Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amita Ratih Purnamasari
"Kekontrasan antara kehakikian gagasan dan sifat sementara wujud merupakan sebuah isu yang diangkat dalam penulisan ini. Manusia melalui pengalaman hidupnya berupaya memenuhi kebutuhan dasar. Keterkaitan ini mendorong keberadaan gagasan. Sedangkan ketersediaan bahan, serta kemampuan manusia mengolah dan mengonstruksinya membantu proses pemenuhan kebutuhan tersebut, di sini terjadi perwujudan sebagai sebuah penggalan proses dari pengejawantahan gagasan yang hakiki menuju wujud yang sementara.
Konsep menghuni bagi masyarakat Hindu Bali mampu menjelaskan pemahaman wujud sebagai media sementara untuk mencapai mutu kehidupan yang hakiki. Masyarakat Desa Adat Penglipuran, Kabupaten Bangli, memiliki keunikan tersendiri di Pulau Bali. Peran desa adat dinas Penglipuran sebagai tujuan wisata dibalik indentitasnya sebagai desa adat Bali Aga mendorong masyarakat untuk mementingkan tata adat bersama dalam menjalankan dharma. Selama masyarakat Penglipuran mementingkan tata adat bersama ini, maka akan memudahkan pemahaman mengenai pengalaman hidup manusia dalam mendorong keberadaan gagasan.
Pergeseran kemampuan gagasan dalam memelihara mutu kehidupan memang terjadi pada kasus desa adat ini, hal ini terkait dengan peran desa adat dinas dan identitas Bali Aga pada desa Penglipuran. Sebesar atau sekecil apapun pergeseran itu terjadi merupakan indikasi untuk menilai mutu pengejawantahan gagasan menjadi wujud. Keberhasilan suatu rangkaian proses keterbangunan, termasuk keberadaan gagasan dan kehadiran wujud, terletak pada keberhasilan pemeliharaan mutu yang sesuai dengan kehidupan masyarakat bersangkutan.

This contrast between the eternal idea and temporal built form acts as the central issue of writing. Human dwelling in this universe has a strong willingness to fulfill their needs. Those compact bounds force the existence of a particular eternal idea. On the other hand, the provided materials and things on earth, as well as the rites of constraction by man, all of them support the process to fulfill human needs and desire. Along this process of modifying, the presence of a temporal thing should be shaped.
Balinese dweliing concept is a picture to vigorously illustrate a built form as temporal media to achieve the eternal quality of life. The people living in traditional village of Penglipuran, Bangli, Bali Island, are distinctive among other Balinese living. This village plays its role under the government as a tourism object, but it is far beyond its identity as Bali Aga culture. This figure of contrast puts the Penglipuran people to share custom?s value as dharma. As long as they share the same value as society preference, it is then very helpful and easier to make a clear understanding that the existence of idea is forced directly from human?s life experience.
The change of idea?s power to preserve the quality of life is happened, particularly on the case of Penglipuran traditional village. It relates to the contrast of village?s role under the government and as Bali Aga culture. Those change acts as indication to give a value on the process of constructing idea into built form or shape. Essentially, a good process of construction including the existence of idea and presence of built form is laid on preserving contextual qualitiy among the society itself.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48410
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Sulfianti
"Polimorfisme gen TCF7L2 telah dilaporkan berasosiasi dengan DMT2 di berbagai populasi di dunia. Pada penelitian ini, dilakukan studi cross-sectional pada 160 individu di Desa Penglipuran, Bangli yang bertujuan mengetahui prevalensi DMT2 di desa tersebut dan melihat keterkaitannya dengan polimorfisme gen TCF7L2. Tiga SNPs gen TCF7L2 yang diidentifikasi adalah rs7903146, rs10885406, dan rs12255372. Berdasarkan data klinis sampel, diketahui bahwa prevalensi DMT2 di Desa Penglipuran sebesar 5%. Studi asosiasi pada masingmasing SNPs menunjukkan bahwa asosiasi hanya ditemukan pada DMT2 laki-laki yang dipengaruhi oleh rs12255372 (p = 0,036), sedangkan dua SNPs lain, yaitu rs7903146 dan rs10885406 tidak berasosiasi (p > 0,05) dengan DMT2. Berdasarkan analisis melalui haplotype, juga tidak ditemukan adanya asosiasi antara tiap variasi haplotype dari ke-tiga SNPs tersebut dan DMT2 di Desa Penglipuran (p > 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Desa Pengelipuran merupakan salah satu desa kuno, yang hingga kini masih memegang ketat adat dan tradisi. Berbagai bentuk aktivitas ritual maupun dalam kaedah-kaedah dalam kehidupan social kemasyarakatan masih berjalan dan eksis walaupun pengaruh globalisasi terus mengancam dan mempengaruhinya. Menyadari akan keadaan tersebut, masyarakat telah menyadari bahwa perlu adanya slrategi untuk mempertahankan tradisi adat dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Pewarisan tersebut, tidak hanya dalam bentuk fisik namun juga dalam wujudnya yang sangat abstrak seperti system kepercayaan yang dimiliki masyarakat PengIipuran.Tulisan ini lebih memfokuskan pada permasalahan yakni system kepercayaan masyarakat pengIipuran.Teori yang diperguanakn adalah teori neofungsional dan teori semiotik hasil dari penelitian ini bawasannya system kepercayaan pada masyarakat penglipuran masih berpegang pada adat dan tradsi yang diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhurnya.Tampak adat yang berupa ritual-ritual maupun konsep kosmologi local masih digunakan sebagai pedoman dalam bertindak atau berperilaku oleh masyarakat Penglipuran."
