Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Nurhayati
"Berkembangnya teknologi informasi dan pembahan perilaku manusia dalam interaksi sosial yang disebabkan oieh keterbatasan waktu, kemacetan lalu lintas, jarak dan hambatan-hambatan lain melahirkan inovasi baru yaitu social networking. Social networking tumbuh berkembang secara pesat dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, dimulai dengan munculnya email tahun 1971 kemudian berkembang ke era chatting yang sempat menjadi fenomena tahun 1990-an dengan IRC, ICQ, Napster serta lahimya blog dan komunitas weblog. Tahun 2002 Friendster meluncurkan versi beta, dalam tempo setahun Friendster dibawah payung Ventura telah meraup keuntungan sebesar 50 juta dolar dengan jumlah anggota sebanyak 9 juta. Jaringan friendster berkembang hampir tidak melakukan promosi, hanya mengandalkan jaringan dari para anggotanya.
Penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena maraknya penggunaan perangkat lunak sosial ini dikalangan muda mudi bahkan saat ini mulai menular pada orang dewasa, khususnya kalangan akademis dan profesional. Apakah komunikasi dan huhungan antar pribadi di friendster dapat disamakan kualitasnya seperti komunikasi dan hubungan antar pribadi konvensional. Apakah menggunakan friendster dapat meningkatkan jaringan teman yang sudah ada sebelumnya ? Bagaimana pola, relasi dan kualitas pertemanan di friendster dibandingkan teman konvensional ? Apakah prolil dapat mewujudkan keberadaan di friendster dengan mempertegas inforrnasi sosial mengartikulasi jaringan antar teman, dan testimonial sehingga membentuk identitas maya di internet ? Bagaimana koneksitas dan interaksi teman mempresentasikan kualitas jaringan dan besarnya jaringan ?
Kerangka konsep diuraikan dalam definisi-definisi dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian antara lain komunikasi antar pribadi, manusia dan jaringan sosial, perangkat lunak sosial dan friendster.
Penelitian digunakan dengan pendekatan kualilatif deskriptif, menggunakan metode pengumpulan data melalui studi literatur sebagai data sekunder, wawancara dan observasi partisipan. Analisa data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dan dicocokan dengan pola teoritis yang digunakan sebagai acuan untuk menemukan komunikasi antar pribadi dan jejaring sosial di friendster.
Hasil temuan dan analisa data dalam penelitian antara lain pola-pola komunikasi dan hubungan antar pribadi, pertemanan dan jaringan, konsep pribadi dan keberadaan diri, individu dan jaringan sosial di frendster.
Kesimpulan, bahwa peranan fnendster sebagai alat komunikasi antar pribadi dan jejaring sosial sebagai mekanisme untuk bersosialisasi di internet. Komunikasi antar pribadi dan jaringan pertemanan bersifat relasional dan mengutamakan koneksitas antar teman. Hubungan pertemanan friendster bersifat asosiatif karena hanya mengumpulkan teman-teman dan kualitas hubungan antar teman tidak kuat dan mendalam. Profil dan informasi personal serta testimonial mencerminkan keberadaan pribadi dan persepsi terhadap seorang individu di friendster. Pola jaringan di friendster berkembang dengan menambahkan teman-teman ke dalam jaringan meskipun tidak mengenal secara pasti orang-orang tersebut sehingga nilai jaringan lemah.
Implikasi yang diperoleh bahwa komunikasi antar pribadi dan jejaring sosial di fnendster membutuhkan imajinasi untuk interpretasi profil dan fitur-fitur yang terdapat di halaman web. Pola komunikasi terjadi dengan mengirim dan menerima informasi tekstual dan visual. Keterbukaan dan kemudahan menambah teman merupakan pola pertemanan di friendster sehingga jenis pertemanan di friendster yang umumnya assosiation dapat juga reciprocity.
Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya untuk mempertegas konteks komunikasi antar pribadi dan interaksi sosial, proses kecenderungan hubungan pertemanan dan ekspansi jaringan serta konsep - konsep diri bila diimplementasikan dengan konten-konten di friendster. Metode pengumpulan data selain wawancara mendalam, partisipasi aktif dan studi pustaka perlu menggunakan media mailing list unluk berdiskusi dan menggali pengalaman para anggota selama menggunakan friendster. Bagi para praktisi, friendster sebagai sarana sosialisasi dan interaksi di internet tidak Iagi bersifat sebagai situs untuk mencari teman "dating" atau sekedar mencari kenalan yang telah Iama hilang. Fungsinya dapat dikembangkan sebagai jaringan bisnis dan profesional dengan kolaborasi antara integritas dan jaringan yaitu membangun janngan yang terdiri dari teman yang benar-benar terpercaya dan kompeten sehingga orang lain akan memandang jaringan tersebut valid."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Widiarini
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang bagaimana pemaknaan kelompok dewasa muda tentang konsep trust dalam konteks hubungan percintaan yang menggunakan Facebook. Saat ini Facebook merupakan situs jejaring sosial yang banyak digunakan kelompok dewasa muda untuk membina hubungan interpersonal, termasuk hubungan percintaan. Kondisi ini menjadi unik karena identitas pasangan hanya terbatas pada informasi di facebook. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan strategi penelitian fenomenologi. Sedangkan metode penelitian adalah wawancara mendalam dan observasi kemudian dianalisis dengan metode analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewasa muda memaknai trust dalam konteks diatas secara negotiated dan oppositional.

ABSTRACT
This research focus on reception toward trust concept among young adult who conduct love relationship by using Facebook. Nowadays, Facebook is one the most popular social networking site which is used by young adult to build interpersonal relationship, particularly love relationship. This case is unique because partners identity is very limited (merely rely on profile on Facebook). The research paradigm is constructivist and research strategy in phenomenology. Meanwhile the research methods use are observation and in-depth interview and use thematic analysis. The researcher found that young adult perceive trust in negotiated and oppositional ways."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisla Triayu
"Sosial media mempengaruhi cara dan arah masyarakat dalam berkomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komunikasi antar teman di sosial media terhadap minat beli Rainbow Cake, kue yang terkenal melalui internet dan menjadi fenomena di Indonesia. Hasil survey dari 156 sampel dengan metode analisis structural equation model (SEM), menyatakan bahwa komunikasi antar teman di sosial media berpengaruh positif terhadap keterlibatan terhadap Rainbow Cake (product involvement). Product involvement berpengaruh positif terhadap perilaku terhadap Rainbow Cake (product attitude). Product attitude berpengaruh positif terhadap minat membeli (purchase intention) Rainbow Cake. Hasil penelitian ini memiliki implikasi manajerial.

Social media affects how people communicate. This study investigates peer communication through social media towards purchase intention of Rainbow Cake, a cake who got famous by the internet and being a phenomenal in Indonesia. Survey of 156 samples who analyzed with structural equation model (SEM), suggesting that social media peers communication is positively associated with product involvement. Product involvement is positively associated with product attitude. Product attitude is positively associated with purchase intention. These findings has managerial implications."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senorita Febrina
"Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, manusia menjalin hubungan untuk melakukan transaksi pemenuhan kebutuhan satu sama lain. Demikian halnya dengan aktor-aktor yang berada di jaringan sosial Anggi yang juga melakukan transaksi pemenuhan kebutuhan untuk dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing. Adanya perbedaan kebutuhan diantara anggota jaringan membuat masing-masing aktor menjalin suatu hubungan diluar struktur organisasi Anggi Foundation. Pengurus membutuhkan peran aktor-aktor sesuai dengan struktur organisasi yang ada untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan. Namun ternyata para anggota dalam jaringan sosial Anggi memiliki kepentingan masing-masing sehingga membuat struktur sosial berubah karena timbulnya transaksi kebutuhan diantara mereka. Pada dasarnya anggota jaringan sosial Anggi memiliki berbagai kepentingan dan kebutuhan yang ingin dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Berbagai kepentingan yang dimiliki antar aktor tersebut membuat proses transaksi terus berkembang dan dapat memperpanjang tujuan untuk memenuhi kebutuhan antar aktor. Tanpa disadari, transaksi kebutuhan yang terjadi dalam hubungan sosial antar aktor membentuk suatu jaringan sosial yang menyebabkan Anggi Foundation mampu mempertahankan eksistensinya hingga saat ini.

