Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Reinita
"Abad ini dapat didefinisikan sebagai Abad Produktifitas. Salah satunya yang terpenting adalah dengan bangkitnya Jepang sebagai negara adidaya ekonomi, terutama diwamai dengan terjadinya revolusi mutu di Jepang. Konsumen Amerika lebih menyukai produk Jepang, tapi produsen Amerika tidak menyukai situasi lersebut. Orang Amerika telah mengekspor jutaan kesempatan kerja dan neraca perdagangannya timpang sehingga dipaksa untuk melawan revolusi mutu.
Oleh karena itu meningkatnya persaingan semakin menyadarkan perusahaan akan mutu. Arti mute atau kualilas yang semula bersifat netral perlahanlahan bergerak kearah positif. Upaya untuk meningkatkan mute masih akan menyibukkan berbagai pihak selama beberapa dasawarsa mendatang. Semua bermula pada awal tahun 1980-an dimana banyak perusahaan mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu, tetapi hanya sedikit sekali yang berhasil menjadi pimpinan di bidang mutu. Dengan demikian persaingan di dalam mute meningkat secara drastis.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, bila ingin eksis di pasar internasional maka harus mampu memenuhi tuntutan konsumen yang berkaitan dengan sertifikat mutu. ISO (The Internasional Organization for Standardization) adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan sistem standar mutu atas barang dan jasa.
Thesis ini mencoba untuk menganalisa pernberlakuan ISO di Indonesia dalam menghadapi era perdagangan bebas. Banyak hal-hal yang dapat diuraikan, seperti sejarah ISO, berapa macam bentuk ISO, bagaimana implementasinya di Indonesia dan apa manfaat serta hambatan yang dihadapai Indonesia dalam dunia bisnis saat ini bila tidak mendapatkan sertifikasi ISO."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T19151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delima Hasri Azahari
"It is a paradox that Indonesian agriculture would prefer a market oriented condition to enhance its economic performance but al the same time it requires at significant degree cf Government intervention to maintain its economic and non economic goals to face with economic globalization. The existence of marker imperfection as an argument of government intervention on agriculture has been an economic characteristic of agriculture of developing countries and' it is being worsened by biased trade policy applied by developed countries. By realizing its unfaded importance, Indonesia should see the paradox and consider it when making position for negotiations on market liberalization of agriculture."
2007
JHII-4-3-Apr2007-481
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mahjus Ekananda
"Efek resiko nilai tukar pada perdagangan internasional telah banyak menarik perhatian pada ilmu ekonomi intemasional. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru lagi, karena isunya rnempunyai implikasi yang panting untuk pemilihan sebuah sistem moneter internasional. Misalnya, hal ini merupakan salah satu argumentasi utama ekonomi untuk penyatuan keuangan di Eropa, karena secara umum dipercaya bahwa resiko nilai tukar menghambat perdagangan intemasional.
Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam menggairahkan ekspor yaitu dengan melakukan kebijakan devaluasi atau melalui depresiasi terkendali yang bertahap. Mulai dari tahun 1970 dengan kurs Rp. 626,751$ sampai tahun 1990 dengan kurs Rp,2,4311$ pemerintah melakukan serangkaian kebijakan perubahan nilai tukar untuk menyesuaikannya dengan harga perdagangan dunia dan untuk meningkatkan nilai kompetitif barang ekspor Indonesia.
Krisis moneter tahun 1997 membuat nilai tukar rupiah menurun tajam dari Rp. 2.500,- per dollar US sampai dengan Rp. 12,000,- per dollar US seharusnya memberikan dampak menggairahkan ekspor, ternyata banyak faktor yang menyebabkan nominal ekspor tidak meningkat yang disebabkan faktor-faktor lain seperti resiko negara (risk country) dan ketersediaan bahan baku ekspor yang sulit diusahakan pada waktu itu."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kasan
"Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Peranannya dalam perekonomian semakin penting terutama perdagangan luar negeri. Peranan ekspor dan impor terus meningkat
sejak Pelita I sampai dengan Pelita VI dimana selama periode tersebut nilai ekspor meningkat 44,6 kali lipat sedangkan impor meningkat hampir 55 kali lipat.
Berkembangnya perdagangan luar negeri dipengaruhi oleh fakor internal dan ekstemal. Salah satu faktor intemal yang mendukung berkembangnya perdagangan luar negeri adalah pelaku ekspor atau impor itu sendiri disamping
adanya faktor penunjang. Trading House sebagai salah satu pelaku dalam perdagangan luar negeri, keberadaan dan peranannya belum banyak dibahas secara komprehensif. Padahal di negara seperti Jepang dan Korea Selatan peranan
Trading House sudah terbukti keberhasilannya dalam menunjang perdagangan luar negeri kedua negara tersebut.
