Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
DKS. Nugraha
"Pada perusahaan modern kepemilikan (ownership) dan manajemen (control) terpisah jelas, pemisahan ini dapat menimbulkan masalah karena kepentingan pemilik dan manajer tidak selalu sejalan. Tindakan agent (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selamanya mencerminkan kehendak dari principal (orang yang memberi wewenang). Perbedaan kepentingan antara principal dan agent menghasilkan konflik yang disebut dengan masalah agensi (agency problem). Bila tidak ditangani masalah agensi akan berdampak terhadap pemisahaan, misalnya menurunya kinerja perusahaan yang berimplikasi pada memburuknya nilai perusahaan (Masson dan Madhaven, 1991). Oleh sebab itu baik principal maupun agent berusaha untuk meminimalisasi konflik. Usaha yang dilakukan mengatasi masalah keagenan membutuhkan biaya yaitu biaya agensi (agency cost).
Fama, (1980) mengemukakan peran penting agent dalam menentukan output sebuah proses produksi. Sebagai pengelola proses produksi, agent menjalankan fungsi entrepreneur dan fungsi risk taker: Teori agensi memberikan beberapa mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan oleh konflik tersebut, penelitian-penelitian sebelumnya mengenai mekanisme pengurang biaya agensi dilakukan oleh Jensen dan Meckling, (1976) mengenai utang sebagai pengurang masalah agensi. Studi Rozeff dan Esterbrook, (1982) mengenai peningkatan dividen sebagai pengurang biaya agensi. Penelitian Ang & Cox, (1997) mengenai mekanisme monitoring dan bonding sebagai pengurang masalah agensi. Sedangkan Sidabutar (2003) melakukan replikasi penelitian Ang & Cox (1997) dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi pasar modal Indonesia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel monitoring dan bonding terhadap abnormai return. Variabel dependen cummulative abnormal return (CAR) diregresikan dengan variabel monitoring dan bonding Sebagai variabel independen. Variabel monitoring terdiri atas Komisaris Independen (KI), Komite Audit (KADUM), Kepemilikan Saham oleh Orang Dalam (ISH), Kepemilikan Saham oleh lnstitusi (INS). Sedangakan variabel bonding yang digunakan adalah Dividen Payout Ratio (DPO) dan Debt to Equity Ratio (DER).
Penelitian dilakukan terhadap emiten yang disuspensi karena alasan spesitik mengalami kenaikan atau penurtunan harga saham yang melampaui batas normal. Fluktuasi harga tersebut mengindikasikan adanya imbal hasil diatas normal (abnormal return ) yang menjadi proxy agency cost. Penelitian dilakukan selama kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 47 emiten yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria sampel yang dibutuhkan, model persamaan regresi yang digunalkan sebagai berikut:
CAR = a + ß1.KI + ß2.KADUM + ß3.ISH + ß4.INS + ß5.DPO + ß6.DER + E
.....(1)
CAR = a + ß1.KI + ß2.KADUM + ß3.ISH + ß4.INS + E






(2)
CAR = a + ß1.DPO + ß2.DER + E











.(3)
Pegolahan data menggunakan SPSS12.0 untuk melihat regresi antar variabel yang diamati. Hasil penelitian menujukkan bahwa variabel monitoring dan bonding berpengaruh terhadap abnormal return dengan nilai FWS sebesar 8.067 dan signifikansi 0.001, adjusted R2, pada tingkat kepercayaan 95% (signifikasi 5%), dalam pengujian terpisah antara variabel monitoring dan bonding diperoleh kesimpulan bahwa vanabel monitoring berpengaruh terhadap abnormai return, sedangkan variabel bonding tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Adapun variabel monitoring yang paling signifikan adalah komisaris independen dengan nilai t-hitung sebesar 3.656.
Rekomendasi penelitian ini adalah: Pertama bagi investor atau calon investor untuk lebih selektif dalam memilih saham berdasarkan fundamental perusahaan dan likuiditas saham. Selain itu, investor perlu memperhatikan rekam jejak emiten terutama yang disuspensi perlu diketahui penyebab saham tersebut duisuspensi. Kedua bagi regulator pasar modal agar lebih mengefektifkan mekanisme penyebaran informasi yang dapat diakses seluruh pelaku pasar berkenaan dengan suspensi saham. Pada dasarnya suspensi adalah bentuk perlindungan bagi investor yang dilakukan oleh regulator bursa efek, akan tetapi pada saat suspensi dilakukan maka akan ada pihak Iain yang dirugiakan yaitu investor. Ketiga bagi penelitian selanjutnya untuk menggunakan cummulative abnormal trading return (CATR) yaitu imbal hasil diatas normal dalam rupiah sebagai variabel dependen, juga dengan menggunalkan variabel likuiditas saham (variabel control) dan variabel free cash flow. Kemudlan penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel dan periode pengamatan agar penelitian menjadi lebih lengkap dan mendalam.

