Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Irmawan Widianto
"Media massa, terutama televisi, harus diakui kini memiliki pengaruh luar biasa terhadap masyarakat. Aneka tayangan yang dihadirkan kepada masyarakat, informasi, hiburan maupun iklan tampaknya sudah jadi "kewajiban" untuk ditonton. Tayangan televisi kini ibarat dua sisi mata uang, salah satu sisi memberikan manfaat positif, tapi di sisi lain berdampak negatif. Melihat perkembangan pertelevisian yang terus menjamur dan sudah tentu faktor bisnis harus menjadi perhatian utama, jenis tayangan dan iklan komersial dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku pemirsanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar kadar perilaku peniruan pemirsa dewasa (variabel dependen = Y) disebabkan oleh faktor pengaruh tayangan yang mengadung kekerasan di televisi (variable independen - Xi) dan faktor iklan komersial di televisi (variabel independen - X2) dalam kaitannya dengan Ketahanan Wilayah di Kotamadya Depok.
Metode Penelitian yang digunakan adalah yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner untuk menjaring persepsi masyarakat di Kotamadya Depok khususnya di 3 (tiga) Kecamatan yang berada di wilayahnya yaitu Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji, hingga terjaring 100 orang sebagai responden. Disamping itu untuk mengumpulkan data digunakan juga teknik observasi. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan metode statistik korelasi dan regresi sederhana serta regresi berganda.
Hasil penelitian menemukan pertama, terdapat pengaruh antara tayangan yang mengadung kekerasan di televisi terhadap kadar perilaku peniruan oleh pemirsa dewasa, semakin baik pengaruh tayangan yang mengadung kekerasan di televisi maka akibatnya akan semakin besar terhadap kadar perilaku peniruan oleh pemirsa dewasa dan sebaliknya semakin tidak baik pengaruh tayangan yang mengadung kekerasan di televisi maka akibatnya akan semakin kecil pula kadar perilaku peniruan oleh pemirsa dewasa. Karena koefisien determinasi korerlasi (r2) - 0.609 maka terdapat 60.9% kadar perilaku peniruan oleh pemirsa dewasa disebabkan oleh pengaruh tayangan yang mengadung kekerasan di televisi di Kotamadya Depok. Kedua, terdapat pengaruh antara iklan komersial di televisi terhadap perilaku peniruan oleh pemirsa dewasa. Karena koefisien determinasi korelasinya (r) = 0.5580 maka terdapat 55.8% kadar perilaku peniruan pemirsa dewasa disebabkan oleh pengaruh iklan komersial di televisi. Ketiga, terdapat pengaruh antara tayangan yang mengandung kekerasan dan iklan komersial di televisi. Karena koefisien determinasi korelasinya (r2) = 0.660 maka terdapat 66.0% kadar perilaku peniruan oleh pemirsa dewasa disebabkan pengaruh tayangan yang mengandung kekerasan dan iklan komersial di televisi.

Mass media, television broadcasting in particularly, has a great influence to the public currently. Several various programs have been presented for viewers such as information, entertainment and advertisement, and rt seems to be “a compulsory” to be watched for them. As a coin, television broadcasting has two sides. In one side, it provides some advantages, but on other hand, it gives disadvantages. In according to the rapid development of television broadcasting, the business factor becomes a priority. Some kinds of television programs must follow this factor, as a result the television program and commercial advertisement could be the factors that influence their viewers’ behavior.
This research is aimed at measuring the extent of the imitating behaviour of the adult viewers (dependent variable = Y) caused by the factor of programs contain violence on the television (independent variable = Xi), and the factor of commercial advertisement on television (independent variable = X2). in this correlation with the region resilience at Depok municipality.
The research methodology employed is the survey method by using questionnaire to obtain the perception of 100 respondents from Depok municipality which are Cimanggis sub-district, Sukmajaya sub- district and Beji sub-district. In addition, observation method also employed to collect data. The research samples are collected by means of random sampling. The data are analyzed by means of simple correlation and regression statistical method and multiple regression method.