Oleh karena itu tulisan ini mengkaji peranan Trading House, sebagai kasus dipilih PT. Dharma Niaga dalam menunjang perdagangan luar negeri Indonesia. Pengukuran peranan dilakukan dengan melihat kontribusi ekspor dan impor PT. Dharma Niaga, komoditi unggulan yang diperdagangkan serta jenis pelayanan jasa yang diberikan oleh perusahaan bagi kelancaran ekspor dan impor.
PT. Dharma Niaga sebagai salah satu Trading House, peranannya masih relatif kecil dalam menunjang perdagangan luar negeri Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi ekspor dan impor perusahaan terhadap total ekspor dan impor Indonesia yang rata-rata di bawah 1% selama periode 1992-1996.
Selain itu, komoditi unggulan perusahaan yang diperdagangkan juga tidak sejaian dengan komoditi unggulan yang ditetapkan oleh pemerintah cq. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Demikian pula jenis jasa yang diberikan kepada kliermya oleh perusahaan masih terbatas pada jasa paperwork, jasa pergudangan dan jasa distribusi.
Peranan trading house sangat diperlukan dalam mengatasi gejolak rupiah agar kinerja ekspor dapat dipertahankan terutama bantuan keuangan baik dalam bentuk kredit pinjaman maupun bantuan keuangan lainnya. Selain itu trading house juga hams mampu secara aktif memanfaatkan fasilitas seperti swap dan forward yang disediakan untuk membantu eksportir dan importir mengatasi gejolak tersebut.
Untuk meningkatkan peranan trading house dalam menunjang perdagangan luar negeri Indonesia maka diperlukan adanya dukungan pemerintah terhadap pendirian, pendanaan dan dukungan operasional di lapangan oleh pemerintah. Pemerintah juga perlu mendukung upaya perluasan pasar ke negara-negara yang potensial untuk dimasuki terutama kawasan Eropa Timur .
Selain dukungan pemerintah, pemsahaan trading house sendiri juga harus membangun jaringan yang kuat dan membangun sistem manajemen pemasaran yang handal terutama daiam mengumpuikan informasi mengenai peluang pasar,
calon pembeli dan calon penjuai tidak hanya di dalam negeri tetapi Juga di pasar intemasional. Pemsahaan Trading House juga hams menjalin kerjasama yang kuat dengan pemsahaan Indonesia yang sudah beroperasi secara global agar dapat meningkatkan supply dan demand sehingga volume transaksi perusahaan mencapai skala ekonomi yang paling optimal."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasan
"Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting
dalam perekonomian nasional. Peranannya dalam perekonomian semakin penting
terutama perdagangan luar negeri. Peranan ekspor dan impor terus meningkat
sejak Pelita I sampai dengan Pelita VI dimana selama periode tersebut nilai
ekspor meningkat 44,6 kali lipat sedangkan impor meningkat hampir 55 kali
lipat.
Berkembangnya perdagangan luar negeri dipengaruhi oleh fakor internal
dan eksternal. Salah satu faktor internal yang mendukung berkembangnya
perdagangan luar negeri adalah pelaku ekspor atau impor itu sendiri disamping
adanya faktor penunjang. Trading House sebagai salah satu pelaku dalam
perdagangan luar negeri, keberadaan dan peranannya belum banyak dibahas
secara komprehensif. Padahal di negara seperti Jepang dan Korea Selatan peranan
Trading House sudah terbukti keberhasilannya dalam menunjang perdagangan
Luar negeri kedua negara tersebut.
Oleh karena itu tulisan ini mengkaji peranan Trading House, sebagai kasus
dipilih PT. Dharma Niaga dalam menunjang perdagangan Luar negeri Indonesia.
Pengukuran peranan dilakukan dengan melihat kontribusi ekspor dan impor PT.
Dharma Niaga, komoditi unggulan yang diperdagangkan serta jenis pelayanan
jasa yang diberikan oleh perusahaan bagi kelancaran ekspor dan impor.
PT. Dharma Niaga sebagai salah satu Tradìng House, peranannya masih
relatif kecil dalam menunjang perdagangan Luar negeri Indonesia. Hal ini terlihat
dari kontribusi ekspor dan impor perusahaan terhadap total ekspor dan impor
Indonesia yang rata-rata di bawah 1% selama periode 1992-1996.
