Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisnu Suryo Pratomo
"Industri perminyakan dan pertambangan adalah pelanggan utama dari bisnis radio trunking. Selain industri minyak dan gas, industri keamanan, termasuk TNI dan Polri juga masih membutuhkan teknologi radio trunking. Bisnis radio trunking adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan yang mementingkan unsur keselamatan dan keamanan. Dari hal-hal tersebut dapat dilakukan sebuah penelitian yang memiliki beberapa pokok permasalahan. Pokok permasalahan yang pertama adalah kondisi bisnis radio trunking. Kondisi bisnis ini akan dilihat dengan menggunakan analisa Porter 5 Forces. Pokok permasalahan yang kedua adalah analisa lingkungan industri radio trunking untuk mengetahui tekanantekanan yang ada dalam industri ini.

Oil and gas industry is main customer of radio trunking business. Besides that, security industry, including TNI and Polri, is still needing radio trunking technology. Radio trunking business is unbreakable part of activity that needs safety and security. From those points, there?s a research which has some problems. First problem is radio trunking business condition. The condition will be reviewed using Porter 5 Forces analysis. Second problem is industry enviroment of radio trunking to know preassure that will be in this industry."
2009
T26214
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Hadi
"Brand Equity suatu merek dapat memberikan nilai bagi perusahaan yaitu sustainable competitive advantage yang menjadi benteng pertahanan yang kokoh bagi pesaing. Nilai-nilai dari elemen brand Equity juga menjadi dapat menjadi positioning di industri. Nexcom adalah brand yang sudah berpengalaman di industri radio trunking. Pada tahun 2011 PT Nexcom Indonesia menggunakan brand Nexcom yang sebelumnya digunakan oleh peusahaan lain yang memiliki core business yang sama, yaitu radio trunking. Diperlukan usaha luar biasa untuk mempertahankan dan meningkat ekuitas dari merek yang sudah dikenal dan menjadi tantangan bagi PT Nexcom Indonesia untuk menjadi operator radio trunking terkemuka di industri radio trunking di Indonesia.

Brand equity can deliver value to the company's sustainable competitive advantage, it could be a strong bulwark for competitors. The values of the elements of brand Equity can be positioning in the industry. Nexcom is a brand that has been experienced in the trunking radio industry. In 2011 Indonesia PT Nexcom Nexcom using the brand that previously used by another Entity who has the same core business, radio trunking. Tremendous effort required to maintain and increase the Equity of a brand that is known and a challenge for PT Nexcom Indonesia to become leading operator in the industry of radio trunking in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hartanti
"Migas merupakan sumber daya alam yang strategis. Investasi di bidang migas mayoritas dilakukan oleh swasta asing yang dalam hal ini kehadirannya dirangsang oleh berbagai fasilitas. Salah satunya adalah kemudahan di bidang perpajakan. Skripsi ini bertujuan untuk membahas masalah insentif pajak tersebut dikaitkan dengan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Metode penelitian yang dilakukan adalah studi kepustakaan. Meliputi telaah literatur yang didukung dengan wawancara dengan narasumber yang kompeten. Skripsi dibatasi pada kontraktor yang menandatangani kontrak bagi hasil antara periode 1 Januari 1984 hingga 31 Desember 1994. Pembahasan ditekankan pada aspek PPH dan PPN/PPn.BM. Insentif yang didapatkan dalam aspek PPH ialah kesamaan definisi, biaya penyusutan yang dipercepat, masuknya unsur pajak dalam biaya operasi, sumbangan sebagai biaya, dibebaskan dari pungutan PPH pasal 22 dan adanya pajak yang ditanggung oleh pemerintah. Insentif yang didapatkan dalam aspek PPN/PPn.BM ialah reimbursement PPN/PPn.BM, pembebasan PPn.BM impor dan penundaan PPN jasa selama masa pra produksi. Fasilitas tersebut memang memberikan iklim yang kondusif bagi pengusahaan migas. Dengan konsekwensi adanya penerimaan pemerintah yang berkurang dari sektor pajak. Namun terdapat kelemahan, sehingga biaya operasi makin meningkat dan minyak yang dibagi menjadi makin kecil. Diperlukan peranan pemerintah agar biaya operasi dapat diprediksi dengan tepat dan tidak membesar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudianto Rimbono
"Salah satu tugas yang harus dilaksanakan BPMIGAS sebagai badan yang dibentuk pemerintah untuk mengelola industri hulu minyak dan gas bumi adalah pengelolaan proyek investasi di bidang fasilitas produksi yang melibatkan dana lebih dari USD 2-3 milyar pertahun.
Tesis ini disusun untuk membantu BPMIGAS dalam usahanya meningkatkan kinerja waktu dan mutu atas pengendalian dan pengawasan kegiatan proyek investasi fasilitas produksi pada setiap tahapan proyek.
Penelitian ini dilakukan dengan pengujian terhadap berbagai fakro yang mempengaruhi proses pengendalian dan pengawasan kegiatan proyek investasi dengan melibatkan pekerja dari perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia dan BPMIGAS.

