Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septi Muharomah
"Untuk memberi pelayanan obat secara efektif, efisien dan rasional diperlukan manajemen obat yang mencakup perencanaan, permintaan obat, penerimaan obat, penyimpanan, distribusi, pengendalian, pelayanan obat, serta pencatatan danpelaporan. Fungsi-fungsi tersebut membentuk siklus dimana setiap fungsi berperan
dalam menunjang fungsi lainnya. Namun puskesmas dengan segala keterbatasannya seringkali terfokus hanya pada fungsi-fungsi tertentu. Salah satu fungsi yang kurang diperhatikan oleh puskesmas yaitu fungsi penyimpanan obat. Terkait dengan manajemen penyimpanan obat, diketahui di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa masih
terdapat beberapa masalah antara lain belum dimilikinya gudang obat sendiri, serta masih banyak terjadi perangkapan tugas akibat kekurangan tenaga yang menyebabkan proses-proses yang terkait dengan penyimpanan obat di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa tidak berjalan optimal. Sebagai puskesmas yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2000, adanya keterbatasan tersebut menuntut Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa untuk melakukan manajemen penyimpanan obat yang sesuai prosedur agar kuantitas dan kualitas persediaan obat tetap terjaga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. Informan penelitian ini sebanyak empat orang yang dipilih berdasarkan kesesuaian dan kecukupan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui manajemen obat di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen penyimpanan obat yang
selama ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa pada dasarnya sudah cukup baik. SDM yang ada telah berusaha secara optimal dalam menjalankan tugasnya walaupun dirangkaptugaskan. Formulir tersedia dengan cukup lengkap. Prosedur tersedia dengan materi yang cukup, namun belum disosialisasi secara optimal.
Sarana dan prasarana telah memadai, hanya Gudang Obat belum tersedia secara mandiri dan pemeliharaannya kurang diperhatikan. Proses yang dilakukan mulai dari penerimaan sampai pencatatan dan pelaporan secara umum sudah cukup baik.
Walaupun ada beberapa hal yang masih belum sesuai prosedur namun dinilai tidak menimbulkan masalah yang berarti.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat di Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa yaitu perlu dilakukan penyediaan Gudang Obat secara mandiri atau diadakan perekrutan tenaga tambahan. Jika kedua hal tersebut sulit direlisasikan maka perlu dilakukan optimalisasi tenaga yang ada dengan pembagian beban kerja yang lebih sesuai dengan kemampuan fisik, mental, pengetahuan dan keterampilan
petugas. Prosedur yang ada sebaiknya disosialisasikan. Pemeliharaan sarana dan prasarana sebaiknya dilakukan secara rutin dan lebih sering. Penanggung Jawab Gudang Obat harus bertindak lebih tegas terhadap permintaan obat yang menyimpang dari hasil alokasi, serta Penanggung Jawab Farmakmin harus bertindak lebih tegas terhadap sering terjadinya kesalahan perekapan laporan."
2008
S5415
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thanty Widyastuti
"Dalam rangka menjamin aksesibilitas data kepegawaian di seluruh Puskesmas Kecamatan Wilayah Jakarta Selatan dan memberikan kemudahan dan kelancaran dalam kegiatan-kegiatan manajemen kepegawaian, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat semenjak tahun 2005 menerapkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg) di seluruh Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Selatan. Pelaksanaan Simpeg di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa belum berjalan secara optimal dimana pengerjaan laporan DUK dan dislokasi pegawai masih dilakukan secara manual, hal ini mengindikasikan bahwa proses kegiatan Simpeg yang terganggu karena belum bisa memberikan informasi kepegawaian yang diinginkan. Sehubungan dengan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran sistem informasi manajemen kepegawaian di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu adanya input, proses, dan output. Dengan pendekatan sistem ini dibuat kerangka konsep dimana komponen input terdiri dari tenaga SDM yang meliputi pengalaman, pendidikan, pelatihan, dan kesehatan, komitmen, dana, sarana, SOP/penunjang, serta data. Komponen proses terdiri dari pengumpulan data, entry data, dan update data, sedangkan komponen output dalam sistem ini adalah informasi kepegawaian yang lengkap, akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancara mendalam (in ? depth interview) dan data yang dikumpulkan dan dianalisa adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para informan dan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang berkaitan dengan Pelaksanaan Simpeg.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa belum berjalan secara optimal, hal ini disebabkan karena pengumpulan data kepegawaian sebagai data dasar sering terlambat dan tidak lengkap sehingga mempengaruhi proses entry data, laptop yang hanya terdiri dari satu buah dan selalu bergantian, serta keterbatasan petugas operator Simpeg yang akhirnya tidak bisa melanjutkan kembali tugasnya. Selain itu kurangnya komitmen baik dari pihak Kepala Puskesmas dan Sudin Kesmas Jaksel dimana monitoring dan evaluasi tidak dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan berdampak pula kepada pelaksanaan Simpeg yang akhirnya terhenti dan belum dapat dilanjutkan hingga saat ini.
