Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Ighwana Sari
"Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh myobacterium tuberculosis yang menyerang organ terutama paru-paru. Indonesia menjadi negara peringkat ketiga penyumbang beban kasus baru TB sebesar 566.000 kasus atau 8% dari 67% kasus di dunia. Angka penemuan kasus di Kecamatan Ciracas tahun 2010 65% dengan angka keberhasilan pengobatan <78% dan menurun tiap tahunnya 2009-2011, dan peningkatan putus berobat tiap tahun 2007-2009. Meskipun kasus TB yang tercatat tinggi, kasus yang tidak terdeteksi juga tinggi. Tingginya kasus TB dipengaruhi faktor akses jarak ke pelayanan kesehatan dan kepadatan penduduk. Akses ke pelayanan kesehatan akan mempengaruhi penemuan kasus TB dan kepatuhan berobat pasien. Analisis spasial untuk penemuan kasus secara aktif direkomendasikan WHO karena dapat menghindari biaya dan sumber daya yang tinggi serta tidak terfokus. Pemanfaatan system informasi geografis dengan analisis spasial dapat mengidentifikasi pola distribusi penyakit, memantau endemic dan evaluasi aksesbilitas ke faskes.
Tujuan: mengetahui gambaran penemuan kasus TB Paru BTA positif di Kecamatan Ciracas dengan analisis spasial.
Metode Penelitian: menggunakan data primer untuk menentukan titik koordinat pasien TB dan puskesmas tahun 2019 & data sekunder untuk kepadatan penduduk, puskesmas, jumlah kasus TB Paru BTA positif, jumlah kematian, putus berobat, gagal, dan kesembuhan pasien TB Paru BTA positif di Kecamatan Ciracas tahun 2018-2019. Dalam penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan analisis spasial menggunakan buffer dan overlay.
Hasil: Jumlah kasus TB Paru BTA positif berdasar wilayah tahun 2018-2019 mengalami kenaikan dengan kasus tertinggi di Kelurahan Susukan. Jumlah kasus TB Paru BTA positif berdasar puskesmas tahun 2018-2019 mengalami kenaikan dengan kasus tertinggi Puskesmas Kecamatan Ciracas. Tidak ada keterkaitan spasial antara kepadatan penduduk dengan jumlah kasus TB Paru BTA Positif di Kecamatan Ciracas. Karakteristik penderita TB Paru BTA Positif didominasi oleh laki-laki dan usia produktif 15-64 tahun. Pola distribusi spasial penyakit TB Paru BTA positif di Kecamatan Ciracas yaitu acak. Penemuan kasus TB Paru BTA positif secara spasial paling banyak ditemukan pada jangkauan 50 m, 100 m, dan 150 m dari kasus indeks. Penderita TB paru BTA positif tidak mengalami kesulitan dalam mengakses jarak puskesmas terdekat, dimana sebagian besar pasien bertempat tinggal kurang dari 3,75 km dari puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Ciracas. Puskesmas Kecamatan Ciracas memiliki risiko sebagai tempat penularan TB Paru dari tahun 2018-2019 dari semua puskesmas di Kecamatan Ciracas.

Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by myobacterium tuberculosis which attacks organs, especially the lungs. Indonesia is the third largest country in the world to contribute to the burden of new TB cases with 566,000 cases or 8% of 67% of cases in the world. The case finding rate in Ciracas Subdistrict in 2010 was 65% with a treatment success rate <78% and decreased every year from 2009 to 2011, and an increase in dropouts every year 2007-2009. Despite the high number of TB cases, undetected cases were also high. The high number of TB cases is influenced by factors of distance access to health services and population density. Access to health services will affect TB case finding and patient adherence to treatment. WHO actively recommends spatial analysis for active case finding because it avoids high costs and resources and is unfocused. Utilization of geographic information systems with spatial analysis can identify disease distribution patterns, monitor endemics and evaluate accessibility to health facilities.
Objective: Describe the case finding of smear positive pulmonary TB in Ciracas Subdistrict using spatial analysis.
