Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
" Makalah ini menyajikan risiko depresi antepartum (DAP) di antara wanita hamil, khususnya faktor stress sebelum hamil, stress selama hamil, kesesuaian perkawinan, dukungan sosial, status mental suami dan pengeluaran per-bulan. Subjek terdiri dari 580 wanita hamil triwulan ketiga yang melakukan pemeriksaan antenatal di Bagian Kebidanan Rumah Sakit Persahabatan (RSP) Jakarta. Sampel diambil sejak 1 Nopember 1999 – 15 Agustus 2002. Depresi antepartum ditapis dengan Edinburgh postnatal depression scale (EPDS), titik potong (cut-off score) ³ 13, penilaiannya dilakukan oleh psikiater. Informasi yang diperoleh melalui wawancara adalah data demografi dan karakteristik individu, hasil lembar pertanyaan terstruktur untuk data stres sebelum dan selama hamil, sedangkan kuesioner KDS, KHSI dan SCL-90 berturut-turut untuk mengukur dukungan sosial, kesesuaian hubungan perkawinan dan status mental suami (SCL-90). Prevalensi DAP di antara wanita hamil sebesar 18%. Depresi antepartum tidak terbukti berkaitan dengan faktor umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengeluaran per-bulan, jumlah kehamilan, jumlah anak, jumlah persalinan, kesehatan fisik ibu, dan riwayat sindroma premenstruasi. Wanita hamil yang mengalami stres sebelum hamil berisiko dua kali lipat mengalami DAP [odds ratio (OR) suaian = 2,04; 95% interval kepercayaan (IK): 1,12 – 3,74] dibandingkan dengan yang tidak mengalami stres sebelum hamil. Demikian pula wanita hamil yang mengalami stres saat hamil dibandingkan yang tidak mengalami stres saat hamil berisiko 2,2 kali lipat mengalami DAP (OR suaian = 2,13, 95% IK: 1,27-3,74). Dapat disimpulkan stres sebelum dan selama hamil meningkatkan risiko depresi antepartum. Oleh karena itu faktor risiko tersebut harus mendapat perhatian bagi yang menangani ibu hamil. (Med J Indones 2003; 12: 81-6)

This paper presents the risk of antepartum depression (APD) among pregnant women. In particular stress before pregnancy, stress during pregnancy, marital relationship, social support, husband’s mental status and monthly expenditure. The subjects consisted of 580 pregnant women in the third trimester, who attended antenatal care at the Department of Obstetrics of the Persahabatan Hospital Jakarta from November 1, 1999 to August 15, 2001. Antepartum depression was screened by a psychiatrist using the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Information on demographic and personal characteristics were collected from fill-in form. Through this form, the respondent gave information on stress before and during pregnancy, and from questionnaires Kuestioner Dukungan Sosial (KDS), Kesesuaian Hubungan Suami Istri (KHSI) and the Symptom Check List-90 (SCL-90) information about social support, marital relationship, and husband’s mental status were collected respectively. The prevalence of APD was 18%. Antepartum depression and non-antepartum depression were similar in terms of age groups, level of education, occupations, monthly expenditures, number of pregnancies, number of children, number of deliveries, physical health condition, and history of premenstrual syndromes. Pregnant women with stress before pregnancy had a two-fold risk of APD [adjusted odds ratio (OR) = 2.04; 95% confidence intervals (CI): 1.12 – 3.74] compared to pregnant women without stress before pregnancy. In addition, when compared to pregnant women without stress during pregnancy, those with stress during pregnancy had 2.2-fold risk of developing APD (adjusted OR=2.13, 95% CI: 1,27-3,74). In conclusion, stress before and during pregnancy increased the risk antepartum depression. Therefore, attention should be paid to pregnant women with these risk factors. (Med J Indones 2003; 12: 81-6)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (2) April June 2003: 81-86, 2003
MJIN-12-2-AprilJune2003-81
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Nurhayati
"Skripsi ini membahas gambaran, hubungan dan model prediksi berat lahir bayi berdasarkan pertambahan berat badan ibu selama hamil, umur, pendidikan, pekerjaan, Ante Natal Care ( ANC ), jarak kelahiran dan berat badan sebelum kehamilan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian kohort retrospektif menggunakan data sekunder 2010-2011 dengan 180 sampel. Analisa data meliputi analisa univariat,bivariat, dilanjutkan analisa multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan pertambahan berat badan ibu selama hamil mempunyai pengaruh paling besar terhadap berat lahir bayi dikontrol variabel umur ibu, pendidikan, pekerjaan, ANC, jarak kehamilan dan berat badan sebelum hamil. Berdasarkan hasil analisis disarankan memantau pertambahan berat badan selama hamil sehingga dapat meningkatkan berat lahir bayi.

