Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182578 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tinneke Primasari
"Salah satu tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Anak usia sekolah merupakan investasi terbesar suatu bangsa karena merupakan generasi penerus bangsa yang dapat membawa perubahan terhadap bangsanya. Kekurangan gizi pada anak usia sekolah adalah masalah kesehatan yang menyangkut masa depan dan kecerdasan serta berdampak buruk pada masa dewasa yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ini seperti ketidakseimbangan zat gizi, keberadaan penyakit infeksi, kondisi sosial ekonomi dan lain sebagainya. Penilaian status gizi responden berdasarkan klasifikasi WHO-NCHS dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Gizi kurang terjadi karena rendahnya konsumsi makanan (energi) dibandingkan dengan kebutuhan dan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Dimana keadaan ini diperburuk oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung dan perilaku keluarga yang tidak membiasakan anak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada siswa sekolah dasar di 3 kecamatan di Kabupaten Kampar tahun 2007. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian crossectional. Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 149 siswa. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian menunjukjan sebanyak 16,1% responden berstatus gizi kurang, 2% berstatus gizi buruk, 81,2% berstatus gizi baik dan 0,7% lainnya berstatus gizi lebih. Proporsi responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan responden perempuan dan lebih banyak responden dengan umur ≥ 10 tahun dibandingkan responden berumur < 10 tahun. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan gizi baik yaitu sebesar 51,7% dan sebanyak 59,1% responden tidak ikut serta dalam program PMT-AS. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara umur, riwayat kesehatan, pengetahuan gizi, kebiasaan makan pagi, kebiasaan jajan, keikutsertaan PMT-AS, pendidikan dan pekerjaan orangtua serta konsumsi zat gizi dengan status gizi siswa. Sedangkan jenis kelamin mempunyai hubungan yang bermakna (p=0,03) dengan status gizi siswa, dimana POR=2,88 yang berarti bahwa anak laki-laki mempunyai peluang 2,88 kali untuk mengalami gizi kurang dibanding anak perempuan. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah dan pelaksana program pemberian makanan tambahan agar dapat memberikan makanan tambahan kepada siswa dengan status gizi kurang sehingga tujuan program dapat tercapai, yaitu perbaikan status gizi dan kesehatan siswa."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Dharma
"Masa remaja merupakan fase penting dalam kehidupan seseorang, dimana pada ihse tersebut terjadi perubahan baik secara biologis maupun psikologis. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan perilaku seksual yang harus disikapi dengan hati-hati agar tidak menimbulkan masalah.
Perilaku seksual adalah seluruh tingkah laku yang didorong oleh adanya hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenisnya. Manifestasi yang bennacam-macam dari perilaku seksual ini sering menyebabkan masalah selama masa remaja seperti hubungan seksual pranikah, aborsi, penyakit menular seksual dan juga HIV/AIDS.
Tujuan penelitian adalah untuk rnengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA di Kecamatan Bangkinang tahun 2008. Manfaat penelitian adalah untuk memberikan masukan kepada pembuat keputusan dan pelaksana program kesehatan dalam melakukan pembinaan kepada remaja sebagai pribadi yang berkembang.
Desain penelitian menggunakan cross sectional dan melihat hubungan antara faktor predisposisi dan penguat dengan perilaku seksual siswa SMA di Kecamatan Bangkinang Faktor predisposisi meliputi umm, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap. Faktor penguat meliputi nilzzi moral dalam masyarakat keharmonisan keluarga, pengaruh Ieman sebaya, lingkungan pendidikan dan keterpaparan oleh media informasi.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2008. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau dengan populasi seluruh siswa SMA di Kecamatan Bangkinang. Sampel dipilih secara acak sederhana berjumlah 432 orang. Pengambilan data dilakukan dengan meminta responden untuk mengisi kuisioner.
