Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144610 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santoso Cornain
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0225
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Erika
"Color plays an important role in appearance and acceptability of fruits and vegetables. Changes in color of fruits and vegetables take place through enzymatic mechanism in which polyphenol oxidases (PPOs) catalyze the oxidation of phenolic compounds to quinones, which subsequently produce brown pigments through spontaneous non-enzymatic polymerization. Browning coloration of many fruits and vegetables may develop during ripening, handling, storage and processing, when tissue are wounded by cutting, bruising, or during peeling, slicing or pulping of raw material while on preparation. Therefore, it is important to control the browning process as it affects appearance, nutritional quality and quantity of marketable produces. This paper focuses on the nature of browning enzymatic in fruits and vegetables, and its controlling methods."
Universitas HKBP Nonmensen, 2017
050 VISI 25:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmo Saleh Purwohudoyo
"

Kemajuan tehnologi yang pesat membawa kemajuan dibidang radiologi. Pada saat ini banyak diproduksi pesawat radiologi yang baru, baik haru dalam disainnya maupun baru dalam sifat-sifatnya dan cara pemakaian dari pesawat itu. Hal sudah tentu memberi manfaat yang besar sekali dalam penentuan diagnosa dari penyakit dan juga bermanfaat untuk pengobatannya.

Perkenankanlah saya pada kesempatan ini untuk menguraikan peranan radiologi dalam diagnostik tumor pada umumnya dan kanker pada khususnya. Sejak dipakainya sinar-X dalam kedokteran oleh Roentgen dalam tahun 1895, pemeriksaan terhadap tumor telah dimulai dengan menggunakan foto polos. Tumor tulang yang ganas dan jinak lebih banyak diketahui perangai-perangainya pada pemeriksaan ini. Tumor di dalam abdomen juga dapat diketahui lokalisasinya dengan foto polos ini, tetapi diagnosa yang tepat belum dapat dipastikan.

Setahun kemudian dimulai pemeriksaan terhadap pembuluh-pembuluh darah dengan memasukkan kontras media yaitu Thorium ke dalam pembuluh darah mayat. Pembuluh darah ini tampak jelas pada foto sinar-X. Setelah lama diolah, barulah pemeriksaan semacam ini dapat dilakukan pada manusia, karena bahan kontras yang dipakai untuk pemeriksaan pembuluh darah ini harus memenuhi sarat yaitu: tidak toxis terhadap tubuh manusia, mudah dimasukkan dan mudah dikeluarkan kembali dari badan. Dalam waktu 20 tahun terakhir ini pemeriksaan pembuluh darah dengan sinar-X yang disebut angiografi, mengalami kemajuan yang pesat, setelah diproduksi kateter dengan bermacam-macam bentuk untuk memasukkan kontras media itu ke dalam pembuluh darah. Pada saat ini semua pembuluh darah dalam tubuh dapat diperiksa dengan angiografi, balk dengan memakai single foto atau detigan serial foto sinar-X.

Tumor ganas pada umumnya mempunyai pembuluh darah dalam jumlah yang banyak (hipervaskularisasi), bahkan juga terbentuk pembuluh-pembuluh darah yang abnormal (neovaskularisasi). Pembuluh darah arteri pada tumor ganas sering berhubungan langsung dengan pembuluh-pembuluh darah vena. Di tengah-tengah masa tumor sering dijumpai jaringanjaringan yang nekrotik. Jaringan ini kadang-kadang dapat menahan bahan kontras lebih lama, sehingga pada angiografi tumor ganas itu tampak lebih opak (putih) dan disertai dengan pembuluh darah yang banyak disekitarnya.

