Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saman Azhari
"Tesis ini membahas hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Forensik Bareskrim Mabes Polri yang merupakan suatu tempat pemeriksaan barang bukti yang disita dari TKP oleh penyidik kepolisian, dilakukan dengan menggunakan instrumen analisis, supaya hasil pemeriksaan barang bukti yang diambil dari tempat kejadian perkara (TKP) dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti di sidang pengadilan.
Sebagai suatu lingkungan kerja. Laboratorium Forensik memiliki potensi ancaman bahaya yang berbeda dengan lingkungan kerja yang lain, karena instrument yang digunakan untuk pemeriksaan dan barang bukti harus betul-betul diamankan. Kerusakan atau kehilangan dari salah satu aspek tersebut bukan hanya akan merugikan Laboratorium Forensik saja, tetapi juga akan merugikan kepolisian dan penegakan hukum secara umum.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan aspek-aspek sekuriti yang ada di Laboratorium Forensik, sehingga dari data-data yang diperoleh dapat dikontruksikan sekuriti yang sesuai untuk Laboratorium Forensik.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yaitu mengamati gejala-gejala sebagaimana di pahami oleh orang-orang yang berada di tempat tersebut, dengan demikian peneliti perlu hidup bersama orang-orang tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain ancaman dari luar berupa orang-orang yang berniat melakukan kejahatan, terdapat juga ancaman dari dalam berupa kecelakaan kerja dan penyakit kerja.
Pencegahan kejahatan dengan pendekatan situasional hanya efektif untuk menanggulangi ancaman dari luar, sedangkan unruk menanggulangi ancaman dari dalam, Laboratorium Forensik perlu menerapkan pencegahan kejahatan dengan pendekatan komunitas, yang dalam ligkungan Laboratorium Forensik dapat dilaksanakan dengan membuat standarisasi pedoman kerja dan mendorong komunitas untuk mematuhi dan melaksanakannya.

This thesis discussed the results of the research conducted at Forensic Laboratory, the workplace where the physical evidence from crime scenes that seized by the police investigator is examined, by using analytical instrument, so the police investigator can use it as evidence in the court.
As a workplace, Forensic Laboratory has it own particular security risk related to it asset, activity, and physical evidence on costudy. The loss of any aspects is not afected only the Laboratory but in general also afected the police work and law enforcement.
This study is to elaborate the security aspect in Forensic Laboratory. so from the data obtained, can be constructed the appropriate security strategy for Forensic Laboratory.
The study uses qualitative methods, conducted by observe the phenomena which is perceived by the individual at the site, it means that the researcher have to live within community in a period of time.
The study found that in addition to exterior threat that come from individual who intent to commit crime, there are also interior threat that come from work activity such as work accident and accupational sickness.
Situasional crime prevention only effective for exterior threat, but for interior threat, forensic laboratory has to implement community base crime prevention which is in forensic laboratory scope. can be implemented by establishing Standard operational procedure (SOP) and encourage the community to execute it.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Dwi Cahyanto
"Kejahatan dunia digital meningkat setiap tahunnya seiring dengan berkembangnya teknologi informasi. Barang bukti kejahatan yang paling banyak ditemukan adalah handphone. Oleh sebab itu kebutuhan untuk mendapatkan banyak informasi yang digunakan dalam penyelidikan membutuhkan alat forensik handphone. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya alat forensik handphone yang diproduksi dan dipergunakan baik secara gratis maupun komersial. Berkembangnya teknologi handphone dan banyaknya alat forensik handphone membuat penyelidik sulit dalam memilih alat yang efektif dan efisien.
Penelitian ini mengevaluasi kemampuan alat forensik handphone dalam proses akuisisi data pada handphone berbasis android secara fisik. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan framework Smartphone Tool Specification Standard dari NIST National Institute of Standards and Technology. Metode pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan eksperimen pada alat forensik handphone XRY UFED dan Device Seizure. Di samping itu GAP analisis digunakan untuk menganailsa hasil eksperimen tersebut. Hasil penelitian mengungkap bahwa sistem operasi dan chipset handphone mempengaruhi kemampuan alat forensik handphone dalam proses ekstraksi.

Digital world crime is increasing every year in a line with the development of information technology. The crime evidence which the most commonly found is mobile phone Hence the need for obtaining a lot of information used to investigate requires mobile forensic tool. As a result many mobile forensic tools are produced and used both in open source and commercial. The development of mobile phone technology and the number of mobile forensic tools cause the difficulty in selecting an effective and efficient tool for the investigator.
