Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179940 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Fitryasari PK
"Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif dalam bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Keberadaan anak autisme akan menjadi stressor bagi keluarga sebagai suatu sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman keluarga selama merawat anak autisme di Sekolah Kebutuhan Khusus Bangun Bangsa Surabaya. Penelitian ini menggunakan disain fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah anggota keluarga yang berperan sebagai caregiver utama anak autisme yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan menerapkan tehnik Collaizi. Penelitian ini menghasilkan 17 tema. Hasil penelitian menggambarkan perasaan berduka yang dirasakan keluarga terjadi melalui tahapan menyangkal, marah, tawar-menawar, depresi dan menerima. Berbagai penyebab berduka membuat keluarga berduka sepanjang masa dan menimbulkan berbagai beban dalam keluarga. Perawatan yang dilakukan keluarga memperhatikan tujuan dan jenis kebutuhan dengan menggunakan berbagai metode tertentu. Keluarga membutuhkan dukungan sosial dan finansial dan telah menggunakan beberapa sumber dan bentuk dukungan selama merawat anak autisme. Tuntutan perawatan dan respon lingkungan mengharuskan keluarga melakukan modifikasi cara merawat, mekanisme koping dan pemberdayaan keluarga. Keluarga mengharapkan adanya perhatian khusus dan peningkatan kemampuan perkembangan anak autisme. Keluarga merasakan makna positif dan negatif selama merawat anak autisme. Temuan penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan profesional, khususnya perawat spesialis jiwa untuk mengembangkan desain asuhan keperawatan jiwa anak dalam konteks keluarga, penelitian tentang pemberdayaan keluarga dalam pengelolaan beban selama merawat anak dengan autisme serta penyempurnaan modul terapi psikoedukasi keluarga dan terapi kelompok suportif yang spesifik untuk keluarga dengan anak autisme.

Autism is a pervasive development disorder in social interaction, communication and behavior. Children with autism will be a stressor to their family. This research aims to describe about family experience in taking care of their children with autism at Special Needs School Bangun Bangsa, Surabaya. This research used descriptive phenomenology design with indepth interview method. The participant of this research was a member of a family who plays role as the main caregiver for autism child. This study employs the purposive sampling method. The data is gathered through interviews and field notes that is then analyzed with the Collaizi technique. This research generated 17 themes.The results illustrate families display the grieving process which they pass through in to five stages of grief: denial, anger, depression, bargaining and acceptance. Large amounts of grief cause families in grief for a long period and this causes family burden . Family care is focused on completing its objectives and covering particular needs by using specific methods. The families need both social and financial support by using several kinds of sources and supports. The demands and environmental responses cause families to do modifications in taking care of the child, coping mechanisms and family empowerment. The families wish to get special attentions and improvement in autism children developments. The families find positives and negative meaning in their experiences in taking care of the children to their families? system. Finding of the research would hopefully be beneficial to professional health staff, especially psychiatric nurses to complete their ability in minimizing various negative impacts that the family may suffer from while taking care their autism children with autism through nursing care plans designs development, researches about family empowerment in burden managements and also a research to improve the Family psychoeducation Therapy and a specific Supportive Group Therapy modules for family with autism children."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Made Puspita Sari
"Pola asuh merupakan rangkaian interaksi intensif yang melibatkan orang tua dan anak. Sibling relationship adalah interaksi antar dua individu maupun lebih yang memiliki hubungan secara biologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap sibling relationship dengan anak penyandang Autisme Spectrum Disorder (ASD).
Penelitian ini menggunakan pendekatan potong silang pada 107 responden dipilih melalui teknik purposive sampling. Peneliti melihat pola asuh orang tua menggunakan kuesioner Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) dan sibling relationship menggunakan kuesioner Sibling Relationship Questionnaire (SRQ).