The separation of ownership and management occurs in modern company; therefore separation can causes troubles due the different interest between owners and managers. Agent (manager) does not always act as decided as principal (owners) order. The dissimilar interest of agent and principal arouses conflict of interest mentioned as agency problem in financial literature. lf agency was not manageable, it could affect the value of the firm. For instance, value of the firm decreased along with poor performance of firm (Masson and Madhaven, 1991), therefore whether principal or agent should try to minimize conflict between them. The effort to overcome agency problem needs cost mentioned as agency cost.
Fama (1980) found important role of an agent in making in making decision total output of production. The agent acts as an entrepreneur and risk-taker while productive phase take place. Agency theory proposed several mechanisms in order to minimize conflict of interest. The earliest research of agency theory developed by Jensen and Meckling (1976) that suggested using debt to reduce agency problem. Rozeff study (1982) and there after Easterbrook (1984) proposed increasing dividend pay-out as mechanism to reduce agency problem.
There upon Ang & Cox (1997) analyzed the relativeness of various monitoring and bonding mechanism in controlling agency cost in of insider trading. Later research on agency cost from Sidabutar (2003) had modified Ang & Cox procedure to analyze monitoring and bonding mechanism in emerging market (Indonesian Capital Market).
This research tries to analyze effect of monitoring and bonding variables on abnormal return. The first aim is to know whether both monitoring and bonding variable have effect on abnormal retum. The second aim is to investigate whether monitoring or bonding variable have the best influence on abnormal return. Monitoring variables consist of Audit Committee (KADUM), independent Commissioner (KI), Insider-Shareholder (ISH). Bonding variables are Divided Payout Ratio (DPO), and Debt to Equity Ratio (DER). The empirical tests are done to suspend listed companies on Jakarta Stock Exchange from January 2002 until December 2005. Thus have stock gain upside and downside price above normal according to auto rejection mles of Jakarta Stock Exchange authority. The price movement above nomtal indicates abnonnal retum that is proxy of agency cost. The sample sizes consist of 47 selected stocks. The multiple regression linear models are:
CAR = a + ß1.KI + ß2.KADUM + ß3.ISH + ß4.INS + ß5.DPO + ß6.DER + E
.....(1)
CAR = a + ß1.KI + ß2.KADUM + ß3.ISH + ß4.INS + E