The research findings are follows: Firstly, there is an influence of the programs contain violence on the television on the extent of imitating behaviour of the adult viewers, the more positive the influence of programs contain violence on the television, the bigger the extent of imitating behaviour of the adult viewers, and the other way around, the more negative the influence of programs contain violence on the television, the smaller extent of imitating behaviour of the adult viewers. Since the determinant coefficient of the correlation (r2) = 0.609, hence there is 60.9% of imitating behaviour of the adult viewers content caused by the programs contain violence on the television at Depok municipality. Secondly, there is an influence of the commercial advertisement on television on the extent of imitating behaviour of the adult viewers. Since the determinant coefficient of the correlation (r2) = 0.5580, hence there is 55.8% of imitating behaviour of the adult viewers content caused by the commercial advertisement on television at Depok municipality. Thirdly, there is an influences of the programs contain violence on the television and the commercial advertisement on television on the extent imitating behaviour of the adult viewers. Since the determinant coefficient of the correlation (r2) = 0.660, hence there is 66.0% of imitating behaviour of the adult viewers content caused by the programs contain violence on the television and commercial advertisement on television at Depok municipality.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wininta Febri Handayani
"Penelitian ini terfokus pada fenomena program tayangan di delapan televisi swasta yang mengandung materi seksual. Materi seksual merupakan isi dari materi pornografi. Pornografi merupakan salah satu hal tertua yang ada di dunia ini. Sejak dahulu segala sesuatu yang dibalut dengan materi seksual selalu mengundang ketertarikan sekaligus perdebatan. Memasuki tahun 2002, persaingan antar stasiun televise swasta semakin tajam, terutama dalam hal memperebutkan share audience dan slot iklan komersial. Menyikapi hal ini, media televise melihat materi seksual sebagai pemikat yang sangat ampuh untuk meraih penonton dalam jumlah besar. Selain itu hal-hal yang bersentuhan dengan materi seksual akan selalu up to date dan terus dikonsumsi oleh masyarakat, walaupun dalam skala yang berbeda.
Program tayangan malam yang dimulai pukul 18:00 WIB hingga 03:00 WIB, memiliki kandungan materi seksual yang sangat kental, Beberapa mempertontonkan adegan bermaterikan seksual dalam bentuk yang vulgar, kendati sebagian lagi hanya diekspose samara-samar. Namun pada dasarnya tetap dapat menimbulkan rangasangan seksual dan mengundang birahi. Program tayangan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah program tayangan yang telah ditentukan peneliti dengan menggunakan teori purposive random sampling di delapan stasiun televisi swasta Indonesia yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, TM, Trans TV, ANTV, TV7, dan Lativi, yang dimulai pukul 18:00 WIB hingga 03:00 WIB.
Peneliti melihat ada keterkaitan hubungan antara iklim persaingan antar stasiun televisi swasta dalam memperbutkan share audience dan iklan komersial dengan banyaknya frekuensi pemunculan materi seksual di delapan stasiun televisi swasta tersebut. Semakin banyak frekuensi pemunculan materi seksual pada sebuah tayangan, maka semakin tinggi pula share audience dan slot iklan komersial yang diperoleh sebuah stasiun televisi swasta. Oleh karena itu saat ini tayangan bermaterikan seksual marak kita saksikan di layar televisi.
Materi seksual yang digunakan sebagai alai ukur adalah materi seksual yang diambil peneliti dari Lembaga Sensor Film (LSF). Sehingga yang diukur pada saat pencatatan atau koding adalah pemunculan materi-materi seksual tersebut pada seluruh tayangan yang dijadikan sampel.
Peneliti mengaitkan frekuensi pemunculan tersebut dengan tingkat share audience dan jumlah slot iklan komersial tayangan yang bersangkutan dengan batasan materi seksual yang telah dijelaskan pada Bab IV. Ini ditujukan untuk memperoleh deskripsi pemunculan materi seksual secara detail di delapan stasiun televisi swasta tersebut.
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 11.0 dan hasilnya peneliti menemukan bahwa korelasi atau hubungan antara frekuensi pemunculan materi seksual dengan share audience dan jumlah slot iklan komersial menghasilkan hubungan yang signifikan dan positif nmun cukup lemah.