Research Method: This study uses primary data to determine the coordinates of TB patients and health centers in 2019 and secondary data for population density, health centers, number of positive smear smear TB cases, number of deaths, dropouts, failures, and recovery of smear positive pulmonary TB patients in Ciracas District 2018-2019 years. In this study using an ecological study with spatial analysis using buffer and overlay.
Results: The number of smear positive pulmonary TB cases by region in 2018-2019 has increased with the highest cases in Susukan Village. The number of smear positive pulmonary TB cases based on the 2018-2019 health center has increased with the highest case in the Ciracas District Health Center. There is no spatial relationship between population density and the number of smear positive pulmonary TB cases in Ciracas District. The characteristics of smear positive pulmonary TB patients are dominated by men and productive age 15-64 years. The spatial distribution pattern of smear positive pulmonary TB in Ciracas District is random. The patient of smear positive pulmonary TB mostly found in catchment areas of 50 m, 100 m, and 150 m from the index cases. Patients with smear positive pulmonary tuberculosis have no difficulty in accessing the closest primary health center, where most of the patients live less than 3.75 km from sub-district and village of primary health center in Ciracas District. In 2018-2019, Ciracas Subdistrict Health Center has the highest risk of being a place for pulmonary TB transmission from all puskesmas in Ciracas District.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sefti Fazila
"TB merupakan penyebab utama kematian yang kedua setelah Human Imunnodeficiency Virus (HIV). Sekitar 80 % dari kasus TB yang dilaporkan, terjadi di 22 negara pada tahun 2013. Di pasar minggu kasus TB terus meningkat secara signifikan. Pada tahun tahun 2014 terjadi 332 kasus TB paru BTA (+). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Pada Tahun 2015, meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status ekonomi, status gizi, kepadatan serumah dan sekamar tidur, ventilasi rumah dan kamar tidur, cahaya matahari masuk rumah dan kamar tidur, sumber penular, dan perilaku merokok.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus kontrol, sampel penelitian adalah penderita TB Paru BTA positif berusia ≥ 15 tahun dan tercatat dalam buku register TB dari seluruh puskesmas di Kecamatan Pasar Minggu pada bulan januari - September 2015, dan tetangga terdekat dari kasus (penderita TB) yang berusia ≥ 15 tahun. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Dari hasil analisis bivariat, variabel yang berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian TB adalah jenis kelamin (OR=3,07), status ekonomi (OR=5,71), status gizi (OR=23,58), dan, cahaya matahari masuk kamar (OR=5,3).

TB is the second leading cause of death after Imunnodeficiency Human Virus (HIV). Approximately 80% of TB cases were reported, occurred in 22 countries in 2013. In the Pasar Minggu of TB cases continued to rise significantly. In the year 2014 occurred 332 cases of pulmonary TB BTA (+). This study aims to identify factors related to the incidence of pulmonary TB smear positive in Puskesmas Subdistrict Pasar Minggu In 2015, included age, sex, occupation, education, economic status, nutritional status, overcrowding at home and roommates sleep, ventilation houses and bedrooms, solar light into the house and bedroom, a source of transmitting and smoking behavior.
