Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putranto Budi Raharjo
"Shopping has also studied in the field of leisure. Dholakia identified three main motives for shopping: utilitarian, family or social interaction and shopping as a pleasure activity in its own right with social and relaxation dimensions. In addition, Dholakia cautioned against the assumption that gender is a key variable, noting that many of the published studies had either all-female or female-dominant samples (Dholakia,R.R. (1999) "Going shopping: Key determinants of shopping behaviors and motivations", International Journal of Retail and Distribution Management, Vol.27, No.4, pp.154-165).
In a survey of women around the world, more than 60 percent of women said that they enjoy shopping for clothes in every country except Hongkong, where only 39 percent responded so positively. The "shopping" prize goes to Latin Americans; more than 80 percent of women in countries like Brazil and Columbia agree that clothes shopping are favorite activity. Other high-scoring countries include France, Italy and Japan. ("A Global Perspective...on Women and Women's Wear", Lifestyle Monitor 14 (Winter 1999-2000):8-11).
The study about shopping tourism cluster in Bandung city, Indonesia would refer to "Cluster theory" introduced by Prof. Michael Porter. Cluster theory is a theory from Prof. Michael E Porter from Harvard Business School, which is very popular today.
A Cluster is a geographically proximate group of interconnected companies and associated institutions in a particular field, linked by commonalities and complementarities. The geographic scope of a cluster can range from a single city or state to a country or even a network of neighboring countries ("On Competition", Porter, 1998). Cluster offer a new way to think about economies and economic development, new roles for business, government, and institutions, and new ways to structure the business﷓ government or business-institution relationship. When we are talking about a cluster, it is about how to build and develop business strength from various areas not to create from zero. Some benefits gained from cluster in relation with competitive advantage from cluster are productivity and innovation. In relation with productivity, a company in a cluster has access to specialized inputs and employees, access to information, complementarities, access to institutions and public goods and incentives and performance measurements. In relation with innovation, firms within a cluster are often able to move more clearly and rapidly perceive new buyer needs, cluster participation offers advantages in perceiving new technological, operating, or delivering possibilities and firms within a cluster can experiment at lower cost. The health of the cluster then is important to the health of the company. A company may actually benefit from the presence of local competitors. Trade associations can be competitive assets, as well as lobbying and social organizations. There must be something interesting and unique in Bandung city. Natural tourism objects, hotels, new toll access, and many more are supporting the cluster. New toll access, Cipularang toll from Jakarta to Bandung has also increased the number of visitors to go to Bandung. It takes only one and a half hour average to go there. Before Cipularang toll is opening, it takes at least two until three hours to get to Bandung using train or bus. However, this new facility is like two sides of knye. Visitors from Jabotabek become easily to go to Bandung go shopping, but the other sides visitors from Bandung also become easily to go to Jakarta go shopping too. The government of Bandung, especially Tourism department does not put their focus on shopping tourism. However, according to the interview with the Head of Bandung Tourism Promotion, Aman Raksanagara, the reason is because shopping tourism has a very short life cycle and only attracts local visitors. However, shopping tourism attracts local tourists from neighbor cities of Bandung. At the beginning of this final project, I will develop the shopping tourism cluster and explain it based on the Porter's cluster theory. Then, this final project is trying to explain about the tourist's shopping behavior when they are visiting Bandung city. The most popular shopping destination in Bandung is factory outlets, and then this study is focusing in shopping behavior at factory outlets in Bandung city. The research will refer to the previous research from Kiran Karande (Old Dominion University) and Jaishankar Ganesh (University of Central Florida) in their journal of marketing theory and practice: Fall 2000 titled "Who Shops at Factory Outlets and Why?: An Exploratory Study. In their marketing journal, they explained the typology of outlet mall shoppers based on reasons for shopping at outlet malls in the three main types of shoppers. They are recreational shoppers, serious economic shoppers and time conscious deal prone shoppers. This final project will construct a research to know what kind of the shoppers' characteristics when visiting factory outlets in Bandung based on the three types of shoppers above. Then, based on the cluster theory from Michael Porter I would analyze the cluster and construct the diamond model about the Bandung shopping tourism cluster. This theory is a result from Iong-term research about concentration or interconnection companies or institutions in a particular sector, which then will determine the competitiveness and development of a nation. The study about cluster then is developed become a theory and its implications for the public policy decision making in many nations.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Firmansyah
"Bangunan adalah kebutuhan mutlak manusia untuk dapat melakukan berbagai macam kegiatannya. Perkembangan zaman menuntut dilaksanakannya berbagai macam pembangunan termasuk hadirnya beragam jenis bangunan sesuai dengan peruntukannya. Seiring dengan hal tersebut, lahan kota semakin terbatas, lahan hijau semakin sulit untuk ditemui, dan kepadatan terjadi dimana-mana, hal ini mengakibatkan munculnya berbagai masalah, termasuk kepada bangunan-bangunan yang telah terbangun. Sudah saatnya para perancang untuk memikirkan faktor keselamatan pada bangunan untuk mengurangi berbagai masalah yang muncul di perkotaan.