(2)
CAR = a + ß1.DPO + ß2.DER + E











.(3)
The multiple linear regression tests show that monitoring and bonding variables have an effect on abnormal return because F test rejects null hypothesis. The low R2 indicates that only 25.9% variation of abnormal retum can be explained by both variables. But when monitoring variables and bonding variable are regressed separately only monitoring have an effect on abnormal return. Thereafter t test statistic as shows only independent commissioner have effect on abnormal return, the other variable are not significant.
There are several implications in this research- Firstly, investors have to be more selective in choosing stocks, based on limfs fundamental and stock liquidity.
There by, investors have to pay attention on track record why its stocks suspended because certain reasons normal or abnormal explanation. Secondly, Jakarta Stock Exchange authority needs to make move effective information delivery related to stock suspension. Basically the suspension is market surveillance mechanism intended to protect small-individual investors, but suspension can cause some disadvantages also for them. Finally, for next research, it is suggested to use Cumulative Abnormal Trading Return (CATR) as dependent variables, stock liquidity as control variables also free cash flow variable: thereafter, next research need to add more sample data and more inquiry observation periods.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Christin Josefine
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui : mekanisme monitoring-bonding manakah yang mempengaruhi abnormal profit - sebagai representasi agency cost - atas saham-saham yang disuspend karma alasan kenaikan atau penurunan harga saham diluar baths normal, apakah penggunaan variabel kontrol : kapitalisasi pasar dan Good Corporate Governance (GCG) memberikan kontribusi dalam menjelaskan dependen variabel serta penerapan metoda konstruksi abnormal profit manakah yang memberikan basil penelitian terbaik.
Pengujian parametrik regresi berganda dilakukan dengan menggunakan berbagai mekanisme monitoring-bonding dan variabel pengontrol sebagai variabel independen serta abnormal profit sebagai variabel dependen, setelah sebelumnya dilakukan uji asurnsi klasik. Untuk mengatasi masalah ketidaknorrnalan residu sekaligus tidak signifikannya P-Value (F-stat), dilakukan treatment dengan menggunakan standar OLS test pads basil uji parametrik regresi berganda dari data yang telah ditransformasi menurut ranking. Analisa sensitivitas dilakukan atas sejumlah model di atas dengan tujuan untuk memperoleh basil pengujian hipotesa yang terbaik.
Hasil penelitian menunjukkan variabel monitoring prosentase kepemilikan saham oleh owner manager (PCTINS) dan prosentase direktur luar (OUTDIR) mempengaruhi abnormal profit pads tingkat keberartian 5%; penggunaan variabel kontrol kapitalisasi pasar (LnMcap) memberi kontribusi dalam menjelaskan dependen variabel pads tingkat keberartian 5% dan 10%; rnetoda konstruksi abnormal profit Market-model memberikan basil penelitian terbaik diikuti metoda konstruksi Matched-Portfolio karena kesarnaan klasifikasi industri.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiana Rahmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh komponen monitoring effort, bonding effort dan perbandingan tingkat pengaruhnya terhadap agency problem perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Penelitian ini dilakukan dengan didasarkan pada agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan penelitian yang dilakukan oleh Depken et al., (2009). Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan 234 sampel perusahaan yang memenuhi karakteristik sampel dan diolah dengan metode cross section.
Penelitian ini memberikan hasil bahwa komponen monitoring effort berupa leverage justru akan meningkatkan agency problem. Sedangkan komponen bonding effort berupa beban iklan pada penjualan dan kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap agency problem. Sedangkan perbandingan tingkat penjelas antar model monitoring effort dengan model bonding effort menghasilkan perbedaan yang tidak signifikan dimana model monitoring effort memiliki nilai adjusted R squared lebih besar.

ABSTRACT
This research was conducted to see the effect of monitoring component,bonding component and comparison of the level of influence on the agency problem of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2010. The research was based on agency theory that put forward by Jensen and Meckling (1976) and research conducted by Depken et al., (2009). Overall this study used a sample of 234 companies that meet characteristics of the sample and processed by the method of cross section.
This study provides the results that monitoring effort in the form of leverage would likely increase the agency problem. While the effort of bonding component as advertising on sales and property management negatively affect the agency problem. Whereas comparison of the level of influence beetwen monitoring effort model and bonding effort model showed unsignificantly different while monitoring effort model has higher value of adjusted R squared."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni`mah Rahmadiyani
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap agency cost dengan menggunakan aktivitas pengawasan dewan komisaris sebagai pemoderasi. Adapun sampel yang digunakan adalah perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 ? 2010. Penelitian ini merupakan penelitian kausal dengan pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh secara signifikan terhadap agency cost perusahaan sampel, baik yang diproksikan dengan asset turnover ratio maupun SGA expense to sales ratio. Sedangkan kepemilikan keluarga dan kepemilikan asing tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap agency cost. Adapun aktivitas pengawasan dewan komisaris tidak terbukti dapat memperkuat hubungan positif ataupun negatif dari kepemilikan keluarga, dan kepemilikan asing terhadap agency cost, serta tidak terbukti memperkuat hubungan negatif kepemilikan institusi terhadap agency cost.