This research was conducted with the approach of case-control studies, the study sample was patients with pulmonary TB smear-positive individuals aged ≥ 15 years and recorded in the register of TB from all health centers in the district Pasar Minggu in January ? September 2015, and the nearest neighbor of cases (TB) which aged ≥ 15 years. Data was analyzed using univariate and bivariate analyzes. From the results of the bivariate analysis, the variables associated with a statistically significant incidence of TB is gender (OR = 3.07), economic status (OR = 5.71), nutritional status (OR = 23.58), and, incoming sunlight room (OR = 5.3).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Rizkiyani
"Menurut data WHO,Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Cina untuk jumlah terbanyak kasus TB di dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan sehingga pada tahun 1995 program Directlyb served Treatment Shortcourse (DOTS) diberlakukan termasuk di Indonesia dan angka kesembuhan nasional adalah 85%. Berdasarkan laporan tahunan tahun 2006 Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat, angka kesembuhan TB Paru BTA positif masih 69,1% dan di Kecamatan Palmerah baru mencapai 64,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penderita TB paru BTA positif di puskesmas wilayah Kecamatan Palmerah tahun 2006.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari kartu pengobatan TB (TB-01) di puskesmas yang ada di Kecamatan Palmerah dengan desain studi crosssectional. Sampel penelitian berasal dari seluruh penderita TB paru BTA positif yang tercatat dalam formulir TB-01 pada tahun 2006. Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel dependen (kesembuhan) maupun variabel independen. Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk menjelaskan besarnya risiko (prevalenceratio) antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasilnyamenunjukkanbahwasebagianbesaradalahpenderitausiaproduktif(87,6%),penderita laki-laki (60,8%), penderitabaru (89,7%), penderita yang teratur berobat (83,5%), penderita yang taat memeriksakan dahak ulang (55,7%), penderita yang memiliki PMO (85,6%), penderita yang PMOnya berasal dari keluarga (96,4%), dan penderita yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan puskesmas (91,8%). Sedangkan kekuatan hubungan yang paling besar untuk menentukan besarnya risiko adalah variabel keteraturan berobat (PR=9,9;CI=1,5-66,4).
Peran PMO sangat penting untuk proses kesembuhan seorang penderita TB BTA positif karena hanya TB BTA positif yang dapat menularkan penyakit tuberkulsis ke orang lain. Sehingga penyuluhan yang efektif untuk penderita maupun PMO sangat diperlukan, dan diharapkan petugas kesehatan lebih selektif dalam memilih PMO, jadi pemilihan PMO bukan hanya untuk dijadika nformalitas saja."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Nadya Putri
"Pengelolaan obat di puskesmas sangat penting dalam menjamin ketersedian dan keterjangkauan pelayanan obat yang efektif, efesien dan rasional. Kekosongan stok obat dapat mengindikasikan buruknya manajemen persediaan dan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mencegah terjadinya kekosongan stok obat, maka perlu dilakukan evaluasi dan penentuan stok optimum persediaan obat di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif observasional, dengan menggunakan data dari Lempar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Analisis data dilakukan menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung stok optimum. Hasil evaluasi dan penentuan stok optimum obat melibatkan stok kerja, stok selama waktu tunggu dan stok pengaman. Perhitungan evaluasi stok optimum untuk tahun 2022 dan penentuan stok optimum tahun 2023 berbeda karena terjadi perpanjangan waktu tunggu pemesanan obat hingga empat minggu karena kelangkaan obat di distributor. Namun, kekurangan stok obat dapat diatasi melalui peminjaman obat dari puskesmas lain. Penetapan stok optimum dapat membantu dalam upaya perbaikan kondisi manajemen logistik obat dan pengendalian stock out obat di Puskesmas Kecamatan Ciracas.

Effective drug management in puskesmas (community health centers) is crucial to ensure the availability and accessibility of effective, efficient, and rational drug services. Drug stockouts can indicate poor inventory management and compromise healthcare quality. To prevent drug stockouts, an evaluation and determination of optimal drug stock levels were conducted at Ciracas Subdistrict Community Health Center. A quantitative descriptive observational method was employed, utilizing data from the Drug Usage and Request Form (LPLPO). Data analysis was performed using Microsoft Excel to calculate optimal stock levels. The evaluation and determination of optimal drug stock involved working stock, stock during waiting time, and safety stock. The calculation of optimal stock evaluation for 2022 and the determination of optimal stock for 2023 differed due to an extension of the drug ordering waiting time to four weeks caused by drug shortages at distributors. However, drug stock shortages were mitigated through borrowing drugs from other health centers. Establishing optimal stock levels can aid in improving drug logistics management and controlling drug stockouts at Ciracas District Community Health Center.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Buntara
"ABSTRAK
Pada tahun 2010, Periode Prevalence Tuberkulosis DKI Jakarta berada di
peringkat kelima se-Indonesia. Angka Penjaringan Suspek, CDR, dan Angka
Konversi Tuberkulosis di Jatinegara mengalami fluktuasi selama 2009—2012.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara keberadaan penderita
serumah, kepadatan penghuni, ventilasi, dan fisik bangunan rumah dengan
kejadian tuberkulosis paru BTA Positif. Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol
dengan jumlah sampel masing-masing 58 orang. Kasus adalah penderita
tuberkulosis paru BTA Positif yang datang berobat ke puskesmas. Kontrol adalah
penduduk yang tidak menderita tuberkulosis dan tinggal bertetangga dengan
kasus. Ada hubungan bermakna antara kepadatan penghuni dalam rumah dengan
kejadian tuberkulosis paru BTA Positif {p=0,015; OR=2,709 (95%CI: 1,273—5,767)}.