Kebutuhan rasa aman pengguna bangunan diwujudkan sebagai faktor keselamatan dalam bangunan. Intensitas kebakaran secara umum dipengaruhi oleh jumlah, sifat dan distribusi bahan yang mudah terbakar. Persyaratan keselamatan bangunan gedung salah satunya meliputi ketahanan bangunan terhadap bahaya kebakaran. Selain hal ketahanan struktur dan material bangunannya, juga perlu diperhatikan juga ketanggapan pengguna bangunan dalam hal evakuasi ke luar bangunan melalui jalur sirkulasi yang telah dirancang, terutama pada bangunan publik yang berskala besar.
Salah satu bangunan publik berskala besar yang paling banyak jenis kegiatan dan pengunjungnya adalah bangunan pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan rasa aman sangat dibutuhkan pada sebuah bangunan besar. Perlu ditekankan bahwa bangunan di perkotaan semakin padat, gejala darurat seperti kebakaran sering terjadi belakangan ini. Dinas pemadam kebakaran membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai lokasi bangunan yang sedang mengalami kebarakan akibat terjadi kemacetan dimana-mana. Oleh karena itu, desain sebuah bangunan pusat perbelanjaan harus tanggap terhadap bahaya kebakaran, terutama bagaimana koridor berfungsi sebagai jalur evakuasi pertama sebelum mencapai tangga darurat dan pintu menuju keluar bangunan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Puji Sulystio Handayani
"Fenomena perubahan fungsi jalan di kawasan shopping street merupakan suatu fenomena baru yang diterapkan dalam penataan kawasan perbelanjaan. Perubahan fungsi jalan dari jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor menjadi jalur khusus pedestrian ini lahir dari tuntutan kebutuhan manusia terhadap kawasan perbelanjaan yang aman, nyaman dan menyenangkan. Faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah karena menurunannya kualitas lingkungan di kawasan perbelanjaan, dan karena area parkir yang tidak memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas dalam menampung pengunjung yang datang ke kawasan tersebut.
Fenomena pembahan fungsi jalan di lcawasan perbelanjaan ini membawa keuntungan bagi berbagai pihak, baik pengunjung, penjual, masyarakat sekitar maupun pemerintah sendiri terutarna karna menciptakan pengaturan sirkulasi yang lebih baik, menghidupkan perekonomian kawasan setempat, serta meningkatkan kualitas kondisi lingkungan fisik dan sosial. Hanya saja untuk menawarkan suatu ide baru yang membawa konsekuensi perubahan kultur dan kebiasaan dalam masyarakat tidaklah mudah. Maka sebelumnya diperlukan sosialisasi kepada masyarakat, agar mereka dapat memahami dan mendukung salah satu program pemerintah ini, dan juga kesiapan serta kesatuan antara pemerintah dan masyarakat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Ali
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari dimensi-dimensi kenyamanan berbelanja online terhadap niat membeli kembali melalui perceived value pada pengguna online marketplace Bukalapak. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode survei berdasarkan purposive sampling terhadap populasi. Responden dalam penelitian ini didapatkan melalui online questionnaire. Data yang didapatkan diolah menggunakan SPSS melalui path analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang dimiliki dalam model penelitian signifikan. Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa search convenience dan transaction convenience pada kenyamanan berbelanja online berpengaruh terhadap perceived value secara positif dan signifikan. Kemudian, diketahui bahwa search convenience dan perceived value memiliki pengaruh niat membeli kembali secara positif dan signifikan. Selain itu penelitian ini menemukan hasil bahwa perceived value berhasil menjadi mediator untuk variabel search convenience, dan transaction convenience.

