Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195907 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Anggraeni
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang menempati posisi pertama dari sepuluh besar penyaldt berdasarkan Laporan Tahunan Puskemas. Hal ini berhubungan dengan kondisi fisik rumah, kualitas udara dalam rumah antara lain PM10, dan karakteristik balita penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar PM10 dan faktor lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan populasi balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang yang menjadi sampel adalah balita yang terpilih dengan sampel acak secara sistimatika dari Laporan Bulanan (LB1) Puskesmas dengan sampel 195 balita, terdiri Bari kasus 65 dan kontrol 130 dimana sampel kasus adalah balita ISPA sedangkan sampel kontrol adalah tetangga kasus yang tidak menderita ISPA dan berjenis kelamin sama. Data yang dikumpulkan dengan pengukuran adalah kadar PM10, kelembaban, suhu dan pencahayaan sedangkan data variabel lainnya dengan observasi dan wawancara mengg unakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil analisis chi square terdapat empat variabel yang berbeda bermakna pada balita yang tinggal di rumah memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yaitu kadar PM10 kelembaban, pencahayaan dan suhu pada tingkat kemaknaan 5% dengan kejadian ISPA balita, yaitu PMIQ dengan nilai p = 0,000 (5,21:2,7 - 10,04), kelembaban dengan nilai p = 0,001 (3,02: 1,57 - 5,81), pencahayaan dengan nilai p = 0,000 (15,06: 6,77 - 33,49), dan suhu dengan nilai p = 0,000 (36,49:10,85 -122,71).
Variabel ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian, bahan bakar, asap rokok, that nyamuk bakar, status gizi dan imunisasi tidak bermakna secara statistik karena mempunyai nilai p > 0,05.
Hasil analisis regresi logistik secara stafistik tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel yang diteliti, tetapi suhu rumah ditemukan sebagai faktor pengganggu antara PM10 dengan kejadian ISPA.
Dari penelitian ini sangat penting disarankan untuk mengurangi sumber pencemaran kualitas udara dalam rumah terutama bagi Dinas Kesehatan Kabupaten agar secara rutin memantau secara kondusif kondisi dan standar kualitas udara dalam ruang dan saran bust Puskesmas agar mengaktilkan klinik sanitasi untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kondisi lingkungan rumah dengan ISPA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Faruli
"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita. Selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi partikulat (PM10) udara dalam rumah dengan infeksi saluran pernafasan akut di wilayah kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Karawang. PM10 diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara bulan Pebruari-Mei 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 130 orang.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa 82,3% balita yang diteliti mengalami ISPA dan 83,1% balita tinggal di dalam rumah dengan konsentrasi PM10> 70 µg/m3. Risiko balita untuk mengalami ISPA adalah sebesar 1,44 kali pada balita denganPM10> 70 µg/m3; 2,39 kali pada balita dengan dinding rumah tidak memenuhi syarat; 2,29 kali balita dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat; 10,10 kali pada balita yang terdapat penderita ISPA serumah; dan 1,47 kali pada balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap.

Acute Respiratory Infection is one of the causes of morbidity and mortality in infants. For three consecutive years ranked first of the ten most diseases in PHC Falkirk. This study aims to determine the relationship between the concentrated of particulate matter (PM10) in the air with acute respiratory tract infections in Puskesmas Karawang, Karawang regency. PM10 was measured at room toddlers often sleep and performed once in each respondent's house. The timing of the study between the months of February-May 2014. This study designed using cross design sectional by sample size of 130 people.
