Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhi Darmawan
"Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini dilakukan guna menjawab pertanyaan teoritis bagaimana peran ruang publik dalam mendukung keistimewaan DIY. Dalam penelitian ini ditemukan bentuk bentuk ruang publik di DIY seperti Angkringan, Media Massa, Aula Pasar, dan lain-lain. Kelompok masyarakat penolak keistimewaan DIY dalam ruang publik di DIY bergerak secara tertutup. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang mendukung keistimewaan DIY bergerak secara terbuka. Keberadaan ruang publik sangat penting dalam mewujudkan pemerintahan yang aspiratif, dimana hukum dibuat melalui proses diskursus publik. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa eberadaan ruang publik berperan dalam merubah sikap fraksi DPRD di DIY yang sebelumnya menolak, menjadi mendukung keistimewaan DIY.

Research methods used in this study are primarily those qualitative approaches. This research is conducted to analyze the role of Public Sphere in supporting DIY idiosyncrasy. There are many forms Public Sphere in DIY such as Angkringan, Mass Media, Market Auditorium, and others. Some of them secretly reject that idiosyncrasy while others frankly accept it. It's critical to build Public Sphere in realizing good governance which enacted a law solely from public discourse. In this research we found that Public Sphere has a significant role in changing DPRD?s political stance to accept/support the idiosyncrasy DIY."
2009
T26183
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Rencana pembanguna jangka panjang nasional (RPJPN) 2005-2025,membutuhkan peran komunikasi dan informasi melalui media massa....."
INKABAP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Otho H. Hadi
"Berkembangnya masyarakat sipil di Indonesia memunculkan persoalan penting untuk dijawab sekaligus juga menjadi
alasan mendasar bagi dilakukannya studi ini, yaitu persoalan menyangkut kontribusi peran masyarakat sipil terhadap
proses demokratisasi yang bergulir. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi
oleh organisasi masyarakat sipil dalam mengimplementasikan perannya terkait dengan aspek enabling environment
(faktor eksternal) dan kapasitas organisasi serta pengembangan karakter (faktor internal), memperoleh gambaran
mengenai profil perkembangan masyarakat sipil dalam konteks kontribusi peran sebagai aktor penting pemajuan
demokrasi, dan menyusun rekomendasi kebijakan terkait dengan kontribusi dan peningkatan peran masyarakat sipil
dalam proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Studi ini merupakan kajian kualitatif. Metode penelitian yang
digunakan adalah wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, konsultasi publik melalui seminar, dan studi
kepustakaan untuk menidentifikasi organisasi masyarakat sipil yang menjadi obyek penelitian. Dari hasil studi ini
diperoleh kesimpulan bahwa: (1) hubungan negara–masyarakat sipil di Indonesia sangat dipengaruhi oleh konteks lokal
(budaya masyarakat dan budaya politik), karakter organisasi masyarakat sipil (SDM dan manajemen, finansial, model
gerakan, jaringan), dan dinamika ekonomi politik lokal dan nasional; (2) organisasi masyarakat sipil memiliki potensi
penting bagi proses konsolidasi demokrasi di Indonesia; (3) peran masyarakat dalam mendorong perkembangan
LSM/organisasi masyarakat sipil di Indonesia cukup signifikan.
The growth of civil society in Indonesia gives rise to some imperative issues to resolve. This is the indispensable
ground why the study is carried out, i.e. the contribution of the role of civil society on the process of democratization
undergone todate. The objectives of this study are among others to identify problems faced by civil society organisation
in instigating its role with regard to the aspects of enabling environment (external) and capacity of organisation
(internal) as well as the nature enhancement; to acquire profile of civil society augmentation in the context of its role
contribution as significant actor democracy advancement, and to propose policy recommendation concerned with
contribution and enhancement of the role of civil society in the process of consolidating democracy in Indonesia. This
study is a qualitative review. The methods used are among others depth interview, focused group discussion, public
consultation through seminar, and literature study to identify CSOs that will be the target of this study. The study
concludes that (1) state-civil society relationship is enormously influenced by local context (social and political culture),
nature of civil society organisation (human resources and management, financial sources, movement model,
networking), and local and national political economy dynamic; (2) civil society organisation has an important potential
on the process of consolidating democracy in Indonesia; (3) the role of society in generating the growth of civil society
organisation has been somewhat noteworthy."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Otho H. Hadi
"Berkembangnya masyarakat sipil di Indonesia memunculkan persoalan penting untuk dijawab sekaligus juga menjadi alasan mendasar bagi dilakukannya studi ini, yaitu persoalan menyangkut kontribusi peran masyarakat sipil terhadap proses demokratisasi yang bergulir. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh organisasi masyarakat sipil dalam mengimplementasikan perannya terkait dengan aspek enabling environment (faktor eksternal) dan kapasitas organisasi serta pengembangan karakter (faktor internal), memperoleh gambaran mengenai profil perkembangan masyarakat sipil dalam konteks kontribusi peran sebagai aktor penting pemajuan demokrasi, dan menyusun rekomendasi kebijakan terkait dengan kontribusi dan peningkatan peran masyarakat sipil dalam proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Studi ini merupakan kajian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, konsultasi publik melalui seminar, dan studi kepustakaan untuk menidentifikasi organisasi masyarakat sipil yang menjadi obyek penelitian. Dari hasil studi ini diperoleh kesimpulan bahwa: (1) hubungan negara?masyarakat sipil di Indonesia sangat dipengaruhi oleh konteks lokal (budaya masyarakat dan budaya politik), karakter organisasi masyarakat sipil (SDM dan manajemen, finansial, model gerakan, jaringan), dan dinamika ekonomi politik lokal dan nasional; (2) organisasi masyarakat sipil memiliki potensi penting bagi proses konsolidasi demokrasi di Indonesia; (3) peran masyarakat dalam mendorong perkembangan LSM/organisasi masyarakat sipil di Indonesia cukup signifikan.

