Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Ummu Islamee
"Kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu di dunia saat ini. Hal yang sama juga terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit Kardiovaskular sebenarnya dapat dicegah dengan meminimalisasikan faktor risikonya. Upaya pengenalan lebih dini tentang faktor-faktor risiko terjadinya onset penyakit Kardiovaskular merupakan tindakan efektif untuk dapat menanggulangi penyakit ini, misalnya dengan deteksi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor risiko kardiovaskular yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan Elektrokardiografi. Desain penelitian ini adalah Cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 100 orang yang ambil secara sistem purposif dengan analisis uji univariat dan bivariat.
Hasil penelitian uji univariat menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mempunyai risiko berat menurut Skor Kardiovaskular Jakarta (44%). Berdasarkan gambaran faktor risiko responden terbesar adalah laki-laki (68%), kelompok umur 50-54 tahun (21%), tekanan darah normal tinggi (batas normal) (56%), IMT normal (52%), tidak merokok (79%), tidak Diabetes (94%), aktivitas fisik sedang (41%), ratio lingkar pinggang pinggul lebih (66%), HDL normal (50%), dan kadar total kolesterol tinggi (37%). Pemeriksaan EKG sebagian besar tidak ada kelainan (34%). Hasil uji bivariat yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan ada tidaknya kelainan pada hasil elektrokardiografi adalah tekanan darah dan kolesterol. Sedangkan jenis kelamin, umur, IMT, perilaku merokok, Diabetes Mellitus, aktivitas fisik, kadar HDL, rasio lingkar pinggang pinggul, dan nilai risiko berdasarkan Skor Kardiovaskular Jakarta tidak mempunyai hubungan yang bermakana dengan ada tidaknya kelainan jantung pada hasil pemeriksaan elektrokardiografi.
Perlu adanya perluasan promosi deteksi dini kardiovaskular sebagai pengendalian faktor risiko melalui konseling atau penyuluhan untuk masyarakat luas. Bagi lembaga mengoptimalisasikan pemantauan kesehatan para jamaah dengan mengadakan kegiatan deteksi dini ini secara berkala. Subdit Jantung dan Pembuluh Darah, Departemen Kesehatan RI sebagai instansi pemerintah khusus pembuat kebijakan penyakit Kardiovaskular dapat merangkul atau bekerjasama dengan Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk para akademisi, perlu adanya penelitian lain atau penelitian yang lebih lanjut seperti uji multivariat atau kualitatif tentang faktor risiko kardiovaskular terhadap ada tidaknya kelainan pada hasil EKG untuk menggali faktor risiko kardiovaskular lebih mendalam."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lilyana
"Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi.1 Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa sebesar 6 − 15%, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya.
Banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki hipertensi sebelum memeriksakan diri ke dokter atau pelayanan kesehatan setempat akan keluhan-keluhan yang dirasakan. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan gejalagejala hipertensi serta kesadaran mereka untuk teratur memeriksa tekanan darah mengakibatkan terlambatnya penanganan hipertensi dan penyakit menjadi lebih parah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kejadian hipertensi, memperoleh distribusi frekuensi kejadian hipertensi, umur, jenis kelamin, obesitas (dilihat dari IMT), merokok, aktivitas fisik, kadar kolesterol total, dan kadar kolesterol HDL pada jamaah pengajian Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Serta mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, obesitas (dilihat dari IMT), merokok, aktivitas fisik, kadar kolesterol total, kadar kolesterol HDL dengan kejadian hipertensi pada jamaah pengajian Majelis Dzikir SBY Nurussalam.
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta pada bulan Juni - Juli 2008. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 154 sampel. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proporsi kejadian hipertensi pada jamaah pengajian Majelis Dzikir SBY Nurussalam adalah 29,87%. Jamaah pengajian Majelis Dzikir SBY Nurussalam memiliki distribusi umur paling banyak ≥ 40 tahun (83,12%), sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (66,23%), melakukan aktivitas fisik (64,94%), tidak merokok (86,36%), obese (57,14%), memiliki kadar kolesterol total < 240 mg/dl (58,44%) dan kadar kolesterol HDL > 35 mg/dl (69,48%). Berdasarkan hasil analisis bivariat yang menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi hanya variabel umur (p = 0,045), dengan nilai POR = 3,878 > 1 yang berarti bahwa umur ≥ 40 tahun meningkatkan/memperbesar risiko hipertensi.
