Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80585 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inton Cokronegoro
"Bangunan gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik Negara seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, dll. Dalam penyelenggaraan bangunan gedung Negara, pedoman teknis wajib digunakan, yang bertujuan terwujudnnya bangunan gedung Negara sesuai dengan fungsinnya, memenuhi persyaratan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien. Dengan tidak adanya prosedur dalam pengawasan maka dalam penelitian dibuat bertujuan untuk mengetahui beberapa pengaruh pengembangan SOP pengawasan terhadap mutu konstruksi untuk pembangunan gedung sekolah di Kabupaten Y. Sampel dalam penelitian ini adalah 37 pegawai Dinas X yang bertugas sebagai pengawas bangunan sekolah. Metode yang digunakan adalah survei. Metoda ini digunakan untuk menjawab pertanyaan dari penelitian yang dilakukan. Data di dapat dari kuisioner kepada responden yang terkait kegiatan pengawasan di Dinas X yang telah di validasi oleh pakar. Pengelolaan data dilakukan menggunakan SPSS.

State building means a building for office purposes which became / will become state owned property such as office buildings, school buildings, hospital buildings, etc.. In the administration of State building, technical guidelines shall be used, which aims realize State building in accordance with useful, meet the requirements, safety, health, comfort, convenience, efficiency in resource use, compatible and in harmony with the environment, and maintained in an orderly, effective and efficient. With no procedures in the supervision of the research was made aiming to find out some of the influences the development of SOPs for the quality of construction supervision for the construction of school buildings in County Y. The sample in this study were 37 employees of the Office X that served as superintendent of school buildings. The method used was survey. This method is used to answer questions from the research undertaken. Data obtained from questionnaires to the respondents related supervisory activities in the Office X that has been validated by experts. Performed using the SPSS data management."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T28011
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inton Cokronegoro
"Bangunan gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik Negara seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, dll. Dalam penyelenggaraan bangunan gedung Negara, pedoman teknis wajib digunakan, yang bertujuan terwujudnnya bangunan gedung Negara sesuai dengan fungsinnya, memenuhi persyaratan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien. Dengan tidak adanya prosedur dalam pengawasan maka dalam penelitian dibuat bertujuan untuk mengetahui beberapa pengaruh pengembangan SOP pengawasan terhadap mutu konstruksi untuk pembangunan gedung sekolah di Kabupaten Y. Sampel dalam penelitian ini adalah 37 pegawai Dinas X yang bertugas sebagai pengawas bangunan sekolah. Metode yang digunakan adalah survei. Metoda ini digunakan untuk menjawab pertanyaan dari penelitian yang dilakukan. Data di dapat dari kuisioner kepada responden yang terkait kegiatan pengawasan di Dinas X yang telah di validasi oleh pakar. Pengelolaan data dilakukan menggunakan SPSS.