Agar pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dapat terus dilanjutkan maka penulis menyarankan untuk dilakukan pelatihan ulang kembali untuk pihak yang saat ini bertanggung jawab di Subbagian Kepegawaian dan secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi baik dari pihak Sudin Kesmas Jaksel, Kepala Puskesmas, dan Kepala Bagian Tata Usaha yang bertindak sebagai atasan langsung petugas operator Simpeg dengan meminta laporan rutin dari pelaksanaan program Simpeg. Dalam pelaksanaan program Simpeg diperlukan komitmen mulai dari pucuk pimpinan sampai karyawan/pegawai, tanpa adanya komitmen mustahil suatu program dapat dukungan untuk dilaksanakan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wulan Ambarsari
"Penelitian ini membahas tentang Analisis Kepuasan Pasien Rawat Jalan Atas Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Teori yang dipakai berdasarkan teori dari Azrul Azwar yaitu tentang Kepuasan Pasien yang Mengacu pada Penerapan Semua Persyaratan Pelayanan Kesehatan. Dalam teori ini menggunakan 8 dimensi sebagai ukuran pelayanan kesehatan. Dimensi tersebut adalah (1) Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (provider), (2) Kewajaran Pelayanan Kesehatan (appropriate), (3) Kesinambungan Pelayanan Kesehatan (continue), (4) Penerimaan Pelayanan Kesehatan (acceptable), (5) Ketercapaian Pelayanan Kesehatan (accessible) (6) Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (affordable), (7) Efisiensi Pelayanan Kesehatan (efficient)dan (8) Mutu Pelayanan Kesehatan (Quality).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif. Teknik pengambilan datanya dengan cara menyebarkan kuisioner dan wawancara. Hasil dari analisis penelitian ini adalah berdasarkan 8 dimensi yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar pasien tidak puas atas kualitas pelayanan kesehatan rawat jalan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

This research discusses the analysis of patient`s satisfaction of outpatient`s department about the quality of healthcare services at Kecamatan Jagakarsa`s primary healthcare south of Jakarta. The theory that being used is based on the theory of Azrul Azwar about patient`s satisfaction refer to implementation of all healthcare requirements. In this theory used 8 dimensions as a measured of healthcare services. The dimensions are: (1) Provider, (2) Appropriate, (3) Continue, (4) Acceptable, (5) Accessible, (6) Affordable, (7) Efficient and (8) Quality.
This study uses quantitative approach with descriptive design. The technique that being used to collect the data are by questionnaire survey method and interviews. The results of this study demonstrate that based on 8 dimensions that used in this research the patient is not satisfied with the quality of outpatient healthcare services organized by the Kecamatan Jagakarsa primary healthcare South of Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Tri Kurniawati
"Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok, dalam hal ini adalah keluarga miskin yang memiliki kartu JPK Gakin. Pemanfaatan Kartu JPK Gakin oleh keluarga miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah relatif masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan pemegang kartu JPK Gakin di Puskesmas pada tahun 2007 rata-rata pemanfaatan sebesar 6,99% per bulannya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik keluarga miskin (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan), Faktor Predisposing (pengetahuan tentang manfaat kartu JPK Gakin, pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan, persepsi terhadap pelayanan), Faktor Enabling (keterjangkauan jarak dan biaya), dan Faktor Reinforcing (pengambilan keputusan).