Sedangkan variabel lain menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Melalui penelitian ini diharapkan Sub Direktorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dapat bekerja sama dengan Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam untuk mengadakan penyuluhan tentang hipertensi baik itu faktor-faktor risiko, gejala-gejala, dan tips-tips menghindari hipertensi terhadap para jamaah, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang hipertensi dan juga meningkatkan kesadaran mereka untuk teratur memeriksakan tekanan darah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fitrania
"Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan peningkatan kadar gula darah secara menahun disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi menahun pada berbagai organ target. Laporan data epidemiologi Mc Carty dan Zimmer menunjukkan bahwa jumlah penderita DM di dunia dari 110,4 juta pada tahun 1994 melonjak 1,5 kali lipat (175,4 juta) pada tahun 2000, dan akan melonjak dua kali lipat (239,3 juta) pada tahun 2010 (Tjokroprawiro, 2006). International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa pada tahun 2005 di dunia terdapat 200 juta (5,1 %) orang dengan diabetes (diabetisi) dan diduga 20 tahun kemudian yaitu tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta (6,3 %) orang. Negaranegara seperti India, China, Amerika Serikat, Jepang, Indonesia, Pakistan, Banglades, Italia, Rusia, dan Brazil merupakan 10 besar negara dengan jumlah penduduk diabetes terbanyak.
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai gambaran epidemiologi hiperglikemia dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperglikemia pada jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam wilayah Jakarta yang dilaksanakan di Jakarta pada bulan Mei-Juli tahun 2008 dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional yang meneliti exposure dan outcome secara bersamaan. Data yang dipakai merupakan data sekunder hasil pemeriksaan deteksi dini yang dilakukan oleh Subdit Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Departemen Kesehatan RI terhadap jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang berdomisili di Jakarta tahun 2008.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Prevalensi kejadian hiperglikemia pada jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang melakukan pemeriksaan deteksi dini adalah sebesar 10,1% dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 66,9%. 64% responden merupakan jamaah dengan umur 45 tahun ke atas. 35,4% responden tidak bekerja atau pensiunan. Status pernikahan responden sebagian besar yaitu sudah menikah sebesar 88,8%. Tingkat pendidikan responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebesar 59,0%. Sebagian besar responden tidak melakukan aktivitas fisik dan olahraga yaitu sebesar 34,3%. Jumlah responden yang tidak merokok adalah 83,1%. Sebagian besar responden memiliki status gizi obesitas yaitu sebesar 60,1%. Responden yang memiliki status hipertensi normal sebesar 60,1%. Responden yang memiliki kadar kolesterol tinggi berjumlah 42,1%. Sebagian besar responden memiliki kadar HDL normal yaitu sebesar 69,1%.
Pada analisis bivariat diantara faktor-faktor demografi hanya variabel umur yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperglikemia pada jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam tahun 2008. sedangkan variabel lain yang diteliti tidak memiliki hubungan yang bermakna. Pada faktor demografi lainnya walaupun secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperglikemia, akan tetapi nilai PR yang diperoleh menunjukkan bahwa pada jamaah yang bekerja mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita hiperglikemia. Pada analisis hubungan antara variabel aktivitas fisik, kebiasaan merokok, status gizi, hipertensi, kolesterol dan HDL dengan kejadian hiperglikemia, didapatkan hasil bahwa variabelvariabel tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperglikemia.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti menyarankan agar Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam mengadakan penyuluhan tentang diabetes mellitus terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor risikonya baik faktor risiko yang tidak dapat diubah maupun faktor risiko yang dapat diubah agar baik penderita diabetes mellitus maupun bukan penderita diabetes mellitus dapat memproteksi dirinya terhadap penyakit diabetes mellitus tersebut. Sedangkan untuk Departemen Kesehatan disarankan agar sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, HDL, kolesterol, dan sebagainya, sebaiknya menanyakan terlebih dahulu kepada responden tentang hal-hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan seperti riwayat penyakit, kebiasaan makan, aktivitas fisik sehingga dapat menegakkan diagnosis dengan tepat. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hiperglikemia sehingga diharapkan dapat menemukan hubungan yang lebih kuat antara faktor-faktor yang diteliti dengan kejadian hiperglikemia melalui desain penelitian dan cara pengumpulan data yang berbeda maupun penggunaan kuesioner yang lebih disempurnakan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusharmen
"Penelitian kasus kontrol telah dilakukan terhadap 520 jamaah haji pada 17 kabupaten/ kotamadya di Indonesia, yang Baru kembali dari perjalanan haji dari Arab Saudi tahun 1996. Penelitian bertujuan ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian "carrier" nasofaring Neisseria meningitidis pada jamaah haji. Adapun variabel penelitian, meliputi; karakteristik jamaah haji, seperti; usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, status vaksinasi meningitis dan pengetahuan jamaah haji tentang Meningitis meningokokus. Disamping itu, variabel lain yang diteliti, seperti; kepadatan hunian jamaah haji di pondokan kota Madinah dan Makkah, kebiasaan pemakaian masker, pencarian pengobatan, riwayat gejala pilek dan batuk ketika di Arab Saudi. Hasil penelitian menunjukan beberapa variabel faktor risiko berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian "carrier" nasofaring Neisseria meningitidis, yaitu; riwayat gejala batuk/sakit tenggorokan ( OR = 7,05 ); kebiasaan pemakaian masker ( OR = 4,72 ); kepadatan hunian jamaah haji satu kamar di kota Makkah ( OR = 1,40 ); tingkat pengetahuan tentang Meningitis meningokokus ( OR = 2,46). Dari analisis regresi logistik multivariat sebagai variabel dominan adalah riwayat gejala batuk/ sakit tenggorokan. Informasi hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji atau berpergian ke negara endemis Meningitis meningokokus, asupan bagi penentu kebijakan dalam peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran kuman penyebab Meningitis meningokokus di Indonesia. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam pendekatan studi analitik terhadap faktor risiko yang berhubungan kejadian "carrier" nasofaring Neisseria meningitidis pada jamaah haji Indonesia dan diharapkan dapat sebagai rujukan penelitian lanjutan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

Case control study has been conducted among 52U Indonesian pilgrims, who just returning from Saudi Arabia( 1996 ) in 17 Regencies/ Municipalities in Indonesia. The purposes of the study to get the factors related with the carrier nasopharynx Neisseria meningitidis. The following are the variables used in the study: roommates density in Madinah and Makkah, habits of using masker, health seeking behavior, histories of cough or common cold in Saudi Arabia. In addition, the following variables are included individual characteristics, such as : age, sex, education, job, residence, vaccination status, knowledge on Meningitis meningoccocal. It is shown as the result of the study, some factors are statistically significant related with the carrier nasopharynx Neisseria meningitidis, such as; cough history( OR = 7,05 ); using masker( OR = 4,72 ); average roommates density in Makkah( OR = 1,40 ); the knowledge level on meningitis meningoccal( OR = 2,46 ). Base on the logistics regression multivariate analysis, the dominant factor is cough history. It is concluded that this study is useful for the people who fill like going for hajj mission. Besides it can be used as reference for health authority on meningitis meningoccocal prevention program. It is also suggested that the study might be increased the analytic approach for others studies in the same field especially the factors related with the carrier nasopharynx Neisseria meningitidis among Indonesia pilgrims."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salafi Nugrahani
"Stres kerja saat ini merupakan suatu masalah yang terjadi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menganggap stres kerja sebagai "penyakit abad dua puluhan" mengindikasikan bahwa stres kerja menjadi lebih banyak di hampir setiap pekerjaan di seluruh dunia dan telah menjadi "epidemi global"(Greenberg, 2002). Lebih jauh, hasil sebuah survei di Eropa menyimpulkan bahwa stres kerja merupakan sebuah masalah yang terjadi di seluruh dunia, satu hal yang perlu perhatian langsung dan perlu "diringankan". Artinya, stres kerja adalah sebuah masalah yang terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh setiap individu, hanya saja terdapat perbedaan dalam mempersepsikan stressor sehingga tingkat stres kerja yang dialami berbeda-beda bagi tiap individu. Selain itu, stres kerja lebih banyak terjadi pada para pekerja blue collar (mulai dari supervisor ke bawah yaitu sampai karyawan pelaksana) dan tingkat penyakit yang timbul juga lebih berat. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya penggunaan alat dan bahan produksi oleh pekerja sehingga lebih sering terpapar oleh agen fisik dan kimia berbahaya (Heerdjan, 1990 dalam Putri 1997). Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan pada para pekerja pabrik PT Gunze Indonesia sebagai salah satu kelompok pekerja yang termasuk kategori blue collar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada pekerja PT Gunze Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2008 dengan desain studi cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah para pekerja bagian operasional PT Gunze Indonesia dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian sebagian besar responden mengalami stres sedang, yakni sebesar 63% dari total responden, diikuti dengan responden yang mengalami stres berat sebanyak 21% dari total responden sedangkan selebihnya atau 16% dari responden mengalami stres ringan. Faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja adalah beban kerja kuantitatif, shift (kerja gilir), rutinitas kerja yang monoton,temperatur, kebisingan, sosial dari supervisor, gaji, serta kepuasan terhadap penyeliaan/pengawasan. Variabel-variabel stressor yang berhubungan (memiliki p value <0,05) dengan tingkat stres kerja, memiliki hubungan searah. Semakin buruk persepsi pekerja terhadap masing-masing variabel independen maka semakin tinggi pula tingkat stres kerja yang dialaminya. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara beban kerja kualitatif, jam kerja normal, jam lembur, serta dukungan/hubungan sosial dari bawahan terhadap tingkat stres kerja pekerja PT Gunze Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sukmawati Manti Putri
"Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Penyakit DBD mempunyai kecenderungan untuk meningkatnya jumlah penderita dan meluasnya penyebaran DBD di seluruh wilayah Indonesia. Cara pencegahan DBD yang paling sering dilaksanakan di masyarakat adalah dengan metode 3M yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air serta mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk DBD. Tujuan 3M adalah untuk memutus mata rantai kehidupan vektor penular penyakit DBD tersebut.
Sekolah menjadi salah satu tempat yang berpotensi untuk menularkan penyakit DBD. Dalam pencegahan DBD ini sangat diperlukan peran serta aktif seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat sekolah. Perilaku pencegahan DBD perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak atau murid-murid sekolah dasar baik melalui peran guru, orang tua, petugas kesehatan maupun lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah murid sekolah dasar di kota Depok dengan sampel penelitian adalah para murid SD antara kelas 3 hingga kelas 6 dari 5 sekolah dasar yang telah ditentukan yang masuk/hadir di hari dilakukannya pengisian kuesioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pencegahan DBD pada murid SD di Kota Depok. Data penelitian ini merupakan data primer dengan instrumen kuesioner. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan perilaku pencegahan DBD di antara sekolah yang berbeda. Selain itu, perbedaan jenis kelamin dan Pengalaman tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD. Sementara pengetahuan dan paparan informasi berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD.
Saran peneliti berfokus pada peningkatan kebijakan sekolah dalam menanamkan kepedulian terhadap DBD pada masyarakat sekolah, perlu diberikan penyuluhan DBD dari para guru maupun petugas kesehatan dan menerapkan metode pengajaran/penyuluhan yang menarik dan interaktif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anshari Saifuddin
"ABSTRAK
Eksaserbasi asma masih menjadi masalah pada jamaah selama periode ibadah haji. Terdapat banyak faktor yang berkontribusi terhadap eksaserbasi asma selama ibadah haji. Asma yang terkontrol penuh dan pencegahan sebelum keberangkatan haji menjadi penting untuk menurunkan risiko eksaserbasi.
Metode
Metode penelitian berupa cross sectional analitik yang dilakukan pada jamaah haji DKI Jakarta tahun 2018. Jamaah haji dengan asma diseleksi dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes). Subjek dievaluasi lebih lanjut di Puskesmas melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan spirometri dan diikuti selama ibadah haji. Terdapat tujuh faktor yang diteliti, yaitu riwayat eksaserbasi asma, obesitas, komorbid, fungsi faal paru, tingkat kebugaran, merokok dan vaksinasi influenza. Kriteria eksklusi dalam pengambilan sampel yaitu memiliki kontraindikasi melakukan spirometri, menderita penyakit paru bukan asma bronkial (TB paru, kanker paru), kesulitan untuk berkomunikasi (penurunan kognitif), tidak bersedia ikut dalam penelitian dan gangguan jantung yang membuat pasien harus membatasi aktivitas fisik
Hasil
68 jamaah haji dengan asma didapatkan untuk penelitian ini yang terdiri atas 46 subjek perempuan (67,6%) dan usia median sebesar 56 tahun. Eksaserbasi akut terjadi pada 27 subjek (39,7%). Pada analisis multivariat dengan uji regresi logistik, didapatkan bahwa riwayat eksaserbasi asma dan obesitas grade II menjadi faktor yang berperan signifikan terhadap eksaserbasi dengan odd ratio (OR) 4,27 (95%IK: 1,156-15,829,p=0,029) dan 4,02 (95%IK: 1,151-14,097, p=0,029).