State building means a building for office purposes which became / will become state owned property such as office buildings, school buildings, hospital buildings, etc.. In the administration of State building, technical guidelines shall be used, which aims realize State building in accordance with useful, meet the requirements, safety, health, comfort, convenience, efficiency in resource use, compatible and in harmony with the environment, and maintained in an orderly, effective and efficient. With no procedures in the supervision of the research was made aiming to find out some of the influences the development of SOPs for the quality of construction supervision for the construction of school buildings in County Y. The sample in this study were 37 employees of the Office X that served as superintendent of school buildings. The method used was survey. This method is used to answer questions from the research undertaken. Data obtained from questionnaires to the respondents related supervisory activities in the Office X that has been validated by experts. Performed using the SPSS data management."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T40913
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryono Ekotama
Jakarta: Media Pressindo, 2010
647 SUR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Afaf Afifah
"Tingkat maturitas adalah keadaan lengkap, sempurna, atau kesiapan untuk memenuhi suatu pekerjaan. PT. XX merupakan salah satu BUMN jasa konstruksi terbesar di Indonesia dan tercatat memiliki sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan Standar Internasional ISO 9001:2015. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun SOP dalam melaksanakan strategi meningkatkan tingkat kematangan budaya mutu pada PT XX. Berdasarkan kajian literatur tingkat kematangan budaya mutu dan penilaian validitas isi dan konstruk praktisi, diidentifikasi 5 variabel untuk mengukur tingkat kematangan budaya mutu, yaitu ad hoc, repeatable, define, managed dan continuous. Terdapat 55 indikator atau item pengukuran dari 5 variabel tersebut yang telah dikembangkan menjadi kuesioner yang lengkap. Kuesioner dibagikan kepada seluruh karyawan di PT XX, dengan total 27 tanggapan. Selanjutnya dilakukan pengolahan persentase tingkat kematangan pada PT XX dan analisis gap pada setiap item pertanyaan kemudian akan dibandingkan dengan kondisi optimal sesuai validasi yang telah diperoleh dari praktisi dan hasil penelitian sebelumnya yang telah mengukur tingkat kematangan budaya mutu perusahaan konstruksi milik negara pada umumnya. Penelitian ini mengidentifikasi variabel dan indikator tingkat kematangan budaya mutu yang valid dan reliabel, terdiri dari 5 variabel dan 46 indikator. Hasil pengolahan persentase tingkat kematangan pada PT XX menunjukkan 69% matang dan berada pada level 4 (Dikelola) yang merupakan selisih 5% jika dibandingkan dengan hasil tingkat kematangan budaya mutu pada perusahaan konstruksi BUMN di umum, yaitu 64% matang. Berdasarkan analisis gap pada setiap item pertanyaan dan beberapa pertimbangan studi literatur pada penelitian sebelumnya, ditemukan 24 indikator yang tidak memenuhi kriteria/kondisi optimal yang diharapkan. Selanjutnya dirumuskan 15 strategi perbaikan untuk indikator yang tidak memenuhi kondisi optimal untuk meningkatkan tingkat kematangan yang mempengaruhi budaya mutu di PT XX. Strategi peningkatan ini selanjutnya dikembangkan menjadi prosedur penerapan strategi yang kemudian dirumuskan menjadi Standar Operational Procedure (SOP).

Maturity level is a state of complete, perfect, or readiness to fulfill a job. PT. XX is one of the largest construction service SOEs in Indonesia and is recorded as having a Quality Management System certificate based on ISO 9001:2015 International Standards. This study aims to develop SOPs in implementing strategies to increase the level of quality culture maturity at PT XX. Based on the literature review on the maturity level of quality culture and the assessment of the content and construct validity of practitioners, 5 variables were identified to measure the maturity level of quality culture, namely ad hoc, repeatable, define, managed and continuous. There are 55 indicators or measurement items from these 5 variables which have been developed into a complete questionnaire. Questionnaires were distributed to all employees at PT XX, with a total of 27 responses. Furthermore, processing the percentage of maturity level at PT XX and gap analysis on each question item will then be compared with the optimal conditions according to the validation that has been obtained from practitioners and the results of previous studies that have measured the level of maturity of the quality culture of state-owned construction companies in general. This study identifies variables and indicators of the maturity level of quality culture that are valid and reliable, consisting of 5 variables and 46 indicators. The results of processing the percentage of maturity level at PT XX show 69% mature and are at level 4 (Managed) which is a difference of 5% when compared to the results of the maturity level of quality culture in state-owned construction companies in general, which is 64% mature. Based on the gap analysis on each question item and some considerations of literature studies in previous studies, it was found that 24 indicators did not meet the expected optimal criteria/conditions. Furthermore, 15 improvement strategies were formulated for indicators that did not meet optimal conditions to increase the level of maturity that affected the quality culture at PT XX. This improvement strategy was further developed into a strategy implementation procedure which was then formulated into a Standard Operational Procedure (SOP)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk mewujudkan tata kelola perpustakaan yang baik diperlukan adanya pengendalian mutu secara teroadu terhadap semua kualitas pekerjaan di perpustakaan . Untuk itu diperlukan perangkat manual mutu kegiatan perpustakaan. Manual mutu merupakan bagian dari standar mutu yang dikembangkan oleh perpustakaan. Secara umum penyusunan SOP meliputi empat tahap yaitu: analisis kebutuhan SOP, pengembangan SOP, penerapan SOP, monitoring dan evaluasi. Keempat tahap tersebut dilakukan secara berurutan sehingga dapat menghsilkan SOP yang sesuai dengan kebutuhan lapangan utnuk menunjang kelengkapan manajemen mutu terpadu di perpustakaan."