This thesis discusses the effect of ownership structure to agency cost by using commissioner?s monitoring activity as moderating variable. Sample used for this thesis are companies in manufacturing industry in 2008 ? 2010. This research is causal research with hypothesis testing. The result of this research shows that institutional ownership has significant effect to agency cost, for both proxies of agency cost, namely asset turnover ratio and SGA expense to sales ratio. Family ownership and foreign ownership have no significant effect to agency cost. Whereas board of commissioners? monitoring activity isn?t proven to strengthen the positive or negative relationship between family ownership and foreign ownership to agency cost, and also isn?t proven to strengthen the negative relationship between institutional ownership to agency cost."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Awwalia Randis Annisata
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham manajerial terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai variabel intervening pada perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak. Populasi penelitian ini adalah perusahaanperusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perusahaan yang mengalami financial distress, semakin tinggi proporsi utang maka semakin tinggi agency cost, tetapi pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress, proporsi utang tidak berpengaruh terhadap agency cost. Pada perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak, semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil agency cost, serta proporsi utang yang tinggi akan menurunkan kinerja. Kepemilikan manajerial yang tinggi akan meningkatkan kinerja pada perusahaan yang mengalami financial distress, tetapi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja Pada perusahaan yang mengalami financial distress, namun pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress, semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi kinerja. Pada perusahaan yang mengalami financial distress, semakin tinggi agency cost maka kinerja akan menurun, tetapi agency cost tidak berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Variabel intervening agency cost hanya terbukti berpengaruh pada struktur modal terhadap kinerja pada perusahaan yang mengalami financial distress.

The purpose of this research is to examine the effect of capital structure, firm size, and managerial ownership on firm performance by agency cost as an the intervening variable: Comparing companies experiencing financial distress and not. The population is non-financial companies at The Indonesian Stock Exchange in 2006-2010. The results showed that the companies experiencing financial distress, the higher of the debt, the higher of agency cost. But the companies not experiencing financial distress, the proportion of debt has no effect on agency cost. On companies experiencing financial distress and not, the larger of the firm size, the smaller of agency cost. Meanwhile high proportion of debt will degrade firm performance. High managerial ownership will improve companies performance experiencing financial distress, but it has no effect on companies performance that's not experiencing financial distress. Firm size has no effect on the performance on the companies experiencing financial distress, but the companies experiencing financial distress, the larger of the firm size, the higher the performance. On companies experiencing financial distress, the higher agency cost will decrease performance, but the agency cost has not effect on the companies performance that is experiencing financial distress. Intervening variable, that is agency cost only proven effect of the capital structure on the firm performance experiencing financial distress.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh biaya keagenan dari free cash flow terhadap penerbitan sukuk korporasi di Indonesia. Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah mekanisme monitoring dari dewan komisaris dan investor institusi membengaruhi hubungan biaya keagenan dengan penerbitan sukuk dengan menggunakan konteks Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan negatif antara biaya keagenan dari free cash flow dengan penerbitan sukuk, yang berarti bahwa bahwa perusahaan dengan biaya keagenan dari free cash flow yang lebih rendah memiliki probabilitas lebih tinggi untuk menerbitkan sukuk. Selanjutnya, penelitian ini juga menunjukkan bahwa mekanisme monitoring dari dewan komisaris yang diukur dengan ukuran dan independensi dewan komisaris memperkecil dampak negatif dari biaya keagenan terhadap penerbitan sukuk. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa perusahaan yang memiliki konflik keagenan yang tinggi akan cenderung menghindari penerbitan sukuk, namun dengan adanya mekanisme monitoring yang baik daridewan komisaris, dampak negatif dari konflik keagenan terhadap penerbitan sukuk dapat diturunkan.

