Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani
"Despite the enourmous differences between the colonial enterprises of various European nations, they seem to generate fairly similar stereotype of 'outsiders' -both those outsiders wo roamed far away on the edges of the world, and those who (like the Irish) lurked uncomfortably nearer home. Thus laziness, aggression, violence, greed, sexual promiscuity, bestiality, primitivism, innocence and irrationality are attributed (often contradictorily and inconsistently) by the English, French, Dutch, Spanish, and Portugese colonist to Turks, Africans, Native Americans, Jews, Indians, the Irish, and others. On the other hand, 'the East' is constructed as barbaric or degenerate1."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T 22755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Agustina
"Proses pembentukan sebuah kota merupakan hal yang kompleks, dimana setiap kota memilikl latar belakang khusus dalam proses pembentukannya yang tercermin dalam wujud fisik ruang kotanya, Indonesia pemah memasuki era kolonia!isme yang cukup panjang. Selama masa itu, kekuasaan atas Indonesia berada di tangan pihak aslng.Mereka menerapkan sistem dan kebljakan yang diadaptasi dari negara asalnya, termasuk juga dalam penerapan konsep kotanya.
Dalam skripsi ini diuraikan mengenai proses pembentukan kota di Indonesia, yang dibagi menjadi dua peliode utama, yaitu era pra-kofonialisme dan era kolonialisme, sehfngga dapat dianalisa mengenai peranan ko!onialisme dalam pembentukan kota-kota diIndonesia. Kota-kota kolonial di Indonesia secara umum memlliki karakteristik yang sama dalam ruang kotanya, namun penerapan dalam wujud fisiknya tidak sepenuhnya sama antara kota yang satu dengan yang lainnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Any Rahmayani
"Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri pertimbangan pemerintah kolonial dalam membangun prasarana perhubungan untuk memfasilitasi eksploitasi ekonomi di pesisir barat Kalimantan. Untuk itu, tulisan ini menyoal pembangunan jalan sebagai satu-satunya pilihan pemerintah kolonial ketika dihadapkan pada gagasan pembangunan jalur rel kereta api yang kala itu merupakan tren terbaru perhubungan darat dan kenyataan lingkungan yang telah terbangun, yakni jalur air. Persoalan tersebut dikaji menggunakan metode sejarah melalui pendekatan studi perkotaan. Adapun hasil studi menunjukkan bahwa pembangunan jalan merupakan “jalan tengah” yang selaras dengan “ide kemajuan” yang sedang mengemuka di Hindia
Belanda dalam konteks Zaman Baru (the New Colonial World). “Ide” yang meliputi ekspansi, efisiensi, dan kesejahteraan terdeteksi dari: (1) embrio jalan di pesisir telah berkembang sejak paruh kedua abad ke-19, (2) pengamanan dan pengawasan daerah-daerah pesisir yang merupakan area bekas pusat Perang Kongsi, (3) pengoptimalisasian lalu lintas ekonomi,
dan (4) pengembangan jalan alternatif."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 6:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siahaan, Maruarar
"Hukum pertanahan nasional meninggalkan sistem kolonial yang dualistis menjadi suatu sistem yang utuh berdasarkan hukum adat. Hukum pertanahan nasional dalam Undang Undang Pokok Agraria didasarkan pada hukum adat dan mengakui eksitensi masyarakat hukum adat beserta hak ulayatnya sepanjang masih hidup. Tetapi pengakuan dan perlindungan tersebut mengalami pelemahan dengan lahirnya undang undang sektoral apalagi hak ulayat tersebut tidak secara tegas termuat dalam UUPA dengan merumuskan hak hak atas tanah yang dapat dijadikan sebagai rujukan hak ulayat tersebut. Hak ulayat yang merupakan hak dari masyarakat hukum adat, di satu pihak memiliki aspek kewenangan yang bersifat hukum publik untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, dan di lain pihak memiliki aspek hukum keperdataan, yang mengatur hubungan hukum antara anggota masyarakat hukum dengan bumi, air dan ruang angkasa dan antara orang orang dalam perbuatan, menimbulkan benturan dengan hak menguasaai negara dalam konstitusi. Pengakuan hak ulayatdalam masyarakat yang berubah diassumsikan akan melemah seiring perubahan zaman, menyebabkan pengakuan dan penegasan hak ulayat tersebut dalam UUD NRI Tahun 1945 setelah Perubahan, hampir tidak berarti dilihat dari tujuan kesejahteraan rakyat, karena pemberian hak hak dan izin menggunakan lahan dengan skala besar kepada korporasi, menyingkirkan hak ulayat masyarakat hukum adat secara tidak adil. Lahirnya konsep hak komunal atas tanah bagi masyarakat hukum adat dalam kebijakan pemerintahan, meskipun mengandung kelemahan formal karena suatu materi muatan undang undang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria, namun konsep tersebut dapat menjadi jalan keluar saat ini dan dimasayang akan datang."