020 JFKP 2:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sebastian Anthony Toti
"Permasalahan dalam tahapan perencanaan teknis bangunan gedung negara, khususnya proyek pembangunan ATC Tower dan sarana penunjangnya, yang berulang menjadi fenomena yang perlu mendapat perhatian lebih dalam fase pembangunan proyek. Beberapa permasalahan tersebut antara lain adalah kekurangan pada dokumen Detailed Engineering Design (DED), ketidaksesuaian antara dokumen DED (Gambar, BOQ, RAB, dan RKS) dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan perencanaan teknis. Permasalahan tersebut dapat memberikan dampak pada pelaksanaan konstruksi yaitu seperti pekerjaan ulang dan penambahan waktu serta biaya proyek. Hal ini menunjukkan bahwa tahapan pekerjaan perencanaan teknis tidak berjalan efektif dan efisien. Untuk mewujudkan tahapan pekerjaan yang efisien dan efektif diperlukan adanya standarisasi prosedur operasional atau sistem tata kerja prosedural. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada tahapan perencanaan teknis proyek pembangunan ATC Tower dan sarana penunjangnya berbasis risiko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis arsip/studi literatur, survei kuesioner, dan metode Delphi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 4 proses bisnis pada fase perencanaan teknis proyek pembangunan ATC Tower dan sarana penunjangnya yaitu Tahap Konsepsi Perancangan, Tahap Pra Perancangan, Tahap Pengembangan Rancangan dan Tahap Rancangan Detail. Pada penelitian ini juga ditemukan total 93 potensi risiko dengan 29 faktor risiko berkategori risiko tinggi.

Problems in the design and engineering phase of state buildings, especially the ATC Tower construction project and supporting facilities, are recurring phenomena that need more attention in the project development phase. Some of the problems are flaws in the Detailed Engineering Design (DED) documents, discrepancies between DED documents (Drawings, Engineer’s Estimate, BOQ, and Work Plan & Terms), and late completion of design and engineering works. These problems can have an impact on the implementation of construction, such as reworks, additional time and costs. Several problems stated indicate that the design and engineering phase is not running effectively and efficiently. To realize an efficient and effective design and engineering work, there is a need for implementing standard operating procedures or a procedural work system. This research aims to develop a standard operating procedure regarding the design and engineering works of the ATC Tower Building and supporting facilities. Methods used in this research are archive analysis/literature study, questionnaire survey, and Delphi’s method. The results of this study indicate that there are 4 business processes in the design and engineering phase of the ATC Tower and supporting facilities construction project, namely the Conceptual Stage, Pre-Engineering Plan Stage, Design Development Stage, and Detailed Design Stage. There are also a total of 93 potential risks in the design and engineering phase of the ATC Tower and supporting facilities construction project with 29 risk factors categorized as high risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Elvarita
"Abstrak: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membuat rekomendasi SOP dalam melaksanakan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan maturity level yang mempengaruhi budaya mutu di PT X. Berdasarkan tinjauan literatur tingkat kematangan budaya mutu dan penilaian validitas isi dan konstruk dari pakar/ ahli, 5 variabel untuk mengukur maturity level budaya mutu diidentifikasi. Terdapat 55 indikator atau item pengukuran dari 5 variabel tersebut yang telah dikembangkan menjadi kuesioner yang lengkap. Kuesioner dibagikan kepada seluruh karyawan di PT X, dengan total 25 tanggapan. Selanjutnya dilakukan pengolahan persentase maturity level pada PT X (dalam penelitian ini digunakan 5 level untuk mengukur kematangan budaya mutu yaitu: Ad hoc, Repeatable, Defined, Managed, dan Continuous) dan gap analysis pada setiap item pertanyaan yang kemudian akan dibandingkan dengan kondisi optimal sesuai validasi yang telah diperoleh dari