Hasil penelitian mendapatkan adanya 27 orang responden (6,3%) yang telah melakukan hubungan seksual pranikah, dimana 3 orang responden atau pasangannya hamil dan semuanya menggugurkan kandungan sendiri atau dengan bantuan dukun. Responden yang memiliki perilaku seksual beresiko sebesar 152 responden atau 35,2%. Faktor yang memiliki hubungan bemrakna dengan perilaku seksual adalah nilai moral dalam masyarakat, pengaruh teman sebaya dan ke/terpaparan oleh media informasi. Responden dengan nilai moral masyarakat yang longgar berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 1,8 kali dibandingkan siswa dengan nilai moral dalam masyarakat yang ketat setelah dikontrol oleh faktor pengaruh teman sebaya dan faktor keterpaparan oleh media informasi. Siswa yang terpengaruh oleh teman sebayanya berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 2,6 k li dibandingkan siswa yang tidak terpengaruh teman sebayanya setelah dikontrol oleh faktor nilai moral dalam masyarakat dan keterpaparan oleh media infonnasi. Siswa yang terpapar oleh media informasi berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 3,3 kali dibandingkan dengan siswa yang kurang terpapar oleh media informasi, setelah dikontrol oleh faktor nilai moral dalam masyarakat dan pengaruh teman sebaya. Diperoleh hasil bahwa keterpaparan oleh media informasi merupakan faktor yang paling dominant berhubungan dengan perilaku seksual beresiko setelah dikontrol oleh nilai moral dalam masyarakat dan pengaruh teman sebaya.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar para pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan tentang pemasangan software antipomografi pada setiap penyedia jasa intemet, mengadakan pelatihan konselor bagi teman sebaya, pembatasan I-IP berkamera di lingkungan sekolah, dan memperbanyak materi kesehatan reproduksi yang bertanggungiawab untuk seluruh siswa SMA
This the important life phase in someone life, at this phase the changed happened meaning by biological and psychological. This change will cause the behavioral change of sexual attitude which must carefully faced in order not to generate problem.
Sexual behavior is the entire adolescent behaviour pushed by existence of good sexual ambition with its oposite gender and or its sesame type. Too many kinds of this sexual behavior manifestation will often cause the problem of during teen-age, like a prcmarital sexual intercourse, abonion, sexual contagion as well as HIV I AIDS.
The research aim to to know the factors that related to sexual behavior of Senior High School students at Bangkinang District in year of 2008. This Research benefit is to give the input to decision maker and reproduction health programmer in conducting construction to adolescent as an cxpandent person.
The research use cross sectional designed to see the relation between the predisposing and reinforcing factors with sexual behavior of SMA student in Bangkinang District. Predisposing factors cover the age, gender, knowledge and attitude. Reinforcing factor cover asses the moral in society, the family harmonious, friend influence coeval, mileu of school and exposurcd by media of information.
Research conducted in Februari and March 2008. Research location is in District of Bangkinang of Kampar regents Riau Province, with the entire population student SMA in District Bangkinang. Sampel selected at random modestly amount to 432 people. Data intake conducted by asking for responder to fill questioner.
Result of the research get 27 responder ( 6,3%) which have done the premarital sexual intercourse, whcrc 3 responder or their couple was pregnant and altogether abon the pregnance by themself or constructively soothsayer. The responder who owning high risk sexual behaviour is about 152 responder or 35,2%. Factors that have significant relation with sexual behaviour is moral value in society, friend influence coeval and media of information exposure. Responder with the diffuse society moral value have opportunity to have the high risk sexual behavior l,8 times compared to student with the moral value in tight society after controlled by factor of friend influence coeval and media of information exposure. Student affected by friend coeval have opportunity to have the high risk sexual behavior 2,6 _times compared to a student which is not affected by a friend coeval alter controlled by factor assess the moral in society and the media of infomation exposure. Student which media of infomation exposure have opportunity to have the high risk sexual behavior 3,3 times compared to a less student of media exposure, after controlled by factor assess the moral in society and friend influence coeval.