JPSNT 20:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sumerta
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2013
306.4 FUN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Kabupaten Bangli merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Bali banyak memiliki keunikan budaya yang diwadahi oleh desa asli tradisional atau yang sering juga disebut dengan Desa Bali Aga maupun Desa Pegunungan sepeni Desa Pekraman Pengotan. Keunikan yang dimaksud salah satu diantaranya adalah perang papah. Perang papah merupakan permainan tradisional yang sering juga disebut dengan tari persembahan yaitu para pemainnya saling memukul satu sama lain dengan menggunakan batang dari daun pisang. Tradisi ini diadakan di Pura Bale Agung Pengotan. Jadwal penyelenggaraan tradisi perang papah ini pada purnama sasih keenam sesuai dengan penanggalan Bali atau sekitar bulan Desember tahun Masehi. Oleh karena perang papah diwadahi upacara tradisional keagamaan maka, pesan yang dikandung oleh tradisi tersebut diantaranya mengenai kehidupan keagamaan dan spiritual, kemudian hubungan antar manusia dengan manusia yang diwujudkan dalam kebersamaan. Juga tradisi ini akan membemuk jiwa kesatria kemudian penghormatan terhadap leluhur dan para dewa yang beristana di Bukit Airawang (Gunung Abang) yang disimbolkan melalui Pura Tuluk Biyu,pengendalian sosial dan resolusi konflik."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Masyarakt Bali memiliki banyak budaya yang khas, perlu diperkenalkan kepada daerah lain sebagai bahan pengetahuan untuk lebih banyak mengenal kebudayaan Indonesia."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kharina Yuli Astiti
"Masyarakat Indonesia terdiri beraneka ragam suku bangsa dan agama, serta adat istiadat yang dikenal mempunyai tata cara sistem norma budaya yang berbeda antara satu dengan yang lain.Di Indonesia masalah pewarisan belum ada aturan yang bersifat unifikasi hukum, karena masalah waris merupakan masalah yang dianggap pelik sebagai akibat adanya bermacam-macam sistem hukum yang berlaku di masyarakat.Penelitian dalam skripsi ini bersifat Deskriptif. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai kedudukan anak Astra(anak Luar Kawin)menurut hukum waris adat Bali dan mengenai sikap ahli waris terhadap anak Astra.
Menurut Hukum Hindu yang sebagian besar dianut oleh masyarakat Bali terdapat empat anak luar kawin yang terdiri dari anak Bebinjat yang merupakan anak yang lahir dari hubungan ayah dan ibunya yang tidak kawin dan tidak diakui keberadaanya oleh bapaknya, Anak Astra adalah anak yang lahir hasil hubungan biologis yang tidak sah dari seorang laki-laki yang berkasta dengan seorang perempuan yang tidak berkasta, Anak Niyoga adalah anak yang lahir dari istri yang tidak memiliki anak dari suaminya,kemudian istri diizinkan untuk dicampuri saudaranya,sehingga dengan niyoga tersebut di dapat anak, Anak Rahasia adalah anak yang dilahirkan dari istri yang mengadakan hubungan gelap dengan laki-laki lain, yang disetujui/diketahui oleh suaminya, tetapi siapa lelaki yang telah membenihi istri tersebut tidak diketahui/dirahasiakan. Didesa Pakraman Karangasem hanya mengenal anak astra sebagai anak luar kawin.
Anak Astra tersebut tidak berhak untuk mewaris dari ayahnya dan hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya. Sikap Ahli waris terhadap anak astra tersebut jarang ditemukan adanya sikap dikriminasi, hanya yang membedakan anak kandung dengan anak Astra adalah kasta dari anak astra tersebut,dimana Anak Astra hanya akan mengikuti kasta ibunya dan tidak berhak untuk memakai gelar ayahnya. Saran dalam skripsi ini adalah diupayakan berbagai usaha oleh pemimpin desa adat untuk mencarikan jalan keluar sehingga tidak terdapat anak luar kawin yang lahir tanpa asal-usul yang jelas. Dengan cara melakukan penyuluhanpenyuluhan secara periodik yang bertujuan agar seorang laki-laki dengan seorang perempuan tidak melakukan hubungan biologis tanpa adanya suatu ikatan perkawinan, supaya tidak ada seorang anak yang lahir di luar perkawinan yang sah."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S21385
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyawati
"ABSTRAK
Penelitian ini mengarahkan perhatian pada masalah perubahan kebudayaan, terutama melihat perubahan yang terjadi pada arsitektur rumah tinggal tradisional Bali.
