Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Handayani Ermanza
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang mengalami obesitas dari kalangan sosial ekonomi (sosek) menengah atas. Masalah ini dianggap penting untuk diteliti karena salah satu faktor pendukung pembentukan harga diri adalah citra tubuh, keduanya terbentuk dan berkembang di saat remaja. Menurut Rice (1990), penerimaan dan penilaian citra tubuh pada remaja erat kaitannya dengan harga diri. Citra tubuh dan harga diri juga terkait dengan status sosial ekonomi yang melatarbelakangi remaja tersebut. Pada sosek menengah atas remaja dengan mudah dapat memenuhi segala kebutuhan yang terkait dengan citra tubuhnya. Tetapi, untuk menjaga harga dirinya, ia juga dituntut untuk memiliki berat badan ideal dan mengikuti tren agar diterima oleh lingkungannya. Penelitian kuantitatif ini menggunakan alat ukur Self Esteem Inventory (SEI) dan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire (MBSRQ) dalam pengumpulan data, dan pearson correlation dalam analisis data. Responden penelitian ini adalah 32 remaja putri yang mengalami obesitas dari kalangan sosek menengah atas dengan rentang umur 15-20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang mengalami obesitas dari kalangan sosek menengah atas.

The aim of this research is to find out correlation between self-esteem and body image on obese female teenagers from middle-upper socio-economic class. Reason to conduct this study is due to the fact that body image is one of the key factors in developing self-esteem. Both, self-esteem and body image, mainly develop during the adolescence. As Rice (1990) states, self-esteem influences the acceptance and evaluation of body image in female teenagers. Besides, body image and self-esteem can be seen from the background of the teenagers? socioeconomic class. Teenagers from middle-upper socio-economic class can easily fulfill their needs, particularly relevant with their body image. However, in order to promote their self-esteem, they have to maintain their ideal weight and follow the current trend to be accepted by their peers and social groups. This quantitative research employed Self Esteem Inventory (SEI) dan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire (MBSRQ) in data collection and pearson correlation in data analysis. The subject of the research is 32 obese teenagers from middle-upper socio-economic class, ranging from 15 to 20 years of age. It is found out that there is no significant correlation between self-esteem and body image on obese female teenagers from middle-upper socio-economic class."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Gisela Herabadi
"Sejauh ini sudah cukup banyak hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara body esteem seseorang dengan harga dirinya secara umum, namun belum banyak yang memaparkan dinamika proses pembentukan harga diri itu sendiri. Penelitian berikut ini bertujuan untuk: (1) menemukan prediktor-prediktor dari rendahnya body esteem, dan (2) bagaimana prediktor-prediktor tersebut bersama-sama dengan body esteem selanjutnya berkontribusi terhadap pembentukan harga diri yang rendah.
Subyek penelitian adalah 458 orang mahasiswa Unika Atma Jaya (229 laki-laki dan 229 perempuan), mereka mengisi kuesioner yang antara lain terdiri dari skala untuk mengukur BMI (Body Mass Index); evaluasi subyektif (kepuasan) terhadap tubuh; kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh; body esteem; dan harga diri. Analisa hasil menunjukkan bahwa hanya kepuasaan terhadap tubuh; kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh; serta BMI seseorang yang mampu memprediksi body esteem. Namun patut diperhatikan bahwa evaluasi subyektif seseorang lebih berkontribusi terhadap pembentukan harga diri dibandingkan dengan pengukuran proporsi tubuh yang lebih obyektif seperti misalnya BMI. Selanjutnya, body esteem dan kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh mampu memprediksi harga diri.
Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan betapa pentingnya kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh --- bila dibandingkan dengan BMI, yang sebenarnya merupakan pengukuran proporsi tubuh yang lebih obyektif --- dalam memprediksi body esteem; dan kesimpulan lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh juga memberikan kontribusi yang langsung dalam memprediksi harga diri secara umum, tidak seperti halnya kepuasaan terhadap tubuh yang hanya berkontribusi terhadap harga diri lewat kontribusinya terhadap body esteem.