This study evaluates the capability of mobile forensic tool in data acquisition process on android based mobile phone physically. The Evaluation is conducted by using Smartphone Tool Specification Standard framework from NIST National Institute of Standards and Technology. The data collection method of this study applies experiments on XRY UFED and Device Seizure mobile forensic tool Besides GAP. Analysis is used to analyze the experiment results. The results of this study reveal that operating system and mobile phone chipset influence the capability of mobile forensic tool in the extraction process."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Dwi Ananto
"Proses pengembangan karir Perwira Menengah Bareskrim Polri selama ini belum efektif yang ditunjukkan dengan adanya kesulitan kenaikan pangkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara lebih jauh terhadap pola mutasi Perwira Menengah serta melihat faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam mutasi Perwira Menengah. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola mutasi bagi Perwira Menengah yang saat ini diterapkan pada Sumber Daya Manusia Bareskrim Mabes Polri menghadapi era Revolusi Industri 4.0? dan (2) Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam mutasi bagi Perwira Menengah Bareskrim Mabes Polri untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0?. Metode yang digunakan adalah kualitatif-eksploratif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan teknik studi dokumentasi. Analisa data dilaksanakan dengan analisis flow model yang melibatkan proses validitas data, antisipasi, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua pola mutasi bagi Perwira Menengah Bareskrim Polri yaitu demosi dan promosi. Demosi didorong oleh pelanggaran yang dilakukan anggota sedangkan promosi berdasarkan pada kebutuhan organisasi atau pengajuan anggota. Keduanya hanya dapat tejadi ketika terdapat nota dinas. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mutasi bagi Perwira Menengah di era Revolusi Industri 4.0 dalam konteks promosi diantaranya adalah kompetensi siber, pengalaman kerja pada bidangnya, kemampuan pemberkasan, sertifikasi khusus penyidik, pendidikan kejuruan dan keterampilan penggunaan teknologi. Sedangkan dalam konteks demosi dengan mempertimbangkan faktor pelanggaran etika dan pelanggaran hukum yang didasarkan pada putusan sidang disiplin Polri bila telah terjadi pelanggaran disiplin sedang.

The era of the Industrial Revolution 4.0 has encouraged changes in the The career development process for Intermediate Bareskrim Polri officers has not been effective so far, as demonstrated by difficulties in promotion. This research aims to further explore the mutation patterns of Middle Officers and look at the factors that are taken into consideration when transferring Middle Officers. The problems examined in this research are (1) What is the pattern of transfers for Middle Officers currently applied to the Human Resources of Bareskrim Polri Headquarters facing the era of Industrial Revolution 4.0? and (2) What factors are considered in the transfer of Intermediate Criminal Investigation Officers at National Police Headquarters to face the era of Industrial Revolution 4.0? The method used is qualitative-exploratory by collecting primary and secondary data. Primary data was collected using interview data collection techniques, while secondary data was collected using documentation study techniques. Data analysis was carried out using flow model analysis which involved the processes of data validity, anticipation, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the research show that there are two patterns of mutation for Intermediate Bareskrim Polri officers, namely demotion and promotion. Demotions are driven by violations committed by members while promotions are based on organizational needs or member submissions. Both can only occur when there is an official note. Factors considered in transfers for Middle Officers in the Industrial Revolution 4.0 era in the context of promotion include cyber competence, work experience in their field, filing skills, special certification for investigators, vocational education and skills in using technology. Meanwhile, in the context of demotion, considering the factors of ethical violations and legal violations which are based on the decision of the Police disciplinary hearing if there has been a moderate disciplinary violation."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Ronald Ardiyanto
"Hakikat manusia dalam hidup pasti menginginkan adanya perbaikan. Perbaikan dalam hal kualitas hidup dan juga perbaikan terhadap cara bekerja yang pada akhirnya akan membawa kepada meningkatkan cara hidup dan berperilaku pada diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Dalam hal memperbaiki kualitas pengamanan pada Polres Kota Depok dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui sistem keamanan fisik yang telah diselenggarakan pada saat ini, kemudian menemukan apa saja kelemahan dari sistem keamanan fisik yang telah diselenggarakan. Sehingga peneliti dapat menggambarkan serta memberikan saran serta perbaikan untuk sistem keamanan fisik Polres Kota Depok. Hal ini sesuai dengan tujuan yang peneliti inginkan yaitu adanya optimalisasi dari penyelenggaraan sistem keamanan fisik fisik pada Polres Kota Depok. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualitatif dengan cara turun ke lapangan. Metode penelitian ini akan menggabungkan data-data yang didapatkan langsung di lapangan dengan data yang terdapat di dalam peraturan dan literaturliteratur. Penyelenggaraan sistem keamanan fisik pada Polres Kota Depok sudah terselenggara dengan baik namun untuk meningkatkan pelayanan serta pengamanan maka penyelenggaraan sistem keamanan fisik pada Polres Kota Depok perlu lebih di optimalkan. Peneliti menyarankan untuk melakukan optimalisasi kepada upaya penyelenggaraan sistem keamanan fisik yang lebih berorientasi kepada pencegahan dengan memperhatikan lingkungan serta kondisi dari Polres Kota Depok.