The growth of civil society in Indonesia gives rise to some imperative issues to resolve. This is the indispensable ground why the study is carried out, i.e. the contribution of the role of civil society on the process of democratization undergone todate. The objectives of this study are among others to identify problems faced by civil society organisation in instigating its role with regard to the aspects of enabling environment (external) and capacity of organisation (internal) as well as the nature enhancement; to acquire profile of civil society augmentation in the context of its role contribution as significant actor democracy advancement, and to propose policy recommendation concerned with contribution and enhancement of the role of civil society in the process of consolidating democracy in Indonesia. This study is a qualitative review. The methods used are among others depth interview, focused group discussion, public consultation through seminar, and literature study to identify CSOs that will be the target of this study. The study concludes that (1) state-civil society relationship is enormously influenced by local context (social and political culture), nature of civil society organisation (human resources and management, financial sources, movement model,networking), and local and national political economy dynamic; (2) civil society organisation has an important potential on the process of consolidating democracy in Indonesia; (3) the role of society in generating the growth of civil society organisation has been somewhat noteworthy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Losando
"Totalitarianisme memiliki bahaya yang mampu mengancam demokrasi. Ancaman totalitarianisme dapat terlihat dalam pola kuasa lama. Bahaya totalitarianisme tersebut misalnya kekuasaan yang didasari oleh garis keturunan. Dalam term lefort disebut sebagai penanda kepastian. Penanda kepastian ini pada pola kuasa lama memenuhi ruang kuasa, sehingga individu yang berada di luar kekerabatan raja tidak dimungkinkan untuk ikut serta berkuasa. Melihat kondisi seperti itu, Lefort mencoba untuk melakukan kritik terhadap pola kuasa totalitarianisme tersebut. Cara yang ditempuh Lefort untuk menyelamatkan bahaya totalitarianisme Dengan mengosongkan ruang kuasa. Bagaimana cara untuk mengosongkan ruang kuasa? Menurut Lefort, agar ruang kuasa dapat kosong dengan melakukan pembubaran terhadap penanda-penanda kepastian yang ada pada pola kuasa lama.

Abstract
Totalitarianism has the danger that could threaten democracy. Threat of totalitarianism can be seen in the old power patterns. Dangers of totalitarianism such as power based on lineage. In terms Lefort referred to as markers of certainty. Bookmark this certainty on the pattern of the old power meets space power. So that individuals who are outside of kinship king allowed to participate in power. see conditions like that, Lefort trying to do the critique of totalitarianism is the power pattern. Lefort way in which to save the dangers of totalitarianism with the power of empty space. How to create space power? according to Lefort, for empty space with the power to perform the dissolution of the markers of certainty on the pattern of the old power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S221
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Nuranissa Setiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sense of power warga dengan perceived civility petugas pelayanan publik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan modifikasi alat ukur Generalized Sense of Power yang dikembangkan Anderson dan Galinsky (2005) untuk mengukur sense of power dan modifikasi alat ukur Employee Perceptions of Managerial Incivility dari Crocker (2005) untuk mengukur perceived civility petugas pelayanan publik di Jabodetabek. Partisipan penelitian berjumlah 111 warga Jabodetabek yang terdiri dari 35 laki-laki dan 77 perempuan, dan memiliki rentang usia 17-55 tahun yang pernah berurusan dengan layanan pemerintah di Jabodetabek dalam 6 bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif (r = .65, p < .01) antara sense of power warga dengan perceived civility petugas di Jabodetabek. Temuan terhadap sense of power warga dapat digunakan untuk memprediksi perceived civility, dan dengan itu memberikan pelayanan yang sesuai.