Penelitian dilakukan terhadap keluarga miskin di RW 06 Kelurahan Srengseng Sawah, karena merupakan RW dengan jumlah pemegang kartu JPK Gakin terbanyak. Pengumpulan data primer melalui FGD (Focus Group Discussion) terhadap kelurga miskin pemegang kartu JPK Gakin yang pernah memanfaatkan kartu dan yang belum pernah memanfaatkan kartu, dan wawancara mendalam (Indepth Interview) kepada Kepala Puskesmas, Petugas Gakin Puskesmas dan Ketua RW.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak dimanfaatkannya kartu JPK Gakin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas disebabkan karena kurang lengkapnya informasi yang diperoleh mengenai manfaat dan cara mengakses pelayanan dengan menggunakan kartu JPK Gakin sehingga berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan mengenai manfaat dan cara mengakses pelayanan tersebut. Selain itu faktor pengalaman yang buruk ketika berobat menggunakan Kartu Sehat menimbulkan persepsi yang kurang baik terhadap pelayanan puskesmas menyebabkan tidak dimanfaatkannya kartu JPK Gakin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Faktor jarak dan biaya yang tidak menjadi masalah dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Sedangkan pada kelompok yang pernah memanfaatkan kartu JPK Gakin memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding informan yang belum pernah memanfaatkan, dan persepsi yang baik terhadap pelayanan kesehatan (puskesmas), sehingga cenderung mendorong mereka untuk terus memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan kartu JPK Gakin. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan secara berkesinambungan kepada puskesmas dalam meningkatkan pelayanan. Memberdayakan gakin untuk dapat menyampaikan pendapatnya mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan, serta peningkatan pengetahuan gakin melalui sosialisasi dengan memberdayakan pihakpihak yang terkait termasuk kader dan aparat desa (Lurah, RW, RT), yang kemudian mensosialisasikan kepada Gakin dengan tepat dan benar."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"Tahap penyimpanan merupakan bagian pengelolaan obat yang sangat penting dalam memelihara mutu obat-obatan, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, memudahkan pencarian dan pengawasan, mengurangi terjadinya obat rusak, serta dapat menghindari kekosongan obat sehingga pasien dapat terlayani dengan baik. Mengingat begitu besarnya dampak dari sistem pengelolaan penyimpanan obat dan belum banyak penelitian khusus tentang sistem penyimpanan obat, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan studi penyimpanan obat High Alert di salah satu Instalasi Farmasi Puskesmas yang berada di daerah Jakarta Barat yaitu Puskesmas Kecamatan Cengkareng.

The storage stage is a very important part of drug management in maintaining the quality of medicines, avoiding irresponsible use, facilitating search and control, reducing the occurrence of damaged drugs, and avoiding drug shortages so that patients can be served properly. Given the magnitude of the impact of the system management of drug storage and not much specific research on drug storage systems, this prompted the author to conduct a High Alert drug storage study at one of the Public Health Center Pharmacy Installations in the West Jakarta area, namely the Cengkareng District Health Center."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Maulinda Sari
"Pengelolaan obat dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan yang dapat membahayakan pasien seperti kesalahan dalam proses pemberian obat yang memiliki kemasan dan nama hampir sama (LASA). Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui dan menilai kesesuaian sistem penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) berdasarkan pemberian label “LASA” pada obat yang termasuk ke dalam kategori LASA di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit periode bulan Februari 2023. Penilaian mutu penyimpanan obat LASA dengan mengumpulkan dan membuat daftar nama obat LASA yang tedapat di Puskesmas, mengobservasi sistem penyimpanan obat yang termasuk ke dalam daftar obat LASA, kemudian melakukan penilaian kesesuaian penandaan label "LASA" pada sistem penyimpanan seluruh obat LASA. Penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit periode bulan Februari 2023 sudah dilakukan dengan capaian persentase kesesuaian 39,62% dari jumlah obat LASA sebanyak 53 item obat. Sistem penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit perlu ditingkatkan.