On a basic level human is a social creature that need others to fullfil their needs. Therefore, human connects with transaction fullfiling among each other. Actors in Jaringan Sosial Anggi do fullfiling transaction to reach out their needs. There's a different needs towards its member making each actor building a relationship outside Anggi Foundation. Staffs need actor's roe depends on organization structure to support the whole goal. On the other hand, the members in Jaringan Sosial Anggi have each needs so the social structure changes. Basically the members have needs and importances that has to be fullfiled by activities inside it. Many importances which own by actors developed transaction process and able to be expand to fullfiling the needs. Without realizing, needs transaction which happen inside social relation between actors build social network cost Anggi foundation able to maintain its exsistancy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1430
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Ayu Ningtyas
"Skripsi ini membahas mengenai pola penggunaan situs jejaring sosial Facebook dengan kerentanan viktimisasi pada anak dengan menggunakan teori aktifitas rutin dan teori gaya hidup, dimana dimulai dengan hipotesa bahwa dengan tingkat gaya hidup online yang tinggi dan perlindungan online yang rendah akan membuat resiko menjadi korban cyber harrasment seperti online bullying, unwanted sexual material and solicitation, dan cyber identity theft and cyber impersonation akan menjadi tinggi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini adalah terbuktinya hipotesa bahwa gaya hidup online anak yang tinggi dan perlindungan yang lemah akan mengakibatkan viktimisasi cyber harrasment pada anak.

This thesis discusses patterns in the use of social networking sites (in this case focusing on Facebook) by adolescents, and these patterns' relationship with the vulnerabilities towards being victimized online using routine activiy theory and life-style exposure theory. It begins with a hypothesis that high level of online lifestyle and absence of capable guardians will create a higher risk of becoming victim of cyber crimes such as online bullying, unwanted sexual material and solicitation, also cyber identity theft and cyber impersonation. This research uses a quantitative method with descriptive design. The result of this research is that despite the high level of exposure towards online lifestyle exposure, the presence of high level guardianship is capable of controlling the level of cyber harassment experience, and places it in a medium level."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Muhammad Ridho
"ABSTRAK
Jejaring Sosial merupakan salah satu gaya hidup yang diminati saat ini. Perkembangan jejaring sosial ini dimulai sejak adanya teknologi Web 2.0, yang memungkinkan para pengembang Web mengembangkan situs yang tidak hanya sekedar memiliki konten, tetapi juga interaksi langsung dengan pengguna Web. Sampai saat ini sudah semakin banyak aplikasi dan layanan yang menyuguhkan tema jejaring sosial. Setiap layanan yang ada tersebut saat ini juga dapat saling berhubungan satu sama lain. Sistem ini dirancang untuk memberikan sebuah layanan yang menampung identitas pengenal utama seseorang yang memiliki berbagai akun jejaring sosial, berupa identitas wajah. Perancangan modul pengenal wajah ini diimplementasikan di layanan komputasi awan Google App Engine berbasis Python dan memanfaatkan API Face.com sebagai pengolah data citra. Selain itu sistem ini memanfaatkan smartphone berbasis Android sebagai divais interaksi dengan pengguna, dan juga menerapkan Augmented Reality sebagai penampil informasi kepada user. Hasil pengujian sistem ini bahwa modul ini dapat mengenali wajah dengan persentasi rata-rata kesuksesan sebesar 85%. Dengan kondisi pencahayaan gelap didapatkan persentase rata-rata kesuksesan 8%, dengan kondisi sedang 86%, dan kondisi terang 100%. Posisi sudut pandang maksimal untuk bisa melakukan pengenalan wajah adalah 60° dari posisi wajah tampak depan.

ABSTRACT
Social Networking has become today's lifestyle. Development of social networking started since the deployment of web 2.0 technology. It enables web developers to develop sites that do not only have a content, but also direct interaction with the users. Until now, there are so many applications and services which serve based on social network. The social networking applications also provides features for mutual interconnection between different social network applications. This system is designed to store a person's main identification which has various social networking accounts, in the form of face ID. We design a face recognition modules which will be implemented in the Python-based Google App Engine cloud computing services. We utilized the Face.com API as an image data processor. In addition this systems utilized Android-based Smartphone as an interaction devices with user. We applied the Augmented Reality as an information viewer to the users. The result of the implementation of this system shows that the module is able to recognize face samples with the average percentage of 85%. In the dark room condition, the average percentage is 8%, 86% on average condition, and bright condition is 100%. This module is able to recognize face samples from 0° (complete face) up to the maximum angle of 60°."