A considerable body of research has acknowledge the relationship between body esteem and the more general self esteem, however not much has been revealed concerning the dynamic process of self esteem development.The following research was intended to: (1) identify the predictors of low body esteem, and (2) how these predictors and body esteem itself consequently contribute to low self esteem.
Participants were 458 college students in Atma Jaya Catholic University Jakarta (229 males and 229 females), they responded to a set of questionnaire that includes scales to measure BMI (Body Mass Index); subjective evaluation (satisfaction) on one's own body; negative thinking habit about one's own body; body esteem; and self esteem. Analyses revealed that only satisfaction on one's own body; negative thinking habit about one's own body; and BMI predicted body esteem. However, individual's subjective evaluation contribute more in the development of self esteem compared to the more objective measure of body proportion such as the BMI. Consequently, body esteem and negative thinking habit about one's own body predicted the more general self esteem.
Results highlight the importance of negative habit of self thinking about one's own body --- rather than BMI, the more objective measure of body proportion --- in predicting body esteem; and another imperative conclusion is that negative habit of self thinking about one's own body has a direct contribution to predict general self esteem, unlike satisfaction on one's own body which only contribute to self esteem through the mediation of body esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ardine Az-Zhahrani Athaya Putri
"Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat.

Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggawati Haryanto
"Self-esteem berperan banyak dalam perkembangan mental yang sehat dari seorang anak. Dengan memiliki rasa penghargaan diri yang positif, seorang anak akan bisa meraih kondisi optimal dari perkembangan mentalnya dan mencapai kebahagiaan hidup. Sebagaimana anak yang normal, seorang anak tuna grahita ringan juga membutuhkan self-esteem yang positif untuk perkembangan yang optimal dalam keterbatasan yang dimiliki. Untuk bisa memiliki self-esteem yang positif, seorang anak tuna grahita sangat membutuhkan dukungan yang positif pula dari ibunya.
Walaupun harapan akan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif pada anak tuna grahita ringan sangat dibutuhkan, ternyata kondisi kelainan pada anak dapat menimbulkan sikap yang negatif dari ibu. Hal ini disebabkan kondisi anak tuna grahita tidak sesuai dengan harapannya akan anak yang ideal. Padahal teori mengatakan bahwa sikap ibu akan mempengaruhi perlakuan ibu terhadap anak dan hubungan di antara mereka. Karena itu maka dirasa perlu untuk meneliti hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut.
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di SLB-C. Kuesioner yang diberikan ada dua buah yaitu kuesioner sikap ibu dan kuesioner dukungan ibu dalam bentuk skala Likert. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Dari analisa reliabilitas terhadap kedua kuesioner didapat nilai alpha sebesar 0,7124 untuk kuesioner sikap ibu dan alpha 0,8471 untuk kuesioner dukungan ibu.
Hasil dari pengumpulan data menunjukkan rata-rata skor kelompok yang cukup tinggi pada kedua skala yaitu skala sikap ibu dan skala dukungan ibu. Perhitungan korelasi antara dua variabel yaitu variabel sikap dan dukungan menunjukkan indeks korelasi sebesar 0,538 yang signifikan pada LOS 0,01. Dengan demikian dapat dinyatakan adanya hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita ringan dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut. Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk melihat adanya social desirability pada kuesioner terutama untuk kuesioner yang membahas hal-hal yang sensitif seperti masalah sikap dan pengasuhan ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Juniarni
"Harga diri rendah situasional adalah penilaian diri yang negatif yang muncul pada kondisi tertentu akibat adanya stressor. stressor pekerjaan dapat memberikan dampak psikologis bagi klien dewasa muda. Tidak bekerja merupakan stimulus fokal yang menimbulkan perilaku tidak efektif yaitu perilaku harga diri rendah situasional. Harga diri rendah situasional perlu ditangani dengan memberikan latihan asertif diantaranya dengan Assertivenes training (AT) yang dikombinasikan dengan pemberian Terapi Kelompok Terapeutik (TKT). Kerangka yang digunakan adalah Model Stres Adaptasi Stuart dan Model Adaptasi Roy. Aplikasi TKT dan AT dapat menstabilitasi mekanisme koping yang adaptif dan memodifikasi perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Analisa dilakukan pada 12 klien.
Hasil analisa menunjukkan bahwa penurunan tanda dan gejala harga diri rendah situasional yang dimediasi atau difasilitasi oleh peningkatan kemampuan melakukan stimulasi tahap perkembangan dewasa muda dan peningkatan kemampuan asertif. Saran dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk meningkatkan dukungan sosial diperlukan klien dewasa muda yang tidak bekerja, baik dari teman, keluarga maupun perawat CMHN untuk menstabilisasi perilaku adaptif yang sudah dipelajari.