Drug management is carried out to prevent medication errors that can endanger patients, such as errors in the process of administering drugs that have similar packaging and name (LASA). The purpose of this study was to identify and assess the suitability of the Look Alike Sound Alike (LASA) drug storage system based on the “LASA” labeling of drugs belonging to the LASA category at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit period of February 2023. Assessment of the quality of LASA drug storage by collect and make a list of LASA drug names available at the Puskesmas, observe the drug storage system included in the LASA drug list, then conduct an assessment of the conformity of the "LASA" label marking on the storage system of all LASA drugs. The storage of Look Alike Sound Alike (LASA) drugs at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit for the period of February 2023 has been carried out with the achievement of a conformity percentage of 39.62% of the total 53 items of LASA drugs. The Look Alike Sound Alike (LASA) drug storage system at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit needs to be improved."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Maureen Wijaya
"Ketidaksesuaian prosedur atau kondisi penyimpanan dapat berakibat pada ketidakefektifan obat yang dapat merugikan bagi perusahaan dan pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk selama penyimpanan yaitu sanitasi, suhu, kelembaban, pencahayaan, ventilasi, segregasi. Kondisi penyimpanan hendaknya disesuaikan dengan sifat produk maupun material. Simulasi penyimpanan diawali dengan melakukan pendataan sediaan topikal di Apotek Roxy Jagakarsa, membuat desain simulasi tempat penyimpanan sediaan topikal, mengganti tempat penyimpanan sediaan topikal dari karton kotak obat bekas menjadi akrilik, membuat etiket, menyusun sediaan secara alfabetis, menempel stiker LASA. Hasil dari simulasi tersebut yaitu rak penyimpanan sediaan topikal dipisahkan antara sediaan setengah padat, sediaan berbentuk cair, dan sediaan fast moving. Sediaan topikal telah disusun berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis sesuai dengan Permenkes. Tidak dilakukan penyimpanan berdasarkan kelas terapi dengan pertimbangan bahwa satu sediaan topikal dapat terdiri dari kombinasi zat aktif dan memiliki banyak kegunaan.

Inappropriate storage procedures or conditions can result in drug ineffectiveness which can be detrimental to the company and patients taking the drug. Some factors that can affect product quality during storage are sanitation, temperature, humidity, lighting, ventilation, segregation. Storage conditions should be adjusted to the nature of the product and material. Storage simulation begins with collecting data on topical preparations at Roxy Jagakarsa Pharmacy, making a simulation design for the storage of topical preparations, changing the storage of topical preparations from used medicine box cartons to acrylic, making etiquette, arranging preparations alphabetically, sticking LASA stickers. The result of the simulation is that the topical preparation storage rack is separated between semi-solid preparations, liquid preparations, and fast moving preparations. Topical preparations have been arranged by dosage form and alphabetically in accordance with the Minister of Health regulations. Storage is not carried out based on therapeutic class with the consideration that one topical preparation can consist of a combination of active substances and has many uses.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rahmadina
"Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pelayanan publik yang berperan krusial dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan, puskesmas sejatinya harus menyediakan pelayanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan publik pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan dengan menggunakan teori kualitas pelayanan kesehatan oleh Donabedian (2003) melalui tiga dimensi yang diukur yakni structure, process, dan outcome. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei, wawancara mendalam, dan observasi sederhana. Hasil survei kepada 100 responden menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dikategorikan baik dengan dimensi structure memiliki persentase 96% memiliki kategori baik, dimensi process memiliki kategori 85% baik, dan dimensi outcome 95% memiliki kategori baik. Dalam hal ini dimensi process memiliki persentase lebih kecil dibanding dimensi lainnya sehingga diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terutama oleh berbagai pihak yang terlibat yakni Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.

Health services are one of the public services that play a crucial role in improving health status. As the front guard in providing health services, community health centers must provide quality services. This research aims to analyze the quality of public services in health services at the Jagakarsa District Health Center, South Jakarta using the theory of health service quality by Donabedian (2003) through three measured dimensions, namely structure, process and outcome. This research uses a quantitative approach with mixed method data collection techniques through surveys, in-depth interviews and simple observations. The results of a survey of 100 respondents stated that the quality of health services at the Jagakarsa District Health Center was categorized as good, with the structure dimension having a percentage of 96% in the good category, the process dimension having a good category of 85%, and the outcome dimension being 95% in the good category. In this case, the process dimension has a smaller percentage than other dimensions, so efforts are needed to improve the quality of health services, especially by the various parties involved, namely the DKI Jakarta Provincial Health Service and the Jagakarsa District Health Center."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Utami
"RSUI merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang menyelenggarakan standar pelayanan kefarmasian. Penyimpanan obat dilakukan untuk memelihara mutu dari sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan. Gap analysis dilakukan untuk melihat kesenjangan pelaksanaan teknik penyimpanan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di depo farmasi rawat jalan dan depo farmasi IGD RSUI dibandingkan dengan butir-butir Peraturan BPOM No. 24 Tahun 2021. Analisis dilakukan dengan cara mengobservasi dan menghitung jumlah kesenjangan. Hasil observasi menunjukkan masih terdapat kesenjangan pada sistem penyimpanan obat di Unit Farmasi RSUI. Persentase kesesuaian terhadap gap analysis yang ditemukan untuk sistem penyimpanan obat, dan bahan obat adalah 86,27%, sementara untuk sistem penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di depo farmasi rawat jalan dan IGD adalah 89,36%.

