Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrie Mahendra I.S.
"Tesis ini menguji hipotesis purchasing power parity Indonesia relatif terhadap Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris periode 1989.1-2002.12, dengan menggunakan uji kointegrasi dan model koreksi kesalahan dan memasukkan beberpa perubahan structural (structural breaks) ke dalam model penelitian. Penulis mendapatkan selidaknya tiga tujuan penelitian yang berbeda: pertama, penulis menguji apakah teori purchasing power parity dapat mengakomodasi pembentukan nilai tukar yang terjadi di Indonesia balk dalam keseimbangan jangka pendek maupun jangka panjang. Kedua, tesis ini akan menganalisa bagaimana perilaku tingkat harga relatif terhadap perilaku nilai tukar. Ketiga, penulis mencoba menguji apakah ada perbedaan basil balk antara jangka pendek dan jangka panjang.
Beberapa temuan panting yang dihasilkan penelitian ini: (1). Hasil dart uji akar-akar unit menunjukkan bahwa seluruh variabel dalam model menunjukkan terintegrasi pada orde satu atau I(1). Dan penulis juga menemukan bukti empiris adanya kointegrasi antara nilai tukar dan tingkat harga relatif sehingga dapat dikatakan berlakunya hipotesa PPP dalam keseimbangan jangka panjang; (2) Bukti empiris yang menunjukkan PPP tidak berlaku dalam keseimbangan jangka pendek, dengan nilai speed adjustment yang sangat kecil. Ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh faktor ekstemal lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahgena Ardhila
"Menonjolnya peranan nilai tukar dalam perokonomian dewasa ini merupakan salah sate konsekuensi dan semakin terbukanya sistem perekonomian negara-negara di dunia. Setiap perubahan eksternal yang terjadi akan langsung berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan nilai tukar suatu negara. Gejolak dalam keseimbangan tersebut akan berdampak pada kinerja perdagangan negara yang bersangkutan yang diukur dengan daya saing negara tersebut dalam memproduksi komoditasnya relatif terhadap negara lain. Jenis rezim nilai tukar yang berlaku juga turut mempengaruhi keseimbangan dan nilai tukar.
Skripsi ini bertujuan untuk melihat apakah nilai tukar Indonesia relatif terhadap empat negara pemegang hard currencies (US, Inggris, Jerman dan Jepang) akan kembali pada keseimbangan semula sesuai dengan yang dikemukakan oleh teori Purchasing Power Parity (PPP) yang banyak dipakai sebagai basis penentuan besaran nilai tukar (bilateral). Metodologi ekonometri yang digunakan untuk membuktikan keabsahan konsep PPP terutama dalam jangka panjang ini adalah model pengujian kointegrasi yang dikemukakan dari Engle-Granger. Sementara untuk mengetahui sifat dari peubah yang diuji (nilai tukar dan indeks harga), apakah bersifat stasioner atau tidak, digunakan uji Dickey Fuller.
Periode data yang digunakan adalah dari Oktober 1986 hingga Maret 1996, suatu periode 10 tahun di mana perekonomian Indonesia tidak mengalami gejolak akibat devaluasi (model ini mengasumsikan bahwa dalam periode uji tidak terdapat gangguan eksternal yang cukup signifikan, atau dengan kata lain, tidak terjadi perubahan rezim nilai tukar). Hasil pengujian menunjukkan bahwa keempat nilai tukar tersebut tidak memiliki hubungan kointegrasi dengan tingkat harga, seperti yang diasumsikan dalam teori PPP.
Pengujian stasioneritas menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar bersifat stasioner, namun hal ini dapat dimengerti mengingat kebijaksanaan otoritas moneter Indonesia yang cenderung mengikuti pola pergerakan nilai tukar dolar Amerika. Meskipun demikian, hasil regresi OLS sederhana terhadap model PPP relatif terhadap Amerika juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan PPP yang signifikan antara nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan indeks harga yang bersangkutan. Secara umum terlihat, bahwa kebijakan moneter yang masih didasarkan pada model PPP kurang layak untuk digunakan mengingat tidak terbukti adanya keseimbangan jangka panjang dari konsep yang bersangkutan, terlepas dari adanya beberapa kekurangan/kelemahan di dalam pelaksanaan pengujian ekonometri ini.
