Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apri Santi Nurhandayani
"Metode terintegrasi ( Polarisasi Terimbas dan Magnetik) dapat memberikan gambaran struktur batuan bawah permukaan yang mengandung mineral sulfida (emas). Berdasarkan kondisi geologi pembentukan mineral emas, daerah prospek ”S” Banten ini termasuk dalam sistem epitermal dengan urat kuarsa (vein) yang terlokalisir di daerah struktur patahan. Pengukuran Magnetik dan IP pada tiap titik pengukuran menghasilkan perbedaan harga hasil pengukuran akibat beda sifat fisik batuan. Pengukuran Induced Polarization (IP) frekuensi domain telah dilakukan dengan spasi elektroda 20 m sebanyak 6 lintasan, dan pengukuran magnetik telah dilakukan guna mendapatkan harga intensitas magnetik total dengan reduksi Upward Continuation. Pemodelan terintegrasi 2D data IP dan Magnetik telah memberikan informasi penyebaran vein kuarsa yang berhubungan dengan deposit emas sehingga daerah prospek dapat dilokalisir. Dari hasil studi ini disimpulkan bahwa vein kuarsa terdapat pada lintasan-1, lintasan-2, dan lintasan-6 dengan kedalaman ± 50 meter. Dan penyebab adanya sumber anomali dapat diindentifikasi di lintasan-6.

Integrated methods (Induced Polarization and Magnetic) may give a glimpse of structure beneath surface which contains sulphide minerals (gold). According to geological condition which forms gold, this “S” prospect area is considered as an epithermal system with kuarsa vein that is located in the faulth structure. The result of Magnetic and IP measurement on each measuring point shows differences due to the differences of compositions of rock. Has been done measuring Induced Polarization Frequency Domain with electrode spacinng of 20m for 6 lines and Magnetic measurement has also been done to archieve total magnetic intensity with Upward Continuation reduction. 2D integrated model from IP and Magnetic data has provide information on quartz vein spreading which connected with gold deposit, in return prospect areas can be located. From this study we can summarize that quartz vein are located on line-1, line-2, and line-6 with depth approximately 50 meters. And the reason for anomaly source can be indicated on line-6."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Nurwahyu Kusumadewi
"Metode Induced Polarization (IP) dapat digunakan untuk memahami karakteristik batuan bawah-permukaan bumi yang mengandung mineral sulfida berdasarkan sifat kelistrikannya (resistivitas dan percent frequency effect). Intensitas ubahan (alterasi) batuan akibat proses hidrothermal dapat digunakan sebagai petunjuk tempat akumulasi mineralisasi sulfida. Pengukuran geolistrik metode IP pada Frequency Domain telah dilakukan di daerah penelitian “A” Banten pada 6 lintasan dengan jarak antar elektrode 25 meter, untuk menentukan zona alterasi dan mineralisasi sulfida. Pemodelan terintegrasi (integrated modelling) secara 2-dimensi data IP yang ditunjang dengan data magnetik dan data geologi telah berhasil memberikan informasi lebih detail akan pola penyebaran urat (vein) kuarsa yang berhubungan dengan pengendapan emas. Dari hasil studi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebaran vein kuarsa diduga terdapat pada Lintasan GKD 1 sampai Lintasan GKD 3 dengan kedalaman maksimum sekitar 50 meter. Untuk memastikan hasil studi geofisika perlu dilakukan pemboran eksplorasi untuk mengetahui kadar kandungan emas.

Induced Polarization method can be used for understanding the characteristic of subsurface rock containing sulphide minerals based on its electrical properties (i.e. resistivity and percent frequency effect). Intensity of rock alteration due to hydrothermal process can be utilized for guiding the accumulation of sulphide mineralization. Geoelectrical measurements using IP method with frequency domain have been carried out in study area “A”, Banten along 6 lines with electrode spacing of 25 meter for delineating alteration zones and sulphide mineralization. Integrated two-dimensional modelling of the IP data incorporated with magnetic and geological data has revealed detailed information of the distribution of quartz vein patterns related to gold deposit. Based on the study, it is concluded that the distribution of quartz vein is delineated in the Line GKD 1 to Line GKD 3 with maximum depth of about 50 meter. To confirm the geophysical study, it is necessary to carry out exploration drilling to identify the gold contain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Kusdinar
"Dalam tahapan ekplorasi emas, diperlukan suatu metode yang dapat mendeteksi keberadaan suatu endapan urat – urat kuarsa (vein kuarsa), dimana urat – urat tersebut berasosiasi dengan zona patahan dan zona alterasi. Metode Magnetik adalah salah satu metode Geofisika yang dapat merespon keberadaan suatu zona patahan dan zona alterasi di bawah permukaan, sehingga metode magnetik ini digunakan untuk menduga adanya suatu keberadaan urat – urat kuarsa. Dari hasil data pengukuran dilakukan KOREKSI DIURNAL dan KOREKSI IGRF, kemudian dilakukan UP WARD CONTINUATION untuk men – smoothkan grafik lintasan pengukuran, dan ketika pemodelan menggunakan metode FORWARD MODELLING untuk memperoleh gambaran awal mengenai geometri benda anomali bawah permukaan. Dari hasil pemodelan diketahui yaitu bahwa terdapat 3 lintasan yang diperkirakan berprospek untuk dilakukan pengeboran. Rekomendasi pengeborannya yaitu Lintasan GKD 1 diduga terdapat jalur vein sekitar titik -75 sampai -70 untuk itu rekomendasi titik pengeboran disekitar titik -5 dan 0 dengan kemiringan 450 arah horizontal, Lintasan GKD 2 diduga terdapat jalur vein sekitar titik -75 sampai -50 untuk itu rekomendasi titik pengeboran disekitar antara titik -6 dan -5 serta antara -3 dan -2 dengan kemiringan 450 arah horizontal, Lintasan GKD 3 diduga terdapat 3 jalur vein sekitar titik -100 sampai -75, lalu sekitar titik 0 sampai 50 dan sekitar titik 200 sampai 225, untuk itu rekomendasi titik pengeboran titik bor ditempatkan diantara titik -6 & -3, kemudian titik bor ditempatan diantaranya titik -1 & 4 dan titik bor ditempatkan diantara titik 7 & 12 dengan kemiringan 450 arah horizontal.

In Gold eksploration, need a method where it can be detect the vein of quarz, where that vein is associated with fault and alteration zone. Magnetic method are one of geophysics method where it can give response about the fault and alteration zone in under surface, so this magnetic method are use to know the vein of quarz. From the aqusition data doing the DIURNAL CORRECTION and IGRF CORRECTION, than doing UP WARD CONTINATION to smoothing the profile of magnetic, and than at modelling is use the FORWARD MODELLING to estimate the geometry of anomali in under surface. From the modelling known that from 6 line is just have 3 line prospect to do eksploration. The recomand to drilling is at line GKD 1 have a vein where the location is about point -75 until -70 and for drilling are about point -5 and 0, The recomand to drilling is at line GKD 2 have a vein where the location is about point -75 until -50 and for drilling are about point -6 and -5 and than about point -3 and -2, The recomand to drilling is at line GKD 3 have a vein where the location is about point -100 until -75, 0 and 5, 200 and 225, and for drilling are about point -6 and -3 and than about point -1 and 4, and last is about 7 and 12."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library