2012
S42922
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adib
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang jaringan sosial pada kegiatan usaha Intako (Industri Tas dan Kopor) di Kawasan Intako Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Jaringan sosial itu diciptakan, dikembangkan, dan digunakan dalam kegiatan usaha mereka, yang kemudian saya temukan dan saya analisis dalam penelitian ini.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan jaringan social kualitatif yang mengutamakan pemahaman tentang substansi dari hubungan-hubungan sosial dalam suatu jaringan. Informan penelitian ini terdiri dari para perajin, tukang, pedagang, SPG (Sales Promotions Girl) show room, dan perangkat desa di Kawasan Intako, serta pejabat pemerintah dari Dinas Perindustrian Daerah. Data diperoleh dari informan dengan kegiatan wawancara dan observasi, Tujuan penelitian ini menghasilkan teori.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa mekanisme yang berubah dalam kegiatan ekonomi sebagai akibat dari krisis moneter menyebabkan keterbatasan modal dan kelangkaan bahan baku, Melalui jaringan yang mereka ciptakan, kembangkan, dan gunakan, keterbatasan modal itu dapat diatasi dengan kegiatan produksi yang kreatif dengan cara mengurangi kuantitas dan menambah kualitas barang, Adapun kelangkaan bahan baku dalam kegiatan produksi diatasi dengan menggabung-gabungkan bahan yang dimiliki dan memanfaatkan bahan-bahan baku yang dijual oleh pemilik pabrik sepatu besar yang bangkrut di luar Kawasan Intako sebagai akibat krisis moneter. Untuk memperoleh bahan-bahan tersebut mereka menggunakan jaringan sosial pemasok bahan, baik yang berada di dalam maupun di luar Kawasan Intako. Mendasarkan pada kegiatan produksi semacam itu maka terpaan krisis moneter yang berlangsung hampir dua tahun ini dirasakan oleh mereka sebagai tidak ada pengaruhnya, yang ditandai dengan tetap berlangsungnya kegiatan usaha dan tidak adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Bentuk jaringan sosial yang saya temukan adalah jaringan sosial vertikal dan jaringan horisontal. Jaringan vertikal mengandung unsur patronklien yang terdiri dari jaringan kekerabatan. Jaringan sosial horisontal mengandung unsur kesepadanan yang terdiri dan jaringan kekerabatan dan jaringan kekerabatan--pertemanan. Fungsi jaringan sosial dapat menciptakan rasa aman dan nyaman serta memberikan kepastian dalam melakukan kegiatan usaha.
Di antara teori yang saya kemukakan pada bagian kesimpulan tesis adalah bahwa adanya sumber daya yang semakin langka, pada saat yang sama semakin banyak orang yang membutuhkan, maka semakin lemah aturan-aturan yang menggunakan standar formal-birokratis, Pada kondisi tersebut semakin suburlah jaringan sosial. Jaringan sosial juga tumbuh subur pada lahan yang padat konflik dan persaingan yang ketat, sebagai implikasi dari perebutan sumber daya. Kebudayaan dalam jaringan sosial merupakan sesuatu yang implikatif. Kebudayaan merupakan strategi untuk menentukan perilaku atas dasar pilihan-pilihan rasional. Penggunaan kekerabatan dalam jaringan sosial mensiratkan adanya kebudayaan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Susilo
"Tesis ini mengkaji tentang Jaringan Sosial yang diaktifkan khususnya oleh pimpinan pondok pesantren, baik di lingkungan intern maupun di lingkungan ekstern. Pondok pesantren yang dimaksud adalah PP. Tebuireng, Jombang Jawa Timur yang termasuk salah satu Pondok pesantren tertua, terbesar dan terkenal di Indonesia. Pondok pesantren tersebut telah mengalami perubahan-perubahan fisik dan non fisik, sehingga bisa tetap eksis atau bertahan sampai sekarang dan telah berumur 100 tahun.