Penetapan rezim nilai tukar yang mengambang terkendali dengan rentang spread yang besar sangat dianjurkan untuk mengurangi intervensi otoritas moneter yang menggunakan teori PPP. Perkembangan yang terjadi saat penulisan skripsi ini berakhir semakin menguatkan pernyataan di atas, di mana pemerintah akhirnya menerapkan rezim nilai tukar yang mengambang sempurna dalam usahanya mengatasi gejolak eksternal yang berdampak besar terhadap keseimbangan nilai tukar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Sukaesih
"Tesis ini menyajikan hasil penelitian paritas daya beli antara Indonesia dan beberapa negara di Asia Timur (Thailand, Korea, Phillipina dan Malaysia). Dengan menggunakan uji akar satuan pendekatan Augmented Dickey Fuller dan Phillips-Perron, uji kointegrasi Engle-Granger pada estimasi residual hasil regresi OLS dan uji kointegrasi Johansen pada model PPP, paritas daya beli antara Indonesia dan beberapa negara Asia Timur diuji. Dengan menggunakan data periode September 1996 sampai dengan Desember 2004 menjadi input bagi model persamaan paritas daya beli absolut dan persamaan paritas daya beli relatif. Hasil uji akar satuan dan uji kointegrasi secara keseluruhan membuktikan bahwa peubah-peubah bebas (indeks harga konsumen Indonesia dan indeks harga konsumen beberapa negara lain) serta peubah terikat nilai tukar rupiah relatif terhadap nilai tukar negara lain terkointegrasi pada model persamaan paritas daya beli absolut. Begitu pula peubah-peubah yang membentuk model persamaan paritas daya beli relatif yaitu peubah inflasi di Indonesia, inflasi di negara Thailand, Korea, Phillipina dan Malaysia serta selisih proporsi perubahan dari nilai tukar antara Indonesia dari beberapa negara di Asia Timur menunjukkan hal yang sama yaitu adanya kointegrasi atau hubungan keseimbangan menuju jangka panjangnya. Dan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa peubah-peubah yang membentuk model persamaan paritas daya beli absolut maupun peubah yang membentuk model persamaan paritas daya beli relatif memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang atau dapat pula dikatakan terkointegrasi pada setiap modelnya, namun koefisien kointegrasi vektor pada kedua model (paritas absolut dan paritas relatif) tidak dapat menunjukkan koefisien seperti yang diharapkan dalam kedua model. Dengan demikian, pada periode September 1996 sampai dengan Desember 2004 paritas daya beli antara Indonesia dan beberapa negara di Asia Timur (Thailand, Korea, Phillipina dan Malaysia) secara absolut maupun relatif tidak terbukti berlaku, namun demikian nilai speed of adjustment dari nilai tukar Indonesia relatif terhadap nilai tukar negara lain pada model persamaan paritas daya beli absolut dan relatif dapat ditentukan untuk melihat seberapa cepat model tersebut melakukan koreksi sehingga dapat kembali menuju titik stasionernya dalam jangka panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Index-HDI) mendefinisikan kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar Pendapatan Domestic Bruto (PDB). IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan, yang direpresentasikan oleh 3 dimensi yaitu: (1) umur panjang dan sehat, (2) pengetahuan dan (3) kualitas hidup yang layak. IPM juga memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang manusia meliputi : Indeks Kesehatan (panjang umur dan menjalani hidup sehat, diukur dari usia harapan hidup), Indeks Pendidikan (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi), Indeks Daya Beli; memiliki standar hidup yang layak (diukur pada paritas daya beli/Purchasing Power Party (PPP), dan penghasilan.
Indeks daya beli di Kota Cimahi mempunyai kontribusi paling rendah terhadap pembentukan IPM dibandingkan Indeks Pendidikan dan Indeks Kesehatan. Pada Tahun 2003 indeks daya beli hanya mampu berkontribusi sebesar 0,77 poin saja terhadap IPM dan menempati urutan ketiga setelah indeks pendidikan yaitu 1,21 poin dan indeks kesehatan yaitu 1,02 poin. Pada tahun 2006, kontribusi indeks daya beli juga tidak banyak mengalami perubahan yaitu hanya mencapai 0,78 poin. Demikian pula perkembangan kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) selama periode 2003-2006 tidak banyak mengalami perubahan di mana pada tahun 2003 telah mencapai Rp 540.600 per kapita per bulan dan pada tahun 2006 hanya bertambah sebesar Rp 13.420,- atau naik menjadi Rp 554.020,- per kapita per bulan. Peningkatan kemampuan daya beli yang sangat lamban salah satunya disebabkan oleh gejolak ekonomi terutama karena adanya kenaikan BBM sebanyak 2 kali pada tahun 2005. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat relatif sensitif terhadap perubahan kebijakan ekonomi nasional."
KWK 17:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lale Heny Herawati
"Peningkatan kelahiran dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya dalam literatur demografi sering juga disebut sebagai peningkatan paritas. Komposisi jenis kelamin anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kelahiran berikutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis kelamin anak terhadap peningkatan paritas di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah hasil SDKI 2007. Unit analisis adalah wanita berstatus kawin usia 15-49 tahun yang minimal memiliki satu anak atau dua anak masih hidup.