RSUI is a type B hospital that organizes pharmaceutical service standards. Drug storage is carried out to maintain the quality of pharmaceutical preparations, avoid irresponsible use, maintain availability, and facilitate search and control. A gap analysis was carried out to see the gaps in the implementation of drug storage techniques, medicinal ingredients, narcotics, psychotropics, and pharmaceutical precursors at outpatient pharmacy unit and emergency unit at RSUI compared to the points of BPOM Regulation No. 24 of 2021. The analysis was carried out by observing and calculating the number of gaps. The observation results show that there are still gaps in the drug storage system at the RSUI Pharmacy Unit. The percentage of compliance with the gap analysis found for storage systems for drugs and drug ingredients was 86.27%, while for storage systems for narcotics, psychotropics, and pharmaceutical precursors at outpatient pharmacy depots and emergency departments was 89.36%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Industri Farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. PT. Kimia Farma Plant Jakarta sebagai salah satu produsen obat memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menghasilkan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat.
Gudang penyimpanan merupakan sarana pendukung dalam industri farmasi sebagai tempat penyimpanan yang juga bertanggung jawab dalam menjaga mutu raw material, packaging material dan finished goods dari segala kerusakan karena pengaruh lingkungan, serangga dan binatang pengerat dan lain-lain. Dalam memastikan gudang penyimpanan dapat melaksanakan perannya dengan baik maka diperlukan pengelolaan yang diatur sedemikian rupa sehingga material dan produk yang disimpan di dalamnya memiliki mutu yang terjamin.
Menyadari akan pentingnya semua aspek yang berkaitan dengan mutu produk di industri farmasi khususnya dalam hal penyimpanan maka dilakukan PKPA di PT. Kimia Farma Tbk. Plant Jakarta untuk dapat mengetahui peran Apoteker dalam penyimpanan bahan baku obat, bahan kemas dan produk jadi di Gudang Penyimpanan PT. Kimia Farma Plant Jakarta.
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan PKPA, peran Apoteker di Gudang Penyimpanan Kimia Farma Plant Jakarta diperlukan untuk menjamin mutu bahan baku obat, bahan kemas dan obat jadi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Badan POM pada CPOB 2018 sebelum didistribusikan.

The Pharmaceutical Industry is a business entity that has permission from the Minister of Health to carry out drug manufacturing activities or medicinal materials. PT. Kimia Farma Plant Jakarta as one of the drug manufacturers has the obligation and responsibility to produce quality, safe and efficacy of drugs.
Storage warehouses are supporting facilities in the pharmaceutical industry as storage areas that are also responsible for maintaining the quality of raw materials, packaging materials and finished goods from all damage due to environmental influences, insects and rodents and others. In ensuring that the storage warehouse can carry out its role properly, management is needed in such a way that the materials and products stored in it have guaranteed quality.
Realizing the importance of all aspects related to product quality in the pharmaceutical industry, especially in terms of storage, PKPA was carried out at PT. Kimia Farma Tbk. Plant Jakarta to be able to find out the role of Pharmacists in the storage of raw materials, packaging materials and finished goods in the Storage Warehouse of PT. Kimia Farma Plant Jakarta.
Based on the results obtained during the implementation of PKPA, the role of Pharmacists in the Jakarta Farma Plant Chemical Storage Warehouse is needed to ensure the quality of raw materials for drugs, packaging materials and finished drugs in accordance with the requirements set by BPOM in CPOB 2018 before distribution.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>