Tumor ganas di dalam hepar (hepatoma), tumor ganas dari ginjal (hypernefroma) dan beberapa tumor ganas di dalam otak mempunyai perangai seperti ini pada pemeriksaan angiografi. Tumor-tumor yang jinak pada umumnya tidak memiliki pembuluh darah yang banyak. Pembuluh darah yang ada tampak terdesak kesamping oleh masa tumor, menjadi tegang, lurus bahkan kadang-kadang terjepit. Tidak semua tumor ganas itu mempunyai tanda-tanda hypervaskularisasi dan neovaskularisasi, tetapi ada yang bersifat hypovaskular, sehingga diagnosa sering menjadi sulit.;Kemajuan tehnologi yang pesat membawa kemajuan dibidang radiologi. Pada saat ini banyak diproduksi pesawat radiologi yang baru, baik haru dalam disainnya maupun baru dalam sifat-sifatnya dan cara pemakaian dari pesawat itu. Hal sudah tentu memberi manfaat yang besar sekali dalam penentuan diagnosa dari penyakit dan juga bermanfaat untuk pengobatannya.

Perkenankanlah saya pada kesempatan ini untuk menguraikan peranan radiologi dalam diagnostik tumor pada umumnya dan kanker pada khususnya. Sejak dipakainya sinar-X dalam kedokteran oleh Roentgen dalam tahun 1895, pemeriksaan terhadap tumor telah dimulai dengan menggunakan foto polos. Tumor tulang yang ganas dan jinak lebih banyak diketahui perangai-perangainya pada pemeriksaan ini. Tumor di dalam abdomen juga dapat diketahui lokalisasinya dengan foto polos ini, tetapi diagnosa yang tepat belum dapat dipastikan.

Setahun kemudian dimulai pemeriksaan terhadap pembuluh-pembuluh darah dengan memasukkan kontras media yaitu Thorium ke dalam pembuluh darah mayat. Pembuluh darah ini tampak jelas pada foto sinar-X. Setelah lama diolah, barulah pemeriksaan semacam ini dapat dilakukan pada manusia, karena bahan kontras yang dipakai untuk pemeriksaan pembuluh darah ini harus memenuhi sarat yaitu: tidak toxis terhadap tubuh manusia, mudah dimasukkan dan mudah dikeluarkan kembali dari badan. Dalam waktu 20 tahun terakhir ini pemeriksaan pembuluh darah dengan sinar-X yang disebut angiografi, mengalami kemajuan yang pesat, setelah diproduksi kateter dengan bermacam-macam bentuk untuk memasukkan kontras media itu ke dalam pembuluh darah. Pada saat ini semua pembuluh darah dalam tubuh dapat diperiksa dengan angiografi, balk dengan memakai single foto atau detigan serial foto sinar-X.

Tumor ganas pada umumnya mempunyai pembuluh darah dalam jumlah yang banyak (hipervaskularisasi), bahkan juga terbentuk pembuluh-pembuluh darah yang abnormal (neovaskularisasi). Pembuluh darah arteri pada tumor ganas sering berhubungan langsung dengan pembuluh-pembuluh darah vena. Di tengah-tengah masa tumor sering dijumpai jaringanjaringan yang nekrotik. Jaringan ini kadang-kadang dapat menahan bahan kontras lebih lama, sehingga pada angiografi tumor ganas itu tampak lebih opak (putih) dan disertai dengan pembuluh darah yang banyak disekitarnya.

Tumor ganas di dalam hepar (hepatoma), tumor ganas dari ginjal (hypernefroma) dan beberapa tumor ganas di dalam otak mempunyai perangai seperti ini pada pemeriksaan angiografi. Tumor-tumor yang jinak pada umumnya tidak memiliki pembuluh darah yang banyak. Pembuluh darah yang ada tampak terdesak kesamping oleh masa tumor, menjadi tegang, lurus bahkan kadang-kadang terjepit. Tidak semua tumor ganas itu mempunyai tanda-tanda hypervaskularisasi dan neovaskularisasi, tetapi ada yang bersifat hypovaskular, sehingga diagnosa sering menjadi sulit.