Selain itu, komoditi unggulan perusahaan yang diperdagangkan juga tidak
sejalan dengan komoditi unggulan yang ditetapkan oleh pemerintah cq.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Demikian pula jenis jasa yang
diberikan kepada kliennya oleh perusahaan masih terbatas pada jasa paperwork,
jasa pergudangan dan jasa distribusi.
Peranan trading house sangat diperlukan dalam mengatasi gejolak rupiah
agar kinerja ekspor dapat dipertahankan terutama bantuan keuangan baik dalam
bentuk kredit pinjaman maupun bantuan keuangan lainnya. Selain itu trading
house juga harus mampu secara aktif memanfaatkan fasilitas seperti swap dan
forward yang disediakan untuk membantu eksportir dan importir mengatasi
gejolak tersebut.
Untuk meningkatkan peranan trading house dalam menunjang perdagangan
luar negeri Indonesia maka diperlukan adanya dukungan pemerintah terhadap
pendirian, pendanaan dan dukungan operasional di lapangan oleh pemerintah.
pemerintah juga perlu mendukung upaya perluasan pasar ke ncgara-negara yang
potensial untuk dimasuki terutama kawasan Eropa Timur.
Selain dukungan pemerintah, perusahaan trading house sendiri juga harus
membangun jaringan yang kuat dan membangun sistem manajemen pemasaran
yang handal terutama dalam mengumpulkan informasi mengenai peluang pasar,
calon pembeli dan calon penjual tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di pasar
internasional. Perusahaan Trading House juga hams menjalin kerjasama yang
kuat dengan perusahaan Indonesia yang sudah beroperasi secara global agar
dapat meningkatkan supply dan demand sehingga volume transaksi perusahaan
mencapai skala ekonomi yang paling optimal.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T3665
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Panji Mohamad Pandu Wirawan
"Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap negara, oleh karena itu sangat diperlukan hubungan perdagangan antar negara yang tertib dan adil. Untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan di bidang perdagangan internasional, maka diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional, serta dapat mengatur hubungan dagang antar negara. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa sajakah tindakan-tindakan pelanggaran yang dikategorikan sebagai dumping menurut WTO Agreement? Bagaimanakah WTO Agreement mengatur kegiatan dumping dalam perdagangan internasional? Bagaimanakah penerapan atas sanksi yang diberikan dan efeknya terhadap suatu negara yang melakukan kegiatan dumping?
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, dengan menggunakan data sekunder dan menggunakan metode analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh bersifat kualitas.
Hasil penelitian menyatakan Tindakan-tindakan pelanggaran yang dikategorikan sebagai dumping menurut WTO Agreement adalah tindakan yang telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal VI ayat (1) GATT 1947, sehingga GATT memberikan hak kepada para anggota GATT untuk dapat menerapkan tindakan-tindakan antidumping jika praktik dumping yang terjadi telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal VI ayat (1) GATT 1947. Penerapan atas sanksi yang diberikan dan efeknya terhadap suatu negara yang melakukan kegiatan dumping adalah sanksi administrasi berupa pencabutan regulasi dan juga pemberlakukan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap Negara yang melakukan kegiatan dumping. Efeknya adalah pencabutan regulasi dan juga kerugian bagi perusahaan asal Negara yang telah melakukan praktik dumping.

International trade is a very important factor for every country, therefore an orderly and fair trade between countries is needed. To realize order and justice in the field of international trade, rules are needed that are able to maintain and maintain the rights and obligations of international trade actors, and can regulate trade relations between countries. The problem in this study is what are the violations that are categorized as dumping according to the WTO Agreement? How does the WTO Agreement regulate dumping activities in international trade? What is the application of sanctions given and their effects on a country that is carrying out dumping activities?
This study uses a normative juridical method, using secondary data and using qualitative data analysis methods, because the data obtained are of a quality nature.