Perubahan fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari luas tanah dan bangunan-bangunan di dalamnya yang permanen, perubahan luas tanah yang pada awal berdirinya hanya 200 m2, sekarang telah menjadi 25 ha, dan dari sebuah bangunan teratak sederhana sekali menjadi 25 buah bangunan permanen.
Perubahan non fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari dua macam, yaitu: (1) perubahan sistem pengajaran dan kurikulum dari sistem Sandongan, Sorogan dan Tahassus (diskusi) yang tidak mengeluarkan ijazah; (2) Sistem kepemimpinan Tunggal tanpa akte notaris menjadi sistem kepemimpinan Kolektif berakte notaris dibawah naungan sebuah yayasan yang bernama Yayasan KH.A Hasyim Asy'ari; (3) bertambahnya hak pemilikan pribadi menjadi hak pemilikan pribadi dan wakaf khususnya dibidang tanah.
Perubahan fisik ekstern disekitar PP. Tebuireng dapat dilihat dari beberapa macam jumlah bangungan yang berfungsi sesuai dengan fisik bangunannya, seperti rumah makan, tempat binatu, wartel, penyewaan komputer, toko kelontong, baik tempat mangkal penjaga keliling makanan kecil (baso, nasi goreng, lontong tahu, kacang hijau, es sirup dan sebagainya) dan pakaian serta alat-alat sholat dan perlengkapan lainnya berupa sandang.
Perubahan non fisik ekstern dapat dilihat dari berapa sendi kehidupan sehari-hari, seperti perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma pergaulan sehari-hari serta kebiasaan prilaku seseorang yang hidup di masyarakat sesuai dengan keberadaan PP. Tebuireng yang bernafaskan ajaran agama Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnadi
"Intensitas tekanan-tekanan sosial-ekonomi dan kemiskinan yang membawa akibat pada kesulitan-kesulitan rumah tangga pandhiga di Desa Pesisir dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Dari tahun ke tahun tingkat.pendapatan pandhiga semakin menurun dan tidak pasti. Salah salu faktor yang secara dominan menyumbang terhadap proses akselerasi permasalahan sosial tersebut adalah kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap. Rumah tangga-rumah tangga nelayan mengembangkan strategi adaptasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tekanan-tekanan sosial-ekonomi yang datang setiap saat.
Strategi-Strategi adaptasi yang umum dilakukan adalah memobilisasi peranan perempuan (isteri) dan anakanak mereka untuk mencari nafkah dan nelayan melakukan diversifikasi pekerjaan untuk memperluas sumber-sumber penghasilan yang lain. Karena berbagai faktor, kedua strategi adaptasi ini pun sangat terbatas untuk bisa diakses oleh rumah tangga pandhiga. Oleh sebab dalam rumah tangga pandhiga di Pesisir, sesuai dengan kondisi struktur sumber daya sosial-ekonomi lokal, jaringan sosial merupakan pilihan strategi adaptasi yang sangat signifikan untuk mengakses sumber daya yang semakin langka. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi sehari-hari dalam upaya menjaga kelangsungan hidup rumah tangga.
Adanya bentuk-bentuk jaringan vertikal pada rumah tangga kasus mencerminkan intensitas kemiskinan, kesenjangan sosial, dan ketergantungan akan sumber daya di kalangan rumah tangga pandhiga den masyarakat nelayan di Pesisir. Jaringan sosial merupakan potensi budaya yang dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk menyikapi tekanan-tekanan ekonomi setiap saat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi dan kesulitan kehidupan yang secara intensif dihadapi oleh rumah tangga pandhiga tidak direspons dengan tindakan-tindakan sosial yang bersifat revolusioner atau eksplosi£ Sekalipun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial tersebut masih bersifat karitatif dan bukan merupakan solusi substansial untuk mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga pandhiga secara mendasar. Karena faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan di kalangan nelayan cukup kompleks, maka upaya-upaya mengatasinya tentu saj a bukan p ekerj aan yang mudah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saefullah
"Fenomena jaringan sosial sebagai alat pencapaian tujuan pemenuhan atau peningkatan kebutuhan hidup petugas pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Bekasi diteliti untuk mendapatkan fakta dan makna jaringan. Hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemecahan masalah praktis terutama bagi petugas pemasyarakatan Lapas Bekasi.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan sasaran penelitian petugas pemasyarakatan sebagai subyek dan informasi jaringan sebagai obyeknya. Informasi digali melalui 5 orang petugas pemasyarakatan yang dipilih secara purposif berdasarkan pengalaman dan masa kerja kurang lebih 5, 10, dan 15 tahun. Sedangkan informasi pendukung digali melalui petugas pemasyarakatan lainnya dan warga binaan pemasyarakatan yang dipilih berdasarkan teknik snow-ball.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan terkait informasi tentang jaringan yang berupa ungkapan-ungkapan, dokumen, dan perilaku petugas pemasyarakatan. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi yang menggambarkan fakta jaringan beserta analisisnya.