Kesimpulan yang diambil peneliti adalah bahwa jika frekuensi pemunculan materi seksual tinggi atau banyak tidak selamanya akan menyebabkan share audience dan slot iklan komersial meningkat karena ada beberapa ha! lain yang mempengaruhi kedua hal tersebut, misalnya jam tayang dan tema tayangan. Namun bagaimanapun juga program tayangan yang dibalut dengan materi seksual selalu menarik perhatian penonton dan mendapatkan slot iklan yang cukup besar. Sehingga program tayangan dengan materi seksual yang kental tidak akan pernah dilewatkan penonton kapanpun jam tayangnya dan apapun temanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryani
"Saat ini tayangan kriminal di televisi semakin meningkat. Padahal sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa tayangan /criminal di televisi memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat terutama anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan kriminal di televisi terhadap persepsi remaja tentang perilaku kekerasan.
Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi secara Cross Sectional. Responden sebanyak 62 responden diambil dengan menggunakan teknik Random Sampling, yang merupakan siswa SMUN 38 dan SMU Banda Kandung Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan. Selanjutnya data dianalisa menggunakan uji Chi square dan uji Pearson Correlation Coeffisient.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa X2 hitung = 0.296 dan X2 tabeI=3.84 dengan Df=1 dan alpha=0.05, maka X2 hitung lebih kecil dari X2 label yang berarti Ho gagal ditolak. Oleh karena tidak ada hubungan atau Ho gagal di tolak maka tidak dilakukan uji Pearson Correlation Coeffisient. Kesimpulannya tidak ada pengaruh antara tayangan kriminal di relevisi terhadap persepsi remaja tentang perilaku kekerasan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5399
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardani Satrio Wibowo
"Persepsi adalah proses memilih, mengorganisir, dan menginterpretasilean sensoris menjadi berarti dan menghubungkannya secara logis.Tayangan kekerasan adalah tayangan yang di dalarnnya terdapat perbuatan seseorang atau kelornpok yang menyebabkan atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Menurut survey Media Indonesia tahun 2006 ada beberapa tayangan di televisi yang berisi adegan kekerasan : berita kriminal, sinetron, iklan, smack down dan video game.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak usia sekolah (10-12 tahun) terhadap tayangan kekerasan di televisi. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi sederhana, Sampel pada penelitian ini diambil secara acak yaitu siswa yang sedang duduk di kelas 4 sarnpai 6 Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (59,7%) mempunyai persepsi pdsitif bahwa tayangan kekerasan rnempunyai dampak yang kurang baik, seperti melakukan atau meniru adegan kekerasan sedangkan 40,3 % responden mempunyai persepsi negatif bahwa tayangan kekerasan mempunyai dampak yang kurang baik. Artinya sebagian besar (59,7%) anak usia sekolah setuju bahwa tayangan kekerasan mempunyai dampak yang kurang baik dan sebanyak 40,3 % anak usia sekolah tidak semju bahwa tayangan kekerasan mempunyai dampak yang kurang baik.
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah jumlah responden, memperluas area penelitian, meneliti dan menggali lebih dalam lagi variabel-variabel yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5576
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"This article present results of a monitoring project towards the content of TV violence. The monitoring was directed towards severel programss that were broadcasted at 18.00-22.00 in 10 national television stations within two weeks of January, and two weeks February 2007....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi, Dian Setia
"Runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1998, memiliki dampak tersendiri bagi perkembangan industri media massa di Indonesia, baik industri media cetak, maupun industri media elektronik. Dengan dihapuskannya ketentuan memiliki Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), maka setiap orang di Indonesia, memiliki hak yang sama untuk mengeluarkan pendapatnya, termasuk dapat mengurus ijin untuk mendirikan media sendiri, seperti koran, radio, dan televisi. Peranan TVRI yang sudah mulai berkurang sejak adanya televisi swasta di Indonesia, lebih tidak terlihat lagi, sejak munculnya televisi-televisi baru yang kian menjamur, baik yang dapat beroperasi secara nasional, seperti Metro TV, Trans TV, Lativi, TV 7, dan Global TV, maupun yang beroperasi di daerah tertentu saja, seperti Jtv di Surabaya, Menado TV, Bali TV, dan kabarkan akan segera muncul Batam TV.