Kita mengetahui bahwa kebudayaan suatu masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Pengertian perubahan kebudayaan dalam kajian ini adalah suatu proses pergeseran, berupa pengurangan, atau penambahan unsur-unsur sistem budaya karena adanya penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Ini dapat terjadi karena adanya dinamika dalam masyarakat itu sendiri, dan karena interaksi dengan pendukung kebudayaan lain. Hal ini berlaku dan terwujud pula pada Masyarakat Bali yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang selalu berubah, karena daerah tersebut cukup banyak dikunjungi wisatawan. Sehubungan dengan perubahan itu, penelitian ini terfokuskan pada arsitektur rumah tinggal tradisionalnya. Arsitektur merupakan salah satu wujud budaya yang memuat unsur-unsur sistem budaya. Arsitektur tradisional Bali amat terkait dengan sistem budayanya seperti unsur kepercayaan, pengetahuan, nilai, aturan, dan norma.
Beberapa pakar berpendapat bahwa kebudayaan Bali telah banyak berubah, perubahan itu telah sampai kepada hal-hal yang amat mendasar misalnya perubahan pada sistem nilainya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa walaupun gelombang pengaruh luar yang begitu besar melanda budaya Bali, tetapi pengikisan budaya yang dikhawatirkan itu tidak terjadi. Hubungan dengan dunia luar itu malahan menyebabkan mereka semakin bergairah mencari dan mempertahankan identitasnya. Perbedaan pandangan inilah yang merupakan salah satu faktor yang mendorong penulis untuk meneliti masalah seperti berikut ini.
Masalah pokok penelitian ini telah dirumuskan dalam beberapa pertanyaan (research questions). Apakah wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali di Desa Adat Kuta telah mengalami perubahan yang cukup berarti? Apakah perubahan itu terjadi pada keseluruhan unit bangunan atau hanya pada unit tertentu saja. Kalau telah terjadi perubahan, faktor-faktor apa yang telah mempengaruhinya. Apakah perubahan arsitektur itu disebabkan oleh perubahan sistem budaya secara mendasar ?
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola perubahan dan faktor yang mempengaruhi wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali. Variabel yang dipakai adalah variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung pada arsitektur rumah tinggal tradisional Bali adalah penentuan pola dan orientasi, bentuk dan struktur, bahan, ukuran, fungsi, upacara, nilai sakral dan nilai profan, konsultasi dengan ahli dan sembilan pendaerahan. Variabel bebas terdiri dari pendidikan, mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan.
Untuk menunjang masalah di atas, penulis berpangkal pada hipotesis berikut ini. Perubahan pada wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali dipengaruhi oleh perubahan sistem budayanya. Namun perubahan pada arsitektur itu tidak selalu sejalan dengan perubahan sistem budaya. Perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali hanya terjadi pada unit-unit tertentu saja. Faktor pendidikan, mata pencaharian, tingkat kakayaan dan luas pekarangan berpengaruh terhadap perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali.
Lokasi penelitian adalah Desa Adat Kuta dengan melihat tiga banjar dengan ciri-ciri tersendiri yaitu dekat pantai, pusat desa dan dekat pertanian. Pengambilan sampel dengan cara sistematik sebanyak 103 responden. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara berstruktur, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Data dianalisis secara deskriptif, dan uji Chi-Square (X2).
Penelitian ini memperoleh beberapa temuan. Wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali umumnya sudah mengalami perubahan pada tingkat sedang. Berbagai aspek arsitektur mengalami perubahan mulai dari tingkat besar sampai tingkat kecil. Urutan tingkat perubahan itu mulai dari bahan bangunan, alat ukur, bentuk dan struktur, sembilan pendaerahan (Nava sanga), konsultasi dengan ahli (Tri pramana), nilai sakral dan nilai profan (Tri loka), fungsi, pola dan orientasi dan upacara. Unit bangunan yang mengalami perubahan seperti lumbung (jineng), ruang tidur kakek nenek (bale dangin), ruang tidur bujang (bale daub), dapur (paon), ruang tidur gadis (bale data), tempat upacara dan menerima tamu (bale delod), pintu gerbang (pemesuan), tempat sembahyang (meraian). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan sistem budaya pada masyarakat Desa Adat Kuta lebih lambat daripada perubahan wujud atau benda budayanya. Perubahan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali. Namun jika dilihat dari aspek tertentu maka faktor pendidikan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi dengan ahli (Tri pramana) dan aspek upacara. Tingkat kekayaan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi, sedang luas pekarangan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi.