Hasil penelitian menunjukkan 77,78% ibu yang menerapkan pola asuh demokratis memfasilitasi sibling relationship bersifat positif dan 74,28% ayah yang menerapkan pola asuh demokratis memfasilitasi sibling relationship bersifat negatif. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh responden dengan sibling relationship (p>0,05; α=0,05). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan observasi dan wawancara langsung kepada sibling serta memperluas lokasi penelitian untuk lebih menggambarkan populasi penelitian.

Parenting is an intensive interaction involving parents and children. Sibling relationship is the interaction between two or more individuals who have a biological relationship. The aim of this research was to identify the relation between parenting style of sibling relationship with Autism Spectrum Disorder (ASD).
This research used cross-sectional on 107 respondents was involved with purposive sampling technique. Researcher used Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) to study parenting style and Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) to measure sibling relationship.
The result showed that 77,78% mother applying authoritative facilitate sibling relationship is positive and 74,28% applying authoritative facilitate sibling relationship is negative. Bivariate analysis result showed that there was no relation between parenting style of sibling relationship with Autism Spectrum Disorder (p>0,05; α=0,05). It is recommended that research should conduct observation and interview are more appropriate toward sibling. Beside, the future research can increasing the number of respondents will benefit the future research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2005
371.94 AUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stillman, William
San Francisco: Jossey-Bass, 2009
618.928 STI e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Dwi Larasati
"Temperamen dan pengasuhan reflektif (Parental Reflective Functioning/PRF) merupakan faktor internal dan eksternal pada anak yang berkontribusi dalam memengaruhi kemampuan regulasi emosi anak. Namun belum diketahui faktor mana yang memberikan kontribusi lebih besar dalam memengaruhi regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor mana di antara temperamen anak dan parental reflective functioning (PRF) ibu, beserta dimensi-dimensinya, yang memberikan kontribusi terbesar dalam memengaruhi regulasi emosi pada anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), berdasarkan perspektif ibu. Desain penelitian non-experimental dan pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan total partisipan penelitian berjumlah 76 orang yang merupakan ibu yang memiliki anak dengan ASD. Alat ukur yang digunakan adalah Emotion Regulation Checklist (ERC) untuk mengkur regulasi emosi, Child Behavior Questionnaire (CBQ) untuk mengukur temperamen, dan Parental Reflective Functioning Questionnaire (PRFQ) untuk mengukur PRF. Teknik olah data statistik yang digunakan adalah hierarchical multiple regression - stepwise method. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dua dimensi dari temperamen, yaitu effortful control dan negative affect, serta dua dimensi dari PRF, yaitu certainty of mental states dan interest and curiosity memberikan kontribusi secara signifikan dalam memengaruhi regulasi emosi, dengan dimensi yang memiliki kontribusi tertinggi adalah dimensi effortful control. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berkontribusi dalam memengaruhi regulasi emosi pada anak dengan ASD adalah faktor effortful control yang merupakan bagian dari temperamen.

Temperament and reflective parenting (Parental Reflective Functioning/PRF) are contributing internal and external factors that influences child's emotion regulation. However, which factor that give larger contribution is remain unknown. This study aims to see which factor between temperament and mother's PRF, along with dimensions respectively, give larger contribution on influencing emotion regulation among children with Autism Spectrum Disorder (ASD), based on mothers perspective. Using non-experimental and quantitative design, with total 76 mothers who has children with ASD age 6-12 as participant, given three parent-report instruments, which are Emotion Regulation Checklist (ERC) to measure child's emotion regulation, Child Behavior Questionnaire (CBQ) to measure child's temperament, and Parental Reflective Functioning Questionnaire (PRFQ) to measure mother's PRF. Hierarchical multiple regression - stepwise method was used in this study. Result showed that two of three dimensions of temperament which are effortful control and negative affect, also two of three dimensions of PRF which are certainty of mental states and interest and curiosity significantly contribute in influencing emotion regulation among ASD children, with effortful control as the largest contributor. Thus, it can be concluded that the most contributing factor in influencing emotion regulation among ASD children is effortful control as part/dimension of temperament."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pustika Efar
"Latar belakang. Gangguan interaksi sosial merupakan karakteristik utama dari gangguan spektrum autisme (GSA), selain itu 59-79% anak GSA dilaporkan mengalami gangguan gerak. Gangguan gerak merupakan komorbiditas yang mungkin memengaruhi kemampuan sosialisasi anak GSA. Hingga saat ini belum ada data mengenai gangguan gerak kasar pada anak GSA di Indonesia, termasuk kemungkinan kaitannya dengan kemampuan sosialisasi.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah kemampuan gerak kasar anak GSA lebih rendah dibandingkan anak normal, (2) gambaran kemampuan gerak kasar anak GSA, (3) gambaran kemampuan sosialisasi anak GSA, (4) hubungan kemampuan gerak kasar dengan kemampuan sosialisasi pada anak GSA.