This study aims to analyze the effect of online shopping convenience dimensions on repurchase intentions through perceived value for users of the online marketplace Bukalapak. The study used a quantitative approach through a survey method based on purposive sampling of the population. Respondents in this study were obtained through an online questionnaire. The data obtained were processed using SPSS through path analysis. The results of this study indicate that the relationship in the research model is significant. In this study, it was found that search convenience and transaction convenience on the convenience of online shopping had a positive and significant effect on perceived value. Then, it is known that search convenience and perceived value have a positive and significant effect on repurchase intention. In addition, this study found that perceived value succeeded in being a mediator for search convenience and transaction convenience variables."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilia Sjamsuddin
"Maraknya pembangunan pusat perbelanjaan modern, seperti mal dan plaza, yang memisahkan kendaraan dan manusia. Sementara masih banyak pusat perbelanjaan yang menggabungkan kedua unsur ini (shopping street), tetapl kurang mendapat perhatian. Tempat ini sebenarnya mempunyai potensi untuk menjadi suatu pusat perbelanjaan yang menarik karena di dalamnya memperllatikan aspek manusia, pedestrian, yang belakangan im juga ramai dibicarakan. Tulisan ini bemiaksud membahas mengenai definisi shopping street dan unsur-unsur pembentuknya, dan kriteria bentuk fisik yang dibutuhkan guna rnenunjang terjadinya sebuah shopping street yang balk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa
"Jumlah ruang ritel di Indonesia saat ini memang menabjubkanl Saat ini sedikitnya ada sekitar 70 lokasi pusat perbelanjaan di Jakarta dengan total luas ruang ritel lebih dari 1,5 juta meter persegi. Jumlah sebanyak itu masih ditambah lagi dengan proyek pusat-pusat perbelanjaan baru sebesar 1 juta meter persegi, yang sedang dan akan dibangun dan rencananya akan selesai tahun 2005. Daii total 1,5 juta persegi ruang ritel yang ada di Jakarta, diperkirakan sebanyak 134.000 meter persegi atau sekitar 9% masih belum tersewalterjual (vacant). Dalam kondisi ini, teknik-teknik apakah yang digunakan para developer untuk mempertahankan agar pusat perbelanjaannya bisa tetap sustain 1 survive? Dan faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan sebuah pusat perbelanjaan dapat tetap sustain? Apa pula hubungannya dengan pusat perbelanjaan yang bertajuk mal,plaza dan trade center? Skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan cam membahasnya melalui teen 8 tahapan perkembangan Real Estat yang dikeluarkan oleh Urban Land Institute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindilia Susanty
"Perkembangan pusat perbelanjaan seiama beberapa tahun terakhir ini melaju dengan pesat. Pembangunan serta perencanaan pusat perbelanjaan terusmenerus berlangsung di seluruh wilayah Jakarta hingga saat ini dan mengakibatkan menjamumya pusat-pusat perbelanjaan sebagai kawasan komersial di kota. Banyaknya pusat perbelanjaan baru tentunya menimbulkan terjadinya persaingan yang ketat dengan pusat perbelanjaan yang lama maupun antara pusat-pusat perbelanjaan yang baru itu sendiri. Perkembangan ini tentunya tidak lepas dari peran serta para pengembang yang tertarik untuk ikut serta dalam meramaikan bisnis ritel ini. Berbagai macam cars dilakukan oleh pengembang untuk mendapatkan keuntungan pada pusat perbelanjaan. Setiap pusat perbelanjaan yang hadir berusaha menawarkan