Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atiek Soemiati
Abstrak :
Infus kulit buah delima 1000 mg/ml adalah 17,07 mm; pada konsentrasi infus daun sirih 500 mg/ml dan konsentrasi infus kulit buah delima 250 mg/ml adalah 15,28 mm; pada konsentrasi infus dawn sirih 500 mg/ml dan konsentrasi infus kulit buah delima 500 mg/ml adalah 17,20 mm; pada konsentrasi infus daun sirih 500 mg/ml dan konsentrasi infus kulit buah delima 1000 mg/ml adalah 17,67 mm; pada konsentrasi infus daun sirih 1000 mg/ml dan konsentrasi infus kulit buah delima 250 mg/ml adalah 17,42 mm; pada konsentrasi infus daun sirih 1000 mg/ml dan konsentrasi infus kulit buah delima 500 mg/ml adalah 17,78 mm; pada konsentrasi infus daun sirih 1000 mg/ml dan konsentrasi infus kulit buah delima 1000 mg/ml adalah 18,28 mm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Zeffry
Abstrak :
Penelitian ini dilandasi oleh keinginan untuk mendeskripsikan keragaman pada komik Indonesia yang diterbitkan sekitar tahun 1990-an dan sekaligus menganalisis berbagai tema yang muncul di dalamnya. Penelitian ini juga didasari oleh keinginan untuk memperlihatkan bahwa komik Indonesia masih bertahan di tahun 1990 bahkan mulai bangkit kembali. Pada pertengahan tahun 90-an komik lokal Indonesia. Kebangkitannya ini salah satunya dlipicu dan didorong oleh keinginan untuk bersaing dengan komik terjemanan yang asing yang masuk ke Indonesia. Tema yang menonjol dalam komik Indonesia selama ini, adalah pertempuran antara baik dan buruk yang biasanya selalu menampilkan tokoh pahlawan sebagai manusia super. Komik yang muncul pada tahun 90-an menampilkan beragam tema. Hal ini ini disebabkan komik yang terbit tahun 90-an terdiri atas berbagai jenis yang lebih bervariatif daripada dekade sebelumnya. Kecenderungan sepeni itu bisa jadi dipengaruhi oleh konteks sosial politik dan ekonomi pembacanya. Pada tahun 90-an terdapat gejala kompetisi yang mendorong dan memunculkan berbagai ragam dan jenis komik, di antaranva komik laga dan kepahlawanan yang memunculkaln komik silat-super hero. komik cerita rakyat-legenda, komik wayang, humor-komedi, drama keluarga, roman remaja, horor-misteri dan komik dektektif-petualangan. Komik sebagai media ekspresi ini menjadi ajang media bagi komikus muda tahun 90-an yang digunakan untuk menumpahkan segala inspirasi dan imajinasi mereka. Berdasarkan adanya berbagai fenomena di atas, maka perlu kiranya disusun dan dikaji keragaman jenis dan tema yang terdapat pada komik Indonesia yang muncul pada tahun 90-an. Hal itu dirasa perlu untuk mendata dan menyusun sejarah perkembangan komik di Indonesia- Sebab sampai saat ini dirasakan masih sangat kurang informasi dan data mengenai keberadaan dan kondisi komik Indonesia. Beberapa masalah itulah yang juga melatarbelakangi penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah melanjutkan dua penelitian sebelumnya, yaitu Komik Indonesia Menjelang Kemerdekaan. Kajian tema dan bahasa (199311994) serta Komik Indonesia 1950-1970-an: Analisis Kebahasan dan Sosiologi (1997/1998). Menginventarisasi dan mendokumentasikan komik-komik yang terbit selama tahun 1990-an. Mengkaji keberagaman jenis kemunculannya dan menganalisis aspek tematiknya baik pada komik strip maupun buku komik. Kontribusi penelitian. Penelitian ini akan menghasilkan perian jenis dan tema yang terkandung dalam komik Indonesia tahun 90-an. Hasil perian ini dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melihat perkembangan komik Indonesia sebelum maupun sesudahnya. Dengan demikian penelitian akan memberikan sumbangan yang berarti, khususnya bagi wacana social, budaya, politik dan ekonomi dalam melihat perkembangan dan perubahan masyarakat lewat media komik. Di samping itu data yang terkumpul akan dapat digunakan untuk penelitian sejenis yang memperhatikan aspek lain yang terkandung di dalamnya. seperti aspek gratis, aspek estetika, aspek ideologis dan aspek pendidikan.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rokhmatuloh