Metode. Penelitian potong lintang pada Agustus-September 2013 dengan subjek berusia 18 bulan sampai 6 tahun. Subjek GSA didapatkan dari Klinik Anakku dan kelompok kontrol diperoleh dengan matching usia. Kemampuan gerak kasar dan sosialisasi kedua kelompok dinilai melalui wawancara kepada orangtua dengan instrumen Vineland Adaptive Behavior Scales, edisi ke-2 (Vineland-II).
Hasil. Sebanyak 40 subjek GSA (12 gangguan autistik, 3 gangguan Asperger, dan 26 PDD-NOS) dan 40 kontrol memenuhi kriteria penelitian. Kemampuan gerak kasar di bawah normal ditemukan pada 8 dari 40 (20%) anak GSA. Rerata v-scale gerak kasar pada kelompok GSA 15,1 (SD 3,12), lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol 18,7 (SD 2,09) dengan p 0,000 (p<0,05) dan interval kepercayaan 95% (IK95%) - 4,725;-2,525 berdasarkan uji T-berpasangan. Perbedaan tersebut tampak nyata pada klaster melempar dan menangkap bola, menggunakan tangga, melompat, dan mengendarai sepeda. Subdomain hubungan interpersonal menunjukkan nilai v-scale terendah (median 9, rentang 3-15) dibandingkan kedua subdomain lain (subdomain waktu bermain dan bersantai dengan rerata 11,2 (SD 3,2) dan subdomain kemampuan coping dengan median 15, rentang 10-18). Kemampuan gerak kasar berhubungan dengan kemampuan sosialisasi pada anak GSA. Anak GSA dengan gangguan gerak kasar memiliki rerata nilai standar domain sosialisasi 66,6 (SD 6,50). Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan 85,7 (SD 10,90) pada anak GSA tanpa gangguan gerak kasar, dengan p 0,000 dan IK95% -25,327;-12,736.
Simpulan. Kemampuan gerak kasar anak GSA lebih rendah dibandingkan anak normal. Dua puluh persen anak GSA mengalami gangguan gerak kasar berdasarkan Vineland-II, khususnya pada klaster melempar dan menangkap bola, menggunakan tangga, melompat, dan mengendarai sepeda. Anak GSA memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah khususnya pada subdomain hubungan interpersonal. Anak GSA dengan gangguan gerak kasar memiliki kemampuan sosialisasi lebih rendah dibandingkan anak GSA yang tidak mengalami gangguan gerak kasar.

Background. Social impairment is considered the core deficit in autism spectrum disorders (ASD) and 59-79% of ASD children were reported as having poor gross motor. Gross motor deficit is a comorbidity which may influence socialization skills in ASD. There is no data in Indonesia about gross motor problems, including the possible association with socialization skills, in ASD children.
Objectives. This study aimed: (1) to compare gross motor skills in ASD to normal children, (2) to describe gross motor problems in ASD, (3) to describe socialization skills in ASD, (4) to identify the relationship of gross motor and socialization skills in ASD.