The results show that 82.3% of toddler were studied experienced ISPA and 83.1% of toddler living in homes with concentrations of PM10> 70 μg/m3. Toddler risk for experiencing ISPA is 1.44 times the toddler with a PM10> 70 μg/m3; 2.39 times the toddler with a wall of the house does not qualify; 2.29 times with a density the occupancy toddler does not qualify; 10.10 times in toddlers ISPA patients who are at home; and 1.47 times in toddler who do not get complete immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Nurmy
"Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita. Di wilayah Puskesmas Telaga Murni yang berada di sekitar industri baja, ISPA menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak. Jumlah kasus baru ISPA untuk umur 1-4 tahun yaitu 56,15 % dan umur 0-1 tahun mencapai 62,0 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan partikulat matter 10 mikron (PM10) udara dalam ruang rumah dengan ISPA pada balita di Kecamatan Cikarang Barat dan Kecamatan Sukatani. PM10 dalam rumah diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Rentang waktu penelitian antara bulan Maret-Mei 2015.
Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Populasi terpajan adalah balita bertempat tinggal di wilayah pemukiman yang berjarak 1 kilometer dan populasi tidak terpajan adalah balita yang berjarak lebih 10 kilometer dari industri baja. Jumlah sampel seluruhnya 80 balita terdiri dari 40 kelompok terpajan dan 40 kelompok tidak terpajan. Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 6 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000, jarak rumah tinggal dengan industri dengan nilai p = 0,025, Vitamin A dengan nilai p = 0,023, ASI Eksklusif dengan nilai p=0,045, perokok dalam rumah dengan nilai p=0,040 dan penggunaan obat nyamuk bakar dengan nilai p = 0,009.
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara PM10 udara ruangan dengan kejadian ISPA (p<0,05) pada balita yang dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal dan vitamin A. Kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat (>70 μg/m3) mempunyai peluang untuk menjadi penyebab ISPA pada balita sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan PM10 dalam rumah yang memenuhi syarat (<70 μg/m3) setelah dikontrol jarak tempat tinggal dan vitamin A. Disarankan kepada masyarakat untuk tidak merokok dalam rumah dan teratur dalam pemberian vitamin A pada balita saat kegiatan posyandu.

ARI (Acute Respiratory Infections) is a disease that often occurs in infants. In the area of Telaga Murni Health Center around Steel Industry, ARI diseases has become a serious public health problem and ranked first of the ten most diseases in Cikarang Barat Sub-District, and Sukatani Sub-District. The number of new cases of ARI for ages 1-4 years is 56.15% and the age of 0-1 years to reach 62.0%. The purpose of this study was to determine the relationship of particulate matter (PM10) house air with a respiratory infection in infants in Bekasi. PM10 are measured in the room in the house sleeping toddlers and performed one time in each house of the respondents. The study period between March-May 2015.
This study was a retrospective cohort. Exposed population is children residing in residential areas within 1 kilometer and the population is not exposed infants within 10 kilometers of the steel industry. Total sample of 80 toddlers consists of 40 groups of exposed and 40 unexposed group. Bivariate analysis results with a 95% confidence level showed 6 variables associated with the incidence of acute respiratory infection in infant, namely PM10 with a value of p = 0.000, a distance of residences with the industry with a value of p = 0.025, Vitamin A with p = 0.023, with the value of exclusive breastfeeding p = 0.045, smoker in homes with a value of p = 0.040 and the use of mosquito coils with a value of p = 0.009.
Concluded that there is a relationship between particulate matter (PM10) air-conditioned room with ARI (p <0.05) in infants who are affected by distance and vitamin A. Levels of PM10 are not eligible (> 70 ug / m3) have the opportunity to be cause of ARI in infants by 5.37 times compared to PM10 in homes that qualify (<70 ug / m3) after controlled within the residence and vitamin A. It is recommended to the people not to smoke in the house and regularly in the provision of vitamin A in infants when Posyandu activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Haidar Hanun
"ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Di Kelurahan Sukamaju Baru, kasus ISPA balita menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan puncak kasus terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 5.135 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan total sampel sebanyak 140, yang terdiri atas 70 kelompok kasus dan 70 kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah balita yang didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sukamaju Baru, sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak didiagnosa ISPA dan tinggal di wilayah RW yang sama dengan kelompok kasus. Analisis data mencakup analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda berbasis model determinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 variabel yang diteliti, ditemukan 8 variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita yaitu variabel status imunisasi (OR = 2,20), pengetahuan (OR = 2,39), kebiasaan membakar sampah (OR = 0,35), jenis dinding (OR = 2,36), luas ventilasi kamar (OR = 2,71), kepadatan hunian (OR = 2,48), kelembapan (OR = 3,27) dan pencahayaan alami (OR = 2,14), serta ditemukan variabel luas ventilasi kamar menjadi variabel dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar faktor risiko ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru berasal dari faktor lingkungan fisik rumah. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan cakupan rumah sehat di wilayah ini, dengan fokus utama berupa penambahan luas ventilasi.

Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity and mortality among children under five worldwide, particularly in developing countries. In Sukamaju Baru Village, ARI cases among children under five have shown an increasing trend in recent years, peaking in 2022 with 5,135 cases. This study aims to identify the most influential factors associated with ARI incidence among children under five in Sukamaju Baru Village in 2024. This research employs a case-control study design with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls. The case group comprises children under five diagnosed with ARI by healthcare workers at the Sukamaju Baru Public Health Center, while the control group includes children under five who were not diagnosed with ARI and resided in the same neighborhood unit (RW) as the case group. Data analysis includes bivariate analysis using the Chi-square test and multivariate analysis using a multiple logistic regression model based on determinant factors. The results of this study indicate that out of 15 variables examined, 8 were found to be significantly associated with ARI incidence among children under five. These variables include immunization status (OR = 2.20), maternal knowledge (OR = 2.39), waste-burning habits (OR = 0.35), wall type (OR = 2.36), bedroom ventilation area (OR = 2.71), household density (OR = 2.48), humidity (OR = 3.27), and natural lighting (OR = 2.14). Among these, the bedroom ventilation area was identified as the most dominant factor influencing ARI incidence. This study highlights that most ARI risk factors for children under five in Sukamaju Baru Village are related to the physical environment of the home. Therefore, further efforts are needed to improve the prevalence of healthy homes in the area, with a primary focus on increasing ventilation area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Haidar Hanun
"ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Di Kelurahan Sukamaju Baru, kasus ISPA balita menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan puncak kasus terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 5.135 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan total sampel sebanyak 140, yang terdiri atas 70 kelompok kasus dan 70 kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah balita yang didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sukamaju Baru, sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak didiagnosa ISPA dan tinggal di wilayah RW yang sama dengan kelompok kasus. Analisis data mencakup analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda berbasis model determinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 variabel yang diteliti, ditemukan 8 variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita yaitu variabel status imunisasi (OR = 2,20), pengetahuan (OR = 2,39), kebiasaan membakar sampah (OR = 0,35), jenis dinding (OR = 2,36), luas ventilasi kamar (OR = 2,71), kepadatan hunian (OR = 2,48), kelembapan (OR = 3,27) dan pencahayaan alami (OR = 2,14), serta ditemukan variabel luas ventilasi kamar menjadi variabel dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar faktor risiko ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru berasal dari faktor lingkungan fisik rumah. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan cakupan rumah sehat di wilayah ini, dengan fokus utama berupa penambahan luas ventilasi.

Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity and mortality among children under five worldwide, particularly in developing countries. In Sukamaju Baru Village, ARI cases among children under five have shown an increasing trend in recent years, peaking in 2022 with 5,135 cases. This study aims to identify the most influential factors associated with ARI incidence among children under five in Sukamaju Baru Village in 2024. This research employs a case-control study design with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls. The case group comprises children under five diagnosed with ARI by healthcare workers at the Sukamaju Baru Public Health Center, while the control group includes children under five who were not diagnosed with ARI and resided in the same neighborhood unit (RW) as the case group. Data analysis includes bivariate analysis using the Chi-square test and multivariate analysis using a multiple logistic regression model based on determinant factors. The results of this study indicate that out of 15 variables examined, 8 were found to be significantly associated with ARI incidence among children under five. These variables include immunization status (OR = 2.20), maternal knowledge (OR = 2.39), waste-burning habits (OR = 0.35), wall type (OR = 2.36), bedroom ventilation area (OR = 2.71), household density (OR = 2.48), humidity (OR = 3.27), and natural lighting (OR = 2.14). Among these, the bedroom ventilation area was identified as the most dominant factor influencing ARI incidence. This study highlights that most ARI risk factors for children under five in Sukamaju Baru Village are related to the physical environment of the home. Therefore, further efforts are needed to improve the prevalence of healthy homes in the area, with a primary focus on increasing ventilation area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Arifin
"Sindroma Koroner Akut (SKA) dengan subset tanpa elevasi segmen ST yang terdiri dari APTS dan NSTEMI mempunyai spektrum Minis yang luas dan memiliki prognosis serta tingkat risiko morbiditas.dan mortalitas yang sangat beragam. Subset SKA ini juga memiliki angka kejadian kardiovaskuler yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan subset SKA dengan elevasi segmen ST.
Dilakukan analisa data dari INDORACE untuk mengetahui karakteristik penderita, kejadian kardiovaskuler (angina berulang, infark / infark ulang, gagal jantung, sehingga memerlukan tindakan revaskularisasi dan kematian) selama masa perawatan di rumah sakit. Melakukan skoring penderita menurut skor TIMI sehingga penderita dibagi dalam dua golongan (=kategori) dan mencari besarnya persentase kejadian kardiovaskuler pada penderita dengan kategori risiko tinggi maupun rendah.
Dari hasil analisa, diperoleh data sebagian besar penderita adalah pria 72 (77,4%). Penderita APTS 65 (69,9%) kasus dan NSTEMI 28 (30,1%) dan usia rata-rata penderita 56,55 ± 9,72 tahun. Dibandingkan dengan beberapa hasil survei di luar negeri, usia rata-rata penderita dalam penelitian ini lebih muda antara 8-10 tahun. Tidak ada perbedaan bermakna antara usia rata-rata penderita pria dan wanita, sedangkan usia rata-rata penderita wanita di luar negeri lebih tua 10 tahun dibandingkan dengan laki-laki.
Untuk faktor risiko PJK berdasarkan urutan persentase tertinggi sampai terendah meliputi: hipertensi 55,9%, dislipidemia 48,4%, merokok 43%, diabetes melitus 31,2% dan faktor keluarga 20,4%. Beberapa hasil survei di luar negeri juga menunjukkan faktor risiko hipertensi adalah yang tertinggi persentasenya. Untuk faktor risiko merokok pada penderita wanita dalam penelitian ini adalah yang terendah presentasenya, sedangkan data dari luar negeri presentasenya jauh Iebih tinggi. Untuk faktor risiko diabetes melitus persentase penderita wanita mencapai > 2 kali dibaridingkan dengan penderita pria.
Persentase kejadian kardiovaskuler selama perawatan adalah sebesar 29,03%, Kejadian kardiovaskuler selama masa perawatan di rumah sakit untuk penderita dengan kategori risiko tinggi ( skor TIMI > 4) adalah 66,8%, sedangkan untuk penderita dengan risiko rendah ( skor TIMI < 4 ) sebesar 33,3%.

Acute Coronary Syndrome (ACS) with subset non-ST segment elevation consists of unstable angina pectoris and non-ST segment elevation myocardial infraction (NSTEMI). This subsets of ACS has a wide clinical spectrum, prognostic and also has heterogeneous morbidity and mortality rate. This subsets of ACS also represents higher cardiovascular events than ACS with subset ST segment elevation (STEM!).
We analyze data from INDORACE (Indonesia Registry of Acute Coronary Events) to describe the baseline characteristics of the patients and cardiovascular events (recurrent angina, reinfarction, congestive heart failure that needs revascularization and death). We use TIMI risk score to divide the patients into two categorized, the high risk and low risk, and we search the percentage of cardiovascular events in each categorized.