Situational low self esteem is a negative self-assessment that appear in certain circumstances caused by the stressor. job stressors can provide psychological impact for all the adult client. Job less is the focal stimulus that causes ineffective behaviors like situational behaviors of low self esteem. Situational low self esteem need to maintain with Assertivenes Training (AT) such as AT combined with Therapeutic Group Therapy (TKT). Stress Adaptation Model Stuart and Roy used as a framework in this study. Applications of AT and TKT can stabilize adaptive coping mechanisms and modify maladaptive behaviors become adaptive behavior. 12 client joined in this study.
The analysis showed that the reduction in signs and symptoms of situational low self esteem situational mediated or facilitated by an increase in the ability to stimulated the young adult development of and assertive capacity. This study suggest to improve sosial support to young adult klien who are job less. They need support from friend, family and CMHN caregiver. Nursing to Stabilize the adaptive behavior which learned by clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Della
"Menjadi seorang mahasiswa memberikan tekanan tersendiri karena mahasiswa menghadapi tugas perkembangan maupun masalah-masalah lain yang harus diselesaikan dan seringkali tekanan ini memberikan distres psikologis bagi mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini juga terjadi kepada mahasiswa UI dan berdasarkan penelitian sebelumnya, salah satu sumber distres psikologis pada mahasiswa UI adalah penyesuaian akademis. Meskipun mahasiswa telah dibekali berbagai macam keterampilan untuk menyesuaikan diri secara akademis, nyatanya keluhan mengenai penyesuaian akademis masih saja muncul. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah lain yang mendasari keluhan tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian maupun literatur, self esteem merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri ini. Oleh karena itu, penting untuk membantu mahasiswa yang mengalami distres psikologis untuk meningkatkan self esteem yang dimilikinya. Metode intervensi yang digunakan untuk meningkatkan self esteem pada penelitian ini adalah metode cognitive behavior therapy. Partisipan yang terlibat sebanyak tiga orang dan ketiga partisipan tersebut mengikuti intervensi sampai sesi terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini efektif meningkatkan self esteem pada mahasiswa yang mengalami distres psikologis. Hal ini terlihat dari peningkatan skor self esteem dan penuruan skor distres psikologis serta refleksi partisipan yang menunjukkan adanya kemampuan dalam mendeteksi unhelpful thoughts yang muncul, penurunan emosi negatif yang dirasakan, dan perubahan perilaku dimana partisipan mengurangi perilaku menghindar.

Being a college student brings certain pressure because students are faced with developmental task and other problems that?s need to be dealt with and this can evoke psychological distress to the students. The same problem also happens to college students of University of Indonesia and based on latest research, one of the source of psychological distress among students of UI is academic adjustment. Although the students has already been thought the skill to help them adjust academically, but the complaint about the problem still persists. This suggests that there's other issue that underlie the complaint.
Based on researches and literatures, self esteem is considered as one of the factors that's related to academic adjustment. Therefore, it's important to help students increase their self esteem. The intervention method that's used to increase self esteem in this research is cognitive behavior therapy. There were three participants that were involved and they followed until the last session.
The result suggests that this intervention effectively increased self esteem for students with psychological distress. It can be seen from the increasing of self esteem's score, decreasing of psychological distress' score, and participant' reflection which indicates ability to detect unhelpful thoughts, decreasing of negative emotions, and changing of behavior in which participants reduce avoidance behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30989
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Trifilia D.R.
"Kesehatan mental dibutuhkan mahasiswa psikologi terkait persiapan mereka untuk berkecimpung dalam helping profession. Dukungan sosial, terutama perceived social support, dan self-esteem dapat memengaruhi kesehatan mental (Taylor & Brown, 1988; Vinokur, Schul, & Caplan, 1987; Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Berbagai penelitian menemukan semakin tinggi perceived social support seseorang, semakin tinggi self-esteem yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan selfesteem mahasiswa psikologi jenjang sarjana. Perceived social support diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988) dan self-esteem dengan Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). Dari 184 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang menjadi partisipan, hasil yang didapatkan menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perceived social support dan self-esteem pada mahasiswa psikologi jenjang sarjana (r = 0.274; p < 0.01). Berdasarkan hasil, pendidikan psikologi dapat memerhatikan perceived social support sebagai salah satu cara meningkatkan self-esteem mahasiswa, seperti dengan melakukan intervensi psikoedukasi.

