Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This paper investor reaction to the good news and bad news earnings announcements around earning announcements dates. The result show that investor react positively and significantly to the good news and bad news earnings announcements of 1998 and 1999 at the announcement dates, but respond negatively and significantly to the good news and bad news earnings announcements of year 2000. Statistically there is no significant difference in investor reaction to the good news and bad news earnings announcements for three years. However the study finds two market anomalies. Firstly investors respond positively and significantly to the bad news earnings announcement of year 1998 and 1999 as well as respond negatively to the good news earnings announcement of year 2000. Secondly the magnitude of CAAR values of the bad news earnings announcement is greater that CAAR values of the good news earnings announcements. These evidence are contrary with the efficient market theory (efficient market hypothesis-EMH)"
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (02) Februari 2003: 3-12, 2003
MUIN-XXXII-02-Feb2003-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Buddi Wibowo
"Efficient Market Hypothesis stated stock returns should be unpredictable and has no clear pattern because stock price at any date has reflect all available information. This hypothesis is very rational because predictable stock return give investor chances to reap high abnormal return without risk through arbitrage activity. In spite of its rationality, this hypothesis has been rejected by many empirical researches in many countries. This paper empirically tested calender anomaly in Jakarta Stock Exchanges. It investigated 3 types calender anomaly; turn of the month effect, month-of-the year effect and holidays effect. The result is that Calender Anomaly is statistically significant occurred. Meanwhile January effect is not statistically significant occurred."
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-16
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hermanto
"We try to detect chaos structure on the capital market by searching for low dimensional chaos at the market portfolio index: IHSG. We apply BDS statistic, R/S Analysis, Correlation Dimension and Lyapunov Exponent for non linearity and chaos testing. We observe IHSG data from January 1988 until November 2003. We find nonlinearity, persistence and low dimensional chaos in IHSG"
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haris E. Santoso
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Metode analisis harga saham ada dua yaitu analisis fundamental dan analisis teknik. Investor dengan berbagai motif membeli saham dapat melakukan analisis harga saham dengan mempergunakan kedua analisis secara bersamaan. Metode analisis fundamental dapat dilakukan dengan urutan analisis sebagai berikut
a. Analisis rasio keuangan.
b. Analisis produktifitas
c. Analisis posisi perusahaan di industrinya.
d. Analisis teknologi atau sistem operasi.
e. Analisis manejemen dan sumber daya manusia.
f. Public responsibility.
Analisis teknis dapat dilakukan dengan membuat formulasi model penentuan daerah kritis harga saham menggunakan metode Box - Jenkins. Prosedur dari metoda ini dilakukan dengan tahapan:
1. Tahap identifikasi.
2. Tahap estimasi parameter.
3. Tahap uji diagnostik.
4. Tahap peramalan.
Keuntungan metode ini adalah:
a. Dapat mengidentifikasikan pola deret waktu harga saham.
b. Dapat membuat ramalan harga saham dimasa mendatang baik peramalan jangka pendek (harian) maupun jangka panjang.
c. Dapat mengidentifikasikan daerah dimana investor disarankan untuk menjual saham dengan acuan batas atas harga saham dan daerah dimana investor disarankan untuk membeli saham dengan acuan batas bawah harga saham. Alternatif-alternatif yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Apabila harga saham disekitar garis peramalan maka investor disarankan
menunggu perkembangan, jadi pilihannya boleh membeli atau tidak membeli saham.
2. Apabila harga saham disekitar batas atas atau di atas batas atas maka investor disarankan untuk menjual sahamnya.
3. Apabila harga saham disekitas batas bawah atau dibawah batas bawah maka investor disarankan untuk membeli saham
Untuk mengimplementasikan model yang dibangun, maka dilakukan pemrosesan data harga saham perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dibawah hipotesa hasil analisis fundamental akan sama dengan hasil analisis teknis, maka perbandingan kedua analisis dari industri perbankan adalah sebagai berikut:
a. Analisis fundamental
Bank-bank yang di rekomendasi baik adalah
1. BDNI
2. Bank Niaga.
3. Panin Bank.
Sedangkan untuk bank lainya direkomendasikan untuk menunggu perkembangan lebih lanjut.
b. Analisis teknis.