Method. A cross-sectional study involving 18-months-old to 6-years old children was taken on August-September 2013. ASD children were recruited in Klinik Anakku while control group were their age-matched children with normal development. Gross motor and socialization skills were scored using Vineland Adaptive Behavior Scales, 2nd edition (Vineland-II).
Results. Forty ASD children (12 autistic disorder, 3 Asperger syndrome, 26 PDD-NOS) and 40 age-matched control fulfilled study criteria. Gross motor below normal were reported in 8 of 40 (20%) ASD children. Mean gross motor v-scale of ASD group 15.1 (SD 3.12), significantly lower than control group 18.7 (SD 2.09) with p value 0.000 (p < 0.05) and confidence interval 95% (CI95%) -4.725;-2.525 using paired T-test. The differences were prominent in several cluster− throwing and catching ball, using stairs, jumping, and bicycling. The lowest v-scale score was found in interpersonal relationship subdomain (median 9, interval 3-15), compared to the other subdomains (play and leisure time with mean 15 (SD 3.2) and coping skills with median 15, interval 10-18). Gross motor skills is associated with socialization skills in ASD. ASD children with gross motor impairments showed socialization domain mean score 66.6 (SD 6.50). The score is lower than 85.7 (SD 10.90) in those without gross motor impairments, with p value 0.000 and CI95% -25.327;-12.736.
Conclusion. Gross motor skill in ASD is lower than normal children. Gross motor impairments were found in 20% ASD children based on Vineland-II, especially in several cluster - throwing and catching ball, using stairs, jumping, and bicycling. ASD children showed poor socialization skill especially in interpersonal relationship subdomain. ASD children with gross motor impairments showed lower socialization skills compared to those without gross motor impairments.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtarul Fadhal
"ABSTRAK
Kemampuan perawatan diri adalah keterampilan mengurus atau menolong diri
sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak tergantung pada orang lain.
Anak-anak berkebutuhan khusus salah satunya anak penyandang autisme,
umumnya kurang mampu dalam melakukan perawatan dirinya karena adanya
ketidakmampuan dalam berinteraksi, komunikasi, dan perilaku. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri anak usia
sekolah dan remaja penyandang autisme. Desain penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode cross sectional dan responden diambil menggunakan teknik
Consecutive sampling berjumlah 48 responden pada anak penyandang autisme di
SLB Kyriakon Jakarta Selatan. Analisis data menggunakan uji distribusi
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada
kategori kadang dibantu pada semua komponen perawatan diri. Peneliti
merekomendasikan setiap sekolah berkebutuhan khusus untuk menetapkan
kurikulum pembelajaran tentang keterampilan perawatan diri agar anak dapat
melakukan perawatan dirinya secara mandiri.

ABSTRACT
Self-care is the ability to take care of self or self-help in daily life activities so we
do not rely on others. One of special necessity children is the autism usually does
not quite able to do self-care because of disability in interaction, communication
and action. This research purposed to determine description of self-care ability of
school children and sufferer of autism teenager. This research is descriptive
research by using Cross sectional method and respondents were taken by using
Consecutive sampling technique with 48 respondents of sufferer of autisme
children at SLB Kyriakon, South Jakarta. Data analysis used frequency
distribution test. The result showed that self-care ability of sufferes of autism
children sometimes helped. Researcher recommends every school that has other
special necessity children to establish curriculum of learning about self-care skill
in order the disability children, in this case the autism can do self-care indepently."
2016
S64789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Blurb, 2018
616.858 82 OCC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Howlin, Patricia
New York: John Wiley & Sons, 1999
R 618.928 HOW t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Saptyasari
"ABSTRAK
Jumlah anak autis di Indonesia terus meningkat tahun 2010 1: 300 dan
tahun 2015 di setiap 250 kelahiran ada 1 anak yang lahir autis. Anak autis masih
dianggap sebagai pihak ketiga (third party) sekaligus stressor bagi keluarga.