The focus of this study discusses the image, influence and make infants birth weight prediction models based on maternal weight gain during pregnancy with birth weight infants. In addition to birth weight also affected by age, education, occupation, Ante Natal Care(ANC),a distance of pregnancy,and weight before pregnancy. The research design was a retrospective cohort study using secondary data from 2010-2011 with 180 samples in Puskesmas Wonosari, Klaten, Central Java. Data analysis comprised univariate, bivariate and most recsently by multivariate analysis.
The results showed maternal weight gain during pregnancy has the greatest impact on birth weight after controlling by maternal age, education, occupation, frequency of ANC, spacing pregnancies and weight before pregnancy. Based on the results was advised to Puskesmas Wonosari II to health professionals especially midwife to gain capability of monitoring the weight gain during pregnancy, there by increasing infant birth weight."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Sunyoto
"Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dengan perdarahan antepartum di RSU dilakukan penelitian dengan rancangan case-control yang menggunakan data rekam medis di RSU se wilayah III Cirebon tahun 1992-1996 yang dipergunakan format MCM sebagai alat pengumpul data. Populasi adalah ibu hamil yang datang ke RSU dengan komplikasi perdarahan antepartum, diambil seluruh kasus kematian ibu PAP sebagai sampel yaitu 53 ibu PAP dan 263 ibu PAP yang tidak meninggal dan terpilih sebagai control. Digunakan analisa univariat, bivariat dan regresi logistik untuk memperkirakan OR dan 95% confidence interval serta interaksi digunakan untuk memerikasa efek modifikasi. Temyata yang berpotensi sebagai konfonding adalah persalinan dan kesiapan darah, umur kehamilan dan kegawatan serta frekuensi hamil dan kegawatan adalah persalinan dan kesiapan darah, umur kehamilan dan kegawatan serta frekuensi hamil dan kegawatan. Melalui penelitian ini didapat faktor penentu terhadap kematian ibu PAP adalah tindakan pengakhiran persalinan, pendidikan ibu, kondisi kegawatan saat tiba di RSU, status rujukan, umur kehamilan, frekuensi kehamilan dan kesiapan darah. Ternyata variabel persalinan menjadi faktor penentu utama terhadap kematian ibu dengan perdarahan antepartum di rumah sakit Umum, tepatnya ibu PAP yang datang ke RSU tidak diakhiri persalinan rnempunyai risiko kematian lebih besar dari pada yang diakhiri persalinan di RSU.
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencegah kematian ibu PAP di RSU antara lain setiap ada kasus PAP diatas 35 minggu baru dapat di pulangkan setelah tindakan pengakhiran kehamilan; dan sarana tenaga, material khususnya untuk pembedahan dan pembiayaan serta prosedur tetap di RSU senantiasa menjadi perhatian pimpinan RSU dan Pemerintah Daerah untuk pemenuhannya. Untuk pelayanan kesehatan ekstemal RSU diharuskan segera merujuk ibu PAP tanpa melakukan manipulasi apapun serta memberikan pertolongan pertama untuk perdarahannya baik infus maupun transfusi. Selain itu agar senantiasa diupayakan pembatasan kehamilan yang dapat mempengaruhi kematian ibu khususnya ibu dengan PAP.