The results of the study state that the violations categorized as dumping according to the WTO Agreement are actions that have fulfilled the elements in Article VI paragraph (1) GATT 1947, so that the GATT gives the GATT members the right to implement antidumping measures if dumping practices what happened has fulfilled the elements in Article VI paragraph (1) GATT 1947. The application of sanctions given and their effect on a country that conducts dumping activities is administrative sanctions in the form of revocation of regulations and also the imposition of Anti-Dumping Import Duty (BMAD) on the State dumping activities. The effect is revocation of regulations and also losses for companies from countries that have carried out dumping practices.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T52233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: ICC Indonesia, 2014
382 INT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Handoko P. Gondokusumo
"ABSTRAK
Untuk dapat mengimbangi kenaikan jumlah penduduk serta
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya, setiap negara
perlu meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dilain pihak, upaya
peningkatan pertumbuhan ekonami selalu akan menimbuikan
peningkatan permintaan devisa. Peníngkatan kebutuhan devisa
diperlukan untuk membiayai pembelian barang dan jasa, baik
untuk investasi maupun untuk konsumsi. SaIah satu cara untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut adaiah dengan
meningkatkan ekspor. Dengan demikian bagi negara berkembarig
yang sedang membangun seperti Indonesia ekspor mutlak
diperlukan.
Sampai dengan tahun 1984/1985 ekspor Indonesia masih
didominasi oleh ekspor migas, yaitu mencapai 68% dari total
ekspor. Namun dengan semakin turunnya harga migas dipasaran
dunia, pemerintah berusaha meningkatkan ekspor nonmigas dengan
berbagai cara. Pada tahun 1990 ekspor nonmigas Indonesia telah
meningkat menjadí 56% dari total ekspor. Sementara peranan
pendapatan migas turun dari 54% menjadi 37% dan total
anggaran pendapatan pada tahun 1990/1991.
Salah satu komoditi yang menjadi penunjang utama sektor
nonmigas adalah dari produk?produk hasil kayu. Ekspor hasil
kayu pada tahun 1990 mencapai 23% dari total ekspor non migas
Indonesia dan menduduki peringkat pertama. Namun keberhasilan
ekspor hasil kayu tersebut masih didominasi oleh produk?produk
primer yang rendah nilai tambahnya dan rnempercepat laju
kerusakan hutan. Oleh karena itu pemerintah berusaha untuk
meningkatkan ekspor dan produk?produk sekunder dengan nilai
tamban yang lebih tinggi, antara lain dengan menghentikan
ekspor kayu gelondongan dan pembatasan ekspor kayu gergajian.
Salah satu dan produk sekunder yang tampaknya cukup
prospektif adaìah wooden furniture.
Pasar wooden furniture Indonesia yang terutama adalah
kenegara?negara maju, dengan jumiah terbesar ke Jepang,
Amerika Senikat, Eropa Barat dan negara-negara NIE seperti
Taiwan, Hongkong dan Singapura. Negara importir yang banyak
mengimpor dari negara berkembang adalah Jepang dan Amerika
Serikat. Sedangkan di Eropa Barat mayoritas masih dikuasai
oleh intra industry trade. Permintaan akan wooden furniture
dari negara?negara tersebut terus meningkat setiap tahun,
sementara produksi didalam negerinya tidak dapat mengimbangi
kenaikan permintaan tersebut. Sehingga peluang pasar yang ada
cukup potensial.
Kesulitan yang dialami oleh produsen dinegara?negara maju
adalah semakin sulitnya memperoleh bahan baku dan upah tenaga
kerja yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut banyak
perusahaan yang menerapkan teeknoIogi dan peralatan produksi
yang canggih, agar dapat. meningkatkan efisiensinya. Untuk
perusahaan berskala menengah kebawah langkah yang diambil
adalah spesialisasi, terutama produsen di Eropa Barat.
Kelompok produk yang diekspor Indonesia rneliputi : chair
and other seats of wood or wicker-work (SITC 821 11 10), parts
of chairs and seats of wood and wicker-work (SITC 821 19 10),
office furniture of wood (SITC 821 92 40), other- furniture of
wood (SITC 821 92 90), parts of wooden drawing table (SITC 821
99 21). Jumlah ekspor terbesar adalah untuk SITC 821 11 10.
Pertumbuhan ekspor nya mencapai 88% per tahun, pangsa
pasar relatif meningkat terus, dan konsentrasi pasar semakin
menurun. Hal tersebut, menunjukkan bahwa produk wooden
furniture Indonesia cukup mempunyal daya saing dalam menembus
pasar internasjonal, terutama untuk segmen kelas menengah
kebawah. Namun secara absolut, pangsa pasar Indonesia dipasar
dunia masih cukup kecil yaitu hanya 0,71%.
Produk yang diekspor adaìah untuk segmen pasar kelas
menengah, yaitu dengan local wood content sekitar 40%. Seymen
tersebut memang merupakan segmen terbesar didalam negeri
sendiri. Disain, dan jenis produk yang diekspor sebagian, besar
berdasarkan permintaan pembeli. Sebagian besar produk yang
diekspor tidak diberi merk oleh produsen, tetapi oleh pembeli
diluar negeri.