"
Jakarta: UI-Press, 1984
PGB 0115
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Soehartati Argadikoesoemo Gondhowiardjo
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0210
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Irene
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya kadar seng serum pada pasien kanker kepala dan leher serta hubungannya dengan status radiasi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien kanker kepala dan leher stadium lokoregional lanjut usia 19-59 tahun yang berobat jalan di Poliklinik Umum Radioterapi RSUPNCM pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Sebanyak 36 subyek mengikuti penelitian ini dengan lengkap. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran antropometri, penilaian asupan makanan menggunakan metode food record 2x24 jam dan pemeriksaan kadar seng serum. Nilai rerata asupan seng dari food record sebesar 7,11 ± 3,12 mg/hari. Sebanyak 100% subyek dalam kelompok belum radiasi termasuk dalam kelompok asupan seng kurang, sementara 35% subyek dalam kelompok sedang radiasi mempunyai asupan seng yang cukup. Terdapat perbedaan bermakna antara asupan seng pada kelompok belum radiasi dengan kelompok sedang radiasi (5,95 ± 2,57mg vs 8,04 ± 3,26mg; p=0,044). Sebanyak 52,8% subyek memiliki rasio fitat terhadap seng yang tinggi dan tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kelompok belum radiasi dengan kelompok sedang radiasi (p=l,OO). Sebanyak 88.89% subyek penelitian termasuk dalam kelompok dengan kadar seng serum rendah. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan seng maupun rasio fitat terhadap seng dengan kadar seng serum (p=0,873 dan p=0,243). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status radiasi dengan kadar seng serum (p=0,873).

The study aimed to assess serum zinc levels in head and neck cancer patients and its association with radiation status. This cross-sectional study involved 19-59 years locoregional advanced disease head and neck cancer outpatients in General Clinic of Radiotherapy Department, Cipto Mangunkusumo Hospital. Thirty six subjects · completed the study. Data were obtained from interviews, anthropometric measurements, and dietary assessments using 2x24 hours food record, and serum zinc measurements. Mean figure of zinc intake obtained from food record was 7.11 ± 3.12 mg/hari. All subjects in irradiated group had low zinc intake, while 35% subjects in radiated group had sufficient zinc intake. Significant difference on zinc intake was obtained between irradiated and radiated groups (5.95 ± 2.57mg vs 8.04 ± 3.26mg, p=0.044). High phytate zinc ratio was found in 52.8% subjects and there was no significant difforence on phytate zinc ratio between irradiated and radiated groups (p=I.OO). Majority of subjects was categorized as having low serum zinc levels (88.89%). There was no significant association between zinc intake and phytate zinc ratio toward serum zinc levels (p=0.873 dan p=0.243). No significant association was also seen between radiation status and serum zinc levels (p=0.873)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T58406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Indriati Siswanto
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
S24071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ros Nirmawati
"Latar Belakang : Sarkoma sinovial adalah sarkoma jaringan lunak derajat tinggi. Modalitas terapi yang ada saat ini belum cukup memuaskan sehingga mendorong perlunya modalitas terapi baru, yaitu imunoterapi yang menargetkan NY-ESO-1 yang diekspresikan oleh sel tumor. Dalam penelitian, perbedaan ekspresi imunohistokimia NY-ESO-1 pada sarkoma sinovial dan diagnosis bandingnya yaitu malignant peripheral nerve sheath tumor (MPNST) dan dermatofibrosarcoma protuberans (DFSP) akan diteliti.
Bahan dan Cara Kerja : Penelitian analitik potong lintang dilakukan terhadap 28 kasus sarkoma sinovial, 10 kasus MPNST dan 17 kasus DFSP yang berasal dari Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM selama Januari 2013 sampai Juni 2019. Dilakukan pulasan NY-ESO-1 pada ketiga kelompok dan dikategorikan sebagai positif apabila terpulas pada lebih dari 50% sel tumor dengan intensitas positif sedang sampai kuat.
Hasil : Ditemukan perbedaan bermakna ekspresi NY-ESO-1 pada kelompok sarkoma sinovial (18/28), MPNST (2/10) dan DFSP (1/17) (p<0,001). Pada analisis lebih lanjut sarkoma sinovial memiliki ekspresi NY-ESO-1 lebih tinggi secara signifikan terhadap MPNST (OR 7,2; p = 0,016; power  68,7%) dan terhadap DFSP (OR 28.8; p<0,001; power 98,9%).
Kesimpulan : Sarkoma sinovial yang mengekspresikan NY-ESO-1 berpotensi untuk mendapat pemberian imunoterapi. Terdapat perbedaan ekspresi imunohistokimia NY-ESO-1 pada sarkoma sinovial terhadap MPNST dan DFSP.