Karena pendidikan ibu mempengaruhi kematian Ibu PAP maka pemberdayaan wanita menjadi panting agar wanita dapat mengambil keputusan sendiri, dapat mempersiapkan kelahiran dengan baik sehingga 2 keterlambatan dapat dihindari; dengan melibatkan keluarga masyarakat dan aparat.

It is found out through the research that the decisive factor responsible for the death of pregnant women with antepartum hemorrhage are the effort of breaking up the pregnancy with child birth, the educational back ground of the women, the condition of criticalness when they enter the hospital, the status of reference, the age of pregnancy, the frequent of pregnancy, and the readiness of blood. It is found out too that the child birth variable is the main decisive factor on the death of pregnant women with antepartum hemorrhage; the death risk is higher on the pregnant women with antepartum hemorrhage without child birth efforts in comparison to the others with child birth efforts.
It can be concluded that, to prevent the pregnant women with antepartum hemorrhage from death, there should be the effort of breaking u[ the pregnancy with child birth, the availability dualified human resources and equipments for surgical operation, financing, and the regular procedure applied at the hospitals should always be paid attention by the head of the hospitals and the local goverment. For the external health service, the hospitals should immediately refer to the pregnant women with antepartum hemorrhage without making any manipulation and give them the first aid for their bleeding. In addition, there should be efforts to restrict pregnancies which may cause death to the pregnant women with antepartum hemorrhage.
Since the educational back ground influences the death of the pregnant women with antepartum hemorrhage, the women's education should be increased in order that they can make their own decisions in the anticipation of their child birth involving the families, sorroundings, and goverment agencies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Penilaian aktivitas fisik ibu selama kehamilan sangat penting karena hubungan yang erat antara tingkat aktivitas fisik dan status kesehatan.1 Hubungan erat antara aktivitas fisik sehari-hari dan hasil luaran kehamilan masih belum jelas terungkap karena luasnya variasi desain studi dan langkah-langkah penilaian aktivitas fisik.2 TUJUAN: Untuk melihat sebaran aktivitas ibu hamil pada trimester 3, kemudian melihat adanya hubungan antara aktivitas fisik ibu hamil pada trimester ke-3 dengan metode persalinan, skor APGAR bayi pada menit ke-5, dan berat lahir bayi. Dapat digunakan juga sebagai dasar rekomendasi bagi masyarakat luas mengenai aktivitas fisik selama kehamilan, dan rekomendasi bagi pembuat kebijakan mengenai karyawan yang bekerja di masa kehamilan. METODE: Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik ibu hamil dengan luaran ibu hamil dan bayi baru lahir akan digunakan desain potong lintang, dengan melakukan pengamatan secara akurat dan sistematik.HASIL: Penelitian ini melibatkan 100 ibu melahirkan, yang didapatkan bahwa rerata usia responden adalah 27 tahun, dengan nilai tengah paritas adalah 2. Berdasarkan penilaian kuesioner PPAQ didapatkan bahwa nilai tengah akfitivitas mingguan responden adalah 346 MET-jam/minggu dengan nilai tengah tertinggi dilakukan untuk aktivitas ringan Median 143 , dan aktivitas rumah tangga Median 131 . Sedangkan aktivitas olahraga dikerjakan sangat sedikit, dengan nilai tengah 1.63 MET- jam/minggu. Tidak terdapat hubungan antara usia, paritas, jumlah aktivitas fisik dan intensitas terhadap metode persalinan. Pada saat dilakukan uji data numerik, didapatkan bahwa nilai tengah dari kelompok yang melahirkan pervaginam, adalah 341, dan untuk sectio secarea adalah 347.5, perbedaan ini tidak bermakna baik secara klinis maupun statistik p=0.696 . Pada saat analisa untuk melihat faktor yang memengaruhi berat badan, didapatkan bahwa aktivitas dan usia memiliki P ABSTRACT
BACKGROUND The assessment of maternal physical activity during pregnancy is crucial due to the close relationship between the PA levels and the health status.1 The potential relationship between daily physical activity and pregnancy outcome remains unclear because of the wide variation in study designs and physical activity assessment measures.2OBJECTIVES This study was aimed to evaluate the pregnancy daily activities at third trimester and its association between methods of delivery, the fifth minute APGAR score, and birth weight. This study could be used as a basic recommendation for society about daily activities during pregnancy. METHODS This study was a cross sectional study evaluating the association between pregnant women daily activities and maternal and perinatal outcomes by doing systematic and accurate observation.RESULTS Among 100 mother who had delivery, the average of age was 27 years old, and the median of the parity was 2. Based on the assessment of PPA questionnaire, we got the median value of weekly daily activities was 346 MET hours per week which mild activities had the highest point median 143 MET and