As the government agency to manage the oil and gas industry, one of the BPMIGAS?s responsibility is to manage the capital investment in production facilities project which involved the expenditure of approximately USD 2-3 billion each year.
This thesis is developed to help BPMIGAS to improve it?s time and quality performance in controlling and supervising all stages of production facilities facilities.
The research is carried out by assessing numbers of factors influencing the control and supervision activities involving personnel from oil companies operated in Indonesia and the ones from BPMIGAS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25238
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianto
"Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) merupakan komoditas penting, tidak saja pada masa lalu dan saat ini, tetapi juga masih akan beperan sebagai penyumbang terbesar energi dunia beberapa dekade ke depan. Kini di Indoensia kondisi sudah jauh berubah. Produksi minyak nasional sudah anjlok. Sedangkan konsumsi minyak semakin tinggi. Hal itu mendorong semakin tingginya ketergantungan kita pada pasokan impor. Permasalahan dalam penyelenggaraan migas semakin kompleks. Pada 2050, diperkirakan konsumsi energi migas dunia akan lebih dari dua kali lipat hari ini. Penelitian ini akan berusaha menjawab bagaimana upaya Negara dalam menghadapi kondisi tersebut dengan perlunya mewujudkan kedaulatan energi nasional oleh SKK Migas. Uraian penelitian akan menuangkannya dengan memahami potret kebijakan migas Indonesia dan membangun skenario apa yang akan terjadi pada migas nasional di masa depan. Sehingga kedaulatan energi nasional dapat diwujudkan. Dimana kemampuan bangsa untuk menetapkan kebijakan, mengawasi pelaksanaannya dan memastikan jaminan ketersediaan energi selaras dengan tujuan dan kepentingan nasionalnya melalui implementasi strategis dinamis sesuai dengan tuntutan dinamika dan konstelasi global, regional dan nasional yang berubah.

Oil and Gas (Oil and Gas) is an important commodity, not just in the past and at present, but also still be beperan as the largest contributor to world energy for decades to come. Now at the premises condition has changed so much. National oil production has fallen. While higher oil consumption. That prompted increasing our reliance on imported supplies. Problems in the implementation of increasingly complex oil and gas. By 2050, world oil and gas estimated energy consumption will more than double today. This study will attempt to answer how the efforts of the State in the face of these conditions by the need to realize the national energy sovereignty by SKK Migas. Description of the research will be poured by understanding portrait of Indonesian oil and gas policy and possible scenarios of what will happen to the national oil and gas in the future. National sovereignty so that energy can be realized. Where the nation's ability to set policy, monitor its implementation and ensure energy security in line with the objectives and national interests through the strategic implementation of dynamically according to the demands of the dynamic and global constellation, regional and national change."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayandra Putra Andrianto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja yang sistematis dan objektif untuk memilih subkontraktor untuk Proyek Akasia Bagus dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Teknik untuk Urutan Preferensi dengan Kemiripan dengan Solusi Ideal (TOPSIS). Studi ini mengevaluasi subkontraktor berdasarkan berbagai kriteria, termasuk biaya, lokasi, waktu pengiriman, dan kinerja historis. Metode AHP digunakan untuk menentukan pentingnya setiap kriteria relatif melalui perbandingan berpasangan, memastikan keselarasan dengan prioritas pengambil keputusan. Metode TOPSIS kemudian diterapkan untuk memeringkat subkontraktor berdasarkan kriteria berbobot yang diperoleh dari AHP, dengan menggunakan matriks keputusan yang dinormalisasi dan menghitung jarak dari solusi ideal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. PPI (A3) adalah subkontraktor peringkat tertinggi, diikuti oleh PT. Zeeco (A1), PT. Gasco (A4), dan PT. Cimmarron (A2). Temuan ini menyediakan kerangka kerja yang kuat dan andal untuk pemilihan subkontraktor, memastikan bahwa keputusan didasarkan pada data yang komprehensif dan akurat. Studi ini diakhiri dengan rekomendasi untuk meningkatkan proses pemilihan subkontraktor, dengan menekankan pentingnya pengambilan keputusan yang objektif, keselarasan strategis, dan peningkatan berkelanjutan. Industri Minyak dan Gas, Analytical Hierarchy Process (AHP), Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution, Pemilihan Vendor, Pemeringkatan Vendor