kelebihan-kelebihan dan konsep-konsep baru yang bertujuan menarik pengunjung demi mendapatkan keuntungannya sebagai area komersial. Pusat perbelanjaan dituntut untuk menjadi sebuah tempat yang menarik, nyaman serta dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung agar dapat menjadi pusat perbelanjaan yang sukses dan dapat bertahan menghadapi persaingan. Sedangkan arsitek bertanggung jawab untuk menciptakan kawasan dan ruang yang nyaman bagi pengunjung dan penghuni yang ada di dalamnya. Faktor arsitektural sangat berperan dalam mendukung kesuksesan pada pusat perbelanjaan, tetapi faktor arsitektural bukanlah satu-satunya unsur yang periu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan karena pusat perbelanjaan juga berkaitan erat dengan fungsi sosial serta ekonomi. Kerjasama pengembang serta arsitek sangat berperan dalam proses perencanaan pusat perbelanjaan yang akan menentukan kualitas dari pusat perbelanjaan yang akan didirikan. Kualitas pusat perbelanjaan yang terbentuk dari faktor arsitektural dan non-arsitektural tersebut akan membawa pusat perbelanjaan untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan serta mencapai kesuksesan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Darmanto
"Kota Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih berjumlah 2 juta jiwa yang menetap dan 6 juta jiwa yang datang dan pergi, menjadi sebuah lahan subur bagi para investor menanamkan modalnya. Hal ini dapat kita lihat dengan bermunculannya bangunan pusat perbelanjaan baru dan kondominium atau apartemen. Bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan baru ini membuat para pemodal berpikir bagaimana cara untuk membuat produknya laku terjual dan bagaimana caranya agar pusat perbelanjaannya tidak henti didatangi pengunjung. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membuat sebuah konsep belanja "One-Stop shopping" dimana para pengunjung tidak perlu repot-repot keliling kota untuk mencari barang yang diinginkan, cukup datang ke sebuah pusat perbelanjaan yang mengusung konsep tersebut dan semua tesedia. apa sebenarnya yang dimaksud dengan konsep “One Stop Shopping"? Tak sedikit konsep “One Stop Shopping" digulirkan oleh sejumlah pengembang. Mengapa konsep ini bisa tumbuh dan berkembang dengan begitu pesat? Siapa yang menjadi sasaran (taiget rnarket) dari pendirian pusat-pusat perbelanjaan/Shoppmg Centre dengan konsep "one stop shopping" ini? Fasilitas apa saja yang mendukung pembangunan sebuah pusat perbelanjaan/S/roppmg Center dengan konsep ini? Di tengah maraknya berbagai jenis pusat perbelanjaan di Indonesia, apakah konsep ini dapat diterapkan di semua jenis pusat perbelanjaan tersebut? Skripsi ini dibuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memaparkan mulai dari pengertian pusat perbelanjaan, jenis-jenisnya, penerapan di Indonesia dan juga pengertian dari konsep "One Stop Shopping”, sasarannya, jenis kegiatan di dalamnya, dll."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffah Lisana
"Shopping center atau pusat perbelanjaan bagi sebuah kota metropolitan seperli Jakarta seakan sudah manyatu dalam keseharian masyarakatnya. Pusat perbelanjaan kini bukan sekedar tempal untuk melakukan transaksi jual beli, namun lebih jauh Iagi. pusat perbelanjaan telah menjadi tempat untuk berinteraksi, berekreasi dan menjadi bagian dari gaya hidup. Di tengah maraknya persaingan antar pusat perbelanjaan yang semakin menjamur, para pengelola berlomba-lomba menyediakan fasilitas dan suasana yang semenarik mungkin agar dapat mengundang semakln banyak orang untuk datang berkunjung ke sebuah pusat perbelanjaan.