Persaingan yang kian ketat antar televisi, baik persaingan dalam merebut pemirsa, maupun persaingan dalam merebut pasar ikian, mengharuskan sebuah stasiun televisi memiliki kekhasan tersendiri dalam setiap tayangannya, yang berbeda dengan stasiun televisi lainnya. Saat ini hanya ada dua stasiun televisi yang memang benar-benar menghadirkan sesuatu yang berbeda, yaitu Metro TV, yang menggebrak dengan menjadi stasiun televisi berita pertama di Indonesia, dan Global Tv, yang hanya menayangkan program musik, yang diambil dari MTV Asia.
Program benta di sebuah stasiun televisi, sebenarnya merupakan salahsatu program yang dijadikan andalan bagi semua stasiun televisi, karena dapat mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi perusahaan. Kendati bukanlah dijadikan sebagai acara utama, dan dipasang pada jam jam tayangan utama (prime time), namun beberapa stasiun televisi, menayangkan berita, justru pada jam tayang utama.
Seluruh program berita kriminal ini, rata-rata memiiiki rating yang tinggi untuk kategori program berita, terutama program kriminal Patroli dan Buser. Dengan tingginya rating yang dimiliki, tentunya membuat program ini semakin menghasilkan pendapatan bagi stasiun televisi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dengan banyaknya program kriminal yang ada, maka akan membuat persaingan antara satu televisi dengan stasiun televisi lainnya. Masing-masing program kriminal ini tentunya dituntut oleh pemilik perusahaan, dan para share holder, untuk mempertahankan rating yang telah dicapainya, agar pendapatan yang didapat dari iklan akan terus bertambah, karena tingginya rating yang didapat oleh sebuah program acara, tentunya menentukan harga iklan (rate card) di sebuah stasiun televisi. Banyaknya program serupa inilah yang akhirnya menimbulkan persaingan atau kompetisi antar stasiun televisi, dalam memperebutkan pasar audience (audience share) dan perebutan slot iklan.
Berbagai strategi dilakukan oleh stasiun televisi ini untuk meperoleh rating dan pendapatan yang baik. Strategi yang dibuat mulai dari penempatan jam tayang yang tepat, hingga penempatan acara yang diperkirakan memperoleh rating tinggi, dijadikan sebagai alat agar acara yang dibuat dapat bersaing. Untuk Buser SCTV misalnya, sebelum tayangan Buser, pihak programming menyiarkan acara infotainment yang memang sangat digemari dan mendapatkan rating yang tinggi.
Untuk menentukan harga rate card iklan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jam tayang program, jenis program, rating yang didapat oleh program, dan juga harga rate card program sejenis di stsiun televisi lain. Khusus untuk tayangan berita memang sedikit berbeda dengan tayangan yang bersifat hiburan. Hal ini lebih dikarenakan tayangan berita lebih mencerminkan image stasiun televisi dibandingkan tayangan hiburan. Seburuk apapun rating yang diperoleh tayangan berita, tetap saja tayangan berita dipertahankan oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Selain itu pendapatan yang diperoleh sebuah tayangan berita, termasuk tayangan berita kriminal, tidak terpengaruh dari besarnya rating. Dengan rating yang tidak tinggi, pemsukan yang didapat dari sebuah tayangan berita tidak akan berbeda jauh.