Abstrak :
Daerah Aliran Ci Beureum merupakan salah satu bagian dari Daerah Aliran Ci Peles yang melewati kota Sumedang dan terus mengalir ke arah timur bertemu dengan Ci Manuk di bagian timur Kabupaten Sumedang. Ci Manuk ini bermuara di pantai utara Jawa tepatnya di Kabupaten Indramayu. Bagian hulu DA Ci Beureum terletak di kaki selatan Gunung Tampomas yang terletak di Kab. Sumedang Jawa Barat. Luas DA Ci Beureum kira-kira 2.481 Ha. Berdasarkan pemantauan, muatan sedimen yang terangkut Ci Beureum setiap tahunnya terus bertambah karena bertambahnya kegiatan penggalian pasir dan batu gunung di kaki gunung Tampomas. Sedimen inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab proses pendangkalan Ci Peles terus berlangsung dari tahun ke tahun. DA Ci Beureum memiliki karakteristik fisik sebagai berikut curah hujan tahunan cukup tinggi antara 2.400 mm - 3.700 mm per tahun, kemiringan lereng sebagian besar antara 2 % - 15 %, ketinggian sebagian besar > 600 m dpl, jenis tanahnya sebagian besar regosol, memiliki kedalaman efektif antara 0 - 60 cm dan sebagian besar bertekstur lempung. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah berapa besar tingkat erosi di Daerah Aliran Ci Beureum dan bagaimana distribusinya serta bagaimana kaitan antara karakteristik fisik wilayah terhadap tingkat erosi yang terjadi. Tingkat erosi pada DA Ci Beureum - Tampomas, Sumedang - Jawa Barat yaitu tingkat erosi rendah sebesar < 1.500 mg/m3 terletak pada sub DAS 5, tingkat erosi sedang sebesar 1.500 - 3.000 mg/m3 teletak pada sub DAS 4 dan tingkat erosi tinggi sebesar > 3.000 mg/m3 berada sub DAS 1, sub DAS 2 dan sub DAS 3. Analisis statistik uji beda rata-rata yang didapat menunjukkan bahwa nilai tingkat erosi antar sub DAS terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil analisis kualitatif overlay peta menunjukkan kaitan antara tingkat erosi dengan karakteristik wilayah cukup bervariasi. Persamaan regresi linearnya adalah Y = -4430,8 + 3090,6736 X, dimana Y = tingkat erosi, dan X = erodibilitas tanah. Variabel karakteristik wilayah erodibilitas tanah merupakan variabel bebas utama atau faktor yang paling menentukan adanya perbedaan kenaikan tingkat erosi di DA Ci Beureum, dengan nilai r 0,996 dan nilai r2 sebesar 0,993.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi tentang birokrasi pemerintahan Hindia Belanda khususnya membahas tentang jabatan Demang yang merupakan struktur bawah dari birokrasi pemerintahan. Fokus permasalahan penelitian ini adalah bagaimana kehidupan Demang di wilayah Bekasi, dengan mengambil studi kasus Demang Moedjimi yaitu seorang Demang yang memerintah di wilayah Bekasi. Demang kedudukannya sama dengan kepala distrik yang mempunyai kedudukan dan peran membawahi kepala desa Demang mengawasi tugas dan kewajiban kepala desa Dalam melaksanakan tugasnya ada Demang yang melaksanakan tugasnya secara baik, namun ada juga Demang yang melaksanakau tugasnya yang melakukan tindakan yang menentang atau melanggar- ketentuan yang telah ditetapkan sehingga dia dipecat oleh pemerintah dan diajukan ke pengadilan. Hal ini dialami oleh Demang Moedjimi, dimana dia telah melangar tugasnya dan diajukan ke pengadilan. Moedjimi bekas Demang Bekasi sangat ditakuti di .jamannya, ketika perkaranya - masih diperiksa oleh polisi, Moedjimi sudah dimasukkan di dalam penjara yaitu dipertempatkan buat sementara waktui di teloek Betoeng, sebab orang kuatir saksi-saksi tidak dapat memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sebab takut akan pembalasan Moedjimi jika ia mengetahui. Menurut surat dakwaan pada Moedjimi sudah dipersalahkan menyalahgunakan jabatannya sebagai seorang Demang meskipun ia masih memegang jabatan ambtenaar, kesalahan yang dilimpahkan kepadanya adalah menyalah gunakan jabatannya dengan meminta dan menerima uang dari orang lain yang terlibat dalam kejahatan atau tidak, dengan perjanjian akan dibebaskan dari penjara.