Obtained by the result that media of information exposure represent the most of dominant factor that relate to the high risk sexual behavior alter controlled by moral value in society and iiiend influence coeval. Pursuant to research result suggested that all policy maker release the regulation of software antipornography installation in each internet service provider, performing a counselor training to friend coeval, demarcation of camera handphonc in school environment, and multiply the items of responsibly health reproduction entire SMA student.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Wahyu Ihsan
"Karies gigi merupakan penyakit gigi yang paling besar proporsinya dibandingkan dengan penyakit gigi dan mulut iainnya. Bila dilihat dari DMF-T dan prevalensi yang ada, kecenderungan rneningkat hampir setiap tahun. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka-angka tersebut tidaklah mudah mengingat terbatasnya tcnaga, sarana dan prasarana yang tersedia tennasuk anggaran. Dalam hubungan itu, Usaha Kesehatan gigi sekolah (UKGS) merupakan salah satu upaya yang dianggap mampu untuk rnenekan tingginya angka prevalensi karies gigi di masyarakat khususnya bagi anak Sekolah Dasar.
Studi ini bertujuan untuk rnemperoleh gambaran faktor-faktor linglcungan yang berhubmmgan dengan status karies gigi pada anak Sekolah Dasar kelas 6 di Kecamatan Idi Rayeuk. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Secriona! dan pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan sistem Cluster sebanyak 300 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi 94,3% dan DMF-T 2,l6. Bagairnanapun prevalensinya masih tinggi. Faktor jenis makanan jaj anan, kebiasaan konsumsi buah-buahan (food cleansing) per hari, frekuensi menyikat gigi dan kebiasaan waktu menyikat gigi,sena cara menyikat gigi mempunyai hubungan yang bcrmakna dengan status karies gigi anak. Sedangkan faktor frekuensi mengkonsumsi jajanan per hari secara statistik tidak bermakna dengan status karies gigi anal.
Studi ini menyarankan peningkatan supewisi oleh Dinas Kesehatan Iingkat II maupun tingkat I, bagi para Dokter Gigi Puskesmas harus membuat POA kerja tahunan, Pelatihan bagi tenaga UKGS dan guru Penjankes/ guru pengasuh UKS dan pendekatan kepada para orang tua murid/BP3 untuk sosialisasi program kesehatan gigi dan mulut. Hal lain juga perlu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kelancaran tugas-tugas pokok UKGS.

Dental caries is the largest proportion of the dental sickness, the trend of DMF-T to increase every year. Some efforts have been undertaken not so easily due to the limitation of human resources, infrastmcture, and funding which mostly provided by government. The UKGS is one of the effort which attempt to increase the status of the community particularly Primary School Students.
This research aiming to obtain the description of the factors related to dental caries status for Primary School Students in ldi Rayeuk Sub-District. The Research design is Cross Sectional and the samples are students of Primary School which are randoming selected using the cluster system. Total sample are 300 students.
The research shown dental caries prevalence is 94,3 % and DMF-T 2,16. However, the prevalence remain high. The factor of various kind of snacks, food cleansing, dental floss trequency, and dental tloss habit, floss dental method had signiticant relationship with child dental caries status. While frequency factor snack consumed statistically has no significant relationship with child dental caries.
The research suggest for supervision improvement by Health District. The Dentists at the Primary Health Care must develop an appropriate Plan of Action in order to guide the activities. Training for UKGS staffs and the UKS teachers as well as approach to the parents to disseminate dental health programs should be well-planned. The study also suggests that the program need some improvements in infrastructures and suflicient funding as well.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina
"Latar Belakang: Gizi merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita.
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah balita berumur 7-59 bulan di Kecamatan Geragai Kabupaten Taniung Jabung Timur Propinsi Jambi Tahun 2012. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa persentase balita dengan status gizi kurang sebesar 14%. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pola asuh, penghasilan keluarga, penyakit infeksi, sarana air bersih dan jarak sumur dengan jamban/WC dengan status gizi balita.

Background: Nutrition is a vital component in the human body.