Bank - bank yang direkomendasikan harganya cenderung naik adalah
1. BDNI
2. BII
3. Bank Danamon
Berdasarkan perbandingan kedua analisis diatas maka BDNI merupakan bank yang oleh kedua analisis dinilai balk, Bank Bali, BUN, Bank Duta, Lippo Bank oleh kedua metode analisis disarankan untuk mengamati situasi lebih lanjut. Terdapat perbedaan penilaian antara analisis teknik dan fundamental terhadap Bank Niaga, Panin Bank dan Bank Danamon. Untuk Bank Danamon dapat dijelaskan bahwa volume transaksi untuk bulan terakhir relatif kecil oleh sebab itu disarankan untuk mengamati perkembangan lebih lanjut, jika volume transaksi tetap kecil maka lebih baik menunggu perkembangan dan disarankan untuk tidak melakukan transaksi terlebih dahulu. Untuk Bank Niaga dan Panin Bank oleh analisis fundamental direkomendasi baik sedang analisis teknis Box-Jenkins menunjukkan bahwa harga saham kedua bank tersebut cenderung menurun selama masa perama1an (12 hari), oleh sebab itu tindakan yang dapat disarankan bagi investor adalah sebaiknya investor menjual harga saham atau tidak membeli sampai situasi dimana analisis teknis memberikan informasi harga mulai cenderung naik, karena berdasarkan analisis fundamental menunjukkan bahwa Bank Niaga dan Panin Bank mempunyai penilaian yang baik sehingga dalam jangka panjang kedua bank ini akan dapat memberikan dividen atau capital gain yang besar. Dengan demikian dapat dilihat penggunaan kedua analisis secara bersamaan yang satu sama lainnya saling mengisi.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Reza Khalifa Sidhik
"Kondisi pasar modal sendiri tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal, dimana perubahan pada tingkatan aktifitas ekonomi khususnya perubahan pada faktor makroekonomi. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel yang dapat menggambarkan kondisi tersebut, yaitu Indeks Produksi Industri IPI , Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB, Suku Bunga Bank Indonesia interest rate, jumlah uang beredar secara luas M2, serta nilai tukar kurs. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimanakah hubungan antara variabel makroekonomi dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dengan menggunakan metode time series Vector Autoregresive Model dan Granger Causality untuk melihat arah hubungan tersebut. Data yang digunakan adalah data bulanan setiap variabel selama periode 2007-2016.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat kointegrasi hubungan jangka panjang antara variabel makroekonomi dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan menunjukan hubungan signifikansi jangka panjangnya. Variabel IPI ditemukan tidak signifikan, sementara IHPB serta KURS ditemukan positif signifikan, dan variabel IR dan M2 ditemukan negatif signifikan. Hasil pengujian arah hubungan menggunakan Granger Causality menunjukan bahwa terdapat hubungan unidirectional antara IHSG terhadap M2, IHSG terhadap Kurs, Kurs terhadap M2, IR terhadap KURS dan hubungan bidirectional antara IHSG dengan IR.

Condition of the capital market is inseperable from internal and external influences, where capital market are sensitive to changes in the economic activity, especially changes in macroeconomic factors. Therefore, this study will use variables that can describe the condition, namely Industrial Production Index IPI, Wholesale Price Index WPI or IHPB, Interest Rate IR, Broad Money Supply M2 and exchange rate KURS. This study aims to test how the relationship between macroeconomic variables with Jakarta Composite Index JKSE or IHSG using time series Vector Autoregresive Model VAR and Granger Causality to see the direction of the relationship. The data used in this study are monthly data of each variable during the period of 2007 2016.