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Ariyanti Sugeng
Abstrak :
Penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dalam penelitian ini dilihat salah satu cara penilaian yaitu dengan menggunakan bilangan fuzzy. Bilangan fuzzy sendiri merupakan konsep yang berasal dari himpunan fuzzy. Himpunan fuzzy adalah salah suatu bentuk perluasan dari himpunan biasa yang telah dikenal. Dengan penilaian menggunakan bilangan fuzzy, maka dapat diperoleh suatu standar penilaian dapat dianggap lebih obyektif dan menghasilkan standar penilaian yang sama. ...... Evaluation to students can be done in several ways, in this paper we present one of the evaluation way with fuzzy number. Fuzzy number itself is a concept that comes from fuzzy set. Fuzzy set is a one way of crisp set (the set that we usually use) generalization. Doing evaluation with fuzzy number concept we can get the more objective and have the same result evaluation standard.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
Abstrak :
Penelitian ini membahas masalah pengelolaan air di bekas kota Majapahit, yang terletak di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Daerah tersebut merupakan kipas aluvial yang dikelilingi daerah gunung-gunung api dan sungai-sungai. Secara khusus ada dua hal yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: latar belakang dibangunnya fasilitas-fasiltas air di Trowulan, sebagai kota Majapahit; masalah pengelolaan air di Trowulan. Dalam kaitannya dengan masalah yang pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fasilititas-fasilitas bangunan air di Trowulan terutama ditujukan untuk mengendalikan banjir dan luah erupsi vulkanik yang berasal dari daerah pegunungan yang terletak di sekitar daerah tersebut, yaitu Gunung Anjasmoro, Welirang dan Penanggungan. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa waduk-waduk, kanal-kanal dan kolam-kolam buatan di Trowulan sating berhubungan. Memperhatikan waduk-waduk dan kanal-kanal yang saling berhubungan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa waduk-waduk dan kanal-kanal itu dibangun secara sistemik. Sebagai suatu sitem, ke lima waduk tersebut merupakan pagar penyerap yang mengurangi ancaman luah material vulkanik dari pangkal kipas aluvil Jatirejo ke kota Majapahit di trowulan. Bangunan-bangunan air tersebut dibuat dengan memperhatikan geomorfologi Trowulan secara umum maupun sifat aktivitas vulkaniknya. Selain sebagai pengendali banjir dan luapan erupsi vulkanik, bangunan-bangunan air tersebut ternyata juga digunakan untuk irigasi yang mengairi sawah-sawah yang berada di sekitar kota majapahit. Data prasasti yang ditemukan disekitar Trowulan menunjukkan bahwa di sekitar kota Majapahit memang terdapat persawahan yang pengairannya telah dikelola dengan baik.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Herman Yuwono
Abstrak :