Purpose: This study aimed to determine the factors associated with nutritional status of children.
Methods: This study used analytical research method With cross sectional approach. Population studied Was children aged 7-59 months in Geragai District of Tanjung J abung Timur Jambi by 2012. Bivariate analysis using Chi square test.
Results: The study showed that the percentage of children with malnutrition status by 14%. Based on bivariate test showed a significant relationship between maternal education, parenting, family income, infectious diseases, water source wells and the distance to the toilet 1' WC with nutritional status of children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Etika Rezkina
"Gizi kurang pada remaja putri dapat menyebabkan masalah yang kompleks berupa ancaman siklus masalah gizi, seperti memburuknya status kesehatan ibu,terjadinya anemia ibu hamil, BBLR, dan peningkatan AKI. Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada siswi SMA usia 14 - 18 tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat), faktor sosial ekonomi, kebiasaan sarapan, perilaku diet, riwayat penyakit, dan body image terhadap status gizi kurang pada siswi di 3 SMA Negeri di Kota Tegal tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional, dengan total sampel sebanyak 204 siswi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 6,4% siswi memiliki status gizi kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan analisis chi square, diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara asupan energi(OR=9,623, 95% CI 1,227 - 75,488), asupan protein (OR=4,268, 95% CI 1,360-13,397), asupan lemak (OR=5,619, 95% CI 1,535 - 20,565), dan perilaku diet dengan status gizi kurang. Sebagian besar pengetahuan gizi siswi terkait gizi kurang masih rendah, sehingga diperlukan adanya pemberian materi pada siswi,khususnya tentang penilaian status gizi dan pentingnya memiliki status gizi normal, pada pelajaran di sekolah atau pada kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, siswi dengan status gizi kurang disarankan untuk memperbanyak asupan makanan dan mengurangi jajanan berupa chiki atau kerupuk yang rendah akan energi dan zat gizi makro.

Undernutrition among adolescent girl contributes threat of malnutrition cycle, such as decreasing of maternal health status, maternal anaemia, low birth weight, and increasing of maternal death rate. This paper discusses about factors related to undernutrition among senior high schoolgirl aged 14 - 18 years. The aim of this study is to know the relationship between intake of food energy and macro nutrients (protein, fat, and carbohidrate), socioeconomic factors, breakfast habits, dietary behavior, disease history, and body image with undernutrition schoolgirl in 3 Public Senior High School in Tegal Central Java 2013. This research used cross sectional design study, with total sample 204 students. The result showed that 6,4% schoolgirl was undernutrition.
Based on chi square statistical test, there was significant relationship between intake of food energy (OR=9,623, 95% CI 1,227 - 75,488), protein (OR=4,268, 95% CI 1,360 - 13,397),fat (OR=5,619, 95% CI 1,535 - 20,565), and dietary behavior with undernutrition. Mostly, undernutrition knowledge among shcoolgirl is still low, so education about nutritional status assessment and importance of normal nutritional status was necessary given during lesson or extracurricular activity. Then, schoolgirl with undernutrition should increase food intake and decrease snack such as chips, which less of energy and macro nutrients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garnecia Mangosta DV
"Anak-anak sekolah dasar memiliki kebiasaan jajan, pada umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah disertai dengan kegiatan jajan (WHO, 1993). Makanan jajanan anak sekolah ini sangat berisiko terhadap pencemaran mikrobiologis dan bahan tambahan makanan berbahaya yang tentunya dapat mengancam kesehatan anak. Diketahui bahwa 60% jajanan anak sekolah di seluruh Indonesia tidak memenuhi standar mutu dan keamanan, 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung boraks (BPOM, 2004).
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih jajan pada siswa SDN Pondok Cina 2 tahun 2011, seperti faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor reinforcing. Besar sampel penelitian yaitu 137 responden yang terdiri dari kelas 4 dan 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin siswa memiliki hubungan (p value=0.031) dengan perilaku jajan siswa di SDN Pondok Cina 2 tahun 2011. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa snack dan jajanan dengan saos merah adalah dua jajanan favorit yang biasa siswa beli di luar pagar sekolah. Penelitian ini juga menemukan bahwa 46.5% siswa menyukai jajanan dengan saos merah.