Human nature in life would want an improvement. Improvements in quality of life and also improvements to ways of working that will ultimately lead to improve the way of life and behave yourself, your family and the environment. In terms of improving the quality of security at City Depok Police performed by first knowing the physical security system that has been held at this time, then find what are the weaknesses of the physical security system that has been held. So that researchers can describe and give advice as well as improvements to physical security systems Depok City Police. This is consistent with the desired goal of researcher that is to optimize the physical implementation of physical security systems in Depok City Police. The research will be conducted with qualitative methods in a way down to the field. This Methods will incorporate data obtained directly in the field with the data contained in the regulations and literature. Implementation of physical security systems in Depok City Police already well established, but to improve services and securing the implementation of physical security systems in Depok City Police need to be optimized. Researcher suggest an effort to optimize the implementation of physical security systems that are oriented to preventive care for the environment as well as the condition of Depok City Police.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zimbelman, Mark F.,
"
"
Jakarta: Salemba Empat, 2014
364ZIMA002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Zimbelman, Mark F.,
Jakarta: Salemba Empat, 2014
364ZIMA001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Zulfikar Sidik
"Penelitian ini mengukur efektivitas perangkat lunak Phonexia Speech Intelligence Resolver (SIR) dalam pemeriksaan audio forensik di Puslabfor Bareskrim Polri. Fokus penelitian meliputi sistem identifikasi pembicara (SID2), identifikasi bahasa (LID2), serta evaluasi akurasi menggunakan Likelihood Ratio (LLR). Proses pra-pemrosesan audio dilakukan menggunakan Audacity, dengan penerapan teknik seperti noise reduction, equalization, compression, enhancement, dan trimming untuk meningkatkan kualitas rekaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pra-pemrosesan audio memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan nilai LLR dan kualitas rekaman, yang berdampak langsung pada akurasi identifikasi. Kombinasi lengkap (NR + EQ + C + EN + TS) menghasilkan kualitas terbaik untuk rekaman dengan gangguan berat, sedangkan kombinasi sederhana (NR + EQ + C) lebih efisien untuk rekaman dengan gangguan moderat. Nilai LLR meningkat secara signifikan setelah rekaman diproses, menunjukkan bahwa sistem dapat bekerja lebih optimal pada rekaman berkualitas tinggi.
Penelitian ini menegaskan pentingnya pra-pemrosesan sebagai langkah esensial dalam analisis audio forensik. Temuan ini diharapkan dapat memperkuat keandalan Phonexia SIR dalam mendukung proses investigasi kriminal, terutama dengan penerapan metode pra-pemrosesan yang tepat untuk meningkatkan validitas bukti audio.

This study evaluates the effectiveness of the Phonexia Speech Intelligence Resolver (SIR) software in forensic audio examination at the Puslabfor Bareskrim Polri. The research focuses on the speaker identification system (SID2), language identification (LID2), and accuracy evaluation using the Likelihood Ratio (LLR) method. Audio pre-processing was conducted using Audacity, employing techniques such as noise reduction, equalization, compression, enhancement, and trimming to improve recording quality.
The findings show that audio pre-processing significantly contributes to increasing LLR values and recording quality, directly enhancing identification accuracy. The complete combination (NR + EQ + C + EN + TS) produced the best results for recordings with heavy noise, while the simpler combination (NR + EQ + C) was more efficient for recordings with moderate noise. LLR values significantly improved after processing, demonstrating that the system performs optimally on high-quality recordings.
