ABSTRAK Pengolahan tepung ikan dari limbah hasil perikanan sebagai bahan baku pupukorganik telah mulai berkembang di Indonesia. Pemanfaatan ini memberikan nilaiekonomis bagi limbah hasil perikanan dan devisa negara serta berdampak positifbagi lingkungan. Di sisi lain, ekspor tepung ikan untuk pupuk dengan pasartunggal Jepang mengalami penolakan karena sering terkontaminasi hewan selainikan, seperti material sapi dan material ayam yang dikhawatirkan akan menjadimedia pembawa penyakit.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontaminasi material hewan selainikan pada tepung limbah ikan untuk pupuk dengan menggunakan metodepolymerase chain reaction (PCR), mengetahui pada tahapan proses manaterjadinya kontaminasi material hewan selain ikan, serta pengembangan sistempengolahan tepung limbah ikan untuk pupuk dengan mengadopsi sistem HazardAnalysis Critical Control Point (HACCP), yang dilakukan di suplier ataupengumpul di Muara Angke - Jakarta serta unit pengolah tepung ikan di Sidoarjodan Banyuwangi - Jawa Timur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap suplier dan unit pengolahantepung limbah ikan, kontaminasi material ayam dan material sapi positif terdeteksimelalui identifikasi DNA dengan metode pengujian PCR, yaitu 133 bp untuk ayamdan 271 bp untuk sapi. Perlakuan penambahan bulu ayam pada tepung ikansebesar 5%, 10%, 15% dan 20 % memberikan hasil yang berbeda nyata terhadappeningkatan protein non nitrogen tepung ikan, sehingga penambahan materialayam diduga sengaja ditambahkan untuk mengelabui (economic fraud)peningkatan protein tepung ikan.Penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) secarakosisten dapat meningkatkan jaminan mutu tepung limbah ikan. Peran pemerintahdalam sistem sertifikasi, yaitu sertifikat HACCP untuk proses pengolahan tepungikan dan sertifikat kesehatan (Health Certificate) untuk produk akan mampumenyelesaikan kasus penolakan tepung limbah ikan di negara importir khususnyaJepang.Direkomendasikan bahwa pengolahan tepung ikan untuk pupuk perlu menerapkansistem pengendalian mutu berdasarkan konsepsi HACCP. ABSTRACT Processing of fish meal from fishery waste as raw material for organic fertilizerhas been processed in Indonesia. The utilization of fishery waste generateeconomic value and foreign exchange as well as posotive impact to theenviroment. On the other hand, export of this product to Japan, considered as asingle market destination, have been rejected quite often due to its contaminated byother animal material such as bovine and chicken which could be used as media ofdiseases.The objection of this study are to identify animal material contamination other thanfish in fish meal product using polymerase chain reaction (PCR) methode andprocessing step contaminated, as well as development of product processingsystem by adopting HACCP in supplier and processing unit in Muara Angke –Jakarta, Sidoarjo – East Java and Banyuwangi - East Java.The result shows that in the supplier and processing unit, contaminants of bovineand chicken material have been detected using DNA identification by polymerasechain reaction (PCR), which are 133 bp for chicken and 271 bp for bovinematerial. Treatments carried out by addition of chicken feather of 5%, 10%, 15%and 20% to the product, show significantly different increasing of protein contentdetected, of which this economic fraud have always done by supplier andprocessor. Consistent implementation of HACCP system will increasing thequality assurance of product. Government roles in HACCP certification system forproduct processing ang Health Certificate to the product will give solution toeliminate rejection in country destination, especially Japan.It is highly recommended that application of the haccp system in processing offish meal shall be implemented. |