Pasar wooden furniture didunia adalan pasar persaingan
sempurna (perfect competition). Oleh karena itu produsen
bertindak sebagai price taker. Masing?masing produk sudah ada
bracket harganya. Jalur pemasaran masih melaiui agen diluar
negeri atau melalui buying groups, sedangkan proses- didalam
negeri ada yang melaiui trading company atau dilakukan
sendiri. Promosi dilakukan melaiui media masa (ikian) atau
dengan ikut serta dalam pameran internasional.
Peralatan dan teknologi produksi yang digunakan sebagian
besar masih konvensional dan menggunakan sistim manual yang
tidak fleksibel. Dengan pesanan dan pembeli yang beragam maka
ke tidak fleksibelan tersebut sangat menurunkan efisiensi dan
produktivitas.
Usaha-usaha peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan
meningkatkan volume ekspor atau meningkatkan nilai produk yang
diekspor. Tantangan terhadap usaha?usaha tersebut antara lain
adaiah persaingan dari negara?negara eksportir utama seperti
Taiwan, Korea, Hongkong, Singapura dan dan negara?negara yang
sedang mengembangkan industri furniture nya seperti Malaysia,
Filipina, Thailand dan RRC. Selain itu semakin efisiennya
industri wooden furniture dinegara?negara importir sendiri
dapat menjadi hambatan bagi ekspor Indonesia. Selain itu
peningkatan volume ekspor dan peningkatan nilai tambah masih
mengalami hambatan dari biaya dana serta biaya?biaya lain yang
tinggi. Meskipun pemerintah terus mendepresiasikan nilai mata
uang rupiah, namun inflasi dan suku bunga yang tinggi
cenderung meningkatkan biaya?biaya.
Dengan harga jual produk yang kompetitif serta biaya yang
cenderung meningkat maka produsen tidak rnempunyai insentif
yang cukup menarik untuk melakukan ekspansi karena laba yang
diperoleh semakin menurun. Insentif yang ada bagi produsen
dalam melakukan ekspor selama ini antara lain untuk mencari
pasar yang ìebih luas karena persaingan yang ketat didalam
negeri, perputaran dana yang lebih cepat, jenis produk yang
lebin sederhana dan memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi.
Daiam kondisi demikian produsen tidak rnempunyai komitmen dalam
penciptaan faktor?faktor produksi (factor creation) sehíngga
dikhawatirkan daya saing produk Indonesia tidak dapat
mengikuti perubahan?perubahan tuntutan pasar.
Untuk mengatasi hal tersebut kerja sama antara pengusaha
dan pemerintah mutlak diperlukan. Pemerintah diharapkan dapat
memberi tambahan insentif dengan membantu penciptaan faktor
faktor pendukung produksi. Misalnya dengan mendirikan
fasilitas pendidikan dan latihan serta fasilitas penelitian
dan pengembangan yang memadai. Dari píhak pengusaha diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan
nelakukan spesialisasi untuk beberapa produk saja dan kerja
sama antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar dalam
bentuk subkontraktor. Untuk itu diharapkan ada peranan
asosiasi yang Iebih besar dalam menggalang kerja sama ini.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Syahabuddin
"ABSTRAK
Timbulnya free trade menyebabkan produsen filter otomotif dunia mengembangkan pasarnya ke negara lain termasuk Indonesia. Sebaliknya hal ini menjadi peluang bagi perusahaan nasional berkompetisi di pasar luar negeri. Disisi lain, pasar lokal semakin ketat karena masuknya produk impor mendorong PT. Andhi Chandra Automotive Product Tbk. (AC) untuk meningkatkan penjualan ekspor.
Apakah AC siap mengantisipasi ancaman dan peluang ini? Karena setelah menikmati Net Sales yang meningkat sejak tahun 1996 sampai tahun 200 I, pada tahun 2002 jumlah penjualan dan jumlah produksi menurun bahkan Net Sales turun drastis dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Sebenarnya apa masalah yang menyebabkan profitabilitas dan Net Sales menurun? Apakah memang dipengaruhi oleh permintaan yang menurun? Berapa besar potensi yang hilang jika masalah tidak cepat diatasi?
Strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki profitabilitas? Apa yang perlu disiapkan untuk mendukung strategi tersebut ?
