Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endrati Fariani
"Tidak ditemukan abstrak"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
15-19-888115205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endrati Fariani
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26300
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zamida
"Pendahuluan

Pengembangan industri dipandang sebagai hal yang penting dari pembangunan ekonomi suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup suatu masyarakat. Dalam proses ini sektor industri diharapkan akan berkembang dan menjadi lebih kuat. Serta menumbuhkan daya saing yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan sektor industri memberikan sumbangan yang jauh lebih berarti pada penerimaan devisa bagi negara yang bersangkutan.

Pada kebanyakan negara berkembang sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling cepat tumbuh dalam perekonomian. Hal ini menyebabkan negara-negara sedang berkembang sangat ingin memajukan sektor industri pengolahan ini.

Dua dasawarsa antara tahun 1966-1985 merupakan kurun waktu pertama industrialisasi yang menunjukkan peningkatan industri yang cepat dan berkelanjutan dalam sejarah Indonesia. Menjelang tahun 1980-an untuk pertama kalinya Indonesia muncul sebagai suatu negara industri yang cukup berarti di antara negara-negara berkembang.

Antara tahun 1973-1984 merupakan tahun-tahun dimana sektor industri pengolahan Indonesia tumbuh hampir dua kali lebih cepat dari pada industri sejenis di Korea dan Singapura, dan lebih dari dua kali laju pertumbuhan industri serupa di India dan Pilipina, sehingga secara keseluruhan Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam negara berpendapatan menengah bawah.

Pada dasawarsa pertama setelah tahun 1966 pertumbuhan sektor industri pengolahan di Indonesia nampak terpusat pada berbagai barang konsumsi dan barang setengah jadi. Ini merupakan salah satu ciri-ciri strategi yang biasa disebut dengan strategi substitusi impor.

Pala Industrialisasi dengan strategi substitusi impor ini biasanya diawali dengan pembangunan industri-industri ringan yang termasuk dalam industri hilir dan kemudian secara bertahap akan mengarah pada pembangunan industri berat yang merupakan industri hulu?
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JANTRA 15(9-10) (2010)(2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JANTRA 15(9-10) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
C. Heru Budiargo
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Mangapul Parlindungan
"Ada 186 industri yang secara ruang tersebar di koridor Jalan Raya Bogor (termasuk propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) dengan keanekaragaman pola persebarannya. Dampak pola persebaran industri tentunya akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja lokal masyarakat yang menetap di wilayah penelitian, yang mana intensitas dampak yang berdekatan dengan lokasi industri tentunya tinggi dan makin jauh, intensitas dampak semakin rendah. Hasil analisis tetangga terdekat (nearness neighborhood analysis) diperoleh kesimpulan pola persebaran industri: mengelompok (cluster pattern) di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, Cilangkap, dan Cisalak; tidak merata/acak (random) di wilayah Kelurahan Tugu, Mekarsari, Sukamaju Baru dan Jatijajar; merata (dispersed pattern/uniform) di wilayah Kelurahan Susukan, Ciracas, Pekayon, Curug dan Sukamaju. Masyarakat lokal yang terserap pada kegiatan industri 62,04 % pada tingkat pendidikan menengah dan 2,81 % pada tingkat pendidikan rendah atau tidak sekolah.

Spatial dispersed pattern of Industry at Jalan Raya Bogor Corridor. The corridor Jalan Raya Bogor, includes DKI Jakarta and West Java provinces have 186 industry, which different spatial dispersed pattern. The Industry has an impact to local community for worker industry. The analysis with nearness neighborhood and overlay map are conclusion as industry has cluster pattern at Cisalak Pasar, Cilangkap, and Cisalak district. And the industry patterns have random spatial at Tugu, Mekarsari, Sukamaju Baru, and Jatijajar district. The industry spatial has a dispersed pattern/uniform at Susukan, Ciracas, Pekayon, Curug, and Sukamaju district. The local community for worker industry has 62.04% senior high school and 2.81% elementary school or not education."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sirma Oktaviani
"Efek liberalisasi impor terhadap produktivitas industri dapat terjadi melalui peningkatan akses variasi input serta transfer teknologi yang melekat pada produk impor. Selain kegiatan impor, faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas adalah kompleksitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh impor bahan baku terhadap produktivitas perusahaan yang lebih banyak menghasilkan produk kompleks. Dengan menggunakan data Survei Industri Besar dan Sedang tahun 2010-2014, produktivitas level perusahaan dihitung berdasarkan metode Levinshon-Petrin (2003) untuk mengendalikan bias seleksi dan simultanitas. Sedangkan Product Complexity Index (PCI) dihitung menggunakan konsep keragaman dan ubiquity produk yang dikenalkan oleh Hidalgo&Hausmann (2009). Hasil perhitungan PCI menunjukkan rata-rata kompleksitas produk pada industri ISIC 3 digit adalah 0.0946 dengan nilai minimum -2.1324 dan maksimum 2.2157. Dengan melibatkan efek tetap perusahaan dan waktu, hasil empiris menunjukkan impor bahan baku mempengaruhi produktivitas perusahaan penghasil produk kompleks secara signifikan sebesar -0.0405. Selain itu, diketahui bahwa industri manufaktur memerlukan waktu yang lebih lama (learning effect) untuk menyerap teknologi pada produk kompleks sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