This study highlights the importance of pre-processing as an essential step in forensic audio analysis. These findings are expected to strengthen the reliability of Phonexia SIR in supporting criminal investigations, particularly through the implementation of appropriate pre-processing methods to enhance the validity of audio evidence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Nuke Irviana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan kapasitas organisasi di Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri agar terciptanya penanganan tindak kejahatan yang lebih baik. Pendekatan post positivism dan metode pengumpulan data secara kualitatif digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian dimana berpegang pada pemahaman teori yang didukung dengan bukti empiris untuk mengumpulkan berbagai sumber data dan informasi mengenai kapasitas organisasi yang didapat dari hasil wawancara dan studi kepustakaan. Penelitian ini mencoba memotret kapasitas organisasi yang dimiliki oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri saat ini dan melakukan pengembangan kapasitas organisasi guna meningkatkan kualitas kinerja dalam penanganan kasus perkara dan pencapaian target capaian kinerja. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri harus lebih menguatkan fungsi dari organisasi dengan mengembangkan kapasitas organisasi yang dimiliki. Dengan mengacu pada ABK, struktur organisasi Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri harus dilakukan perombakan dan pengkajian ulang sebab masih banyak ditemukan ketidakpastian dan ketidaksesuaian. Organisasi belum mampu memenuhi jumlah SDM yang ideal. Hal ini berpengaruh pada anggaran belanja barang dan pegawai yang perlu diperhatikan dan diajukan ke divisi terkait guna terpenuhinya formasi serta menutupi beberapa jabatan kosong. Selain itu penguatan fungsi teknologi yang telah ada yakni pada situs Patroli Siber perlu dikembangkan beserta fitur-fitur yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan sebagai pendukung dalam tercapainya target penyelesaian kasus.

This study aims to analyze the development of organizational capacity in the Directorate of Cybercrime, Bareskrim Polri in order to create a better handling of crimes. Post-positivism approach and qualitative data collection methods are used as approaches in research which adhere to an understanding of theory supported by empirical evidence to collect various sources of data and information about organizational capacity obtained form interviews and literature studies. This study tries to capture the organizational capacity of the current Directorate of Cybercrime, Bareskrim Polri and develop organizational capacity to improve the quality of performance in handling cases and achieving performance targets. The results of the study revealed that the Directorate of Cybercrime, Bareskrim Polri, must further strengthen the functions of the organization by developing its organizational capacity. By referring to the Workload Analysis, the organizational structure of the Directorate of Cybercrime, Bareskrim Polri, must be reformed and reviewed because there are still many uncertainties and discrepancies. The organization has not been able to meet the ideal number of Human Resources. This affects the budget for goods and personnel which need to be considered and submitted to the relevant divisions in order to fulfill formations and cover several vacant positions. In addition, the strengthening of the existing technology functions, namely the Patroli Siber site, needs to be developed along with the features it has so that it can be utilized optimally and as a supporter in achieving the target for solving cases."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Huda
"Pembahasan dalam tesis ini adalah bahwa informasi yang ada pada Subdit Harda Ditresrkimum Polda Metro Jaya memerlukan penyimpanan dan pemeliharaan data secara akurat, baik untuk tindak lanjut penyelesaian tugas maupun untuk menjaga kerahasiaan supaya tidak disalahgunakan oleh pihak lain. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan:
1) Potensi ancaman gangguan keamanan informasi pada Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya berasal dari dalam dan dari luar, dimana yang dari dalam yakni terkait penyimpanan dokumen yang dilakukan oleh para penyidik, sedangkan ancaman yang berasal dari luar adalah upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu kasus yang sedang ditangani oleh Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya;
2) Pelaksanaan kegiatan manajemen sekuriti informasi yang dilakukan oleh Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya belum sepenuhnya mencerminkan pelaksanaan manajemen sekuriti informasi yang baik;
3) Dalam prakteknya pelaksanaan manajemen sekuriti informasi yang dilakukan oleh Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya mempunyai beberapa kendala meliputi aspek SDM, sarana dan prasarana serta sistem dan metode yang dilakukannya, sehingga kegiatan manajemen sekuriti informasi yang dilakukan menjadi tidak maksimal;
4) Kondisi ideal pelaksanaan manajemen sekuriti informasi yang dilakukan oleh Subdit Harda Ditreksrimum Polda Metro Jaya berdasarakan komponen yang terdapat dalam ISO 27702 adalah meliputi dua belas bagian utama identifikasi sasaran hasil dari tiap kendali relatif untuk diterapkan.
Implikasi dari kajian tesis ini adalah:
(a) Perlu dilakukan berbagai upaya penanggulangan potensi ancaman terjadinya gangguan keamanan informasi;
(b) Perlu dibuatkan suatu Peraturan dari pihak pimpinan yang mengikat untuk dilaksanakan oleh semua penyidik dan PNS yang bekerja di Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya;
(c) Para penyidik perlu diikutsertakan dalam program pendidikan dan latihan maupun kejuruan dibidang teknologi informasi; dan (d) Perlu dibuatkan ruangan khusus yang dipergunakan untuk penyimpanan dokumen maupun berkas-berkas hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh para penyidik Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya;
(e) Perlu dilakukan pengklasifikasian informasi, menjadi informasi sangat rahasia, informasi rahasia, informasi terbatas/konfidensial, informasi biasa, guna menghindari terjadinya kebocoran informasi.