This study aims to provide empirical evidence regarding the effect of agency costs of free cash flow on corporate sukuk issuance in Indonesia. This study also wants to prove whether the monitoring mechanism of the board of commissioners and institutional investors affects the relationship of agency costs with sukuk issuance using the Indonesian context. The results of this study indicate a negative relationship between agency costs of free cash flow with sukuk issuance, which means that companies with lower agency costs of free cash flow have a higher probability of issuing sukuk. Furthermore, this study also shows that the monitoring mechanism of the board of commissioners measured by the size and independence of the board of commissioners reduces the negative effect of agency costs on sukuk issuance. This study has implications that companies that have a high agency problem tend to avoid issuing sukuk, while in companies with better monitoring mechanism from the board of commissioners, the negative effect of agency conflict on sukuk issuance can be reduced."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Nugroho
"Penelitian ini bertujuan menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi (M&A). Pada penelitian ini, kinerja keuangan diukur menggunakan Current Ratio, TATO (Total Asset Turnover), DER (Debt to Equity Ratio), DAR (Debt to Asset Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROE (Return on Equity), dan ROA (Return on Asset). Jangka waktu observasi adalah setahun sebelum hingga tiga tahun sesudah M&A. Kami meneliti 123 transaksi M&A yang dilakukan perusahaan publik Indonesia dalam rentang waktu antara tahun 2006-2016 dan membandingkan pengaruhnya pada tiga kelompok sektor industri yaitu kelompok sektor penghasil bahan baku, manufaktur, dan jasa non keuangan. Kami kemudian membagi semua sampel perusahaan pada dua jenis M&A yaitu M&A konglomerat dan nonkonglomerat. Uji statistik yang digunakan adalah Paired Sample t-Test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok sektor penghasil bahan baku, hanya TATO yang menunjukkan perbedaan signifikan saat dibandingkan antara sebelum dan sesudah M&A. Pada dua sektor lainnya, tidak terdapat perbedaan signifikan pada semua rasio keuangan. Pada jenis M&A konglomerat dan nonkonglomerat juga tidak ditemukan ada perbedaan signifikan yang konsisten pada semua rasio yang diteliti. Pada abnormal return, terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah merger pada perusahaan kelompok sektor penghasil bahan baku dan manufaktur tetapi tidak pada kelompok sektor jasa non-keuangan.

This study analyzes whether there are differences in financial performance and abnormal returns before with after mergers and acquisitions (M&A) were carried out. In this study, financial performance is proxied by financial that includes Current Ratio, TATO (Total Asset Turnover), DER (Debt to Equity Ratio), DAR (Debt to Asset Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROE (Return on Equity), and ROA (Return on Asset). The financial ratios observation period is one year before and three years in a row after mergers and acquisitions. We study 123 M&A deals initiated by Indonesian public companies from 2006 to 2016 and compare the effects between three industrial group sectors, i.e. primary sectors, industry & manufacturing sectors, and non-financial service sectors. We further divide all
sample enterprises into two different types of M&A, namely conglomerate M&A and non-conglomerate M&A. The statistical test used is the Paired Sample t-Test
and Wilcoxon Signed Rank Test. This study shows that in primary sectors company, only TATO show significant differences in the comparison before and after M&A. In the other two sectors, there are no significant differences in all ratios. The study also shows that there is no consistent significant result in conglomerate and non-conglomerate M&A. This study also demonstrates that there is a significant difference in abnormal return on primary and manufacture group sectors but not on non-financial sectors.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Nugroho
"Penelitian ini bertujuan menguji perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi (M&A). Pada penelitian ini, kinerja keuangan diukur menggunakan Current Ratio, TATO (Total Asset Turnover), DER (Debt to Equity Ratio), DAR (Debt to Asset Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROE (Return on Equity), dan ROA (Return on Asset). Jangka waktu observasi adalah setahun sebelum hingga tiga tahun sesudah M&A. Kami meneliti 123 transaksi M&A perusahaan publik Indonesia dalam rentang waktu tahun 2006-2016 dan membandingkan pengaruhnya pada tiga kelompok sektor industri yaitu kelompok sektor penghasil bahan baku, manufaktur, dan jasa non keuangan. Kami kemudian membagi sampel pada dua jenis M&A yaitu M&A konglomerat dan non-konglomerat. Uji statistik yang digunakan adalah Paired Sample t-Test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok sektor penghasil bahan baku, hanya TATO yang menunjukkan perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah M&A. Pada dua sektor lainnya, tidak terdapat perbedaan signifikan pada semua rasio keuangan. Pada jenis M&A konglomerat dan non-konglomerat juga tidak ada perbedaan signifikan yang konsisten pada semua rasio yang diteliti. Pada abnormal return, terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah merger pada perusahaan kelompok sektor penghasil bahan baku dan manufaktur tetapi tidak pada kelompok sektor jasa non-keuangan.