ABSTRACT
In 2010, Tuberculosis Period Prevalence of Jakarta ranked 5 in Indonesia. Suspect
Detection Rate, CDR, and Conversion Rate of Tuberculosis in Jatinegara was
fluctuating in 2009—2012. Purpose of this research is to find the relationship
between relative with tuberculosis, household density, ventilation, and house
building condition with smear-positive pulmonary tuberculosis incidence. A casecontrol
study is undertaken with 58 samples for each group. Case is defined as all
patients diagnosed with smear-positive pulmonary tuberculosis and treated at
public health centre. Control is defined as persons having no history of
tuberculosis and live at the same neighborhood with case group. There is a
significant relationship between household density and smear-positive pulmonary
tuberculosis incidence {p=0,015; OR=02,709 (95%CI: 1,273—5,767)}."
Universitas Indonesia, 2014
S53770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audia Jasmin Armanda
"Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mikrobakterium Tuberkulosis. Kasus TB paru di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2015 ditemukan 203 penderita dengan BTA (Basil Tahan Asam) (+). Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya faktor yang mempengaruhi (meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, status gizi, pendidikan, status merokok, jumlah rokok yang dihisap, pengetahuan, sikap, perilaku, kepadatan hunian, pencahayaan, ventilasi, suhu, dan kelembaban) terhadap kejadian TB paru BTA(+) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol, sampel penelitian adalah penderita TB Paru BTA(+) yang berobat di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada April-Mei 2016 sebagai kasus, dan pasien non-TB sebagai kontrol. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner teruji. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat (uji regresi logistik).
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian TB paru BTA+ adalah Status gizi (p=0,000, adjusted OR=6,329), dan Sikap (p=0,003, adjusted OR=4,529). Disarankan agar responden memperoleh asupan gizi seimbang setiap harinya.

Tuberculosis disease is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. There were 203 new cases of AFB (Acid-Fast Bacilli) (+) pulmonary TB in Pesanggrahan District Community Health Centers in 2015. The purpose of study was to known the factors influenced (which include age, sex, occupation, income, nutritional status, education, smoking, number of smoked, knowledge, attitude, behaviour, populous household, house lights, ventilation, room temperature, and humidity) the incidence of AFB(+) pulmonary TB in Pesanggrahan District Community Health Centers, South Jakarta, in 2016.
The method used in this study was a case-control study, have done within April-May 2016, the cases is AFB(+) pulmonary TB patients registered in Pesanggrahan District Community Health Centers, with other non-TB patients as the control. The data was collected with interview using tested questionnaires. Data analysis was performed with univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis (logistic regression test).
Multivariate analysis shows that variables with significant impact on AFB(+) pulmonary TB are nutritional status (p=0,000, adjusted OR=6,329), and attitude (p=0,003, adjusted OR=4,529). Recommended to respondent get nutrition that contain balanced nutrition every day.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65202
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setya Thamarina
"Tuberkulosis (TB) paru dewasa masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sebanyak 9 juta kasus baru tuberkulosis di dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, diperkirakan prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 0,4%, sedangkan prevelensi TB paru di DKI Jakarta sebesar 0,6%. Di Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru dengan hasil sputum BTA positif sebesar 0,025%. Menurut departemen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15 - 50 tahun).