Result of the analyze shows that most of the patients are male 77,4%, unstable angina pectoris 66,9%, NSTEMI 30,1% and the mean age of all patients was 56,55 f 9,72 years. Compared to other studies in foreign countries mean age of patients in this study is 8-10 years younger. We found no significants differences of age between male and female in this study, but mean age in other studies represent female is 10 years older or more than male.
The percentage risk factors of coronary artery disease are: hypertension 55,9% (the highest), dyslipidemia 48,4%, smoker 43%, diabetes mellitus 31,2 % and family history 20,4%. Other studies in foreign countries show that the highest percentage is also hypertension.
This study shows that female smokers are at the lowest percentage; however, some studies show that they are at a high percentage. Female who sufferer diabetes mellitus has the percentage twice or more than male in this study.
The total cardiovascular events was 29,03%, cardiovascular events in high risk patients is 66,8% and low risk is 33,3%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Muthia
"Latar belakang: Skor SAPS 3 (Simplified Acute Physiology Score 3) merupakan sistem skor mutakhir yang dikembangkan untuk memprediksi mortalitas pasien di unit perawatan intensif (UPI). Sebelum suatu sistem skor dapat diterapkan pada populasi yang berbeda maka harus dilakukan penilaian kesahihannya terlebih dahulu. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kesahihan skor SAPS 3 dan persamaan baru SAPS 3 pada pasien UPI RSCM.
Metode: Studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien yang dirawat di UPI RSCM Januari-Juli 2012 dengan metode pengambilan sampel konsekutif. Dilakukan analisis bivariat dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan persamaan regresi logistik metode stepwise backward. Kemampuan kalibrasi skor SAPS 3 dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow sedangkan kemampuan diskriminasi dianalisis dengan nilai AUC.
Hasil: Selama penelitian terkumpul 550 pasien yang dirawat di UPI RSCM. Persamaan baru SAPS 3 didapatkan y = -4,765 + (0,319 x total skor) dengan 7 variabel sebagai prediktor kuat. Skor SAPS 3 baru dan Australasia memiliki kemampuan kalibrasi dan diskriminasi yang baik dengan uji Hosmer-Lemeshow p = 0,383 dan p = 0,123 dengan nilai AUC 0,901 dan 0,945.
Kesimpulan: Skor SAPS 3 memiliki kemampuan yang baik (sahih) dalam memprediksi mortalitas pasien di UPI RSCM.

Background: Simplified Acute Physiology Score 3 (SAPS 3) has been developed to estimate mortality in intensive care unit. However, this model need to be validated before it use in different populations. The aim of this study was to validate the performance of SAPS 3 score in the intensive care unit (ICU) Cipto Mangunkusumo Hospital population and to find new equation of SAPS 3 for ICU Cipto Mangunkusumo Hospital population.
Methods: A retrospective cohort study with consecutive sampling was done to patients hospitalized in the ICU Cipto Mangunkusumo Hospital from January to July 2012. Bivariate analysis was performed, continued with multivariate analysis with stepwise backward method of logistic regression equation. Calibration was assessed by Hosmer-Lemeshow test while discrimination was analyzed using the area under the receiver operator curve (AUC).
Results: A total of 550 patients were included in this study. New equation of SAPS 3 score is y = -4,765 + (0,319 x total score) with 7 variable found as strong predictor. Both new and Australasia SAPS 3 equation have a good calibration and discrimination performance with Hosmer-Lemeshow test p = 0,383 and p= 0,123 with AUC = 0,901 and 0,945.
Conclusion: SAPS 3 score has a good performance in predicting mortality of intensive care unit patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawaty
"Penyakit ISPA menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Kecamatan Mampang Prapatan. Jumlah balita sebanyak 10.376 balita, dengan jumlah kasus ISPA untuk bayi golongan umur <1 tahun sebanyak 37,94% (3.937 kasus) dan balita golongan umur 1-5 tahun sebanyak 82,61% (8.572 kasus).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan ISPA pada balita di Kecamatan Mampang Prapatan. PM10 dalam rumah diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Rentang waktu penelitian antara bulan Nopember 2009 - Februari 2010.