This research aims to develop a systematic and objective framework for selecting subcontractors for the Akasia Bagus Project using the Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) methods. The study evaluates subcontractors based on multiple criteria, including cost, location, delivery time, and historical performance. The AHP method was employed to determine the relative importance of each criterion through pairwise comparisons, ensuring alignment with decision-makers' priorities. The TOPSIS method was then applied to rank the subcontractors based on the weighted criteria derived from AHP, using normalized decision matrices and calculating distances from ideal solutions. The results indicated that PT. PPI (A3) was the top-ranked subcontractor, followed by PT. Zeeco (A1), PT. Gasco (A4), and PT. Cimmarron (A2). The findings provide a robust and reliable framework for subcontractor selection, ensuring that decisions are based on comprehensive and accurate data. The study concludes with recommendations for improving subcontractor selection processes, emphasizing the importance of objective decision-making, strategic alignment, and continuous improvement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Syafira
"

Berbicara mengenai sektor minyak dan gas bumi yang merupakan sektor strategis tidak terlepas dari kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga yang terlibat didalamnya. Berbagai perkembangan peraturan dan kebijakan pun ikut mempengaruhi tata kelola migas khususnya pada sektor hulu. Mulai dari tata kelola migas dikendalikan oleh Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan negara, kemudian terbit UU No. 22 Tahun 2001 yang mengalihkan pengelolaan migas kepada Badan Pelaksana (BP Migas), sampai akhirnya keberadaan BP Migas dibubarkan karena dinilai inkonstitusional berdasarkan Putusan MK No. 36/PUU-X/2012. Akan tetapi, saat ini kewenangan yang ada pada BP Migas dahulu masih dijalankan oleh SKK Migas sebagai suatu entitas baru yang menyelenggarakan pengelolaan sektor hulu migas yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2013. Tidak terlepas dengan perwujudan negara di dalam Kementerian ESDM yang juga berwenang melaksanakan pengawasan dan pembinaan dalam tata kelola migas di Indonesia. Kemudian adanya wacana pembentuk Badan Usaha Milik Negara Khusus (BUMN-K) pada sektor hulu migas di dalam Rancangan UU Cipta Kerja menimbulkan pertanyaan bagaimana status kelembagaan dari SKK Migas dan seberapa urgensinya pembentukan BUMN-K ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan bahan kepustakaan serta wawancara. Untuk menghadapi berbagai tantangan dalam tata kelola migas saat ini menjadi sangat penting untuk menentukan peran dan tanggung jawab secara efektif dan efisien antara Kementerian ESDM, PT Pertamina (Persero), dan SKK Migas, serta perlu ditinjau kembali mengenai badan usaha yang ideal dan sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 untuk melaksanakan pengelolaan migas di Indonesia.