Tujuan karya tulis ini adalah mengidentifikasi masalah yang dihadapi perusahaan dan mencoba merumuskan strategi bersaing yang tepat untuk mempertahankan diri di pasar lokal dan mengembangkan keunggulan bersaing di pasar ekspor serta merekomendasikan action steps yang perlu dan dapat dilakukan oleh perusahan.
Dengan mengunakan landasan teori dari literatur dan buku ilmiah laiimya, kasus nyata ini coba dianalisis secara deskriptif melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif terhadap data mengenai kondisi perusahaan. dan melakukan pemecahan masalah yang ditemukan. Data primer dan sekunder diperoleh dari perusahaan, Gaikindo, InfoRDev. Indocommercial dan sumber lain. Data yang tidak kalah penting adalah hasil survei kepuasan pelanggan ekspor.
Ketatnya persaingan pasar lokal dan memburuknya kine1:ja AC dapat dilihat clari indikasi sebagai berikut: kapasitas produsen lokal jauh lebih besar dari permintaan pasar lokal, tahun 2002 pangsa pasar dan total penjualan AC menurun, pertumbuhan penjualan AC turun sejak tahun 1999 sedangkan pertumbuhan pasar lokal meningkat. Disisi lain, terdapat peluang yaitu permintaan ekspor meningkat dan harga jual untuk segmen ekspor juga lebih tinggi dibanding segmen Replacement lokal.
System thinking dapat menjelaskan kaitan masalah yang dialami AC dengan mudah. Kemampuan pengiriman yang buruk menyebabkan keterlambatan sehingga membuat pelanggan kecewa dan penjualan menjadi sulit serta Net Sales menurun, dan terjadi penumpukan order (backlog) sehingga sebagian order tidak terpenuhi (back order), semakin banyak back order membuat produksi tidak dapat memenuhi jadwal
pengiriman dengan baik sehingga terjadi loop perlambatan. Disisi lain, karena Net Sales menurun, sebagai kompensasinya AC berusaha keras mencari dan memperbanyak order baru (standing order) agar mendapatkan peningkatan Net Sales, maka tetjadilah loop percepatan. Tumpukan order (backlog) yang semakin besar membutuhkan peningkatan kemampuan pengiriman, hal ini membutuhkan standar pengiriman yang lebih baik dan penambahan kapasitas atau perbaikan utilitas serta efisiensi produksi yang tidak dapat ditunda lagi, kemampuan produksi yang bertambah akan dapat melayani pengiriman lebih baik, sehingga terjadi loop percepatan.
Jadi masalah yang dihadapi AC adalah kemampuan produksi yang kurang baik, sehingga pengiriman produk sering terlambat. Jika kemampuan proses produksi tidak diperbaiki maka peningkatan order bukan membuat Net Sales meningkat akan tetapi malah membuat keterlambatan pengiriman semakin sering, Sebaliknya jika cepat diatasi maka dapat meningkatkan hasil produksi dan penjualan.
Untuk menciptakan competith1e advantage, maka strategi yang cocok adalah sebagai berikut: strategi Internasional tingkat korporasi adalah strategi global dengan entry mode menggunakan exporting, strategi lnternasional tingkat bisnis adalah strategi International cost leadership, strategi tingkat korporasi adalah integrasi vertikal dan horisontal, strategi tingkat bisnis adalah customer responsiveness, dan strategi fungsional adalah perbaikan customer response time. Oengan penerapan strategi tersebut maka perusahaan akan lebih fokus dalam menggarap pasar ekspor meskipun tidak harus melepas peluang yang ada di pasar lokal. Action steps yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kemampuan proses produksi yang ada dengan cara-cara: Menjalankan preventive maintenance lebih serius agar waktu terbuang karena mesin rusak dapat ditekan. Mengatur line balancing lebih baik dengan memperbesar utilitas satu unit ketja
agar unit ketja selanjutnya dapat optimal, seperti pada unit kerja dispencer pada bagian Spin on. Memperbaiki pasokan komponen (supply chain management) kepada line produksi agar tidak ada lagi waktu terbuang karena tunggu komponen dan perlu dibuatkan ketentuan pelaksanaan order ekspor.
Seperti juga sebuah karya tulis pada umumnya, karya akhir ini juga mempunyai kelemahan, yaitu sulitnya mendapatkan data yang valid tentang harga jual filter kompetitor dipasar lokal dan pasar luar negeri. Sangat menarik jika ada kesempatan melakukan studi lanjutan untuk mengetahui perbandingan harga jual per segmen antara AC dan kompetitor, baik dipasar lokalmaupun pasar luar negeri.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>