Elementary school children have a snack habits. In general, every day they spent a quarter of time in the school accompanied by snack activities (WHO, 1993). Snacks are particularly at risk of microbiological contamination and harmful food additives that can certainly threaten the health of children. It is known that 60% of street children in schools throughout Indonesia does not meet the standards of quality and safety, 56% of the sample containing rhodamine and 33% contain borax (BPOM, 2004).
This research was conducted with cross sectional method, to determine the factors that influence on student's behavior on choosing snack at SDN Pondok China 2 years 2011, such as predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. Total study sample consisted of 137 respondents from grades 4 and 5. The results of this study indicate that student gender has a relationship (p value = 0.031) with the student's behavior on choosing snack at SDN Pondok snack China 2 year 2011. In addition, this study also found that snack (chiki, candy, biscuit,etc) and food with red sauce are two favorite snacks that students usually buy from the vendors who sell snacks out of the school fence. The study also found that 46.5% of students like snacks with red sauce.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erdianal
"Kecamatan Kampar Kiri Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar yang mempunyai angka penderita malaria klinis yang tertinggi (AMI = 79,19) dari 18 (delapan belas) kecamatan yang berada di Kabupaten Kampar. Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk anopheles, sp sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan dapat menimbulkan kerugian di bidang sosial ekonomi.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar. Sebagai kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala klinis dan basil pemeriksaan darah malaria positif, sedangkan kontrol adalah pasien yang berkunjung tanpa gejala malaria klinis, dan basil pemeriksaan darah negatif. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 69 kasus.
Faktor-faktor yang diteliti adalah tempat perkembangbiakan nyamuk, pemeltharaan temak besar, pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemakaian kawat kasa, dan pemakaian bahan penolak nyamuk (repelen).
Dari basil penelitian ini diketahui ada lima variabel yang berhubungan dengan kejadiaan malaria, yaitu tempat perkembangbiakan nyamuk dengan nilai p = 0,006 (OR 2,8 ; 95 CI 1,381 - 5,512), perneliharaan temak besar nilai p = 0,001 (OR 3,2 ; 95 CI 1,650 - 6,693), pemakaian kelambu nilai p = 0,017 (OR 2,4 ; 95 CI 1,226 - 4,845), penggunaan obat anti nyamuk nilai p = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 - 4,564), dan penggunaan kawat kasa nyamuk nilai p = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 -- 4,513).
Dan hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah pemeliharaan temak besar, dan diikuti oleh tempat perkembangbiakan nyamuk, dan pemakaian obat anti nyamuk.
Hasil penelitian ini agar pemerintah daerah Kabupaten Kampar merencanakan program pemberantasan malaria, dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang telah ada di masyarakat, meniadakan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk dan atau memeliharan ikan pemakan jentik nyamuk, memelihara temak, membudayakan pemakaian kelambu, memasang kawat kasa nyamuk di ventilasi rumah, dan pemakaian obat anti nyamuk yang ramah lingkungnan.

Kampar Kiri Tengah Sub-District has the highest number of malaria patients (AMI:79,19) out of 18 sub-district in Kampar district. Malaria is caused by Plasmodium and transmitted out by anopheles sp mosquitoes. Until now, malaria is a major health problem in Indonesia and is one of the top ten high fatality diseases in Indonesia, and is detrimental to socio-economic field.
This study utilizes a case control research design and the objective is to find out the factors related to the occurrence of malaria disease in Kampar Kiri Tengah Sub-District, Kampar District. The case group consists of patients who visit health centre and show clinical symptoms of malaria and whose blood examination result is positive. The control group consists of patients who do not have clinical symptoms of malaria and the blood examination is negative. The number of case group and control group is 69 patients, respectively.