Jakarta: Lembaga Pangkajian MPR RI, 2018
342 JKTN 009 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hervina Nurullita
"Tulisan ini muncul sebagai rekonstruksi atas pewarisan fenomena colonial effect yang terjadi di Yogyakarta pasca kemerdekaan. Hal menarik ketika masyarakat Yogyakarta menunjukkan sikap anti-Belanda, yang dimaknai secara luas sebagai antikolonial dan anti-Barat, terhadap warisan kolonial tetapi menerima gaya hidup Barat yang digunakan dalam kehidupan seharihari. Masifnya gaya hidup Barat membuat perempuan di Kota Yogyakarta mulai merekonstruksi budaya dalam kehidupan mereka untuk mencari identitas baru yang terbilang paradoks dengan arus utama sikap dan perilaku masyarakat Yogyakarta pada awal kemerdekaan. Tujuan kajian ini adalah untuk menjelaskan penerimaan perempuan di Kota Yogyakarta terhadap gaya hidup Barat dalam kehidupan sehari-hari di tengah menguatnya sentimen anti-Barat. Tulisan ini adalah hasil kajian sejarah yang disusun menggunakan metode sejarah dengan tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Konsep yang digunakan dalam kajian ini adalah konsep modernitas. Modernisasi membawa pengaruh yang besar terhadap kemudahan akses bagi perempuan Yogyakarta untuk mengikuti perkembangan zaman. Hasil kajian menunjukkan gaya hidup Barat tumbuh dan menjadi tren penampilan perempuan di Kota Yogyakarta pada masa itu.: perempuan"
Kalimantan Barat : Kalimantan Barat , 2021
900 HAN 5:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indro Bagus Satrio Utomo
"Tan Malaka adalah salah seorang tokoh pergerakan lama. Pada 1922 Ia diasingkan keluar Hindia Belanda karena terlibat dalam pemogokan buruh pegadaian. Baru pada 1942 ia berhasil masuk kembali ke Hindia Belanda, namun masih beraktifitas secara diam-diam dengan menyamar. Penyamarannya baru dibuka setelah kemerdekaan RI 1945 kepada Ahmad Subarjo. Setelah itu ia mulai kembali melakukan aktifitas politiknya secara terang-terangan. Aktifitas politiknya pada masa revolusi 1945-1949 didasarkan pada pemikiran pemikirannya yang telah dicetuskan sebelum kemerdekaan. Setelah kemerdekaan pemikiran-pemikirannya lebih difokuskan pada mekanisme praktik atas pemikirannya tersebut. Pada masa revolusi, Tan Malaka merumuskan suatu jalur perjuangan sosialisme yang lebih disesuaikan dengan konteks perjuangan Indonesia, yaitu Murbaisme. Pemikiran tersebut kemudian melahirkan turunan-turunannya seperti konsep Merdeka 100 %, kemudian juga Gerilya-Politik-Ekonomi (Gerpolek). Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut kemudian terbentuklah wadah-wadah perjuangannya seperti Persatuan Perjuangan, Gerakan Rakyat Revolusi, Partai Murba, dan Gerilya Pembela Proklamasi. Dalam organisasi-organisasi itulah pemikiran murbaisme membentuk jalur perjuangannya. Namun sangat tragis bahwa Tan Malaka sebagai seorang yang mencurahkan hidupnya memperjuangkan Indonesia, justru tewas di tangan tentara RI sebagai akibat dari pertempuran hegemoni politik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vlady Pratama