pakar/ ahli dan hasil penelitian sebelumnya yang telah mengukur maturity level budaya mutu perusahaan konstruksi swasta nasional secara umum. Hasil pengolahan persentase maturity level budaya mutu pada PT X menunjukkan 59% matang dan berada pada level 4 (Terkelola) yang merupakan selisih 6% jika dibandingkan dengan hasil maturity level budaya mutu pada perusahaan konstruksi swasta nasional secara umum, yang menunjukkan 53% matang dan berada di level 3 (Terdefinisi). Berdasarkan analisis gap pada setiap item pertanyaan, ditemukan 21 indikator yang tidak memenuhi kriteria/ kondisi optimal yang diharapkan. Selanjutnya, direkomendasikan 15 strategi perbaikan untuk indikator yang tidak memenuhi kondisi optimal untuk meningkatkan maturity level yang mempengaruhi budaya mutu di PT X. Validasi pakar/ ahli dilakukan terhadap 15 rekomendasi strategi yang menyatakan bahwa semua pakar/ ahli setuju bahwa rekomendasi strategi dapat meningkatkan maturity level budaya mutu di PT X. Strategi peningkatan ini dikelola lebih lanjut dengan merekomendasikan prosedur pelaksanaan strategi yang kemudian dapat dikembangkan menjadi Standard Operational Prosedures (SOP). Telah dibuat 15 rekomendasi prosedur/ aktifitas-aktifitas dalam melanjalankan strategi dari hasil validasi sebelumnya dan dikembangkan 15 SOP berdasarkan prosedur/ aktifitas-aktifitas tersebut. Validasi pakar/ ahli dilakukan terhadap 15 rekomendasi prosedur dan SOP yang telah dikembangkan, yang menyatakan bahwa semua pakar/ ahli setuju bahwa rekomendasi prosedur dan SOP dapat digunakan dalam melaksanakan strategi meningkatkan maturity level budaya mutu di PT X, namun dengan beberapa saran dan masukan. Setelah dilakukan perbaikan terhadap saran dan masukan dari pakar/ ahli terdapat hasil akhir yaitu 12 SOP dalam melaksanakan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan maturity level budaya mutu di PT X. Studi ini memberikan alat yang berharga bagi para peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang maturity level budaya mutu dan strategi peningkatannya. Bagi praktisi, sangat bermanfaat untuk mengevaluasi maturity level budaya mutu di dalam perusahaannya secara berkala, menargetkan perbaikan dan mengambil tindakan yang mungkin dilakukan dalam upaya meningkatkan maturity level budaya mutu melalui strategi perbaikan yang telah dilakukan. Penelitian ini merupakan upaya pertama untuk mengukur maturity level budaya mutu dan mengembangkan standard operational procedures (SOP) dalam melaksanakan strategi meingkatkan maturity level budaya mutu pada perusahaan jasa pelaksana konstruksi swasta nasional di PT X

Abstract: The purpose of this paper is to make SOP recommendations in implementing the strategies needed to increase the maturity level that affects the quality culture at PT X. Based on a literature review of the quality culture maturity level and the content and construct validity assessment from practitioners, 5 variables to measure the quality culture maturity level identified. There are 55 indicators or measurement items from these 5 variables which have been developed into a complete questionnaire. Questionnaires were distributed to all employees at PT X, with a total of 25 responses. Furthermore, processing the percentage maturity level at PT X (in this study used 5 levels to measure the maturity of quality culture, namely: Ad hoc, Repeatable, Defined, Managed, and Continuous) and gap analysis on each question item which will then be compared with the optimal conditions according to validation that has been obtained from practitioners and the results of previous studies that have measured the level of maturity of the quality culture of national private construction companies in general. The results of processing the percentage maturity level at PT X show 59% mature and are at level 4 (Managed) which is a difference of 6% when compared to the results of the quality culture maturity level at national private construction companies in general, which is 53% mature and is at level 3 (Determined). Based on the gap analysis on each question item, 21 indicators were found that did not meet the expected optimal criteria/conditions. Furthermore, 15 improvement strategies are recommended for indicators that do not meet optimal conditions to increase the level of maturity that affects the quality culture at PT X. Expert validation was carried out on 15 strategic recommendations which stated that all experts agreed that strategy recommendations could increase the level of quality culture maturity at PT X. This improvement strategy is managed further by formulating a strategy implementation procedure which can then be developed into a Standard Operating Procedure (SOP). 