Factors studied are mosquito breeding sites, living next to large cattle barns, the use of bed net, anti-mosquito chemical, wire netting, and repellent.
The result of the study suggested that there are five variables related to occurrence of malaria, namely mosquito breeding sites with p value = 0,006 (OR 2,8 ; 95% CI 1,381-5,512), living next to large cattle with p value = 0,001 (OR 3,2 ; 95% CI 1,650-6,693), the use of bed net with p value = 0,017 (OR 2,4 ; 95% CI 1,226 - 4,845), the use of anti-mosquito chemicals with p value = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 - 4,564) and the use of wire netting with p value = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 -4,513).
Multivariate analysis showed that most dominant factors is living next to large cattle, followed by mosquito breeding sites and the use of anti-mosquito chemical.
The results of study suggest that the authorities in Kampar district should plan and implement programs in eradicating malaria, by providing health education to the community through activities already undertaken within the community, eliminating possible site for mosquito breeding or encourage people to keep fish that predate on mosquito larvae, keep cattle, socializing the use of bed net, installing wire net on house ventilatioii and windows, and suggesting the use of environmentally anti-mosquito chemical.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindo Lupiana
"Kurang Energi dan Protein (KEP) pada bayi disebabkan beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara berat lahir, asupan makan bayi (energi dan protein), umur dan jenis kelamin bayi, imunisasi, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan jumlah anggota rumah tangga dengan keadaan KEP pada bayi.
Desain yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Riskesdas 2007. Populasi adalah bayi di wilayah penelitian Provinsi Lampung dan sampel adalah bayi yang memiliki datadata yang lengkap sesuai dengan tujuan penelitian ini dan terpilih sebanyak 148 bayi. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan chi square dan untuk melihat faktor yang paling dominan digunakan uji regresi logistik. Proporsi bayi yang menderita KEP sebesar 12,2%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor paling dominan berhubungan dengan KEP pada bayi adalah penyakit infeksi (p value = 0,009) dengan nilai OR 4,265 setelah dikontrol berat lahir, asupan protein, pendidikan ibu dan jumlah anggota rumah tangga. Bayi yang pernah menderita penyakit infeksi berpeluang 4,265 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak pernah menderita infeksi.

Protein Energy Malnutrition (PEM) on infants due to several factors. This study aims to determine corelated between birth weight, nutrient intake (energy and protein), age and sex, immunisation, infectious disease, maternal education, maternal employments and the number of household members with PEM in infants in Province of Lampung Year 2007.
This study was using cross sectional design. The data use are secondary data from Riskesdas 2007. Population are infants in the research area Province of Lampung and the samples were infants who had complete data in accordance with the aims of this study and was selected as many as 148 infants. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The proportion of infant with PEM were 12,2%.
Results showed the most dominant factor associated with PEM on infants in Province of Lampung Year 2007 is an infectious disease after being controlled by the variable of birth weight, protein intake, maternal education and number of household members. Infants with infectious disease were 4,265 times more likely to have PEM than there with no infectious disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28448
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachriani Putri
"Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2000, Angka Kematian lbu (AKD di Indonesia sebesar 213/100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan AKI negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena perdarahan (45,2%) sedangkan penyebab tak langsung adalah karena anemia Diketahui bahwa anemia dapat meningkatkan risiko perdarahan dan infeksi selama proses melahirkan yang menjadi penyebab langsung kematian ibu.
Kejadian anemia di negara berkembang Sekitar 56 % dan sebagian besar (80 %) diderita oleh ibu hamil. Penyebab utama anemia pada ibu hamil (90 %) adalah karena defisiensi besi, sehingga anemia pada ibu hamil sering diidentikkan dengan anemia gizi yaitu Anemia Defisiensi Besi. Data SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 40,1 %. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau tahun 2006 menunjukkan prevalensi anemia ibu hamil di Provinsi Riau sebesar 47,8%. Penelitian tentang prevalensi anemia ibu hamil di Kota Pekanbaru belum pernah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil pengunjung Puskesmas Wiiayah Kota Pekanbaru tahun 2007 dan faktor- faktor yang berhubungan dengan status anemia gizi besi tersebut, yang terdiri dari faktor internal meliputi variabel umur, usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran dan lingkar lengan atas (LILA) dan faktor eksternal meliputi variabel konsumsi makanan, pendidikan, suplementasi tablet tambah darah (TTD) dan pengetahuan.