"Wacana kolonial merupakan representasi kuasa kolonial yang mempengaruhi konstruksi pandangan dan tindakan individu dalam memposisikan peradaban Barat sebagai superior. Penelitian ini membahas novel berjudul Bandoeng-Bandung karya F. Springer (1993) menggunakan teori orientalisme Edward W. Said tahun 1978. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana wacana kolonial mempengaruhi pandangan dan tindakan melalui pengalaman tokoh-tokoh dalam novel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan konstruksi wacana kolonial pada tokoh-tokoh yang digambarkan melalui pengalaman masa kolonialisme dalam novel Bandoeng-Bandung. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan poskolonialisme (orientalisme). Poskolonialisme adalah sebuah teori kritis yang ditulis berdasarkan reaksi terhadap kondisi kehidupan yang menggambarkan masa kolonialisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dalam novel memiliki pandangan dan tindakan yang memandang peradaban Barat lebih superior dibandingkan peradaban Timur melalui bentuk fisik, kebiasaan, dan pendidikan.

Colonial discourse is a representation of colonial power that influences the construction of individual views and actions in positioning Western civilization as superior. This research discusses a novel entitled Bandoeng-Bandung by F. Springer (1993) using Edward W. Said's 1978 theory of orientalism. This research shows how colonial discourse influences views and actions through the experiences of the characters in the novel. The purpose of this study is to reveal the construction of colonial discourse on the characters depicted through the experience of colonialism in the novel Bandoeng-Bandung. The method used is descriptive qualitative with a postcolonialism (orientalism) approach. Postcolonialism is a critical theory written based on the reaction to the living conditions depicting the colonialism period. The results show that the characters in the novel have views and actions that view Western civilization as superior to Eastern civilization through physical forms, habits, and education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Bramantya Wijaya
"

Sebuah bangunan maupun sekadar reruntuhan memiliki sebuah memori yang terkandung di dalamnya, dimana ia menjadi saksi bisu dalam peristiwa – peristiwa yang pernah terjadi di dalam maupun di sekitarnya. Kandungan memori tersebut dapat disebut juga dengan embodiment of memory. Dalam tugas akhir ini, saya mencoba untuk memanfaatkan embodiment of memory  tersebut untuk menjadi basis dalam menghadirkan narasi sesuai dengan sejarah bangunan yang terkait. Dalam antisipasi melestarikan sejarah colonial Belanda di Indonesia, Pulau Onrust dapat dijadikan sebagai alternative dalam pembelajaran sejarah tersebut. Melalui banyak bangunan dan reruntuhan bersejarah di pulau tersebut, banyak sekali memori yang dapat dimanifestasikan menjadi sebuah narasi. Narasi tersebut pada akhirnya mengakomodasi pengunjung dalam merasakan memori secara lebih imersif dan menambah value bersejarah bangunan/reruntuhan terkait.

 


A building or even ruins contains memories that are embedded, where the building itself become a silent witness of events occurring inside or around it. Those embedded memories can also be called as embodiments of memory. In this final project, I try to utilize the embodiments of memory as a basis for creating spatial narrative according to its corresponding building. In anticipation of preserving the Dutch colonial history on Indonesia, Onrust Island can be made as an alternative on studying the history. Through its buildings and ruins on the island, there are many memories that can be manifested into a spatial narrative. These narratives can accommodate visitors on witnessing immersive memories and enhance the building’s or ruin’s historical value.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>