 


Talking about the oil and gas sector which is a strategic sector is inseparable from the authority possessed by each institution involved in it. Various developments in regulations and policies have also affect oil and gas governance, especially in the upstream sector. In the begining oil and gas governance is controlled by Pertamina as the only state company, then Law Number 22 of 2001 which is transferred management of the upstream oil and gas sector to the Implementing Agency (BP Migas), until finally the existence of BP Migas was dissolved because it was considered unconstitutional based on the Constitutional Court Decision Number 36/PUU-X/2012. However, the existing authority at BP Migas was previously still exercised by SKK Migas as a new entity that carries out management of the upstream oil and gas sector established under Presidential Regulation Number 9 of 2013. It is inseparable from the realization of the state within the Ministry of Energy and Mineral Resources which is also authorized to carry out supervision and guidance in oil and gas governance in Indonesia. Then the discourse of forming a Special State-Owned Enterprise (BUMN-K) in the upstream oil and gas sector in the Draft Employment Law raises the question of the institutional status of SKK Migas and how urgent is the establishment of BUMN-K. The method in this research is normative juridical with a qualitative approach and uses literature and interviews. To face various challenges in oil and gas governance, it is now very important to determine the role and responsibilities effectively and efficiently between the Ministry of Energy and Mineral Resources, PT Pertamina (Persero), and SKK Migas, and needs to be reviewed on the ideal business entity in accordance with mandate of Article 33 paragraph (3) of the UUD 1945 Constitution to carry out oil and gas management in Indonesia.

 

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Virajati Amalia
"ABSTRAK
Hukum dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia mengenal
adanya suatu perjanjian yaitu joint operating agreement/joint operating body yang
merupakan perjanjian derivatif dari Production Sharing Contract. Perjanjian ini
mengatur adanya kesepakatan antara para pihak untuk melaksanakan operasi
secara bersama-sama untuk mengelola suatu wilayah kerja. Penelitian ini penting
dibahas melihat adanya ketidakjelasan dalam suatu kasus mengenai tanggung
jawab antara kontraktor industri minyak dan gas bumi yang terikat dalam Joint
Operating Agreement/Joint Operating Body tersebut dalam hal sole risk
operations. Adapun temuan dari hasil penelitian yuridis normatif ini adalah
meliputi kedudukan hukum para pihak dalam suatu joint operating
agreement/joint operating body beserta tanggung jawab, hak dan kewajiban.
Lebih lanjut lagi, ditemukan adanya pembatasan terhadap tanggung jawab para
pihak berdasarkan perjanjian dengan mengaitkannya dengan kasus yang terjadi
antara PT X dan PT Y.

ABSTRACT
In the law of upstream oil and gas business activities in Indonesia, it is known that
there is an agreement named joint operating agreement/joint operating body which
is a derivative of Production Sharing Contract. In this agreement, the parties agree
to carry out operations on the work area as a joint operation. This research is
important to discuss seeing an uncertainty in a case concerning the liabilities
between the parties mentioned in joint operating agreement/joint operating body
in terms of sole risk operations. Findings from this juridist normative research
includes issues regarding the position of the parties in joint operating
agreement/joint operating body as well as responsibilities, rights, and obligations.
Furthermore, it is known that there is a limitation of liability under these
agreements and will be explained along with the case of PT X and PT Y."
2017
S65832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamonangan, Palti Ferdrico Tumpal
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesenjangan akuntansi atas penerapan PSAK 66 yang dibentuk melalui separate vehicle, memahami ketentuan transisi pada periode tahun buku penerapan pertama kali PSAK 66, serta penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian PT Pertamina (Persero) per 31 Desember 2014. Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus, yang menitikberatkan pada studi literatur terhadap PSAK 66, dan manual akuntansi. Selanjutnya akan dilakukan analisis secara sistematis perihal analisis kesenjangan akuntansi beserta ketentuan transisi pada periode tahun buku penerapan pertama kali PSAK 66 dan penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian PT Pertamina (Persero) per 31 Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesenjangan akuntansi atas penerapan PSAK 66 yang dibentuk melalui separate vehicle, yaitu PBE PT Nusantara Regas, PT Patra SK, PT Perta-Samtan Gas, dan PT Perta Daya Gas, dan tidak terdapat kesenjangan akuntansi perpajakan atas perubahan kebijakan akuntansi dari Metode Konsolidasi Proporsional ke Metode Ekuitas (metode one-line consolidation). Ketentuan transisi dari metode konsolidasi proporsional ke metode ekuitas (metode one-line consolidation) mensyaratkan Perusahaan untuk mengagregasikan (menggabungkan) sajian dalam laporan keuangan sebelumnya ke periode sajian per 01 Januari 2014, yang merupakan tanggal pertama periode tahun buku terdekat dari periode buku penerapan pertama kali PSAK 66. Penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian Perusahaan sesuai PSAK 66 pada tanggal 31 Desember 2014, menyebabkan perubahan rasio keuangan yaitu terjadinya kenaikan kemampuan Perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak, penurunan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan, dan penurunan kebutuhan dana perusahaan yang dibelanjai dari utang (financing).