Komposit dengan matriks polimer dan penguat serat telah menjadi material yang dipakai secara meluas pada aplikasi-aplikasi struktural dimana dibutuhkan rasio kekuatan dan kekakuan terhadap berat yang tinggi. Walaupun demikian komposit serat dengan matriks polimer memiliki kelemahan terhadap pembebanan tekan. Satu dan sekian banyak penjelasan untuk hal ini adalah karena mekanisme perpatahan mikro plastis (plastic microbuckling) yang disebabkan oleh adanya ketidak-lurusan serat (fibre misalignment, deformasi plastis matriks serta kehadiran peningkat tegangan seperti daerah kaya resin (resin-rich region). Pada aplikasi kelautan dalam iklim tropis seperti di Indonesia, kelemahan ini diperbesar oleh adanya mekanisme penurunan modulus kekakuan matriks polimer oleh absorpsi ion-ion klorida dari air laut, oksidasi dari udara serta serangan sinar ultraviolet matahari terhadap rantai karbon polimer. Sebagai salah satu pertimbangan untuk mendisain material komposit bagi aplikasi-aplikasi tersebut, informasi visual mengenai tahapan terjadinya kerusakan oleh perpatahan mikro plastis sebagai mekanisme dominan kegagalan tekan pada komposit matriks polimer perlu dipahami dengan baik. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan sebagai suatu usaha untuk memodelkan mekanisme perpatahan mikro-plastis tersebut, yang diharapkan dapat ditunjukkan oleh benda uji komposit yang telah diekspos dalam lingkungan air laut. Pengujian tekan uniaksial telah dilakukan pada komposit model yang memiliki ketidak sempurnaan berupa daerah ketidak lurusan serat terbatas. Komposit model dibuat dari lembaran-lembaran Baja tipis yang direkat dengan adhesive film (resin epoksi). Teknik perekaman dengan video digunakan untuk memperoleh tahapan-tahapan kerusakan yang terjadi pada benda uji dengan jelas. Dengan menggunakan komposit model dan teknik tersebut, awal terjadinya perpatahan mikro (microbuckling) serta tahap-tahapan kerusakan dapat diamati secara eksperimental dengan baik terutama pada benda uji yang belum diekspos dalam air laut. Pada benda uji yang telah diekspos dalam air laut mekanisme kerusakan yang dominan adalah splitting yang merupakan konsekuensi penurunan atau degradasi ikatan antar muka serat dan matriks. Hasil pengujian temperatur transisi gelas (g) mengindikasikan penurunan modulus kekakuan komposit yang selanjutnya akan menurunkan kekuatan tekan komposit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
Abstrak :
Sensor geophone memiliki peranan yang sangat penting dalam memperoleh data seismik tersebut. Sensor ini berfungsi mengubah besaran mekanik (getaran seismik) menjadi sinyal listrik. Kualitas dari transformasi ini secara keseluruhan akan memberikan informasi tentang kandungan fluida dan struktur lapisan batuan dibawah permukaan bumi. Pabrik pembuat geophone telah menetapkan batas-batas nilai parameter ketika memproduksi geophone. Akan tetapi karena faktor usia dari geophone, serta faktor keseringan dipakai, para pengguna geophone harus melakukan kalibrasi terlebilih dahulu terhadap semua parameter sebelum geophone tersebut digunakan. Padahal alat kalibrator geophone komersial relatif mahal karena masih impor. Disisi lain perkembangan teknologi komputer PC (personal computer) dewasa ini, sangat memungkinkan ntuk diimplementasikan menjadi kalibrator yang handal dalam menguji parameter-parameter geophone. Atas dasar tersebut, penelitian uji ini bertujuan untuk mendapatkan salah satu parameter penting geophone, yaitu frekuensi alamiah, dimana layak tidaknya geophone dipakai dilapangan sangat ditentukan dari seberapa jauh simpangan antara nilai frekuensi alamiah aktual dan frekuensi alamiah pada spesifikasi yang ditetapkan oleh pabrik.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Topo Santoso
Abstrak :