household activities median 131 MET . However, physical exercises were done infrequently, with median value of 1.63 MET hours per week. There was no significant relationship between age, parity, the amount and intensity of physical activities and methods of delivery. In numerical analysis, we got the median value of physical activities among subjects who had vaginal delivery was 341 MET, and for cesarean section was 347.5 MET. This difference was either not statistically or clinically significant p 0,696 . Physical activities and age had p value below 0,25, therefore they could be included in multivariate analysis. However, both of them were not statictically significant with birth weight. There was no statistically significant association between fifth minute APGAR score and the intensity of physical activities, age, and parity. Meanwhile, babies with fifth minute APGAR score below 7 were mostly delivered by mother having minimal physical activities and there was no significant association between them.CONCLUSION There was no significant association between age, parity, the amount and intensity of physical activities and methods of delivery. And, there was no significant association either between physical activities or age and birth weight. There was no significant association between fifth minute APGAR score and the intensity of physical activities, age, and parity. Babies having fifth minute APGAR score below 7 were mostly delivered by mother having minimal physical activities and had no significant association between them. KEYWORDS pregnancy physical activities, PPA questionnaire "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Wicaksono
"Stunting berdasarkan tinggi badan anak di bawah normal setelah 1000 hari pertama kehidupan dapat dicegah dengan menangani faktor risiko stunting pada ibu hamil yakni gizi dan depresi selama kehamilan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan faktor risiko stunting pada ibu hamil yakni kemampuan adaptasi ibu hamil dan dukungan sosial suami. Penelitian cross-sectional 118 ibu hamil dan suami dengan quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara LiLA, adaptasi ibu hamil (fisiologis, fungsi peran, dan interdependen), dukungan sosial suami, pendidikan ibu hamil, pekerjaan ibu hamil, dan kehamilan direncanakan dengan depresi kehamilan serta hubungan signifikan antara pekerjaan ibu hamil dengan LiLA (p value<0,05). Temuan kejadian membuktikan tindakan preventif dan promotif perlu lebih ditingkatkan sehingga memberikan hasil yang efektif dengan dibuktikan oleh penelitian di kemudian hari.

Stunting based on the child's height after the first 1000 days of life can be prevented by addressing the risk factors for stunting in pregnant women, namely nutrition and depression during pregnancy. Factors related to risk factors for stunting in pregnant women are the adaptability of pregnant women and husband's social support. This cross-sectional study of 118 pregnant women and husbands with quota sampling. The results showed a significant relationship between LiLA, adaptation of pregnant women (physiological, role function, and interdependent), husband's social support, education of pregnant women, work of pregnant women, and planned pregnancy with pregnancy depression as well as a significant relationship between the work of pregnant women and LiLA (p. value <0.05). The incident findings prove that preventive and promotive actions need to be further improved so as to provide effective results as proven by future research."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Geraldus Sigap Gung Binathara
"Latar Belakang: Kehamilan ektopik adalah suatu kondisi dimana blastokista tidak berimplantasi pada posisi yang tepat yaitu pada dinding endometrium. Setiap tahunnya, 0,03% ibu hamil di suatu negara mengalami kehamilan ektopik, sehingga mencapai 60.000 di seluruh dunia. Wanita paruh baya, yang menggunakan kontrasepsi, memiliki riwayat kehamilan ektopik, belum menikah, dan mungkin pernah menjalani operasi, mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik mempunyai dampak yang besar terhadap bayi dan ibu, sehingga penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko kehamilan ektopik khususnya di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini menggunakan rekam medis tahun 2021 - 2022 dari Departemen Obstetri & Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Data pasien mencakup usia, status perkawinan, penggunaan kontrasepsi, riwayat kehamilan ektopik, riwayat kehamilan, dan riwayat operasi. Hasil: Karakteristik demografi usia (p = 0,015), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya (p<0,001), dan riwayat bedah obstetri dan ginekologi (p = 0,019) menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun, status perkawinan (p = 0,17), penggunaan kontrasepsi (p = 0,14), dan riwayat kehamilan (p = 0,07) tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Kesimpulan: Faktor risiko usia, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, dan riwayat bedah obstetri dan ginekologi mempunyai asosiasi yang signifikan terhadap terjadinya kehamilan ektopik.