Background : Synovial sarcoma is a rare high grade soft tissue sarcoma. Nowdays, the available therapeutic modalities has not given a satisfactory result yet. Currently, there is a promising therapeutic strategy through immunotherapy targeting NY-ESO-1 which is expressed on tumor. The aim of this study was comparing NY-ESO-1 immunoexpression between synovial sarcoma and its histologic mimics i.e. malignant peripheral nerve sheath tumor (MPNST) and dermatofibrosarcoma protuberans (DFSP)
Material and Methode : A cross sectional study was done in 28 cases of synovial sarcoma, 10 cases of MPNST and 17 cases of DFSP from archieval material in Department Anatomical Pathology, FMUI/RSCM from January 2013 to June 2019. Immunohistohemical stainning was performed using an antibody NY-ESO-1 and it was described positive if it was expressed in more than 50% of tumor with moderate to strong positive intensity.
Results : There is a significant difference p<0,001) in NY-ESO-1 immunoexpression among synovial sarcoma (18/28), MPNST (2/10) and DFSP (1/17). Furthermore, synovial sarcoma showed a significantly higher immunoexpression compared to MPNST (OR 7,2; p = 0,016; power 68,7%) and DFSP (OR 28,8; p<0,001; power 98,9%).
Conclusion : Synovial sarcoma showed a higher expression of NY-ESO-1 thus makes it as a good candidates for immunotherapy. There are differences in the expression of NY-ESO-1 in synovial sarcoma against MPNST and DFSP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gresty Natalia Maria Masi
"Karya ilmiah akhir KIA merupakan bentuk pelaporan atas praktik residensi yang dijalani oleh mahasiswa program spesialis keperawatan medikal bedah, salah satunya pada peminatan onkologi yang menekankan pelayanannya pada pasien kanker. Penerapan asuhan keperawatan pasien kanker mengacu pada epidemiologi kanker yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun, mengindikasikan kanker merupakan penyakit yang memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Selama menjalani praktik residensi ini untuk menjalani peran perawat sebagai pemberi asuhan dilakukan dengan pengelolaan pasien kanker yang terdiri dari pengelolaan kasus utama dan kasus resume. Pemberian asuhan keperawatan pasien kanker dalam praktik residensi ini menggunakan pendekatan teori self care dengan mempertimbangkan kondisi pasien kanker stadium awal maupun lanjut yang datang ke RSK. Dharmais memiliki ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri. Selain itu juga metode perawatan paliatif dapat diterapkan pada pasien kanker stadium lanjut untuk meringkan gejala yang dirasakan pasien dan meningkatkan kualitas hidup. Selanjutnya dalam rangka menjalankan peran perawat spesialis onkologi yang mampu melakukan penelitian terhadap masalah keperawatan pasien, dilakukan penerapan evidence based nursing dengan walking exercise yang terbukti dapat diterapkan pada pasien kanker yang mengalami gangguan tidur. Pelaksanaan manajemen edukasi pasien yang mendapatkan terapi iodin 131 dilakukan dalam rangka menjalankan peran perawat sebagai inovator terbukti dapat meningkatkan pemahaman pasien tentang terapi iodin 131 dan meningkatkan kepuasan pasien dalam metode edukasi yang diberikan oleh perawat.

The final paper is report from residency practices which undertaken by students of surgical nursing specialist. Oncology specialization is a part of it that services cancer patients. The application of nursing care in cancer patients refer to the epidemiology of cancer that increased from year to year, that indicated cancer is the disease that need special concern in health care. During this residency rsquo s practice the student should be gave nursing care by managing the patients. The nursing care of cancer patient in this residency rsquo s practice use self care theory. Palliative care can be applied to patients with advanced cancer, it can decreased the symptoms and finally increased the quality the quality of life. The application of evidence based with walking exercise can be applied to cancer patient with sleep disorder, it is to perform the role nurse as a researcher. Education management in patient who undertaken iodine 131 therapy is perform the role of nurse as an innovator. This education management improve the patient rsquo s knowledge about iodine 131 therapy."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>