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi adalah balita yang tinggal di Kecamatan Mampang Prapatan. Kasus adalah balita penderita baru ISPA berdasarkan diagnosa dokter di Klinik MTBS Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, penyakit tersebut baru terdiagnosis pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Februari 2010. Kontrol adalah balita yang tidak menderita ISPA, berjenis kelamin sama dan merupakan tetangga terdekat sampel kasus. Jumlah sampel seluruhnya 180 responden terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol.
Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 11 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000 (5,73; 2,95-11,15), ventilasi p = 0,003 (3,08; 1,42-6,68), kelembaban p = 0,001 (2,99; 1,55-5,76), suhu p = 0,000 (31,00; 12,10-79,42), jenis lantai p = 0,032 (2,15; 1,02-4,56), lubang asap dapur p = 0,001 (3,66; 1,60-8,35), pencahayaan p = 0,000 (7,61; 3,87-14,95), jenis bahan bakar memasak p = 0,017 (8,68; 1,06-70,93), asap rokok p = 0,030 (2,04; 1,02-4,06), obat nyamuk bakar p = 0,007 (~), dan status gizi p = 0,000 (3,77; 1,75-8,12).
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan kejadian ISPA (p<0,05) pada balita yang dipengaruhi oleh suhu dan pencahayaan. Kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat (>70 µg/m3) mempunyai peluang untuk menjadi penyebab ISPA pada balita sebesar 5,23 kali dibandingkan dengan PM10 dalam rumah yang memenuhi syarat (<70 µg/m3) setelah dikontrol suhu dan pencahayaan. Disarankan agar masyarakat menggunakan ventilasi yang memenuhi syarat (≥10% luas lantai), agar partikulat (PM10), suhu dan pencahayaan ruang dalam rumah memenuhi persyaratan kesehatan dan merubah perilaku menutup ventilasi untuk meningkatkan aliran udara segar dari luar ke dalam rumah.

ARI disease has become a serious public health problem and for three consecutive years and ranked first of the ten most diseases in the District of Mampang Prapatan. This is proven by the number of 10 376 children under five, with the number of cases of infant respiratory infection for age groups <1 year were 37.94% (3937 cases) and children 1-5 years age group as much as 82.61% (8572 cases).
This study aims to determine the relationship particulate matter (PM10) air houses with ARI among children under five in sub Mampang Prapatan. PM10 is measured in a room where toddlers take place to sleep and is done once in each home respondents. The period research time was taken between November 2009 and February 2010.
This research design is case control. The population is consisted of children under five years-old who domicile in Mampang Prapatan District. The case is under five new patients with ARI based IMCI Clinical diagnosis of doctors at PHC Sub Mampang Prapatan, the disease newly diagnosed in November 2009 until February 2010. Controls are infants who do not suffer from ARI, same sex and is a nearest neighbor sample cases. The number of full sample of respondents consisted of 90 180 cases and 90 controls.
The results of bivariate analysis with a confidence level of 95% showed 11 variables associated with the occurrence of ARI in young children, namely PM10 with p = 0.000 (5.73, 2.95 to 11.15), ventilation, p = 0.003 (3.08; 1 0.42-6, 68), humidity p = 0.001 (2.99, 1.55 to 5.76), temperature p = 0.000 (31.00, 12.10 to 79.42), floor type p = 0.032 ( 2.15, 1.02 to 4.56), kitchen smoke hole p = 0.001 (3.66, 1.60 to 8.35), lighting p = 0.000 (7.61, 3.87 to 14.95) , type of cooking fuel p = 0.017 (8.68, 1.06 to 70.93), cigarette smoke p = 0.030 (2.04, 1.02 to 4.06), mosquito coil p = 0.007 (~) , and nutritional status p = 0.000 (3.77, 1.75 to 8.12).