The result of this study is there is a cointegration long term relationship between macroeconomic variables with Jakarta Composite Index JKSE or IHSG and shows the long term relationship significance. IPI were found unsignificant, IHPB or WPI, and KURS were found to be significantly positive, while IR and M2 were found to be significantly negative. The result of Granger Causality shows that there is unidirectional relationship between JKSE or IHSG to M2, JKSE or IHSG to KURS, KURS to M2, and IR to Kurs and bidirectional relationship between JKSE or IHSG and IR.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilio Kamarullah
"Penelitian ini membahas mengenai perkembangan Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1997 hingga 2007. Sejak tahun 1997 krisis monteter yang menghantam Indonesia sangat mempengaruhi Bursa Efek Jakarta. Dalam perdagangan selama tahun 1997-1998, Indeks Harga Saham Gabungan turun drastis dari 700-an menjadi 300-an poin. Hal ini terjadi akibat memburuknya situasi Indonesia selama masa krisis, menyebabkan kepanikan para investor. Di sisi terlihat para pelaku pasar modal melihat masa depan pasar modal di dunia mengarah pada penggabungan usaha. Sejak tahun 1998 wacana merger Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya mulai muncul, namun gagal. Pada tahun 2005 wacana merger muncul kembali dan mendapat dukungan pemerintah pusat. Program ini dilakukan pada masa kepemimpinan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta Erry Firmansyah. Merger ini kemudian berhasil dilaksanakan pada tahun 2007. Dengan adanya merger pasar modal Indonesia menjadi kian besar dan juga modern. Penelitian ini sendiri menggunakan metode sejarah melalui tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

This study discusses the development of the Jakarta Stock Exchange from 1997 to 2007. Since 1997 the monetary crisis that hit Indonesia greatly affected the Jakarta Stock Exchange. In trading during 1997-1998, the Composite Stock Price Index fell drastically from the 700s to the 300s points. This occurred due to the worsening situation in Indonesia during the crisis, causing panic among investors. On the other hand, capital market players see the future of capital markets in the world as leading to business mergers. Since 1998, the discourse on the merger of the Jakarta Stock Exchange with the Surabaya Stock Exchange began to emerge, but failed. In 2005 the merger discourse reappeared and received the support of the central government. This program was carried out during the leadership of the President Director of the Jakarta Stock Exchange, Erry Firmansyah. This merger was then successfully implemented in 2007. With the merger, the Indonesian capital market has become bigger and more modern. This research uses the historical method through the stages of heuristics, criticism, interpretation and historiography."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Handriyanto
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja tingkat pengembalian/return dari saham saham yang digolongkan sebagai value stock dan growth stock pada Bursa Efek Jakarta dalam berbagai kondisi ekonomi dimulai pada periode awal Januari tahun 1996 sampai dengan periode akhir Desember 2002.
Langkah awal adalah Permbentukan portfolio yaitu Portfolio Value Stock dan Portfolio Growth Stock pada saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta, dimana kedua jenis portfolio ini dibentuk berdasarkan Book-Value-to-Market-Value Ratio (BV/MV). Book-Value saham diambil dari total nilai ekuitas para pemegang saham dalam laporan keuangan tahunan perusahaan berupa neraca (Balance sheet). Sedangkan Market-Value berasal dari nilai pasar saham dikalikan dengan iumlah saham vang beredar (share-outstanding). Selanjutnya Book-Value dibagi dengan Market-Value dimana hasil pembagian di rangking mulai dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil,.serta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok 15% teratas, 70% tengah dan 15% terbawah.
Saham value stock dibe.ntuk berdasarkan rasio High Book to Market (H B/M) dengan komposisi 15% teratas, sementara untuk saham growth stock dibentuk dari rasio Low Book to Market (L B/M) dengan komposisi 15% terendah. Kinerja dari saham value stock dan growth stock adalah terfokus pada tingkat pengembalian!return dari masing-masing saham tersebut, yang dihitung berdasarkan tingkat pengembalian/Return Bulanan. Return Efektif Tahunan dan Return Nominal Tahunan.
Dalam rangka mengantisipasi perubahan rangking pengelompokan antara BookValue dengan Market-Value, maka setiap enam bulan yaitu pada bulan Januari dan Juli selama periode pengujian dilakukan kembali pengelompokan portfolio tersebut. Sistem pembobotan yang digunakan dalam membentuk portfolio ini adalah equally-weighted portfolio, atau dengan kata lain bobot saham yang digunakan pada masing-masing portfolio adalah sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh bobot investasi dalam penilaian kinerja portfolio, sehingga pengaruh tingkat pengembalian dari setiap perusahaan terhadap kinerja portfolio menjadi jelas.
Tingkat pengembalian/return yang dihasilkan oleh value stock dikenal dengan Value Strategy/Value Premium dimana return rata-rata dari value stock mengungguli return dari growth stock. Untuk membuktikan adanya value premium pada Bursa Efek Jakarta, maka dilakukan dengan serangkaian uji statistik untuk menentukan apakah ada eksistensi dari value premium dan juga konsistensinya selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2002. Hasilnya menyatakan bahwa value premium hanya eksis pada periode sebelum krisis moneter yaitu dari Januari 1996 sanipai dengan Juni 1997, setelah itu tidak terlihat lagi eksistensi value premium sepanjang sisa periode penelitian.