Metode penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Responden adalah seluruh ibu hamil pengunjung Puskesmas yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di 17 Puskesmas Wilayah Kota Pekanbaru pada bulan Maret sampai dengan Mei 2007. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur, pengukuran LILA dengan menggunakan pita ukur LILA dari Depkes dan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) darah tepi dengan menggunakan metode Sahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil pengunjung Puskesmas Wilayah Kota Pekanbaru menderita anemia gizi besi yaitu sebanyak 132 orang (73,3%). Rata-rata kadar Hb ibu hamil sebesar 9,86 g/dl dengan variasi antara 9,67 g/dl - 10,06 g/dl. Hasil analisis penelitian membuktikan bahwa variabel umur, usia kehamilan, paritas dan konsumsi makanan memiliki hubungan secara bermakna dengan status anemia gizi besi pada ibu hamil. Namun variabel paling dominan berhubungan dengan status anemia gizi besi pada ibu hamil adalah paritas. lbu dengan anak lebih dari 2 orang berisiko 4,5 kali menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu dengan anak kurang dari 2 orang.

Regarding to the Household and Health Survey in 2000, the Maternal Mortality Ratio (MMR) of Indonesia is as high as 213 per 100,000 live births. The figure is relatively high compare to the MMR of other ASEAN countries. One of the direct causes on maternal death is hemorrhage (45.2%) and one of indirect cause is anemia. It has been known that anemia can elevate the risk of hemorrhage and infection during parturition process which can lead to the direct cause of maternal death.
The prevalence of anemia cases in the developing countries are comprises around 56% and mostly takes place in a pregnant mother (80%), The main cause of anemia among pregnant mothers is iron deficiency (90%). Therefore, the anemia among pregnant mothers are identically called nutrition anemia, i.e. Iron Deiciency Anemia The Household and Health Survey data in 2001 showed that anemia among pregnant mothers has a figure of 40.l%. In 2006, data of The Health Authority of Riau Province show the prevalence of anemia in pregnant mothers in the region is 47.8%. However, there is never been a study on anemia prevalence in pregnant mother of Pekanbaru has carried out.
The study has an aim to describe the prevalence of iron deficiency anemia among pregnant mothers who visit to Community Health Center / Puskesmas in the working area of Pekanbaru in 2007 and factors related to the status of its anemia. The factors consist of intemal factors (age, gestational age, parity, pregnancy interval, and Upper Arm Diameter/ UAD) and external factors (food consumption, level of education, iron tablet supplementation, and knowledge).
The method of the study is using quantitative approach with a cross-sectional design. The respondents are all mothers who visit and have pregnancy checked in 17 Puskesmas at Kota Pekanbaru, from March to May 2007. Data are collected with some methods: interview by using a structured questionnaire, measuring UAD by using measurement band of UAD of MoH, and measuring the level of Haemoglobine (Hb) of capilair blood with a Sahli method.
The result of the study found that most of pregnant mothers who visit the Puskesmas at working area of Pekanbaru have suffered with iron deficiency anemia (73.3%) The average of Hb level in the blood is 9.86 g/dl with variation between 9.67 g/dl to 10.06 g/dl. The analysis of the study showed that variables of age, gestational age, parity and food consumption have a signijqicant relationship with the status of iron deficiency anemia in pregnant mothers. Though, the most dominant factor that significantly related to the status of iron deficiency anemia in pregnant mothers is parity. Mothers with 2 or more children are 4.5 times having a risk to iron deficiency anemia comparing with mothers who have children less than 2.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>