ABSTRACT
The objective of this study is to understand the accounting gap analysis on the application of PSAK 66 when the joint arrangement is structured through a separate vehicle, understand the transition provisions at the beginning of the earliest period of the application of PSAK 66, and restated Consolidated Financial Statements as at December 31, 2014. The method uses in this study is a case study, which focuses on PSAK 66?s study of literature and Company's accounting manual. Further, this study will involve a more detailed, systematic gap analysis of accounting, and the transition provisions at the beginning of the earliest period of the application of PSAK 66, and restated Pertamina?s Consolidated Financial Statements as at December 31, 2014. The results show there were gaps in accounting for the application of PSAK 66 when the joint arrangement is structured through a separate vehicle, namely PT Nusantara Regas, PT Patra SK, PT Perta-Samtan Gas, dan PT Perta Daya Gas but there is no tax accounting gap when changing from proportionate consolidation to the equity method (one-line consolidation method). Restated consolidated financial statements in accordance with PSAK 66 as of December 31, 2014, has lead to changes in financial ratios, i.e. the increase of the Company's ability to generate earning after taxes, the decrease of the efficiency with which a company is deploying its assets to generate sales, and the decrease of financing needs from debt."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dali Sadli Mulia
"Pembangunan berkelanjutan di industri minyak dan gas bumi dianggap sebagai salah satu masalah yang mendesak dalam mencapai kinerja bisnis yang berkelanjutan. Studi empiris telah dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk merespons hal ini secara strategis. Penelitian ini menggunakan metodologi Structural Equation Modelling-Partial Least Square (SEM-PLS) untuk menganalisis data 82 responden dari industri hulu migas di Indonesia. Ditemukan bahwa modal berbasis pengetahuan (knowledge-based capital) adalah faktor penentu perusahaan untuk mencapai kinerja bisnis yang berkelanjutan. Modal berbasis pengetahuan terdiri dari modal manusia, modal sosial, dan sistem organisasi.
Penelitian ini membuktikan bahwa modal berbasis pengetahuan menengahi tekanan pembangunan berkelanjutan dan pola pikir kewirausahaan, untuk membuat perusahaan melakukan aksi stratejik dalam mencapai kinerja bisnis yang berkelanjutan. Temuan ini sebagian memberikan konfirmasi dari hasil penelitian sebelumnya, dengan beberapa perbedaan mendasar. Pendekatan terpadu antara resource-based view dan institutional perspective dapat secara lebih komprehensif menjelaskan keberlanjutan indsutri hulu minyak dan gas bumi.

Sustainable development in the oil and gas industry is arguably one of the most pressing concerns in achieving sustainable business performance. An empirical study has been undertaken to determine what factors affect firms in order to respond to this strategically. This study used the Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) methodology to analyze 82 respondents from Indonesia's upstream oil and gas industry. It found that knowledge-based capital is the firm's determining factor to achieve sustainable business performance. Knowledge-based capital consists of human capital, social capital, and organizational systems.
It is proven that knowledge-based capital mediates sustainable development pressures and entrepreneurial mindsets, to develop sustainable strategic action in achieving sustainable business performance. This finding is partially confirmed by prior studies, with some notable contradictions. An integrated approach that utilizes a resource-based view and an institutional perspective can more comprehensively explain upstream oil and gas sustainability.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>