Tingkat pengembalian/return dari value stock dan growth stock juga dikaitkan dengan variable perubahan dari Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Juga dari tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) untuk melihat korelasi antara ketiga unsur tersebut. Uji statistik dilakukan dengan metode single factor dan multi factors.
Uji statistik single factor yang dilakukan oleh value stock dengan variable SBI terlihat korelasi yang rendah 14,7% sementara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih baik yaitu sebesar 26, 7%. hal ini menyimpulkan bahwa perubahan tingkat suku bunga SBI lebih berpengaruh pada saham growth stock.
Sementara untuk uji statistik single factor yang dilakukan value stock dengan variable IHSG terlihat korelasi yang rendah 27,6% sementara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih baik yaitu sebesar 58,8. hal ini menyimpulkan bahwa perubahan IHSG mempunyai hubungan yang positip dan signifikan, dengan catatan basil yang lebih signifikan justru terjadi pada saham growth stock.
Uji statistik multi factors yang dilakukan oleh value stock dengan variable SBI dan IHSG terlihat koefisien korelasi sebesar 28% dengan signifikansi yang paling berpengaruh lldalah IHSG ( signifikasi level = 10% ). Semen tara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih besar yaitu sebesar 53,1 %, dengan signifikansi yang paling berpengaruh adalah IHSG (signifikasi level= 5%)."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Ramdhani Tousa
"Secara umum penelitian ini menganalisis apakah teori agency atau teori signaling yang dapat menjelaskan dividend smoothing di Indonesia. Pengujian cross-sectional dari 33 perusahaan di Indonesia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2014 menunjukkan perusahaan dengan tingkat market-to-book ratio yang rendah, ukuran yang kecil dilihat dari total aset yang dimiliki serta tingkat volatilitas stock return yang tinggi memiliki tingkat dividend smoothing yang tinggi. Hasil penelitian ini memberikan dukungan kepada teori agency dan teori signaling secara bersama-sama menjadi faktor dalam mengambil keputusan dividend smoothing.
In general, this study analyzes whether agency theory or signaling theory explains dividend smoothing in Indonesia. Cross-sectional test of 33 firms in Indonesia listed on Bursa Efek Indonesia from 2004-2014 shows that firms with low market-to-book ratio, small viewed from their total assets, and high volatility of stock return, have higher degree of dividend smoothing. This result gives support that agency theory and signaling theory simultaneously explain the decision of dividend smoothing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S65251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Rahardjo
"Pasar modal merupakan wahana bertemunya pihak-pihak yang membutuhkan dana bagi kepentingan pembiayaan perusahaan dengan pihak-pihak yang memiliki surplus dana, baik dalam jangka menengah dan panjang. Bursa Efek Jakarta (BEJ) - The Newly Emerging Money and Stock Market - diharapkan dapat memainkan dun peranan penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu : (1) pengerahan dana bagi sektor swasta, dan (2) alternatif financial asset holdings bagi masyarakat. Untuk itu, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (PAKDES I) dan kemudian disusul Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (PAKDES II) dengan harapan agar terwujud bursa efek yang lebih dinamis dan lebih memberikan kepastian perlindungan hukum bagi semua pelaku yang terlibat didalamnya.
Hal utama yang menjadi kunci penilaian perusahaan yang go-public adalah hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang di syaratkan . Pada umumnya, investor memiliki sifat tidak menyukai risiko. Mereka akan menuntut tingkat keuntungan lebih besar bila menghadapi peluang investasi yang risikonya lebih tinggi. Meskipun suatu peluang investasi tertentu itu tidak mengandung risiko, para investor tetap mensyaratkan suatu tingkat keuntungan tertentu_HaI ini dikarenakan oleh adanya konsep nilai waktu uang (time value of money), misalnya inflasi.
Suatu hal yang wajar bahwa investor sangat memperhatikan faktor keuntungan dan risiko dari sekumpulan investasi yang dilakukannya (Portfolio). Teori portfolio berkaitan dengan pemilihan portfolio optimal oleh rasional risk-averse investor. Sedangkan teori capital market berkaitan dengan implikasi perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor. Kedua teori ini memberikan suatu pola spesifikasi dan pengukuran risiko investasi saham dan pula menjelaskan hubungan antara expected security return dan risk.