Ada banyak hal yang harus dilakukan oleh sebuah pusat perbelanjaan agar bisa terus eksis di tengah masyarakat. Salah satunya adalah dengan melakukan sebuah perubahan fisik. Keadaan fisik pusat perbelanjaan adalah faktor utama yang akan menentukan seberapa besar keinginan orang untuk mau datang dan melakukan kegiatan di sana, terutama kegiatan ekonomi. Sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat, pusat perbelanjaan dituntut untuk terus melakukan pembaharuan agar dapat seiring dengan keadaan masyarakat dan tidak terkikis olah waktu dan pesaing yang semakin banyak. Hampir seluruh pusat perbelanjaan yang eksis di masa sekarang telah melakukan beberapa kali perubahan fisik dari bentuk awal didirikannya.
Dalam skripsi ini, pembahasan teori dan pengamatan serta wawancara di lapangan dilakukan terhadap 4 pusat perbelanjaan di daerah Jakarta dan sekitarnya untuk Iebih mengenali tipe perubahan fisik yang biasa dilakukan oleh pusat perbelanjaan tersebut untuk mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat. Tiap tipe perubahan fisik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan dilakukan untuk alasan yang berbeda-beda, namun untuk satu tujuan yang sama, yaitu tujuan utama dunia retail : mencari keuntungan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony S.
"Penulis berasumsi, bahwa dunia sedang dilanda budaya pop(uler). Sebagai contoh dibidang musik, adanya berbagai aliran musik pop sehingga komes pop(uler) Idol begitu menarik minat masyarakat Inggris, demikian pula dengan Indonesia, kontes indonesian idol. Akademi Fantasi Indesiar (AFI) juga membuat heboh masyarakat Indonesia, dengan mengirimkan SMS dan premium call untuk mendukung idolanya.
Pada konteks bangunan, pemilihan desain sangatlah penting dalam membangun snatu bangunan. Selanjutnya penulis berasumsi bahwa budaya pop(uler) juga mempengaruhi pemilihan desain pada bangunan, terutama pada ba.ngunan mall di Jakarta. Berawal dari budaya popfuler], yang kemudian menjadi seni pop(uler), dan akhirnya, terbentuk gaya arsitektur pop(uler). Ciri khas dari gaya aisnektur pop(uler) secara umijm adalah menarik perhatian atau eye catching membuat arsitektur pop(uler) dijadikan pendekatan dalam mendesain bangunan mall. Dengan ciri khas tersebut maka arsitektur pop(uler) dipakai untuk mendesain bangunan mall yang bertujuan untuk menarik pengunjung,
Sebagai contoh bangunan mall yang diperkirakan menggunakan pendekatan desain arsitektur pop(uler) antara iain Kelapa Gading Mall. Piaza Indonesia EX, dan Cilandak Town Square. Ketika penulis sedang berjalan di Kelapa Gading Mall, terlihat bangunan tersebut sangat menarik perhatian dengan warna yang mencolok khususnya fasade bangunan. Bangunan lain adalah Plaza Indonesia EX. dengan warna yang mencolok, dan masa kotak yang tersusun dinamis. Terakhir Cilandak Town Square. Pada saat melihat bangunan ini, penulis tertarik pada masa kerucut yang besar dan terbuat dari frainc kaca. Masa kerucut tersebut menjadi bagian dari fasade bangunan yang dipenuhi dengan beraneka warna
Banyaknya bangunan mall di Jakarta yang menggunakan gaya arsitektur pop(uler). mengundang banyak kontroversi, karena penterjemahan gaya tersebut dapat dikatakan pengcopyan dari gaya arsitektur pop(uler) asing. Adanya perkembangan era post-modern yang belum ada ujungnya, memungkinkan gaya arsitektur pop(uler) dapat terus berkembang. Dengan penggalian akan budaya sendiri, yang kemudian diterjemahkan kedalam arsitektur, menjadi hal yang baik karena kita dapat melestarikan budaya lewat bangunan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>