Kesimpulan
Proporsi eksaserbasi sebesar 39,7%. Dari tujuh faktor yang diteliti pada studi ini, riwayat eksaserbasi asma sejak satu tahun sebelum keberangkatan haji dan obesitas grade II menjadi faktor paling penting yang berperan terhadap eksaserbasi asma pada jamaah haji.

ABSTRACT
Background
Asthma exacerbation still become problem in pilgrims during hajj period. There are many factors that contribute in asthma exacerbation. Well controlled asthma and prevention before hajj was important to reduce risk of exacerbation.
Method
This is a cross sectional study among asthma hajj pilgrims year 2018 from Jakarta. Hajj pilgrims with asthma were selected from Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes). Subjects were evaluated in primary facility (Puskesmas) through anamnesis, physical examination and spirometry and followed during pilgrimage. There were seven factors that examined in this research, including history of exacerbation, obesity, comorbid, lung physiology function, smoking, fitness level, and influenza vaccination. Exclution criteria includes contraindicated in spirometry test, had lung disease except asthma (tuberculosis, lung cancer), hard to communicate, refused to enter the study and cardiac problems that made patients restricted their activity.
Result
Sixty eight asthma patients were recruited comprising 46 female subjects (67,6%) and median age for this study is 56 years. Acute exacerbation occurred in 27 subjects (39,7%). In multivariate analysis with logistic regression test, history of exacerbation and grade II obesity were factors that have significant effect on asthma exacerbation with odd ratio 4,27 (95% CI: 1,156-15,829, p=0,029) and 4,02 (95%CI: 1,151-14,097, p=0,029) respectively.
Conclusion
Proportion of exacerbation is 39,7%. From seven factors researched in this study, obesity grade II and history of asthma exacerbation one year before hajj period were the most important factors that contribute on asthma exacerbation among hajj pilgrims."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Afifi
"Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan disain studi cross-sectional Dengan sampel yang digunakan yaitu mahasiswa S2 FKM UI angkatan 2008 sebanyak 102 sampel. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dari 102 responden yang diteliti, ada 44 responden yang memiliki asuransi kesehatan individu komersial sekitar 43,1% dan yang tidak memiliki asuransi kesehatan individu komersial berjumlah 58 orang atau sekitar 56,9%. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan penghasilan dengan kepemilikan asuransi kesehatan komersial pada mahasiswa S2 FKM UI angkatan 2008 pada tahun 2009. Sedangkan jenis kelamin, umur, pendidikan, promosi, serta risiko sakit tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kepemilikan asuransi kesehatan individu komersial pada mahasiswa S2 FKM UI angkatan 2008 pada tahun 2009."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyuni
"Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Osteopenia atau berkurangnya densitas (kepadatan) tulang merupakan prediktor awal akan terjadinya osteoporosis (keropos tulang) di waktu yang akan datang. Penyebab osteopenia salah satunya adalah karena kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan. Kebiasaan makan pada diet vegetarian (tidak mengkonsumsi daging hewani) berbeda dengan kebiasaan makan masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran osteopenia dan faktor? faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. Faktor?faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah osteopenia (variabel dependen), umur, jenis kelamin, IMT (Indeks Massa Tubuh), pengetahuan tentang osteoporosis, jenis vegetarian, lama vegetarian, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan sumber kalsium, konsumsi susu dan hasil olahannya, konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya, konsumsi sayuran dan buah-buahan konsumsi kafein, konsumsi alcohol dan konsumsi suplemen.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, FFQ, pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pemeriksaan tulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira Jakarta Barat sebesar 34,5 %. Faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia adalah jenis kelamin dan pengetahuan. Faktor-faktor yang tidak berhubungan secara signifikan adalah umur, IMT (Indeks Massa Tubuh), jenis vegetarian, lama vegetarian, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan sumber kalsium, konsumsi susu dan hasil olahannya, konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya, kebiasaan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, konsumsi kafein, konsumsi alkohol dan konsumsi suplemen. Namun pada penelitian ini, terdapat kecendrungan proporsi osteopenia lebih besar pada IMT < 18 kg/m2, lama vegetarian > 5 tahun, pernah merokok, tidak olah raga, konsumsi sumber kalsium/hari ≤ median (≤ 4,47), tidak mengkonsumsi susu, konsumsi kafein/hari > median (> 0,34), konsumsi alkohol dan tidak mengkonsumsi suplemen.