Selama penyelenggaraan pemilihan umum tahun 1999 di Indonesia banyak terjadi penyimpangan. Penyimpangan itu sebagian tergolong bersifat adnunistratif, bersifat tatacara pelaksanaan pemilu, tetapi sebagian yang lain tergolong tindak pidana. Tindak Pidana pemilu itu dilakukan baik oleh perorangan, peserta pemilu, maupun aparat pemerintah. Terhadap terjadinya tindak pidana pemilu tersebut seharusnya pihak kepolisian selaku penegak hukum terdapan bersikap proaktif melakukan penyidikan dan pada akhirnya menyerahkan berkas ke Kejaksaan. Pada kenyataannya, dari keseluruhan kasus tindak pidana yang terjadi banyak yang diselesaikan oleh pihak Panwas. Hal itu dimaksudkan untuk menyaring kasus-kasus yang terjadi sehingga kasus-kasus yang diteruskan kepada pihak kepolisian adalah benar-benar kasus yang memang mengandung dugaan kuat merupakan tindak pidana. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana kasus-kasus tindak pidana pemilu yang terjadi pada tahun 1999 diselesaikan. Penelitian menghasilkan temuan bahwa banyak kasus memang tidak diselesaikan melalui jalur sistem peradilan, mulai dari kepolisian. Pihak kepolisian yang sudah diserahi laporan pun sedikit sekali meneruskan kasus itu ke Kejaksaan. Pada sisi lain, ada budaya untuk tidak begitu menaruh perhatian lagi pada kasus-kasus pemilu, termasuk memonitornya, terutama apabila masa pemilu telah terlewati. Dan sisi perundangan perlu diperjelas bagaimana kewenangan Panwas, misalnya apakah perlu untuk menyidik apabila temyata kepolisian kurang menaruh perhatian atau kurang komitmen dalam penyelesaian tindak pidana pemilu.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Nurhayati Anwar
Abstrak :
Kesimpulan Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, Shinran Shonin (1173 -1262) adalah seorang hijiri (pendeta kelas bawah), yang semasa hidupnya banyak menjadi panutan kalangan rakyat jelata. Melalui pemikiran keagamaan yang bertumpu pada konsep akunin shoki dan keyakinan yang bersifat zettai tariki, Shinran mengajarkan persamaan derajat manusia di mata Amida Butsu, sehingga ia menghilangkan garis pemisah di antara kalangan pendeta Budha - yang selama ratusan tahun identik dengan "wajah kekuatan" dan kekayaan rohani maupun materi - dengan para penganut Budha kategori awam - yang juga selama ratusan tahun identik dengan masyarakat kelas bawah" yang miskin dan tertindas, baik oleh para penguasa pemerintahan dan kaum bangsawan maupun oleh para pendeta sebagai penguasa di bidang agama. Pemikiran keagamaan Shinran, berawal dari tumbuhnya kesadaran pada dirinya sendiri yang ternyata tidak sepenuhnya mampu melepaskan diri dari bonno (nafsu-nafsu keduniawian), meskipun ia sejak usia sembilan tahun sampai berumur 29 tahun telah mengikuiti jalan kependetaan (kerahiban) dan melakukan berbagai aktivitas ritual keagamaan yang berat. Setelah Shinran memperoleh keyakinan bahwa ningen no honsitsu (hakekat manusia) adaiah bonno gusoku (tidak bisa melepaskan did dari bonno), maka dia sampai pada kesimpulan bahwa manusia memang tidak akan memperoleh kyusai (keselamatan atau penyelamatan) dan tidak bisa mencapai gokuraku jodo (bumi suci) tanpa melalui kekuatan lain, yakni kekuatan Amida Butsu (Amithaba Budha). Suatu keyakinan yang pada awalnya ia kenai melalui gurunya pendeta Honen (1133-1212), pendiri agama Budha Jodoshu (aliran Bumi Suci). Bertolak dari kesadaran dan keyakinan semacam iniiah, akhirnya Shinran mengembangkan pemikirannya menjadi konsep akunin shoki dan keyakinan yang bersifat zettai tariki, yang kemudian berkembang menjadi suatu aliran baru dalam agama Budha Jepang yang dinamakan Jodoshinshu (sekte bumi suci yang benar atau sekte bumi suci yang sejati). Ajaran Shinran ini bukan saja bertujuan menjustifikasikan jalan hidup dan praktek keagamaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bertujuan untuk