Therefore, it is concluded that there is a relationship between particulate matter (PM10) air dwelling house with the incidence of ARI (p <0.05) in infants who are influenced by temperature and lighting. PM10 levels are not eligible (> 70 μg/m3) have the opportunity to be a cause of respiratory infection in infants by 5.23 times compared with PM10 in homes that meet the requirements (<70 μg/m3) after a controlled temperature and lighting. Finally, it is highly recommended that people should use a qualified ventilation (≥ 10% floor area), so that particulate matter (PM10), temperature and lighting in their homes fit the health requirements and changing behaviors to close vents to increase the flow of fresh air from outside into the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian zink dalam mengatasi diare akut pada balita di salah satu puskesmas di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan jenis nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel berjumlah 40 anak balita yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada frekuensi defekasi dan durasi diare pada kedua kelompok (p= 0,000; α= 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian zink efektif untuk menangani diare akut pada balita sehingga dapat mencegah akibat lanjut dari diare.

Diarrhea is one of the major causes of infant and child death in Indonesia. The purpose of this research was to identify the effectiveness of zinc supplementation for acute diarrhea in under five years children in one puskesmas in Kalimantan Barat.The research employed quasi experimental with nonequivalent control group after only design. The samples were 40 participants which were divided into two groups. The result showed that there was significant differences in defecation frequency and duration of diarrhea in both group (p=0.000; α=0.05). To conclude, zinc supplementation was effective for acute diarrhea treatment in under five years children."
Depok: AKPER Pemerintahan Kota Tegal ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Sulistiawijaya
"Bronkopneumonia merupakan suatu kondisi peradangan akut yang secara spesifik terjadi di paru-paru, disebabkan oleh agen infeksius di sekitar saluran udara (bronkus) dan kantung udara (alveolus). Permasalahan yang umum terjadi pada anak dengan bronkopneumonia adalah terkait dengan bersihan jalan napas tidak efektif yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan produksi sekret yang berlebih di jalan napas. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan breathing exercise melalui terapi bermain meniup kincir angin untuk mengatasi dyspnea pada anak. Pasien An.E (4th) tampak batuk berdahak disertai dengan napas cepat, penggunaan otot bantu napas, retraksi dada, suara napas tambahan, dan anak mendapatkan bantuan ventilasi berupa NK 2 lpm, didapatkan SpO2: 97%, HR: 132x /menit, RR: 38 x/menit, S: 36.4°C. Penerapan breathing exercise melalui terapi bermain meniup kincir angin yang dilakukan pada anak selama 3 hari perawatan menunjukan penurunan terhadap tingkat dyspnea anak yang dibuktikan dengan saturasi oksigen yang stabil dalam rentang 97-100% dan RR 24-32 x/menit. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran bagi perawat untuk dapat melakukan pengelolaan asuhan keperawatan dengan intervensi nonfarmakologis berupa penerapan breathing exercise melalui terapi bermain meniup kincir angin pada anak dengan diagnosis medis bronkopneumonia yang mengalami dyspnea.

Bronchopneumonia is an acute inflammatory condition specific to the lungs, caused by infectious agents around the airways (bronchi) and air sacs (alveoli). A common problem in children with bronchopneumonia is related to ineffective airway clearance caused by increased production of excess secretions in the airway. This scientific work aims to analyze the effectiveness of applying breathing exercises through blowing windmill play therapy to treat dyspnea in children. Patient An.E (4th) appeared to cough with phlegm accompanied by rapid breathing, use of accessory muscles for breathing, chest retraction, additional breath sounds, and the child received ventilation assistance in the form of NK 2 lpm, obtained SpO2: 97%, HR: 132x/min, RR: 38 x/min, S:36.4°C. The application of breathing exercise through blowing windmill play therapy performed on children for 3 days of treatment shows a decrease in the level of dyspnea of children as evidenced by stable oxygen saturation in the range of 97-100% and RR 24-32 x/min. The results of this scientific work are expected to be used as an illustration for nurses to be able to carry out nursing care management with non-pharmacological interventions in the form of applying breathing exercises through windmill blowing play therapy in children with a medical diagnosis of bronchopneumonia who experience dyspnea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>