Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193612 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yurika Arianti Permanasari
"Skripsi ini membahas pelaksanaan tradisi perayaan tahun baru Imlek oleh masyarakat etnis Cina di Kota Bogor dewasa ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penulisan deskriptif. Data-data diperoleh melalui dua metode, yaitu kepustakaan dan wawancara. Responden berjumlah 25 orang mewakili wilayah administratif, usia, religi, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat etnis Cina di Kota Bogor merayakan tahun baru Imlek; telah terjadi perubahan dalam pemahaman dan pelaksanaan tradisi perayaan tahun baru Imlek bagi etnis Cina di Kota Bogor. Penulis berpendapat bahwa faktor penguasaan bahasa dan pemahaman akan tradisi budaya Cina serta keadaan lingkungan sosial budaya, sebagai penyebab berbagai perubahan yang terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13910
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Kusumawardani
"Perayaan tahun baru Imlek sampai saat ini masih tetap dirayakan oleh orang-orang Cina peranakan di Indonesia, misalnya orang-orang Cina peranakan yang berada di desa Cileungsi. Mereka berusaha untuk tetap dapat melestarikan budaya yang merupakan peninggalan leluluhur. Namun dengan adanya peraturan dari pemerintah Indonesia mengenai perayaan hari-hari besar Cina, maka pelaksanaannya hanya dalam lingkungan terbatas. Sekalipun demikian mereka tetap dapat menyelenggarakan perayaan hari-hari besar tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S18619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Zaenal Abidin Eko Putro
"Tesis ini mencoba mengangkat salah satu kekayaan khazanah kebudayaan orang Tionghoa, yaitu perayaan Tahun Baru Imlek. Sejak dijadikannya hari libur nasional pada tahun 2003, perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan secara lebih leluasa, sekalipun hambatan perayaannya sebenanya telah hancur seiring lengsernya kekuasaan Orde Baru, dan saat ini telah jauh menjangkau ruang publik (negara). Semula diberi kebebasan, kemudian dilarang sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 untuk dirayakan secara publik, secara terang-terangan. Akibatnya kemudian dirayakan secara sembunyi-sembunyi, berada dalam wilayah privat berbasis keluarga. Riset ini juga menunjukkan basis ontologis dari perayaan Tahun Baru Imlek adalah peristiwa keluarga, dan kemudian beranjak menjadi perayaan yang bersifat publik. Tidak juga ketinggalan dipotret perubahan-perubahan apa yang mengitari pada wujudnya yang publik itu. Penanggalan bulan (Yinli, versi Mandarin baku atau Imlek versi dialek Hokkian) yang pergantian tahunnya selalu dirayakan oleh orang Tionghoa menuturkan banyak versi. Penggunaan istilah Tahun Baru Imlek dalam tesis ini berarti versi sebagian yang dipakai dan adalah versi rakyat kebanyakan yang mengaitkan perayaan pergantian tahun bulan (lunar year) dengan hal ikhwal bercocok tanam. Sebagai ucap syukur yang lebih dari sekadar kehidupan (more to life). Ketika membicarakan kekinian perayaan Tahun Baru Imlek, khususnya sejauh penelitian ini menjangkau para informan, ada dua versi utama bagi yang merayakan, yakni apakah ia bagian dari tradisi atau bagian dari ritual. Perdebatan antara dua hal ini belum selesai hingga kini. Setelah keran ketersumbatan terbuka, perayaan Tahun Baru Imlek menghadirkan beragam bentuk maupun versi perayaannya. Selain perayaan dilakukan di ruang-ruang publik, seperti gedung perkantoran, mal, restoran, hotel dan sebagainya, juga dilakukan perayaan yang bersifat nasional yang dihadiri presiden dan para tokoh politik lainnya, yang intinya mengarah pada ruang publik (public sphere). Dirayakannya di pusat-pusat keramaian juga telah menyulap perayaan Tahun Baru Imlek menjadi sarana bagi jalur komoditas yang artinya mengundang para kapitalis untuk masuk. Beranjaknya dari ruang privat ke ruang publik, perayaan Tahun Baru Imlek telah beresonansi menjadi perayaan publik, apalagi sejak tahun 2002 telah menjadi hari libur secara nasional. Hal ini sekaligus mengundang telisikan kemungkinan adanya indegenisasi, lokalisasi ataupun kontekstualisasi perayaan Tahun Baru Imlek, atau secara umum perjumpaan orang Tionghoa dengan orang Indonesia lainnya dalam kemozaikan Indonesia.