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan seperti peningkatan pengetahuan secara optimal bagi kelompok vegetarian laki-laki dan perempuan dalam mencegah terjadinya osteopenia dan osteoporosis dikemudian hari, dengan mengkonsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti susu kedele, sayuran dan buah-buahan. Olah raga yang dianjurkan untuk pencegahan osteopenia dan osteoporosis adalah olah raga dengan pembebanan (weight-bearing exercises) 3-5 kali seminggu selama 30-45 menit, dilakukan pagi hari di luar ruangan (outdoor) yang cukup Vitamin D dari sinar matahari serta batasi konsumsi makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium seperti kafein (teh, kopi, soda), alkohol dan kebiasaan merokok."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Rizkianti
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran kejadian pneumonia pada balita 10-59 bulan yang dirawat inap di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2008 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut, mencakup antara lain karakteristik balita (jenis kelamin, umur, status gizi, status imunisasi, dan riwayat BBLR), karakteristik ibu (tingkat pendidikan dan status pekerjaan), dan karakteristik pelayanan kesehatan (lama hari rawat). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian pneumonia adalah sebesar 13,4%. Karakteristik balita, karakteristik ibu, dan karakteristik pelayanan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian. Akan tetapi, diketahui bahwa balita laki-laki (PR 1,25; 0,48-3,29), berumur 12-59 bulan (PR 0,82; 0,12-5,52), berstatus gizi baik (PR 0,68; 0,23-1,99), memiliki status imunisasi (DPT dan campak) yang tidak lengkap (PR 110; 0,36-3,37), memiliki riwayat lahir normal (PR 0,81; 0,78-1,37), dengan ibu yang tingkat pendidikannya tinggi (PR 0,95; 0,34-2,69), ibu yang bekerja (PR 1,42; 0,43-4,64), dan dirawat ≤5 hari (PR 0,90; 0,33-2,45) memiliki proporsi menderita pneumonia yang lebih tinggi.
Dari hasil tersebut, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pneumonia pada balita di rumah sakit sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan lebih dini terkait faktor-faktor risiko tersebut; penyuluhan kepada orang tua pasien mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pneumonia juga perlu dilakukan sehingga penyakitnya tidak bertambah berat.

The aim of this study is to find out the occurrence of pneumonia among infant age 10-59 months hospitalized in Persahabatan Hospital Jakarta during 2008 and factors related to the occurrence, such as infant characteristics (sex, age, nutritional status, immunization status, and low-birth weight), mother characteristics (education and working status), and health service characteristic (length of stay). This study is a descriptive-quantitative study with cross-sectional design.
The result shows that the proportion of pneumonia within infant is 7%. Infant characteristics, mother characteristics, and health service characteristic is not correlated significantly to the occurrence of pneumonia. Other wise, male infant (PR 1,25; 0,48-3,29), age 12-59 months (PR 0,82; 0,12-5,52), has good nutritional status (PR 0,68; 0,23-1,99), has incomplete immunization (PR 110; 0,36-3,37), normal birth-weight (PR 0,81; 0,78-1,37), with mother in higher grade education (PR 0,95; 0,34-2,69), with mother who works (PR 1,42; 0,43-4,64), and hospitalized ≤5 days (PR 0,90; 0,33-2,45) increased risk of pneumonia.
Based on the results, it is necessary to conduct further study about the risk factors of infant pneumonia in the hospital so that prevention-due to those risk factors can be done earlier; giving the information about pneumonia symptoms to parents is needed in order to prevent disease becomes more severe."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>