Berbagai alternatif yang mungkin menunjang kelestarian wujud budaya arsitektur rumah tinggal tradisional Bali adalah pembinaan masyarakat. Dalam pelestarian arsitektur rumah tinggal tradisional Bali tidak perlu dibedakan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan yang ditempati.
Berdasarkan temuan penelitian, kasus Bali bisa dijadikan model untuk meneliti, menyimak atau mengelola masyarakat daerah lain yang berkaitan dengan kepariwisataan.

ABSTRACT
The members of tourist coming to Bali are increasing every year. The tranquil atmosphere, the unique culture ingrained in the Balinese way of life, the white sandy beaches and of course the excellent facilities for staying, made Bali extremely attractive for travelers who either travel for pleasure or intend to combine both business and pleasure.
The relatively small size of the island is also very convenient for those who do not have much time for leisure, but are anxious to know more about other people's culture. In less than a day's sweep, with a car, one can cover almost the entire island and see that is worth seeing. It is true that tourists bring about prosperity. But with the arrival of tourist inevitably, come along ideas about life and living.
The question now arises: To what extend do these foreign ideas affect the Balinese way of life, attitudes and traditionally accepted values?
Some scholars suggested that tourism has shaken Balinese tradition to its very foundation. Changes are already there and quite obvious for every one to see. Other scholars disagreed, commenting that in spite of assaults by tourism, Bali tradition stood its ground on its solid foundation. This second group of scholars voiced the opinion the Balinese tradition and culture are almost unblemished, and is fully capable of protecting its from foreign influence.
It is in the wake of these two opposing views that this research in this thesis has been carried out. The investigation was focused on the village of Kuta, which is most frequented by foreign tourist, who are not prepared to stay in luxury hotels. They rather stay in the homes of the villagers. It is here that foreigners mixed deeply with the natives and so where exchange of ideas are expected most to occur.
The author does not pretend that she will come up with a clear-cut answer to the question of change. But if the investigation is carried out well, it is expected that it will throw some light into the problems of change in attitudes and values, which will ultimately manifest in the changes in the physical environment of the village.
The result of the investigation clearly showed that minor changes did take place, especially in the functions of the element of the Balinese home in Kuta, which is obviously due to outside influence and education.
As might have been know, a Balinese home consists of two parts. One part is the family temple and the other is the family quaters. Both parts are found on one yard surrounded by a wall. The family quater consists of six buildings, where each building is assigned a special function. One building functions as the sleeping quater of the head of the family, another building where the girls of the family spend the nights, then you have the quater for the boys; further there is the building where the family receive guests and carry out ceremonies; then there is the kitchen and finally the barn where the harvest and farming tools are stored.
With greater involvement of the villagers in Kuta with tourism more and more farmers transformed their homes into inns by altering the architectural style of the buildings to suit new demands. Separate rooms have to be constructed, complete with bath and rest rooms in order to guarantee privacy for the guests. Needless to say, that all these modifications resulted in changes in many different ways to the traditional Balinese home, because the former traditional farmer is now an innkeeper.
Changes in the style and architecture of the Balinese home come together with progress. Nobody can prevent progress from changing society. Changes that come too fast, may put society off balance, and so will cause disturbances. May the changes that take place in Balinese society do not create instabilities.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Oka Setiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bersifat kualitatif yang dilakukan di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis Daerah Tingkat II Kabupaten Karangasem, Bali. Pemilihan ini dida­sarkan atas pertimbangan bahwa di daerah ini, desa masih memegang peranan dalam mengatur hak penguasaan atas tanah adat, tetapi dengan berlakunya HTN tanah adat telah ada berubah menjadi tanah pribadi. Masalah yang dikaji adalah perubahan hak penguasaan atas tanah adat yang berakibat terhadap peranan desa.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa tidak ada bidang tanah di wilayah desa ini dimiliki oleh warganya sebagai tanah milik pribadi yang dapat diperhunakan secara bebas oleh yang bersangkutan. Mereka menempatkan kepemilikan semua bidang tanah di wilayah itu menjadi milik desa, dengan sebutan tanah milik desa atau Tanah Adat. Wilayah ini dikua­sai dan diatur oleh desa dengan hak ulayat (prabumian desa). Bidang-bidang Tanah Adat yang berada di atas prabumian desa itu diberi nama dan dapat dimanfaatkan oleh warganya secara pribadi dengan Hak Milik Individu Terikat (HMIT), secara kelompok dan secara kelembagaan(desa atau pura) dengan Hak Milik Komunal (HMK)."
2002
D1097
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>