This thesis aims to elaborate the phenomenon of celebration of Lunar New Year for Tionghoa or known as Imlek. The celebration echoed thoroughly nationwide as well as Idul Fitri festival, Christmast, and so forth. In current political situation, however, Imlek has been acknowledged by Indonesian government eventually emerging unconscious dilemma for Tionghoa. In one hand, Indonesian government admitted Imlek as an official holiday denotes that there seems to be recognition for Chinese minority culture as a part of Indonesian culture. In other hand, that acknowledgment emerging of what so called ?hidden conflict? among Chinese elite figures or communities in Indonesia. Whereas many Tionghoa paid attention Imlek in a sense of religious ritual as a matter claimed by Chinese Confucian, and the same time acclaimed by other Chinese particularly not Confucian as merely a cultural matters. This condition inevitably endorses what so-called ?high tension? among the elite figures. A paradigm shift from spirituality of farmer rituals to mass culture (Adorno & Horkheimer), therefore, hasn?t recognized by Chinese elite in a matter effect of that smooth and high conflict. The overwhelming celebration of Imlek is still closes to euphoria phase for Chinese population. Reinterpreting of Spring Festival or in Indonesia cited as Imlek, now is an important search for not only Chinese ethnic but also Indonesian population generally. In this thesis, I also would like to examine the current Imlek celebration in Indonesia and also connected to make it more locally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24737
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Kurniawati
"Pada era globalisasi ini, setiap kelompok masyarakat dituntut untuk bergerak dan berpikir dinamis sesuai dengan keadaan zaman. Begitu pula halnya dengan masyarakat etnis Cina yang sudah dikenaI dengan nilai-nilai budaya yang telah berusia ribuan tahun lamanya. Berbagai perubahan atau penyesuaian pun dilakukan untuk bisa bertahan hidup dalam kelompok masyarakat yang majemuk dengan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Ada kalanya nilai-nilai yang sudah dipertahankan selama ribuan tahun harus diubah dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka atau bahkan dihilangkan sama sekali karena berbagai faktorDalam tulisan ini, kasus yang penulis ambil sebagai bahan tulisan adalah Persepsi Kaum Muda Etnis Cina di Bandung Tentang Tradisi Ritual Qing Ming. Data-data yang diperoleh untuk tulisan ini diambil dengan dua cara atau metode, yaitu kepustakaan dan wawancara. Wawancara dilakukan setelah dilakukannya studi pendahuluan dengan menggunakan kuesioner, Sample yang diambil berjumlah 25 orang dengan dua puluh orang berasal dari golongan muda dengan rentang usia 15hingga 30 tahun, yang dipilih secara acak dari beberapa sekolah negeri dan swasta di kota Bandung, dan beberapa orang yang tinggal atau beraktivitas di sekitar wilayah Pecinan di Bandung. Bagaimana persepsi baru yang muncul pada kaum muda etnis Cina ini dan faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah beberapa masalah yang akan dibahas dalam tulisan iniHasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan persepsi kaum muda etnis Cina di Bandung mengenai tradisi ritual Qing Ming dan berbagai hal yang berkaitan dengan tradisi tersebut. Ada dua faktor yang penulis anggap sebagai penyebab terjadinya perubahan persepsi ini, yaitu lingkungan sosial budaya dan peninggalan sejarah. Karena faktor-faktor inilah, maka akhirnya terjadi perubahan nilai dan persepsi yang sudah ada dalam masyarakat Cina serta nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh orang tua pada pada informan, terutama mengenai tradisi ritual Qing Ming..."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S12986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayola Jacintha Howidjaja
"Perayaan Imlek dan Cap Go Meh telah mengalami transformasi signifikan seiring dengan dampak pandemi COVID-19. Sebelumnya perayaan ini selalu dikenal dengan kemeriahan dan keramaian, namun karena adanya pandemi COVID-19, adaptasi diperlukan dalam banyak aspek, baik substansial maupun dekoratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak pandemi COVID-19 terhadap perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi pustaka dan wawancara mendalam, yang melibatkan seorang pelestari budaya di Klenteng Boen Tek Bio. Hasil analisis menunjukkan perubahan signifikan baik dalam pelaksanaan maupun persepsi terhadap perayaan tersebut. Transformasi ini tidak hanya mempertahankan esensi perayaan, tetapi juga memperkaya maknanya dengan inovasi dan ketahanan dalam menghadapi tantangan global.