Kestabilan kondisi keluarga seperti ini sulit untuk dicapai sebab ada sebuah
uncertainty (ketidakpastian) kapan kondisi ini akan berakhir dan memang tidak
ada jaminan kapan anak autis akan menjadi mandiri. Inilah yang memicu
ketegangan hubungan spouse maupun parenting dalam hubungan segitiga
(triangle relationship). Sehingga penelitian ini ingin memaparkan pola dialektika
hubungan interpersonal dalam keluarga dengan anak autis dan melihat bagaimana
mereka menegosiasikan kontradiksi tersebut dalam mencapai suasana yang
kondusif (harmonis) di sistem keluarganya. Relational dialectics theory
digunakan untuk menjelaskan kontradiksi dan dialektika hubungan interpersonal
ini. Metode Interpretative Phenomenologycal Analysis digunakan untuk melihat
pola dialektika keluarga autis dari penuturan pengalaman masing-masing anggota
keluarga non autis.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi ketidakseimbangan dalam pola
hubungan interpersonal keluarga dengan anak autis yang memiliki sistem tertutup
tetapi bukan berarti mengarah ke centrifugal karena tergantung pada autistic
child background, personal background, family background dan beliefs
background seperti respon cepat ?bangkit? (resilience) dari kesedihan, menerima
dengan ikhlas, bersyukur, pasrah ketika usaha sudah maksimal, tidak
menyalahkan diri sendiri ataupun pasangan, semua respon tersebut lebih
mengarahkan ke keharmonisan (centripetal) antar individu dalam keluarga dengan
anak autis. Budaya patriarki masih terlihat di mana bapak berkorban finansial
sedangkan ibu berkorban tenaga. Menariknya, walaupun ibu mengeluarkan tenaga
yang besar untuk anak autisnya tetapi ketika bapak hanya memberikan sedikit
perhatian terhadap ibu dengan mengajak jalan/makan, menonton bioskop berdua
ataupun mengucapkan ?tidak usah bangun terlalu pagi untuk memasak? karena
bapak tahu lelahnya ibu, hal itu mampu ?meluruhkan? beban berat dan
?menentramkan? perasaan ibu yang seharian mengurus anak autisnya

ABSTRACT
Number of children with autism in Indonesia continues to increase with the trend
in 2010. 1:300 and 2015 in every 250 births there was one autistic child born.
Children with autism are still regarded as a third party once the stressor for
families. The stability of autistic family are difficult to be achieved because there
is an uncertainty such as when these conditions will end and there is no guarantee
when the autistic child will become independent. These conditions cause tension
in spouse or parenting relationships or in the triangular relationship. Thus, this
study aims to expose the pattern of interpersonal relationships dialectic in families
with an autistic child and see how they negotiate the contradiction in achieving a
conducive atmosphere (harmony) in the family system. Relational Dialectics
Theory is used to explain the contradictions and their dialectics. Interpretative
Phenomenologycal Analysis is used to see a pattern of relational dialectic in
autism families from the non-autistic family members? narrative about their
experience.
The results showed there was imbalance relationships pattern in closed family
system with autistic child but it did not mean that it was centrifugal because it
depends on autistic child background, personal background, family background
and beliefs background such as rapid response to resilience, accept willingly, be
grateful, be resigned when efforts have the maximum, do not blame yourself or
your partner, all the responses are more directed to harmony (centripetal) among
individuals in families with an autistic child. Patriarchal culture is still visible
where the father is more sacrifice financially while the mother sacrifices
physically. Interestingly, although mothers expend so much time and energy to
her autistic child, but when the father paid little attention to the mother by taking
the road/dining together, watch the movie or just saying the words "do not have to
get up too early to cook" because father knows how exhausted mother is, it has
been able to "shed" a heavy burden and to "pacify" the mother feeling taking care
of children with autism all day."
2016
D2192
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>