The effect of import liberalization on industrial productivity can occur through increased access to input variations and technology transfer inherent in imported products. In addition to import activities, another factor that can affect productivity is the complexity of the products produced by firms. This study aims to look at the effect of imported raw materials on the productivity of firms that produce more complex products. By using the 2010-2014 Large and Medium Industry Survey data, firm-level productivity is calculated based on the Levinshon-Petrin (2003) method to control selection and simultaneity bias. Whereas Product Complexity Index (PCI) is calculated using the concept of product diversity and ubiquity introduced by Hidalgo & Hausmann (2009). PCI calculation results show the average product complexity in the 3-digit ISIC industry is 0.0946 with a minimum value of -2.1324 and a maximum of 2.2157. By involving the firm's fixed effects and time, empirical results show that imports of raw materials significantly influence the productivity of firms producing complex products by -0.0405. In addition, it is known that the manufacturing industry requires a longer time (learning effect) to absorb technology in complex products so as to increase firm productivity."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Adi Wiyanto
"Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan usaha kecil furniture yang terarah dan terpadu serta berkesinambungan dan guna mewujudkan usaha kecil furniture yang tangguh dan mandiri, serta dapat berkembang menjadi usaha menengah adalah dengan menggalakkan program "kemitraan". Diharapkan melalui kemitraan dapat secara cepat tercipta simbiosis mutualistik, sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil furniture dapat teratasi bahkan usaha kecil furniture akan memperoleh berbagai manfaat dengan prinsip win-win solution.
Ada berbagai pola/model kemitraan yang selama ini diimplementasikan, diantaranya adalah: (a) Pala/model kemitraan sub-kontrak/sub-contracting (SC), yang terdiri dari; Sub-contract up-steam (SC-up stream) dan Sub-contract partial (SCparlia/), (b) Pola/model kemitraan keterkaitan dagang (PKD), dan (c) Pola/model kemitraan operasional (PKO). Akan tetapi dalam penelitian ini kajian hanya dibatasi pada Pola Keterkaitan Dagang (PKD) dan Pala Keterkaitan OperasionaI (PKO).
Bagaimana dampak kedua pola kemitraan ini pada usaha kecil furniture di DKI Jakarta, akan menjadi kajian mama daiam penelilian ini. Dampak yang dimaksudkan adalah pada perkembangan usaha kecil furniture, yang menyangkut: peningkalan nilai tambah (value added), peningkalan keunggulan produktivitas (produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal/kapital), peningkatan kepentingan inovasi, dan ratio penyertaan modal sendiri dalam usaha.
Hasil penelitian menunjukkan, pelaksanaan program kemitraan pola keterkaitan dagang (PKD) memiliki dampak yang sangat signifikan dalam meningkatkan nilai tambah (value added), peningkatan produktivitas modal/kapital (capital productivity), dan peningkatan penyertaan modal sendiri dalam usaha. Akan tetapi pola kemitraan ini tidak berdampak secara signifikan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (labor productivity) dan tingkat kepentingan inovasi produk.
Pelaksanaan kemitraan Pola Keterkaitan Operasional (PKO) secara sangat signifikan memiliki dampak terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (labor productivity). Akan tetapi pola kemitraan ini tidak berdampak secara signifikan terhadap peningkalan nilai tambah {value added), peningkalan produktivitas modal/kapital (capital productivity), peningkatan kepentingan inovasi, dan peningkalan penyerlaan modal modal sendiri dalam usaha.
Model kemitraan Pola Keterkaitan Dagang (PKD) relatif lebih cocok dibandingkan Pola Keterkaitan Operasional (PKO). Karena pola kemitraan ini usaha kecil furniture lebih memiliki posisi tawar (bargaining position), persiapan modal usaha kecil furniture lebih kuat, dan usaha kecil furniture memasok produk jadi sehingga relatif tidak ada tuntutan standar teknis dari dari pihak usaha besarlmenengah sebagai mitranya.
Berdasarkan temuan tersebut dapat disarankan bahwa dalam rangka implementasi kebijakan pengembangan pola kemitraan pada usaha kecil furniture, akan relatif lebih cocok jika diterapkan kemitraan Pola Keterkaitan Dagang (PKD), Akan tetapi juga patut diingat bahwa tingkat kecocokan implementasi kemitraan Pola Keterkaitan Dagang tersebut juga dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama dari pihak usaha kecil furniture itu sendiri, yaitu menyangkut pada kesiapan usaha kecil tersebut dalam rangka menjalin kemitraan dengan pola ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T12050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>