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi proporsi TB paru dewasa di Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan puskesmas sebagai unit agregat. Data sekunder yang digunakan berasal dari sistem informasi TB terpadu yang terdapat di suku dinas kesehatan Jakarta Timur tahun 2014. Adanya korelasi ditujukan antara proporsi umur dengan proporsi TB paru dewasa dengan (ρ =0,657 ; p = 0,078), proporsi penderita TB paru dewasa hasil pemeriksaan sputum BTA positif dengan proporsi penderita TB paru dewasa (ρ = -0,379 ; p = 0,147), dan proporsi cakupan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan proporsi penderita TB paru dewasa (ρ = 0,406 ; p = 0,244).
Kesimpulan tak secara harfiah : Umur, pemeriksaan sputum BTA positif, dan PMO merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya proporsi TB paru dewasa, namun hal tersebut tidak dapat digeneralisir ditingkat individu. Saran tak secara harfiah : promosi kesehatan terhadap PMO sehingga pencegahan TB paru dewasa dapat berjalan maksimal.

Adult Pulmonary Tuberculosis (TB) is one of problems for public health in the world. According to the World Health Organization (WHO), it is estimated about 9 million new cases of TB in the world. Based on the results of basic health research in 2013, the estimated prevalence of pulmonary TB in Indonesia was 0.4%, while the prevalence of pulmonary TB in DKI Jakarta was 0.6%. The number of pulmonary TB cases in sub-district primary health centers in East Jakarta 2013 with positive results of sputum smear estimated at 0.025%. According to the Department of Disease Control and Environmental Health (P2PL), 75% of TB patients are in the age group of most economically productive (15-50 years).
The aim of this study is to identify factors that affect the proportion of adult pulmonary TB in East Jakarta sub-district primary health centers. We used correlation design with primary health centers as an aggregate unit. Secondary data that used are obtained from an integrated system of TB information in the year of 2014 that available at Health Department of East Jakarta. Statitiscally correlation shown between age proportion and adult pulmonary TB (ρ = 0.657; p = 0.078); between positive results of sputum smear among adult pulmonary TB patients proportion and the adults proportion (ρ = 0.379; p = 0.147); and between the proportion of Drug Intake Supervisors coverage with the proportion of adult pulmonary TB patients (ρ = 0.406; p =0.244).
Age, positive sputum smear examination, and Drug Intake Supervisors are the risk factors unliterally in the occurrences of adult pulmonary TB proportion, but not to be generalized at individual level. Health promotion towards the Drug Intake Supervisors are important in order to maximized adult pulmonary TB prevention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Andjani
"Praktek Kerja Profesi (PKP) di puskesmas bertempat di Puskesmas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Kegiatan ini berlangsung selama tiga minggu dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 25 October 2015. PKP di puskesmas bertujuan agar mahasiswa program studi apoteker memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam bidang kesehatan masyarakat, memahami dan memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, serta melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktek profesi Apoteker di Puskesmas.Berdasarkan kegiatan PKP yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Apoteker di Puskesmas Kecamatan Ciracas memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik, meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, pemberian informasi obat, dan pelayanan informasi obat. Pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas telah diperoleh penulis. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan PKPA, Puskesmas Kecamatan Ciracas secara umum telah menerapkan seluruh aspek pelayanan farmasi klinik dengan baik. Masalah yang terjadi di Puskesmas Kecamatan Ciracas berupa kurangnya tenaga Apoteker yang tidak seimbang dengan jumlahnya pasien. Selain itu, perlu diadakannya ruang konseling agar kegiatan konseling berjalan dengan baik.