The Chinese New Year (Imlek) and Cap Go Meh celebrations have undergone significant transformation due to the impact of the COVID-19 pandemic. Previously known for their festivity and crowded gatherings, these celebrations required adaptations in many aspects, both substantial and decorative, due to the pandemic. This study aims to explore the impact of the COVID-19 pandemic on the Imlek and Cap Go Meh celebrations in Jakarta. The research employs a qualitative method with literature review and in-depth interview techniques, involving a cultural preservationist at the Boen Tek Bio Temple. The analysis results indicate significant changes both in the implementation and perception of these celebrations. This transformation not only maintains the essence of the celebrations but also enriches their meaning with innovation and resilience in facing global challenges."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Ernalem
"Disertasi ini merupakan studi mengenai variasi identitas etnik di dalam sebuah komunitas sosial di mana tiap-tiap anggotanya menampilkan kesamaan sekaligus keberagaman dalam merepresentasikan identitas mereka. Komunitas yang menjadi subjek penelitian ini mengidentifikasi diri mereka sebagai “Cina Pondok Cina”. Mereka tinggal di Depok, Jawa Barat. Dengan menggunakan etnografi, penelitian ini menyelisik Imlek sebagai pintu untuk memahami konstruksi identitas orang Cina Pondok Cina. Adapun teori strukturasi Giddens yang dilengkapi dengan teori populasonal kebudayaan Durham dan pemikiran Ross tentang pengaruh lingkungan terhadap transmisi informasi, digunakan sebagai kerangka pemikiran. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa di balik variasi dalam perayaan Imlek, ikatan kekerabatan dan bakti (xiao) dalam bentuk pemujaan leluhur tetap bertahan dan menjaga keberlangsungan tradisi Cina pada komunitas Cina Pondok Cina. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi dan kontinuitas telah terjadi secara bersamaan. Lebih dari itu, transformasi memungkinkan kontinuitas pada aspek-aspek esensial dari identitas Cina Pondok Cina, dan pada waktu yang sama, kontinuitas memungkinkan aspek-aspek yang berubah tetap memiliki makna.

This is a study of ethnic identity variation of a Chinese community whose members display both similarities and heterogeneity in representing their identities. The community identifies themselves “Cina Pondok Cina” (literally the Chinese of Pondok Cina, who settled in Depok, West Java). Employing ethnographic approach, this study focuses on Imlek, the Chinese New Year celebration, to understand the construction of Chinese identity among them. Imlek is the most visible representation of their “Chinese-ness”. This study uses Giddens’ theory of structuration, Durham’s populational theory of culture, and Ross’ thought abouut environmental influences to transmission of information, as theoretical frameworks. This study found that in spite of the variation of Imlek celebration, kinship ties and devotion (xiao) to ancestor worship continue to hold and preserve the so-called Chinese tradition. It shows that transformation and continuity has been occurring together. Furthermore, transformation makes possible the continuity of essential aspects of Cina Pondok Cina identity, and at the same time, continuity makes the changed aspects meaningful."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhara Aisya
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui makna simbol fu (?) bagi masyarakat Cina, serta hubungan dan kaitan antara sebuah simbol fu (?) dengan perayaan Tahun Baru Cina. Makna simbol fu (?) bagi masyarakat Cina serta kaitan simbol fu (?) dengan perayaan Tahun Baru Cina dapat diketahui melalui analisa terhadap makna dari aksara fu (?), latar belakang seperti mitos dan mitologi simbol fu (?) digunakan pada saat perayaan Tahun Baru Cina, elemen warna simbol fu (?) dan peletakan simbol fu (?) pada saat perayaan Tahun Baru Cina. Simbol fu (?) dengan perayaan Tahun Baru Cina memiliki kaitan antara suatu perayaan yang besar dengan simbol yang mendukung perayaan tersebut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Vania
"Perayaan Tahun Baru Imlek (春节 chūnjié) dan Cap Go Meh (元宵节 yuánxiāo jié) adalah perayaan tahunan kaum Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh terhambat karena pemerintah Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967 yang mengatur tentang kepercayaan dan adat istiadat Tiongkok. Artikel ini membahas berbagai faktor yang menyebabkan pemerintah Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967. Artikel ini secara spesifik membahas mengenai perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh pada masa berlakunya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967 berlandaskan hasil wawancara dengan dua orang narasumber yang mengalami dampak dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967. Hasil analisis menunjukkan pelaksanaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh mengalami perubahan karena adanya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967 serta undang-undang lain yang dikeluarkan dalam upaya asimilasi telah menyebabkan generasi muda kaum Tionghoa kurang mengenal budaya Tionghoa, terutama yang berkaitan dengan makna perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh.

Chinese New Year celebrations (春节 chūnjié) and Cap Go Meh (元宵节 yuánxiāo jié) , an annual Chinese celebrations around the world, including Indonesia. However, the
implementation of the Chinese New Year celebrations and Cap Go Meh was hampered because the government issued the Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 14 of 1967 (Inpres 14/1967), which regulates Chinese religious beliefs and customs. This article discusses various factors that caused the Indonesian government to issue Presidential Instruction Number 14 of 1967. This article spesifically discusses the Chinese New Year celebrations and Cap Go Meh during the Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 14 of 1967 period based on the results of interviews with two sources who experienced the impact of the enactment of Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 14 of 1967. The result of the analysis show that the implementation of the Lunar New Year and Cap Go Meh has changed due to the Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 14 of 1967. Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 14 of 1967 and other laws issued in an assimilation effort have caused the younger generation of Indonesian Chinese to be less familiar with Chinese culture, especially related to the meaning of Chinese New Year celebrations and Cap Go Meh.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siswono Yudo Husodo
Jakarta: Lembaga Yayasan Padamu Negeri, 1985
305.8 SIS w (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>