This study analyzes the differences in financial performance and abnormal returns before with after mergers and acquisitions (M&A). In this study, financial performance is proxied by financial that includes Current Ratio, TATO, DER, DAR, NPM, ROE, and ROA. The financial ratios observation period is one year before and three years in a row after M&A. We study 123 M&A deals initiated by Indonesian public companies from 2006 to 2016 and compare the effects between three industrial group sectors, i.e. primary sectors, industry & manufacturing sectors, and non-financial service sectors. We further divide all sample enterprises into two different types of M&A, namely conglomerate M&A and non-conglomerate M&A. The statistical test used is the Paired Sample t-Test and Wilcoxon Signed Rank Test. This study shows that in primary sectors company, only TATO show significant differences in the comparison before and after M&A. In the other two sectors, there are no significant differences in all ratios. The study also shows that there is no consistent significant result in conglomerate and non-conglomerate M&A. This study also demonstrates that there is a significant difference in abnormal return on primary and industry & manufacturing group sectors but not on non-financial sectors. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufiq Rais
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati reaksi saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45 dengan peristiwa politik nasional. Penelitian ini berfokus kepada peristiwa politik khususnya pemilihan umum yang terjadi dalam rentang waktu 11 tahun antara tahun 2009 hingga 2019. Metode studi peristiwa digunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan panjang sebelas hari untuk periode event window, lima hari sebelum dan lima hari sesudah tanggal kejadian. Reaksi didekati dengan abnormal return yang signifikan selama periode event window. Hasil penelitian menunjukan berbagai signifikansi abnormal dari setiap peristwa politik.

ABSTRACT
This study aims to observe the reaction of stocks incorporated in the LQ45 index with national political events. This research focuses on political events, especially general elections that occur in the span of 11 years between 2009 and 2019. The event study method was used in this study, using eleven days for the event window period, five days before and five days after the date of the event. The reaction is approached with a significant abnormal return during the event window period. The results showed a variety of abnormal significance of each political event."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Ayu Latifah
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ekspropriasi oleh pemegang saham ultimat terhadap agency cost of free cash flow; pengaruh ekspropriasi pemegang saham ultimat terhadap kinerja perusahaan; pengaruh agency cost of free cash flow terhadap kinerja perusahaan; seta pengaruh tidak langsung ekspropriasi oleh pemegang saham ultimat terhadap kinerja perusahaan dengan agency cost of free cash flow sebagai variabel intervening. Sampel penelitian adalah 303 data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 s.d. 2013. Berdasarkan hasil uji empiris, diperoleh kesimpulan bahwa ekspropriasi oleh pemegang saham ultimat tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost of free cash flow. Agency cost of free cash flow berpengaruh positif terhadap kinerja. Ekspropriasi oleh pemegang saham ultimat berpengaruh negatif terhadap kinerja yang diproksikan oleh ROA dan ROE. Agency cost of free cash flow tidak mampu dibuktikan sebagai variabel intervening dalam pengaruh tidak langsung ekspropriasi pemegang saham ultimat terhadap kinerja perusahaan.

This study aims to examine the effect of expropriation by the ultimate owner on agency cost of free cash flow; the effect of expropriation by the ultimate owner on firm performance; the effect of agency cost of free cash flow on firm performance; and indirect effect of expropriation by the ultimate owner on firm performance with agency cost of free cash flow as an intervening variable. The samples are 303 manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange during 2011 to 2013. Based on the results of empirical tests, we concluded that expropriation by the ultimate owner did not have a significant influence on agency cost of free cash flow. Agency cost of free cash flow positive correlation have on firm performance. Expropriation by the ultimate owner have negative correlation, on Tobin's q. Agency cost of free cash flow can not be proven as an intervening variable in the indirect effect of expropriation by the ultimate owner on the firm performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S58135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>