Profession Internship in community health center located in Ciracas, East Jakarta. This activity lasted for three weeks from March 1st to October 25th 2015. Profession Internship in the community health center aims to make apothecary student understand the role, duties and responsibilities of a pharmacist in the practice of pharmacy services at the community health center in accordance with the provisions of the legislation and pharmaceutical ethics applicable, and in the field of public health, understand and have the knowledge, skills, attitudes and behaviors as well as insight into the real experience to practice apothecary profession and work in health centers, as well as see and learn strategies and the development of professional practice of pharmacists in community health center. Based on profession internship activities undertaken, it can be concluded that pharmacists in Ciracas sub-district health centers have responsibility for the management of pharmaceutical and clinical pharmacy services, including assessment prescription, drug delivery, give the information of drugs, and drug information services. Knowledge, skills, attitudes and behaviors as well as insight into the real experience to practice apothecary profession and work in health centers has been obtained by the authors. Based on observations during the implementation, Ciracas sub-district health centers in general have implemented all aspects of clinical pharmacy services properly. Problems that occur in Ciracas sub-district health center in the form of shortage of pharmacists is not balanced with the amount of patients. In addition, the holding space needs counseling so that counseling activities run well."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Al Khoiru Idrus Muhammad Fitri
"ABSTRAK
Program penanggulangan TB nasional menggunakan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse) telah dilaksanakan sejak tahun 1995. Secara
nasional strategi DOTS telah memberikan perubahan meskipun belum secara
komprehensif. Kondisi diatas diperparah dengan munculnya masalah baru,
diantaranya adalah kejadian TB-HIV. Tipe penderita dan ko-infeksi TB-HIV
menjadi faktor risiko terjadinya putus berobat OAT pada penderita TB Paru BTA
Positif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tipe penderita dan koinfeksi
TB-HIV dengan kejadian putus berobat penderita TB Paru BTA positif di
Kota Jakarta Timur.
Desain penelitian kasus kontrol, dilakukan pengamatan pada penderita TB Paru
BTA positif di Kota Jakarta Timur. Analisis multivariat dengan regresi logistic.
Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara ko-infeksi TB-HIV
dengan kejadian putus berobat pada penderita TB Paru BTA positif di Kota
Jakarta Timur dengan aOR 19,27 setelah dikontrol jenis kelamin dan status PMO
(p value=0,006; 95% CI: 2,36-157,21). Keberadaan infeksi HIV secara bersamaan
dengan infeksi TB semakin mengancam kelangsungan hidup sehingga diperlukan
terapi yang adekuat untuk mengendalikan virus dan membunuh kuman
mycobacterium tuberculosis. Skrining HIV pada penderita TB harus dilakukan
secara intensif untuk tata laksana pengobatan yang adekuat melalui program
kolaborasi TB-HIV sehingga penderita bisa sembuh dari infeksi TB.

ABSTRACT
A national TB control program using the DOTS strategy (Directly Observed
Treatment Shortcourse) has been implemented since 1995. Nationally, the DOTS
strategy has provided changes although not yet comprehensively. The above
conditions are exacerbated by the emergence of new problem, such as the
incidence of TB-HIV. Type of patient and TB-HIV co-infection is a risk factor to
default of anti tuberculosis drugs on positive smear pulmonary tuberculosis
patient. The purpose research is to know relation between patient type and TBHIV
co-infection default of treatment for positive smear pulmonary tuberculosis patients in East Jakarta.
The design of case control research, conducted observation on the patient of smear
positive pulmonary tuberculosis in East Jakarta. Multivariate analysis with logistic
regression.
The result of anti tuberculosis drugs of the research showed significant correlation
between TB-HIV co-infection with default with smear positive pulmonary
tuberculosis patient with aOR 19,27 after controlled sex and drug administer
superviser statue (p value = 0,006; 95% CI: 2,36-157.21). The presence of HIV
infection simultaneously with TB infection is increasingly threatening survival so
that adequate therapy is needed to control the virus and kill the bacteria
mycobacterium tuberculosis. HIV screening of tuberculosis patients should be
intensified for an adequate treatment regimen through a TB-HIV collaboration
program so that people can recover from TB infection."
2017
T48310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>