Psychology students need good mental health to be a helping professional. Social support, especially perceived social support, and self-esteem found to influence mental health (Taylor & Brown, 1988; Vinokur, Schul, & Caplan, 1987; Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Recent studies found that people with higher level of perceived social support are having higher level of self-esteem. This research was conducted to find the relation between perceived social support and self-esteem in undergraduate psychology students. Perceived social support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988) and self-esteem was measured using Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). The participants of this research are 184 University of Indonesia undergraduate psychology students. The main results of this research show that perceived social support correlated significantly with self-esteem (r = 0.274; p < 0.01). Results of this study may be taken by psychology educational institution to increase the concern of perceived social support as one of the factor to increase their students’ self-esteem level, for example is by making a psychoeducational intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shauma Lannakita
"Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan terhadap kepuasan pasien dan dampaknya terhadap minat berprilaku pasien. Di dalam penelitian ini, pennulsi menyebarkan kuesioner kepada 155 orang responden yang pernah menjadi pasien rawat jalan di rumah sakit swasta di Jakarta. Untuk menganalisis data menggunakan metode Structural Equation Model dengan bantuan software LISREL 8.51.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan mempengaruhi kepuasan pasien yang dapat menggerakkan behavioral intention. Hail lain dari penelitian ini adalah bahwa baik kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan pelanggan tidak berpengaruh secara langsung terhadap behavioral intention.

The objective of this study is to examine the influence off perceived service quality and perceived value toward patient satisfaction and its impact on behavioral intention.. In conducting the survey, the author distributed the questionnaire to 155 respodents who has been gone to private hospitals in Jakarta. This research use Structural Equation Modeling (SEM) as an analytical tool by LISREL 8.51.
Findings indicate that both perceived service quality and perceived value have influence satisfaction that drives behavioral intention. Interestingly, both perceived service quality and perceived value have no direct impact on behavioral intention while value assessment was influenced by perceived service quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Maryatun
"Penyalahgunaan narkotika setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menimbulkan masalah psikologis harga diri rendah. Logotherapy bertujuan meningkatkan harga diri melalui proses penemuan makna hidup. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh logotherapy terhadap harga diri narapidana perempuan dengan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Palembang. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Penelitian dilakukan terhadap 56 responden yaitu 28 orang kelompok intervensi dan 28 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan harga diri (kognitif, perilaku, afektif) yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan logotherapy. Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya pelaksanaan logotherapy dalam program pembinaan mental.

Abuse case of narcotics each year has increased. These conditions led to psychological problems of low self-esteem. Logo therapy was aimed to raise self esteem through the discovery process of the meaning of life. The research objective was to analyze the influence of logo therapy for the dignity of women prisoners with a drug in the class IIA Palembang Penitentiary. Design of this research used ?Quasi experiment by using pre post test with control group? on 56 samples. The consist of samples were 28 peoples for intervention group and 28 peoples for control group. The results showed that there were significantly different in self-esteem (cognitive, behavioral, affective) aspects in the intervention group before and after logo therapy. It was recommended that there was a need for implementation of logo therapy in mental health program."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara self-esteem dan identifikasi pada avatar dengan adiksi game online jenis MMORPG. Penelitian ini menggunakan alat ukur Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia (Cassandra, 2010) untuk mengukur self-esteem, alat ukur Player-Avatar Identification Scale (PAIS) untuk mengukur identifikasi pemain terhadap avatar (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013) dan Indonesian Online Game Addiction Questionnaire untuk mengukur tingkat adiksi (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). Jumlah responden sebanyak 129 orang, berada pada tahap perkembangan remaja dan bermain MMORPG selama enam bulan terakhir. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah adanya hubungan signifikan negatif antara self-esteem dan adiksi game online MMORPG, dan adanya hubungan signifikan positif antara identifikasi pada avatar dan adiksi game online.

This research is conducted to find out the correlation between self-esteem, avatar identification, and online game addiction in MMORPG players. This research used Indonesian version of Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) by Cassandra (2010), Player-Avatar Identification Scale (PAIS) (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013), and Indonesian Online Game Addiction Questionnaire (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). The participants of this research are 129 MMORPG gamers (who at least played for the past six months) and is currently in adolescent age range. The results show that there is significant negative correlation between self-esteem and online game addiction. There is also significant positive correlation between avatar identification and online game addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>