayat penelitian ini berfokus pada pembuktian adanya strategi dialogis dakwah Islam melalui novel populer dalam ruang publik demokrasi. Objek penelitian yang dipilih adalah tiga novel populer yang terbit setelah reformasi, yaitu Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman el Shirazy, Jilbab Travelers: Love Spark in Korea karya Asma Nadia, dan 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela
Rais- Rangga Almahendra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam ketiga novel tersebut
terdapat narasi-narasi dialogis sebagai upaya perwujudan ideologi post-Islamisme. Hal
tersebut membuktikan bahwa keterbukaan identitas bagi masyarakat Islam terjadi pada masa pascareformasi.

This dissertation discusses the presence of post-Islamism as a dialogue strategy in Indonesia's popular post-reform novels. Embracing Mikhail Bakhtin's Dialogism theory and approach as well as Asef Bayat’s idea of Post-Islamism, this research focuses on evidencing the existence of a dialogical strategy of Islamic dawah through popular novels in a democratic public space.
The selected research objects were three popular novels published after the reform, namely Ayat-Ayat Cinta by Habiburrahman el Shirazy, Jilbab Travelers: Love Sparks in Korea by Asma Nadia, and 99 Cahaya di Langit Eropa by Hanum Salsabiela Rais-Rangga
Almahendra. The results revealed that the three novels employed dialogical narratives as a manifestation effort of post-Islamism ideology. This finding proves that the identity openness for Muslim society occurred in the post-reform era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
AS Rakhmad Idris
"ABSTRAK
Penelitian ini memilih naskah Maulid Syaraf Al-Anam (disingkat MSA) yang disimpan di
perpustakaan King Saud University, KSA, sebagai teks yang dikaji. Pemilihan teks MSA
sebagai objek penelitian didasari oleh kontroversi pembacaan teks maulid di tengah
masyarakat. Oleh sebab itu, penelitian ini memfokuskan kajiannya pada pemaknaan atas
kata dan kalimat dalam teks MSA. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini menggunakan
metode filologi, didukung teori Balāghah dan Takwil Balāghī. Terdapat 15 gaya bahasa
dan retorika yang ditemukan dalam teks MSA. Berdasarkan analisis Balāgah ditemukan
beberapa metafora dan simbol khas tasawuf yaitu nur (cahaya), bulan purnama, matahari,
hewan, Kabah, dan perjalanan mendaki. Simbol dan metafora tersebut mengacu pada
dimensi tasawuf yaitu tobat, khauf dan raja, maḥabbah dan isyq, nur Muhammad, dan
insan kamil. Makna tersirat yang diusung pengarang yaitu ajakan meneladani insan kamil
(Muhammad saw.) sebagai tujuan hidup manusia di dunia.

ABSTARCT
This research uses Maulid Syaraf Al-Anam (as known as MSA) script that is collected in
library of King Saud University, KSA, as the presented text. The election of MSA text as
an object of research is based on the controversy of Maulid text recitation in society.
Therefore, this research focuses on study about definition of words and sentences in MSA
text. This research uses qualititative approach with Filology, Balāghah theory and Takwil
Balāghī. This research discovers 15 language style and rethoric sentences those are used by
the author. Based on Balāgah analysis, is found some metaphors and typical symbol of
tasawuf such as nur (nur), full moon, sun, animal, Kaba, and climbing trip. The symbol
and metaphor leads to tasawuf dimention such as repentance, khauf dan raja, maḥabbah
and isyq, nur Muhammad, and insān kāmil. This research discovers implicit meaning that
is solicitation from the author to imitate insan kamil (Muhammad PBUH) as the purpose of
human life in the world."
2017
D2780
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulil Abshar
"¦izib adalah doa istimewa yang digunakan para sufi bermunajat kepada Allah swt. Sebagai sufi agung peletak dasar tarekat Syâ©iliyah, Abu Hasan Asy-
Syâ©il³ (1195-1258 M) memiliki beberapa ¥izib yang kemudian diwariskan kepada murid-muridnya. Secara tekstual, ¥izib Asy-Syâ©il³ merupakan karya
sastra yang memiliki karakteristik kebahasaannya yang sangat khas yang membedakannya dari sesama teks doa lainnya. Banyaknya pola saja', jinâs dan iqtibas dalam ¥izib menunjukkan kuatnya unsur bunyi yang berfungsi
sebagai perekat unsur-unsur kesusatraan dalam membangun makna ¥izib itu sendiri. Dalam kurun waktu tertentu ¥izib-¥izib ini kemudian berkembang di
pesantren dan mengalami perubahan makna. ¦izib di pesantren tidak hanya berfungsi sebagai media berkomunikasi antara para sufi dan Allah swt ketika
bermunajat. Tetapi juga memiliki makna sebagai kalimat bertuah yang mengandung banyak fadilah dan faedah. Namun demikian banyak juga pesantren yang menganggap ¥izib sebagai do'a yang tidak memiliki dasar
hukum yang kuat, sebagaimana layaknya doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw dan para nabi sebelumnya, sehingga mereka memilih untuk meninggalkannya. Demikianlah pemaknaan masyarakat pesantren terhadap ¥izib yang berbeda-beda karena perbedaan konteks sosial masing-masing pesantren sebagai ruang keberadaan ¥izib. Ruang sosial ini pula yang kemudian mempengaruhi fungsi ¥izib yang tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat pesantren, tetapi juga masyarakat di luar pesantren.

¦izib is a special prayer used by Sufis to pray unto Allah Almighty. As a founder of the Sufi orders of Asy-Sya©iliyah, Abu Hasan Asy-syâ©il³ (1195-1258 AD) has some ¥izibs which were then bequeathed to his students. Textually, ¥izib Asysyâ ©il³ is a literary work that has a very distinctive linguistic characteristic that distinguishes it from other prayer texts. In number of patterns saja', jinâs and
iqtibâs in ¥izib show the strength of the sound elements which serve as an adhesive element of other literatures in building the meaning of ¥izib itself.
Within a certain time, these ¥izibs developed in pesantren and gotten change the meaning. In pesantren, the function of ¥izib is not only as a medium of
communication between the sufis and Allah during supplication but also as a sentence that contains a lot of lucky fadilah and faedah. However, many pesantren consider ¥izib as a prayer does not have a strong legal basis. As befits the prayers taught by the Prophet Muhammad and the prophets before, so they
decided to leave it. Thus the meaning of pesantren’s people toward ¥izib which is different because of differences in the social context of each pesantren as a space where ¥izib belongs. This social space also affects the function of ¥izib that is utilized not only by pesantren, but also by people outside of pesantren.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library