15 recommended procedures/activities have been made in carrying out the strategy from the previous validation results and 15 SOPs have been developed based on these procedures/activities. Expert validation was carried out on 15 recommended procedures and SOPs that had been developed, which stated that all experts agreed that recommended procedures and SOPs could be used in implementing strategies to increase the maturity level of quality culture at PT X, but with some suggestions and input. After making improvements to suggestions and input from experts, the final result is 12 SOPs in implementing the strategies needed to increase the maturity level that affects the quality culture at PT X. This study provides a valuable tool for researchers to gain a deeper understanding of the maturity level. quality culture and improvement strategies. For practitioners, it is very useful to evaluate the maturity level of the quality culture within their company on a regular basis, target improvements and take possible actions in an effort to increase the maturity level that affects the quality culture through the improvement strategies that have been carried out. recommended. This research is the first attempt to measure the maturity level of quality culture and develop standard operational procedures (SOP) in implementing a strategy to increase the maturity level of quality culture in a national private construction service company at PT X."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Bagy
"Proses globalisasi perekonomian dunia saat ini yang semakin meningkat telah mendorong perusahaan perusahaan termasuk industri jasa konstruksi untuk mengusahakan proses produksi yang semakin cepat dan semakin tepat dalam melayani konsumen, atau dengan kata lain hanya produk dan jasa yang memiliki daya saing tinggi yang dapat berkompetisi. Dalam meningkatkan daya saing maka masalah standar prosedur pelaksanaan menjadi sangat panting. Suatu standar prosedur mutu yang dapat diterima oleh banyak negara adalah standar ISO 9000 yang dapat meningkatkan daya saing.
Hampir semua usaha mengandung resiko, demikian juga halnya dengan proyek. Salah satu resiko yang cukup tinggi yang dialami oleh semua proyek adalah resiko keterlambatan. Standar ISO 9000 adalah suatu sistim manajemen mutu yang dapat mengendalikan dan mencegah masalah masalah yang akan terjadi dalam pelaksanaan proyek termasuk masalah penyebab keterlambatan. Kemampuan ISO 9000 dalam mengendalikan dan mencegah masalah masalah yang akan terjadi sangat tergantung pada kualitas penerapannya.
Penelitian ini mempunyai tujuan adalah untuk mengidentifikasi factor-faktor keterlambatan yang paling mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan konstruksi dalam penerapan manajemen mutu ISO 9000. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey melalui alat bantu kuesioner.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisa regresi berganda terhadap data-data yang terkumpul, berhasil diidentifikasi faktor keterlambatan yang paling mempengaruhi kinerja waktu adalah faktor waktu pengiriman material yang diatur dalam persyaratan pembelian ( elemen 4.6 ISO 9000 - 1994 ) atau dalam persyaratan proses pembelian ( elemen 7.4 ISO 9001 - 2000 ).
Pada hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa semakin rendah faktor-faktor keterlambatan maka semakin tinggi kinerja waktu pelaksanaan konstruksi dalam penerapan manajemen mutu ISO 9000."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Manggo is priority commodities in agribusines development. Production that overflow in 2006 achie 1.621.997 million ton with total land harvest 195,503 hectare has potential to developed espicially for market exports....."