Secara faktual jaringan sosial dalam penelitian ini merupakan alat yang biasa digunakan untuk mendapatkan sumber alternatif pendapatan bagi petugas pemasyarakatan. Petugas pemasyarakatan secara egosentrik terlibat hubungan intensif dengan dua atau lebih warga binaan untuk mencapai sumber daya yang dibutuhkan atau diinginkan. Jaringan sosial tidak hanya digunakan untuk mengatasi krisis ekonorni (keluarga) sebagaimana beberapa hasil dan analisis penelitian tetapi juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kondisi kesejahteraan mereka.
Tindakan petugas pemasyarakatan menggunakan jaringan sebagai alat mengikuti pola-po]a tindakan rasional instrumental (Weber). Suatu tindakan rasional yang berdasarkan pertimbangan untung dan rugi (Homans, Foa & Foa, 1973). Petugas pemasyarakatan mempertukarkan jasa atau tenaganya dengan sejumlah uang dengan warga binaan. Secara berulang, pertukaran ini telah menguntungkan pelaku jaringan, terutama petugas pemasyarakatan_ Kebiasaan penggunaan jaringan bagi petugas pemasyarakatan adalah pengulangan konsekwensi dari keuntungan yang dicapai (Ritter). Kebiasaan penggunaan jaringan ini juga sesuai dengan tindakan tradisional (Weber) tetapi rasional yang spekulatif. Terbukti bahwa meskipun jaringan penting terutama untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek, dalam jangka panjang jaringan justru telah memelihara ketergantungan petugas pemasyarakatan terhadap jaringan. Adanya peluang sumber daya dalam jaringan menyebabkan tindakan-tindakan spekulatif hingga mempengaruhi kondisi kesejahteraannya.

Phenomena of social network as the means in achieving the objective of fulfilling the life necessity of Penitentiary Employee of Bekasi Penitentiary is studied with intention of obtaining some facts and meaning of the network. The results obtained from the survey and written down in this thesis is expected to contribute the knowledge and practical problem solving methods, especially for the employees of Bekasi Penitentiary.
This research is based on the qualitative approach. The targets of this research are the employees as the subject and the network information as the object. Information collected from five (5) penitentiary's employees selected purposively based on their experience and tenure of more or less 5, 10, and 15 years. The supporting information is collected from the other penitentiary's employees and members of penitentiary who are selected on the snow-ball technique.
Data collection is performed through interview and observation on the information relating to the network in the form of statements, documents, and attitudes showed by the employees of penitentiary. Information on these results of research is presented in the form of narration in order to describe the facts relating to the network and its analysis.
Factually, the social network in this research is a means which is usually used in obtaining the source of alternative income for the penitentiary' employees. Egocentrically, the penitentiary' employees in involved in the intensive relationship with two or more educated member in order to obtain the expected human resources. The social network is applied not only in dealing with the economic crises, as it can be found at some other research results and analysis, but also in improving the welfare of the employees.
Application of network by the penitentiary's employees constitutes a way which follows the pattern of rational instrumental action (Weber). This is a rational action which is based on the profit-loss consideration (Homans, Foa & Foa, 1973). The penitentiary's employees exchange their service and effort with an amount of money. Repeatedly, this exchange has benefited the network personnel, especially the penitentiary's employees. The application of network by the penitentiary's employees is the repetition of consequence of the achieved benefit (Ritter). The application of network is also in accordance with the traditional action (Weber), however, this is speculatively rational. Despite the network is important, particularly in fulfilling the short-term necessity, it is also very beneficial for long-term, since it can control the dependence in the network has resulted in some speculative actions. Therefore, this will much affect their welfare.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>