Variabel bebas penelitian ini adalah jenis kelamin anak, tingkat pendidikan, status pekerjaan, jumlah anak ideal dan kohor ibu. Sedangkan variabel tak bebasnya adalah peningkatan paritas dengan menggunakan analisis logistik biner. Komposisi jenis kelamin anak pertama merupakan faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan paritas dari satu anak menjadi dua anak di Sumut, wanita yang anak pertamanya perempuan memiliki kecenderungan lebih tinggi memiliki anak kedua daripada yang anak pertamanya laki-laki. Namun lain halnya di Sumbar, ternyata tidak ditemukan perbedaan kecenderungan memiliki anak kedua antara mereka yang anak pertamanya perempuan ataupun laki-laki.
Di Sumut maupun di Sumbar, untuk anak kedua dan ketiga, apapun jenis kelaminnya tidak signifikan mempengaruhi peningkatan paritas. Jadi tidak ada perbedaan dalam peluang terjadinya anak ketiga antara mereka yang kedua anaknya laki-laki, kedua anaknya perempuan atau laki-laki dan perempuan. Di sisi lain, faktor jumlah anak ideal ternyata memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap peluang wanita memiliki anak ketiga baik di. Hal ini menggambarkan bahwa baik di Sumut maupun di Sumbar cenderung menganut norma keluarga besar.
Di Sumut, probabilitas terjadinya anak kedua lebih tinggi pada wanita yang anak pertamanya perempuan, berpendidikan SD ke bawah, jumlah anak idealnya di atas tiga dan berada pada kohor 1958-1976, sementara di Sumbar probabilitasnya lebih tinggi pada wanita yang berpendidikan SD atau tidak tamat SD, jumlah anak idealnya di atas tiga dan berada pada kohor 1958-1976. Sedangkan probabilitas terjadinya anak ketiga di Sumut, lebih tinggi pada wanita yang berpendidikan SD atau tidak tamat SD, bekerja, jumlah anak idealnya di atas tiga dan berada pada kohor 1958-1976, sementara di Sumbar probabilitasnya lebih tinggi pada wanita yang berpendidikan SD ke bawah, jumlah anak idealnya di atas tiga dan berada pada kohor 1958-1976.

Having more children is commonly referred to as parity progression in demographic literature. Sex composition of existing children is a factor in progressing to higher order births.
This study aims to study the effect of sex composition of children on parity progression in North Sumatera and West Sumatera. The data used is the 2007 Indonesia Demographic and Health Survey. The unit of analysis is woman who has at least one or two child. The independent variables of this study are the sex of child, education, work participation, number of ideal family size, and cohort while the dependent variable is parity progression. The analysis is conducted using logistic regression models.
There is significant difference in the progression to second child based on the sex of the first child for women in North Sumatera, progression to second birth are higher among woman who have girl as the first child. But there is no significant difference in West Sumatera.
In North Sumatera and West Sumatera indicates that progression to third birth is not associated with the sex of existing children. So there is no defference in the progression to third child among woman who have two boys, two girl, one girl and one boy, as first child and second child. While number of ideal family size has strong associated in progression to third birth. It indicates that woman in North Sumatera and West Sumatera have big family size norm.
In North Sumatera, probabilities of having second birth are higher among women who have girls as first child, have ideal number of children more than three children, belong to older cohort, and have primary school education. While in West Sumatera and probabilities of having second birth and third birth are higher among women who have ideal number of children more than three children, belong to older cohort, and have primary school education.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29675
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Fitriana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh kebutuhan untuk keunikan sikap terhadap produk nilai emosional serta kualitas yang diterima terhadap niat beli di Jakarta khususnya kedai kopi waralaba lokal dan waralaba asing Excelso Coffee Bean Tea Leaf. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain riset konklusif dan jenis riset deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah SEM Structural Equation Modelling dengan teknik pengolahan data menggunakan Lisrel 8 54. Hasil penelitian menunjukan bahwa Need For Uniqueness attitude toward product emotional value perceived quality mempunyai pengaruh yang positif terhadap purchase intention konsumen.

This riset for study explain effect from effect need for uniqueness attitutde toward product emotional value perceived quality to purchase intention specially for Customer Coffee shop from Local Franchise Excelso and Foreign Franchise Coffee Bean and Tea Leaf in Jakarta. This riset is kuantitative riset with conclusive design riset and description. Total sample for this riset is 200 respondents. The analysis technic with SEM Structural Equation Modelling Lisrel 8 54. The results showed Need For Uniqueness attitude toward emotional value perceived quality have positive effect for purchase intention customer Keyword Franchise Local Franchise Foreign Coffe shop Excelso Coffee Bean Tea Leaf."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baily, Peter
London: Gover Press, 1974
658.72 BAI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Heinritz, Stuart F.
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1971
658.72 HEI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heinritz, Stuart F.
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1961
658.72 HEI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paquette, Larry
"Straight information and practical steps for better purchasing and procurement. The purchasing function is in the middle of unprecedented change. The transformation is being driven by globalization in consumer and supplier markets, as well as by rapid technological advances that facilitate procurement on any scale."
New York: American Management Association, 2003
e20438626
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>