Introduction: Ectopic pregnancy is a condition where the blastocyst does not implant in the right position which is on the endometrial wall. Each year, 0.03% of pregnant women in a country have ectopic pregnancy, reaching 60.000 worldwide. Women in their middle age, who take contraception, have a history of ectopic pregnancy, are unmarried, and may have had surgery are at higher risk of ectopic pregnancy. Ectopic pregnancy has a major impact on the baby and mother, so this study seeks to identify the causes and risk factors of ectopic pregnancy, particularly in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Methods: This study includes 2021 - 2022 medical records from the Department of Obstetrics & Gynecology, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, and its demography. Patients' data will include age, marital status, contraceptive use, history of ectopic pregnancy, history of pregnancy, and history of obstetric and gynaecologic surgery. Results: Risk factors’ of age (p = 0.015), history of previous ectopic pregnancy (p<0.001), and obstetrics and gynaecologic surgical history (p = 0.019) showed a significant difference. However, marital status (p = 0.17), contraceptive use (p = 0.14), and history of pregnancy (p = 0.07) were not significantly different. Conclusion: The risk factors of age, history of previous ectopic pregnancy, and obstetrics and gynaecologic surgical history had a significant association towards the occurrence of ectopic pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Yulam Sari
"Gangguan perkembangan pervasif (GPP) merupakan kelompok gangguan yang ditandai dengan terlambatnya perkembangan keterampilan fungsional dalam sosialisasi, komunikasi, bahasa dan fungsi motorik.Prevalensi GPP dari tahun ke tahun semakin meningkat.Berbagai faktor diduga berkaitan dengan kejadian GPP termasuk faktor kehamilan ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor kehamilan dengan GPP. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan melibatkan 52 anak dengan GPP (44 laki-laki, 8 perempuan) dan 156 anak tanpa GPP sebagai kontrol (132 laki-laki, 24 perempuan) dengan umur rata-rata kelompok kasus dan kontrol 7,3 tahun, untuk menganalisis enam faktor kehamilan ibu yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian GPP. Data diperoleh dari wawancara terhadap ibu kandung masing-masing anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ibu merokok saat hamil berhubungan secara bermakna dengan GPP (OR = 6,417; 95% CI 1,140-36,12; p = 0,035). Demikian pula dengan riwayat infeksi (OR = 4,250; CI 3,319-5,443; p = 0.004) dan riwayat depresi ketika hamil (OR = 4,508; 95% CI 2,015-10,084; p = 0,001). Riwayat ibu sebagai perokok pasif, kebiasaan meminum alkohol, dan konsumsi obat-obatan selama hamil tidak berhubungan secara bermakna dengan GPP.
Disimpulkan bahwa kebiasaan ibu merokok, riwayat infeksi, dan riwayat depresi saat hamil merupakan faktor risiko penting Gangguan Perkembangan Pervasif.

Pervasive developmental disorder (PDD) is a group of developmental disorders that is characterized by delays in the development of functional skills in socialization, communication, language and motor function. Prevalence of PDD is increasing every year. Various factors are suspected to have correlation with PDD including maternal pregnancy factors.
This study aims to determine the relationship between pregnancy factors with PDD. This study used case -control design involving 52 children with PDD (44 males and 8 females) and 156 children without PDD as controls (132 men and 24 women) with an average age of cases and controls 7.3 years , to analyze the correlation between six maternal pregnancy factors that may affect the incidence of PDD. Data were obtained from interviews with the biological mother of each child.