membantu (merrmberikan pencerahan) bagi masyarakat Jepang kelas bawah pada zamannya, agar mereka dapat memperoleh karunia keselamatan secara langsung dari Amida Butsu tanpa melalui perantaraan para pendeta. Bahkan lebih dari itu, melalui ajarannya yang bertumpu pada konsep akunin shoki dan keyakinan yang bersifat zettai tariki tersebut, Shinran dapat dikatakan merupakan tokoh agama Budha Jepang yang pertama kali mempopulerkan suatu pola kehidupan keagamaan yang "tidak mengharuskan" para penganut Budha untuk menempuh jalan kependetaan (ke -rahiban) yang berat. Shinran jugalah yang menganjurkan agar para pendeta Budha Jepang dapat hidup secara wajar dengan membina keluarga. la sendiri mempelopori anjurannya itu dengan menikah dan mempunyai anak. Akan tetapi, meskipun konsep akunin shoki dan keyakinan yang bersifat zettai tariki tersebut terlahir dari suatu proses pergulatan pemikiran Shinran yang berawal dari timbulnya kesadaran diri dan keyakinan mutlak terhadap Amida Butsu, namun kedua hal ini pada dasarnya juga tidak terlepas dari penafsiran Shinran terhadap ajaran gurunya pendeta Honen, pendiri agama Budha Jadoshu (aliran bumi suci) pada akhir zaman Heian. Dalam konteks pemikiran para tokoh agama Budha Jepang, kurun waktu dalam abad terakhir zaman Heian sampai ke abad pertama zaman Kamakura, dikenal sebagai zaman mappo, yakni suatu zaman yang mencerminkan manusia kehilangan dharrnanya. Zaman yang bercirikan kehidupan masyarakat Jepang yang penuh dengan kejahatan, kekacauan, penindasan, dan penderitaan. Salah satu penyebab utamanya, adalah karena sebagian besar di antara para pemuka dan penganut agama Budha di Jepang saat itu tidak mentaati lagi ajaran-ajaran Budha. Kondisi semacam ini diperparah lagi oleh adanya ?ketidakstabilan politik? yang seirama pula dengan tingkah-laku para pendeta Budha yang pada umumnya cenderung menyalah-gunakan (menyelewengkan) ajaran agamanya untuk memuaskan nafsu kekuasaan dan kepentingan pribadi yang bersifat genseryaku (mencari keuntungan duniawi). Pendeta Honen, salah seorang dari sejumlah pemuka agama Budha Jepang pada zaman itu, mencoba menfasirkan dan mengaktualisasikan kembali ajaran-ajaran Budha untuk mencari jalan keluar dari ketidakpuasan warga masyarakat terhadap keadaan mappo tersebut. Honen mengajarkan suatu sistem kepercayaan yang bersifat isshinkyo (monotheistik) di dalam agama Budha, yaitu menanamkan keyakinan mutlak hanya pada satu hotoke (dewa Budha) saja, yang dinamakan Amida Butsu. Upaya pendeta Honen ini, sebagaimana telah dikemukakan di atas, diikuti dan dikembangkan oleh salah seorang muridnya, yakni Shinran Shonin, yang berusaha memberikan pencerahan kepada masyarakat Jepang terutama pada lapisan kelas bawah yang selama ratusan tahun identik dengan kaum miskin dan kaum tertindas. Dengan demikian, melalui pemikiran keagamaan yang diajarkan-nya, Shinran telah banyak melakukan interpretasi terhadap etika dan ajaran Budha itu sendiri, untuk mengaktualkan ajaran Budha sesuai dengan konteks masyarakat Jepang pada zamannya. Pada prinsipnya Shinran berpendapat bahwa setiap tarikan nafas dan segala daya-upaya di dalam kehidupan manusia di dunia ini, adalah rakhmat dan karunia Amida Butsu. Oleh karenanya, orang hams selalu mempunyai kesadaran terhadap dirinya sendiri sebagai akunin (orang jahat atau orang yang tidak baik), karena tidak sepenuhnya mampu melepaskan diri dari bonno (nafsu-nafsu keduniawiaan). Selain itu, orang harus yakin sepenuh hati dan berpasrah total terhadap Amida Butsu, yang akan menyelamatkan manusia sesuai dengan janji-Nya untuk menolong manusia mencapal gokoraku judo (bumi suci) atau sorga. Bila perlu, menurut shinran, agar terjamin