The aim of this study is to find relationship between citizens? sense of power and their perceived civility towards public service officers in Jabodetabek. This research is a quantitative research that uses a modified version of the Generalized Sense of Power scale by Anderson and Galinsky (2007) to measure sense of power and a modified version of Employee Perceptions of Managerial Incivility by Crocker (2005) to measure public service officers? perceived civility in Jabodetabek. 111 citizens participated in this research, consisting of 35 males and 77 females. The age range between 17-55 years old, they all have attended to public service matters in Jabodetabek in the last 6 months. Research outcomes show a significant and positive relationship (r = .65, p < 0.01) between citizens? sense of power and the perceived civility of public service officers in Jabodetabek."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Adi Pramono, supervisor
"Sivilitas demokratis (democratic civility) yang dikcmukakan Hefner (1998) --bila
disederhanakan-- bermakna "tata sosio-politik-kultural yang memiliki nilai-nilai
kebebasan, kesederajadan dan toleransi yang melandasi Qartisipasi demokralis
warganegara dalam sebuah tatanan pplitik inteeratif dengan mengandaikan adanya
kerjasama antara yvarganegara dan ncgara yang mampu melindungi hak-hak
warganegara di wilayahnya". Bagaimanakah kemungkinan tatanan seperti itu dapat
terwujud pada kehidupan para aktivis partai politik di Surakarla? Basis ekonomi
dipandang sebagai entiy point untuk memahami perilaku dan tindakan politik para aktivis
tersebut. Scdangkan perilaku dan tindakan para aktivis digunakan sebagai entry point
pula dalam memahami kemungkinan terbentuknya democratic civility di Surakana.
Kerangka teori yang saya pakai sebagai "pegangan awal" penelitian adalali
kombinasi teori democratic civility (Hefner), civil society ('l`ocqucville dan Neera
Clmndhnlce) danformnl - shadow economy (Evers dan McGee). Hal ini akan dilambah
dengan teori 0'DonnclI dan Schmitter tcntang Negara Otoritarian-Birokratik (NOB) dan
korporatismc negara yang dimaksudkan untuk mernahami sistem polilik pcmcrintahan
Socharto sebagai kontcks makro historis.
Penclitian kualitatif yang betsifat cksploratif ini (karena beium ada salu pun
penelitian tentang topik ini secara empiris) menyimpulkan bahwa kemungkinan
terbentuknya democratic civility tersebut masih bcrsifa:-embrional. Secara umum nilai
kebebasan, kesederajadan, toleransi, kemandirian, partisipasi, dan ketaatan pada hukum
telah mempengaruhi nuansa atmosfer politik mereka tetapi pada ruang dan waktu lertentu
ia masih rentan terhadap nilai-nilai anti-dcmokrasi, misalnya "politik uang", kekerasan,
pemaksaan kchcndak dan tidak responsif terhadap aspirasi publik. Sebab itu ia
membutuhkan kerja sinergis berbagai pihak terkait --bukan hanya para aktivis parlai
politik- danhersifat multi-dimensional -bukan hanya berbasiskan pada dimensi (basis)
ekonomi-- sccara jangka panjang dengan membuat jejaring antara kullur dan slruktur
sosial sebagai pijakannya yang didasarkan pada nilai-nilai dasar demokrasi (termasuk
ketiga nilai dasar democratic civility Hefner). Tcmuan lapaugan menunjukkan bahwa
dinamika politik kepartaian ditandai oleh kecenderungan perubahan dari pola otorilarian
menuju ke (transisi) demokratis. Pada titik ini, scjumlah peluang dan hambatan turut
mewarnai dinamika kchidupan para aktivis partai politik tcrsebut.
Kcsimpulan ini didasarkan pada hasil analisis terhadap para aktivis partai po1iti!<_
(terutama terhadap basis massa pendukung, dinamika kepartaian secara historis, basis
ekonomi dan variabel lain, serta peluang dan hambalan) dengan mcnggunakan data
primer dan sekunder yang diperoleh melalui tcknik snowbnlling, wawancara tak
berstruktur, wawancara mendalam, pengamatan tcrlibat, data statistik, media massa
(misalnya: kliping koran), dokumcntasi rclevan, literatur dan hasil penelitian terkait_
Trianggulasi dan pendekatan cmik - etik pun diterapkan tcrhadap data Iapangan agar
diperoleh data yang sahih. Analisis mendasarkan diri pada reduksi data, sajian data dan
penarikn kcsimpulan yang kemudian disusun menjadi laporan penalitian parsial dan akhir
berdasarkan negotiated understanding antara penelili dan subyek penelitian.