The results showed that maternal smoking habits during pregnancy significantly correlate with PDD (OR = 6.417; 95% CI 1.140 - 36.12; p = 0.035). As well as a history of infection (OR = 4.250; CI 3.319 -5.443; p = 0.004) and a history of depression during pregnancy (OR = 4.508; 95% CI 2.015 -10.084; p = 0.001). Meanwhile, maternal history of passive smoking, alcohol drinking habits, and consumption of drugs during pregnancy was not significantly associated with PDD.
In conclusion, maternal smoking, history of infection and a history of depression during pregnancy have an important role as risk factors ofPervasive Development Disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novalda Ardheliza Ekawijaya
"Ketidaknyamanan fisik yang dirasakan selama kehamilan yang dapat menyebabkan berbagai dampak, salah satunya adalah dapat memperburuk kualitas tidur serta menimbulkan kecemasan pada ibu hamil. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara ketidaknyamanan fisik selama kehamilan dengan kualitas tidur serta tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional dengan metode consecutive sampling untuk mengumpulkan total 115 sampel. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik pasien atau data demografi, kuesioner Maternal Physical Discomfort Scale (MPDS), Sleep Quality Index (PSQI), dan Pregnancy Related Anxiety Questionnaire (PRAQ). Mayoritas responden mengalami ketidaknyamanan fisik sedang (53,9%), kualitas tidur yang buruk (55,7%), serta tingkat kecemasan ringan (51,3%). Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketidaknyamanan fisik selama kehamilan dengan kualitas tidur (p value = 0,004) dan tingkat kecemasan (p value = 0,00). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan asuhan keperawatan maupun program kesehatan pada ibu hamil terutama yang sudah memasuki trimester III yang berkaitan dengan ketidaknyamanan fisik, kualitas tidur, serta kecemasan selama kehamilan.

The physical discomfort felt during pregnancy can cause various impacts, one of which is that it can worsen sleep quality and cause anxiety in pregnant women. Therefore, this study aims to determine the relationship between physical discomfort during pregnancy and sleep quality and anxiety levels in third trimester pregnant women in DKI Jakarta. This research is a quantitative cross-sectional study with consecutive sampling method to collect a total of 115 samples. The questionnaire used in this study consisted of patient characteristics or demographic data, the Maternal Physical Discomfort Scale (MPDS) questionnaire, the Sleep Quality Index (PSQI), and the Pregnancy Related Anxiety Questionnaire (PRAQ). The majority of respondents experienced moderate physical discomfort (53.9%), poor sleep quality (55.7%), and mild anxiety (51.3%). Based on the results of the Spearman correlation test, it was found that there was a significant relationship between physical discomfort during pregnancy and sleep quality (p value = 0.004) and anxiety levels (p value = 0.00). The results of this study can be used as a reference for developing nursing care and health programs for pregnant women, especially those who have entered the third trimester related to physical discomfort, sleep quality, and anxiety during pregnancy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Safitri Fatiah
"Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan antepartum pada ibu hamil di RSU Kabupaten Tangerang tahun 2012. Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil di Kabupaten Tangerang tahun 2011 adalah perdarahan antepartum sekitar 4%. Hal ini menarik minat peneliti untuk mengetahui faktor penyebab kejadian perdarahan antepartum pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan cara menganalisa data rekam medik. Hasil Penelitian menemukan bahwa pendidikan, usia, frekuensi hamil, dan kadar Hb berhubungan dengan kejadian perdarahan antepartum.

This study analyzed factors related to the incidence of antepartum haemorrhage in pregnant women at the General Hospital Tangerang district in 2012. One of the causes of death in pregnant women in Tangerang regency in 2011 was antepartum haemorrhage as big as 4%. We would like to determine the reasons the incidence of antepartum haemorrhage in pregnant women. This study uses a quantitative method by analyzing medical records. Research found that education, age, frequency of pregnancy, and Hb levels associated with the incidence of antepartum haemorrhage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>