Kerjasama yang sangat baik haruslah dibina antar departemen yang bersangkutan, selain tentunya kerjasama di dalam departemen yang sama juga harus ditingkatkan. Rapat koordinasi dengan departemen-departemen terkait khususnya programming dan departemen sales dan marketing harus dilakukan secara kontinue dan berkesinambungan, agar mutu acara dan pendapatan perusahaan dari program yang bersangkutan dapat terkontrol dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Harini
"PT. Ciba-Geigy dan Persatuan Penderita Epilepsi seluruh Indonesia (PERPEI) melalui Iklan Layanan Masyarakat tentang Epi1 epsi (ILMTE) ingin meluruskan anggapan-anggapan yang salah mengenai epilepsi seperti menular, penyakit keturunan dan sebagainya, yang tumbuh dalam masyarakat. Menurut pendekatan integrasi informasi, informasi yang diterima dan diintegrasikan kedalam sistem informasi sikap seseorang dapat mempengaruhi sistem sikap orang tersebut. Melalui penelitian ini dilihat bagaimana pengaruh ILMTE yang ditayangkan oleh media audio-visual televisi pada sikap pemirsa terhadap epi1epsi. Untuk ILMTE yang sudah berjalan 6 bulan, penelitian sikap before and after dengan tenggang waktu tidak dapat dilakukan. Karena itu untuk menghindari bias maka cara yang digunakan dai am mengukur sikap sebelum dan sesudah melihat ILMTE dibedakan. Sikap sebelum melihat ILMTE diukur berdasarkan pernah tidak nya responden berpendapat negatif terhadap epilepsi sebelum melihat ILMTE. Sedangkan untuk mengukur sikap sesudah melihat ILMTE digunakan model multiatribut dari Fishbein, dimana sikap diukur berdasarkan penjumlahan faktor—faktor khususnya yaitu helief (kepercayaan) dan evaluasi terhadap atribut epilepsi yang dibawa oleh ILMTE. Untuk keperluan pengukuran sikap ini telah ditarik tujuh buah atribut epilepsi dari ILMTE. Sebagai variabel independen ditempatkan nilai ILMTE bagi pemirsa. Pada penelitian ini nilai ILMTE bagi pemirsa diukur berdasarkan valence yang menilai baik buruknya informasi yang diterima dan weight yang menilai benar tidaknya informasi tersebut. Sedangkan faktor-faktor non psikologis seperti pendidikan dan pengenaan pesan diletakkan sebagai variabel kontrol. Sebanyak 49 responden tingkat pendidikan rendah, 32 responden tingkat pendidikan menengah,dan 19 responden tingkat pendidikan tinggi ditarik secara purposive dari populasi yang tersebar di 7 rukun warga di kelurahan Gandaria Selatan, Jakarta Selatan. Secara ringkas hasil penelitian atas 100 responden ini menunjukkan bahwa sebelum melihat ILMTE kebanyakan responden bersikap menolak terhadap epilepsi. Mereka ini pernah berpendapat negatif terhadap hampir semua atribut epilepsi. Tetapi setelah melihat ILMTE, sikap mereka kebanyakan dapat menerima epilepsi sesuai dengan atribut epilepsi yang dibawa oleh ILMTE. Valence dan weighi sama-sama mempunyai hubungan positif terhadap sikap pemirsa terhadap epilepsi. Valence telah mempengaruhi arah sikap responden, dan weight menegaskan bentuk sikap yang telah diarahkan oleh valence tersebut.
Nilai ILMTE bagi pemirsa ternyata cukup kuat mempengaruhi sikap responden terhadap epilepsi setelah melihat ILMTE. Semakin tinggi nilai ILMTE bagi pemirsa, sikap mereka terhadap epilepsi terlihat semakin cenderung menerima. Pengaruh nilai ILMTE bagi pemirsa pada sikap mereka terhadap epilepsi setelah melihat ILMTE tersebut ternyata semakin jelas ketika dikontrol dengan tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih terpengaruh oleh ILMTE daripada responden yang tingkat pendidikannya rendah, sehingga sikap mereka cenderung lebih dapat menerima epilepsi sesuai dengan- atribut yang dibawa oleh ILMTE. Namun ketika dikontrol dengan pengenaan pesan, kecenderungan tersebut tidak terlihat. Perubahan sikap kearah positif yang terjadi, meskipun tidak besar, telah menunjukkan adanya kecenderungan yang cukup baik. Perubahan sikap dari menolak menjadi menerima tersebut teriihat semakin besar sesuai dengan kenaikan nilai ILMTE bagi pemirsa dan juga kenaikan tingkat pendidikan, tetapi tidak terlihat meningkat sesuai dengan kenaikan tingkat pengenaan pesan. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S3938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Andayani Praptiningsih
"Tesis ini membahas masalah kesenjangan kepuasan pada pemirsa TVRI dan RCTI di lima wilayah Jakarta. Pembahasan kesenjangan kepuasan ini mencakup kepuasan yang dicari (gratifications sought) dan kepuasan yang diperoleh (gratifications obtained) melalui kegiatan menonton kedua saluran televisi tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan metode survai. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan yang sebagian besar terdiri atas pertanyaan tertutup terhadap 250 responden berusia di atas 17 tahun yang menonton TVRI dan RCTI, dan bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta. Hasil pengumpulan data lapangan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal kepuasan yang dicari (GS), tidak ada perbedaan antara pemirsa TVRI dan RCTI. Demikian pula jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, ternyata tidak ada perbedaan GS antara pemirsa TVRI dan RCTI, baik laki-laki maupun perempuan.