Systematic risk dari individual security merupakan proporsi dari total risk yang tidak dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan antara suatu saham dengan saham lainnya dalam suatu diversifikasi portfolio - biasanya dinotasikan dengan beta (0). Saham-saham dengan systematic risk yang lebih tinggi cenderung akan dilirik oleh investor asalkan ia mampu memberikan expected return yang lebih tinggi pula. Akibatnya, saham-saham dengan nilai beta tinggi cenderung bernilai rendah di pasar.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang significant antara expected return wham individual (Rit) dengan expected market return (Rmt). Selain itu, ingin membuktikan apakah hubungan antara expected return saham individu (RXt) dengan risikonya (8i) mengikuti hubungan yang drlelnckari oleh Security Market Line (SML} dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Metode yang digunakan dalam studi ini mengacu pada metode yang pernah dilakukan oleh Black-Jensen-Scholes (1972) , yakni meliputi analisis time series regression dalam bentuk market model dan analisis cross sectional. Analisis time series regression digunakan untuk mengetahui seberapa jauhkah hubungan antara expected return saham individu (Rit) dengan expected market return (Rrnt). Sedangkan analisis cross sectional digunakan untuk membuktikan apakah hubungan antara expected return saham individu (Rit) dengan systematic risk (Di) mengikuti hubungan yang dijelaskan oleh SML dalam CAPM Jumlah sampel yang digunakan terdiri dan $0 saham perusahaan go-public di BEJ. Data yang digunakan berupa data harga saham mingguan, Index Harga Sahara Gabungan (IHSG) mingguan, serta dividend dan/atau bonus shares dari masing-masing sampel yang terhitung mulai dan Januari 1991 sampai Desember 1993.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang significant antara Rit dengan Rmt Selain itu, hubungan antara RI! dengan Jai di BET tidak mengikuti hubungan yang dijelaskan oleh SML dalam CAPM Hal ini memberi implikasi bahwa harga saham yang terbentuk di BEJ tidak mencerminkan keadaan yang sebenamya. Selain itu, secara makro ekonomi, sensitivitas IHSG tidak dapat dipakai sebagai indikator sensitivitas kegiatan industri dalam perekonomian nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Budi Sulistyarini
"Struktur modal adalah kombinasi antara dana yang berasal dari pinjaman (eksternal, non-pemilik) dengan dana yang berasal dari modal pemilik. Ada banyak teori mengenai struktur modal, diantaranya teori Modigliani-Miller dan teori pecking order, yang berusaha menjelaskan mengenai perilaku perusahaan dalam menentukan struktur modalnya, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang diidentifikasi ikut berperan penting dalam menentukan komposisi struktur modal adalah faktor pajak.
Teori MM dan teori pecking order memberikan kesimpulan yang bertolak belakang mengenai pengaruh profitabilitas terhadap debt ratio sehubungan dengan adanya pengaruh pajak dan tax shield. Menurut teori MM, profitabilitas akan memiliki hubungan searah dengan debt ratio, sedangkan menurut pecking order theory, profitabilitas memiliki hubungan terbalik dengan debt ratio-nya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan debt ratio-nya untuk masing-masing tahun dan seeara gabungan untuk tahun 2002-2004 serta untuk mengetahui teori mana yang berlaku.
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa profitabilitas (ROA) memiliki hubungan yang negatif/berbanding terbalik dengan debt ratio (DER). Sebingga diindikasikan bahwa teori yang berlaku di Indonesia adalah pecking order theory.
Penelitian dilakukan dengan mengambil 50 sampel perusahaan non keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar, yang tercatat di Bursa Efek Jakarta selama periode 2002-2004 dan memenuhi seluruh kriteria yang ditentukan.
Pengolahan data dilakukan dengan dua jenis pengujian, yaitu dengan regresi tahunan dan regresi panel. Dari seluruh pengujian pada penelitian ini, baik regresi tahunan maupun panel, kecuali untuk tahun 2002, dapat disimpulkan bahwa ROA memiliki hubungan yang negatif dengan DER. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis awal yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa path periode 2002-2004 teori pecking order berlaku untuk perusahaan-perusahaan besar di Bursa Efek Jakarta dalam mengambil keputusan mengenai struktur modal sehubungan dengan adanya pajak."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>