dapat menggapai bumi suci, setiap saat (pagi maupun malam hari), orang harus menyadari semua kesalahan dan kejahatan yang telah dilakukan-nya, karena kehidupan dapat saja berakhir seketika; sebelum orang yang bersangkutan menyadari atau mampu mengendalikan dirinya sendiri. Dalam konteks pengendalian diri semacam inilah, Shinran mengartikan akunin (orang jahat atau orang yang tidak baik), adalah seseorang yang selalu menyadari dan berpikiran bahwa dirinya adalah orang baik. Sebaliknya, zennin (orang baik), adalah orang yang selalu menyadari atau berpikiran bahwa dirinya adalah akunin (orang jahat atau orang yang tidak baik). Dalam konteks pengertian semacam ini pula, maka salah satu ajaran Shinran yang cukup kontroversial pada zamannya dapat dipahami makna yang sesungguhnya. Ajaran tersebut berbunyi: "zennin nawomochite ojowotogu, iwanya akunin woya" artinya: "orang balk bisa masuk sorga apalagi orang jahat atau orang yang tidak baik." Akunin (orang jahat atau orang yang tidak baik) yang bisa masuk sorga menurut jaran Shinran di atas, sesungguhnya adalah akunin yang telah menemukan kesadaran terhadap dirinya sendiri, bahwa sesungguhnya ia adalah akunin, karena tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari bonno (nafsu-nafsu keduniawiaan) tetapi dapat mengondalikan dirinya untuk hidup secaia wajar disertai keyakinan dan kepasrahan total terhadap Amida Butsu. Akunin (orang jahat atau orang yang tidak baik) yang telah menemukan kesadaran dirinya demikian, pada hakekatnya di mata Amida Butsu telah menjelma menjadi zennin (orang baik).Dengan demikian, maka konsep akunin shoki (peluang yang baik bagi orang jahat) dapat dipahami maknanya. Implikasi dari ajaran Shinran yang bertumpu pada konsep akunin shoki dan keyakinan yang bersifat zettai tariki dalam masyarakat Jepang, khususnya di kalangan pengarut agama Budha Jodoshinshu, adalah temyata di satu sisi ajaran dan keyakinan tersebut merupakan salah satu faktor yang mendukung terciptanya sikap dan perilaku orang Jepang yang realistis, pragmatis, dan materialistis yang seolah-olah menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kehidupannya di dunia; di sisi lain juga menjadi salah satu faktor yang mewujudkan sikap dan perilaku orang Jepang yang selalu berorientasi kepada kesabaran terhadap dirinya sendiri, yang tercermin dari "budaya malu" serta "sikap penuh rasa bersyukur dan terima kasih. Adanya ungkapan seperti; arrigato gozaimasu (terima kasih), sumimasen (maaf, walaupun dalam konteks bukan dirinya yang salah), taihen osewani narimashita, okagesamade (berkat Anda), dan sebagainya; pada hakekatnya kesemuanya itu secara tidak langsung bagi para penganut agama Budha Jodoshinshu mencerminkan ungkapan bathin mereka sebagai rasa syukur dan rasa berterima kasih terhadap karunia Amida Butsu. Bagi orang yang mengikuti ajaran Sinran ini dengan sungguh-sungguh, menurut Shinran sendiri, raut mukanya akan mengekspresikan wajah yang penuh ketenangan, kesabaran, kepasrahan, dan penuh rasa syukur. Akan tetapi paradoksnya, yang dimaksudkan oleh Shinran bukanlah merupakan pencerminan dari sikap manusia yang "fatalis" atau menyerah kepada nasib. Melainkan justru di balik ketenangan dan kepasrahan itu tersimpan suatu energi dan semangat untuk memperoleh kehidupan duniawi yang wajar, selaras dengan hakckat manusia yang bonno gusoku (tidak bisa melepaskan diri dari keinginan dan nafsu-nafsu keduniawiaan), tetapi tidak kehilangan kendali diri untuk selalu yakin dan pasrah terhadap datangnya penyelamatan dari Amida Butsu sesuai dengan janji atau sumpah-Nya, bahwa kelak mereka akan terlahir kembali di bumi suci.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>