Demikian halnya dengan kepuasan yang diperoleh (GO), tidak ada perbedaan GO pada pemirsa TVRI dan RCTI. Berdasarkan jenis kelamin responden, ternyata juga tidak terdapat perbedaan GO baik laki-laki maupun perempuan. Artinya, pemirsa TVRI mempunyai tingkat GO yang setara dengan pemirsa RCTI, baik laki-laki maupun perempuan.
Hasil kesenjangan kepuasan yang diperoleh dengan cara membandingkan GO TVRI dengan GO RCTI, menunjukkan bahwa tidak terdapat kesenjangan kepuasan diantara kedua saluran televisi tersebut. Ketiadaan kesenjangan kepuasan dalam setiap pernyataan yang diuji dalam penelitian ini disebabkan adanya hubungan timbal balik GS dan GO dalam perilaku konsumsi media. Di samping itu karena adanya kemiripan jawaban responden dalam preferensi dan seleksi terhadap acara televisi. Namun, jika kesenjangan kepuasan itu diuji dengan membandingkan langsung GS dan GO ternyata nampak adanya kesenjangan kepuasan antara kepuasan yang dicari (GS) dengan kepuasan yang diperoleh (GO)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poetry Arrum Kesuma
"ABSTRAK
Upaya persuasi aten lebih efektif pada saat seseorang tidak merasa sedang dipersuasl.
Pendapat itul^ V^ng ingin dilihat pada tulisan ini. Jika pemirsa biasanya menghindari
iklan dengan cara mengganti saluran televisi pada saat jeda iklan tfca, maka kini muncul
strategi pemasaran banj dimana pesan komersiaJ justai disisipkan kedalam program
televisi. Penyisipan merek kedal^ program televisi ini disebul program hibrida.
Penefrtian ini ingin membuktikan pendapat Bhatnagar, Aksoy & Malkoc (2002) bahwa
program hibrida lebffi unggul daripada iklan dalam mempersuasi pemirsa. Saat ini
muncul genre program baru yang potensial untuk dijadikan program hibrida yartu
program reality show.
Dua bentuk penyajian pesan yaibi secara iklan atau program hibrida bert)entuk reality
show ini tentu menimbulkan respon-respon dari pemisa antara lain ingatan terhadap
mereK asosiasi merek, sikap terhadap bentuk pesan. sikap terhadap merek dan intensi
membeli merek. Respon-respon inilah yang ingin dilihat dan dibandlngkan Selain itu
menurut Solomon & Englis (1994) terjadi beliefperseverance, sil^ dan interrsi pemirsa
tidak berubah setelah diberttahu bahwa merek membayar pada program agar bisa
muncul kedalam program.
Sebanyak 82 orang mahasiswa Fakuitas Keguruan dan llmu Pendidikan Unika Atmajaya
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menyaksikan program dengan iklan
unthuk mengukur respomne ntyerahkasdiakpa nt apyraonggrana,m pahritbirsiidpas wbi edribmeinnttau km ernegaliistiy ksuheoswio.n Kere.
Dari hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa program hibrida reality show memang
lebih efektif daripada iklan dalam ha! sikap terhadap bentuk pesan komersial, sikap
terhadap merek dan intensi membeli merek tapi tkjak pada brand recaU dan asosiasi
rrierek Belief perseverance sikap dan intensi membeli merek juga terjadi. Saran yang
diberikan adalah bagi penelitian selanjutnya dan implikasr praktis bagi pihak production
house atau perusahaan yang ingin memasarkan produknya dalam menyusun program
hibrida berbentuk rea/rfy show."
2004
S2826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>