This thesis discussed about the information at Subdit Harda Ditresrkimum Polda Metro Jaya that require storage and accurate maintenance, either for task completion or in order to maintain confidentiality. This research used descriptive qualitative metode. Data collection is conducted through observation, interview and documentation.
The research shows:
1) There are two potential threats for security of information at Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya, first is internal threat that came from the investigator?s document handling methode and second is external threat that came from other parties whom concern for the case being handled by Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya;
2) The implementation for security management of information that is done by Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya has not been reflecting a good security management of information yet;
3) The implementation for security management of information that is done by Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya has some constraints that is : human resources, infrastructure, systems and methods;
4) Ideal implementation for security management of information that is done by Subdit Harda Ditreksrimum Polda Metro Jaya based on twelve main target identification results in ISO 27702.
Implication of this thesis discussion are:
(a) Reduce the potential threats for information security;
(b) Regulation is need to rules all investigators and civil servants that work in Subdit Harda Ditreskrimum Polda Metro Jaya; (c) The investigator should be having an educational programs and vocational training about information technology; and
(d) It should be a special room that is used for storage of documents and files that have been collected while investigation prosessed;
(e) Classification of information is necessary, which is : extremely confidential information, confidential information, limited information/confidential and regular information.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lawrence James Giovanni Limesa
"ABSTRAK
Tenggelam merupakan penyebab ketiga tersering dari seluruh kejadian kematian menurut WHO. Walau demikian, penegakkan diagnosis tenggelam merupakan suatu hal yang sulit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencari hubungan temuan-temuan pemeriksaan dengan penegakkan diagnosis tenggelam.Metode: Sampel penelitian diambil dari rekam medis jenazah dengan dugaan tenggelam oleh polisi yang diotopsi di Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM pada tahun 2009-2016. Peneliti kemudian mencari tahu mengenai temuan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang dengan penegakkan diagnosis tenggelam oleh ahli forensik dari rekam medis.Hasil: Didapatkan 95 sampel pada penelitian ini yang di antaranya didapatkan 88 92.6 sampel tenggelam dan 7 7.4 sampel tidak tenggelam. Dari 88 sampel tenggelam didapatkan bahwa 61 69.3 memiliki kulit keriput, 66 75 bertubuh basah, 47 53.4 ditemukkan benda asing di dalam saluran cerna, 45 51.1 ditemukan benda asing di dalam saluran napas, dan 53 60.2 ditemukan diatom pada pemeriksaan getah paru.Pembahasan: Temuan pemeriksaan luar memiliki sensititas yang cukup tinggi untuk menjaring kejadian tenggelam namun tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis. Temuan pada pemeriksaan dalam cukup spesifik untuk lebih lanjut memperkuat dugaan diagnosis tenggelam disertai dengan pemeriksaan penunjang.Kesimpulan: Penegakkan diagnosis tenggelam tidak dapat dilakukan semata-mata hanya dengan mengandalkan pemeriksaan luar saja namun memerlukan hasil dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang untuk memeriksa lebih lanjut seperti pemeriksaan diatom pada getah paru.

ABSTRACT
Background Drowning is the third leading cause of death around the world according to WHO. Despite the fact, diagnosing a body is truly drowned to death is a challenge by itself. This research is to find any correlation among the findings with the diagnosis of drowning.Methods Medical records of body with the suspicion of drowning by police which are examined in the Forensic and Medicolegal Department of Cipto Mangunkusumo Hospital within 2009 2016. Researcher then note down the findings of external, internal and laboratory examination and the diagnosis of Forensic Specialist.Results From 95 samples in this research, 88 92.6 of which were diagnosed with drowning and 7 7.4 were not death caused by drowning. Among the 88 drowned bodies, 61 69.3 shows wrinkles, 66 75 were wet, 47 53.4 got foreign body in their digestive tract, 45 51.1 got foreign body in their respiratory tract and 53 60.2 got diatom recovered from their lung samples.Discussion The external findings of suspected drown bodies are sensitive enough to filter in drowning cases but not specific enough to diagnose the drowning itself. Further examination of autopsy of the body will provide further hints as to suggest the cause of death to be drowning with the aid of laboratory examinationConclusion The diagnosis of drowning can not rely on external examination but also require further examination including the autopsy of the body and the laboratory examination to further diagnose drowning.Keywords Diatom Drowning foreign body in digestive tract foreign body in respiratory tract wet body wrinkled skin "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>