Temuan lapangan menghasilkan "implikasi teoritik" baik terhadap teori yang
mcnjadi "pegangan awal penelitian" maupun teori lain yang masuk kc "ruang kesadaran"
peneliti karena "dirangsang" oleh data lapangan. Pertama, konsep Negara Otoritarian Birokratis (O'Donnell) dan korporatisme negara (Schmitter) masih rclevan untuk
memahami dinamika kepartaian secara historis terutama Era Soeharto. Kcdua, konsep
Samuel Huntington tentang strong government tcrlihat jelas pada Era Soeharto. Ketiga,
begitu kuatnya stale pada era tersebut membawa saya kian mengafirmasi pcrlunya
implementasi civil society --terularna sebagaimana dikcmulcakan Toequevillc, Neera
Chandhoke, dan Hefner" pada masyarakat. Kecmpat, konsep civil society secara
vertikal (vis a vis state) dan secara horisontal (terhadap asosiasi-asosiusi lain) pada
perkembangan terakhir di Surakarta cenderung untuk dikombinasikan, sehingga bercorak
kolaborasi-kritis balk secara vertikal maupun horisontal. Kelima, konsep formal
economy, shadow economy, informal economy, subsistence production dan dark economy
(Evers dan McGee) kiranya sangat membanlu dalarn memahami basis elconomi subyek
penelitian. Namun sejurnlah konscp tersebut "tumpang-tindih" atau dapat dikenakan
bersama-sama pada subyek tertentu sehingga sulit untuk membuat kategorisasi. Kecnam,
konsep democratic civility (Hefner) terbukti sangat abstrak bagi para informan (subyek
penelitian) sehingga diperlukan penelitian lanjutan yang memungkinkan perumusan
"konsep tingkat mencngah" (Merton) supaya lebih aplikatii Ketujuh, konsep "asosiasi"
(Neem Chandhoke) bersifat terlalu luas, sehingga mencakup semua pengelompokan
sosial, akan tetapi manakah yang menjadi "tulang punggung" civil society menjadi tidak
jelas. Hal ini diperumit oleh data lapangan bahwa secara personal sejmnlah individu yang
terintegrasi di dalam negara (regimist actors, terinspirasi oleh ternniiologi Hefner:
regimis! Islam) sckaligus pulzfmenjadi anggota asosiasi sosial (civil actors, terinspirasi
oleh tenninologi Hefner: civil Islam). Sehingga apa yang dimaksud dengan "asosiasi"
tersebut --dari sudut pandang aktor-- mcnjadi tidak jclas pada temuan ini. Menurut saya -
sccara tentatifl- visi dan nlisi asosiasilah yang perlu menjadi titik pijak, bukan
keanggotaan personal. Kedelapan, pemahaman terhadap makna civil society kiranya
masih di dalam proses perkembangan yang jauh dari iinalitas kesepakatan antar teoritisi.
Tetapi tak dapat dipungkiri, bahwa konsep itu menjadi prasyarat utama bagi hadirnya
kehidupan yang clemokratis di antara sesama warganegara serta interaksi amara
\varganugara (baik personal maupun asosiasional atau organisasional) dengan ncgara.
Kescmbilan, konsep-konsep teori sosiologi lclasik dan modern masih cukup relevan pada
topik ini: (1) "fakta sosial" (Emile Durkheim); (2) aneka tindakan sosial alas dasar
subjective meaning (Wcbcr); (3) tindakan sosial bcrdasarkan motif (interests dan values)
menurut Parsons; (3) hukum besi oligarkhi (Robert Michels); (4) "hukum sosial" Lord
Acton: "Tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada adalairkepcntingan abadi"; (5)
?desubllmasi represif" (Herbert Mnrcuse), (6) teori strukturasi: inleraksi antara agency
dan structure (Anthony Giddens); dan (7) "ruang publik" (public sphere) menurut
Juergen Hatbermas. V
Berkaitan untuk memperoleh ternuan lapangan, sccara mclhodologis, small group
discussion susah untuk diterapkan karena faksionalisme dan kesalingcurigaan politik
yang terjadi pada para aktivis partai tcrtcntu. Cross-check cenderung dilakukan secara
interpersonal dan atas dasar data sekunder. Sedangkan bagian mcthodologi Iain dapal
diterapkan dalam penelitian.
Karena penelitian bersifat eksploratif maka peluang untuk mengadakan penclitian
lebih mendalam tentang topik ini sangat terbuka lebas, dengan berbagai macam sudut
pandang, kcrangka tcori, mcthodologi, subyek penelitian dan lokasi penelitian. Kajian
lanjutan sangat diperlukan untuk memperdalam dan mcmperluas cksplorasi awal ini."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francisco Budi Hardina
Yogyakarta: Kanisius , 2009
321.8 FRA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>