JSTA 11:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Riana Sumanthi
"Keterbatasan dan ketidakmampuan pemda dalam meningkatkan mutu pelayanan publik, dikarenakan belum adanya faktor-faktor kunci seperti, strategi, kesisteman atau manajemen pengelolaan pelayanan publik yang bermutu, sarana, dan prasarana yang memadai, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten, dan iklim kegiatan pemerintahan yang berorientasi kepada kepuasan stakeholders.
Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat berupaya agar pelayanan publik dapat mencapai sasarannya (mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat Jakarta), dan mempunyai standar pelayanan yang didukung oleh komitmen yang kuat baik oleh semua pihak. Oleh karena itu , maka perlu membangun suatu manajemen yang konsisten terhadap peraturan dan guna mendukung Visi dan Misi Propinsi DKI Jakarta, maka Dinas P2B Propinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Kotamadya Jakarta Pusat akan menerapkan standar manajemen mutu yang baik dalam memberikan pelayanan ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yaitu, Sistem Manajemen Mutu ISO 9002. Sehingga pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses penerapan sistem tersebut, dan hambatan apa sajakah yang dihadapi dalam proses yang berlangsung di Suku Dinas P2B Kotamadya Jakarta Pusat dan Seksi P2B Kecamatan Cempaka Putih.
Metode penelitian yang akan digunakan bersifat deskriptif analitis. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil wawancara, dan kuesioner yang dibagikan kepada para responder sebanyak 39 orang pegawai yang telah mengikuti pelatihan dan mengerti tentang ISO 9002, serta mempelajari dokumen mutu ISO 9002 yang berupa manual mutu, prosedur mutu, pedoman kerja dan catatan mutu dalam pembuatan IMB Rumah Tinggal non real estate dan non pemugaran di Suku Dinas P2B Kotamadya Jakarta Pusat dan Seksi P2B Kecamatan Cempaka Putih.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ISO 9002 di Suku Dinas P2B Kotamadya Jakarta Pusat, dan Seksi P2B Kecamatan Cempaka Putih yang melibatkan para pejabat dan staf bertujuan untuk mendukung program-program pimpinan Dinas P2B Propinsi DKI Jakarta dalam peningkatan kinerja, dan mutu pelayanan IMB Rumah Tinggal Non Real Estate dan Non Pemugaran. Proses penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 di Suku Dinas P2B Kotamadya Jakarta Pusat dan Seksi P2B Kecamatan Cempaka Putih dengan lima tahap meliputi, (1) Persiapan di bulan April 2001, (2) Pengembangan Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan Implementasi, (3) Penilaian Awal oleh Tim Audit Mutu internal, (4) Penilaian Awal oleh Konsultan ISO 9000 Series, dan (5) Sertifikasi oleh Badan Sertihkasi pada bulan Januari 2002. Dalam proses penerapan tersebut belum optimal, karena ditemukan berbagai hambatan yaitu, kurangnya tingkat pemahaman para pegawai terhadap ISO 9002, kurangnya partisipasi dan rendahnya kesadaran pegawai terhadap perubahan tersebut, kurang mendapat dukungan dan komitmen, serta kurangnya antusiasme terus-menerus dari Top Manajemen, Midle Manajemen dan seluruh pegawai dan kurangnya pemantauan yang intensif .
Adapun saran perbaikan terhadap proses tersebut adalah dengan, (1) berfikir sistem untuk melihat keseluruhan pola perubahan di Suku Dinas P2B kotamadya Jakarta Pusat dan Seksi P2B Kecamatan Cempaka Putih, (2) penekanan pada keahlian pribadi para pegawai dengan diadakannya pelatihan singkat tentang ISO 9002 baik dan sisi pemahaman maupun manfaat pelaksanaannya, (3) menerapkan model mental dengan meningkatkan kedisiplinan dan motivasi kerja yang disertai dengan kejelasan dalam pemberian reward dan punishmen, (4) pembelajaran tim yang bukan bersifat individual, tapi merupakan dasar pembelajaran unit dalam organisasi modern."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T8861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>