Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111771 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fatmadian Darman
"ABSTRAK
Perkelahian pelajar samapai saat ini menjadi topik yang sering dijadikan bahan
pembicaraaa Banyak orang benisaha meneliti lebih lanjut mengenai dinamika teqadinya
perkelahian pelajar tersebut. Mustofe (dalam Johanes 1993) menjelaskan faktor-faktor
yang mungl^ menjadi penyebab teqadinya perkelahian pelajar. Penyebab itu dibagi
menjadi empat bagian yaitu anak/siswa, keluarga, sekolah dan lingkimgan sekitamya.
Keempat &ktor tersebut dapat dikupas lebih lanjut sehingga ditemukan solusi yang mampu
memecahakan masalab perkelahian pelajar tersebut. Dalam penulisan ini, &ktor sekolah
merupakan faktor yang menjadi titik berat penelitian mengingat adanya kemungkinan yang
cukup baik nntiik dilakukannya interfensi. Hal ini didukung dengan adanya sistem yang
baku dalam setiap sekolah dan adanya keseragaman dalam menjalankan sistem tersebut.
Perkelahian pelajar merupal^ salah bentuk agresi yang dengan sengaja dilakukan
oleh siswa yang bersangkutan. Pemahaman dari tindakan agresi yang diberikan Baron
adalah suatu tindakan yang disengaja dan bertujuan untuk melukai orang lain (dalam
Deaux ,1988). Didasari oleh pengertian inilah maka perkelahian pelajar dianggap sebagai
tindakan agresif. Salah satu penyebab mimculnya perilaku agresif adalah adanya fiustrasi
yang dialami oleh subyek. Berkowitz (dalam Deaux, 1993) menyatakan bahwa untuk
mengaitkan fiustrasi dan agresi harus melalui anger sebagai variabel penghantar.
Pengertian dari fiustrasi itu sendiri adalah adanya ketidaksesuaian anatara harapan dengan
kenyataan. Sedangkan ager adalah suatu dorongan yang dirasakan oleh seseorang untuk
bertindak agresif. Dikaitkan dengan faktor penyebab perkelahian yang menjadi titik berat penelitian
yaitu sekolab, maka dapat dikatakan bahwa siswa mengalami frustrasi terhadap
sekolahnya. Dengan demikian mereka memiliki dorongan yang cukup besar untuk
bertindak agresif yang pada akhimya tampil dalam bentuk perilaku terlibat dalam
perkelahian pelajar.
Untuk memahami bagaimana sekolah mempengaruhi siswa, maka Conger (1988)
menyatakan bahwa lingkungan sekolah dibagi menjadi dua bagian yaitu lingkungan
instrumental dan lingkungan sosial. Lingkungan instrumental berupa Fasilitas (instrumen
keras) dan kurikulum (instrumen lunak). Sedangkan lingkungan sosial berupa orangorang
yang terlibat dengan mereka selama di sekolah yaitu guru, kepala sekolah dan
petugas administrasi. Dalam penelitan ini, keadaan frustrasi yang dimaksud adalah frustrasi
terhadap guru dan kepala sekolah (variabel).
Lebih rinci lagi, faktor guru dan kepala sekolah dibagi menjadi dua kategori/aspek
(sub variebel) yaitu kemampuan manajemen kelas dan menjalin hubungan sosial guru,
kemanq)uan manajemen sekolah dan menjalin hubungan sosial kepala sekolah. Dengan
demikian dalam penelitian ini akan menajawab bagaimana peran frustrasi terhadap faktorfektor
tersebut dalam menentukan keterlibatan siswa pada perkelahian pelajar. Peranan
frustrasi itu sendiri tidak secpru Jqngsung berpenganih melainkan melaui anger yang
ditimbulkan frpsf^asi yang dj^I^uninya.
Teknik analisa data y^g al^an digunakan afjalah multiple r^^-ession vfntuk melihat
besar sumbangan masipg-masing variabel ataif sub variabel. Untuk ipejihat hubungan
anger dengan keterlibatan pada perkelahian elajar digun^an t-test dan korelasi point
bisserial. Dari hasil penghitungw akan dipproleh hasU yang ajcan memperlihatkan
dinamika dari masing-masing variabel.
Hasil menunjukkan bahwa kfrutrasi terhadap manajemen kelas guru dinilai paling
berperan dalam menimbulkan anger pada siswa. Selanjutnya adalah kfrustrasi terhadap
kemampuan menjalin hubungan sosial kepala sekolah dan diikuti oleh kemampuan
manajemen sekolah kepala sekolah. Frustrasi terhadap kemampuan menjalin hubungan
sosial guru tidak berperan dan tidak memiliki hubungan yang signifikan dalam
menimbulkan anger. Hubungan antar anger dan keterlibatan pada perkelahian pelajar
dhemukan signifikan sehingga penemuan sumbangan masing-masing variabel otomatis
menjelaskan hubungan tak langsung dengan keterlibatan siswa pada perkelahian pelajar.
Pada akhir penulisan ditemukan hash lain yaitu adanya perbedaan dinamika
sumbangan sub variabel antara kelompok terlibat dan tidak terlibat.Hal yang sama juga
ditemukan dalam tiap kelompok "asal sekolah" sampel yang digunakan. Saran yang
diberikan lebih kepada saran pembuatan alat, penelitian lebih lajut mengenai guru dan
kepala sel(o|ah yang ideal bagi siswa serta masukan untuk memperbaiki kemaippuan
m^jemen kel^ guru a^ar spsuai dengan apa yang diharapk^p pleh siswa."
1995
S2316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Pusparini
"ABSTRAK
Marah merupakan emosi yang paling sering terlibat di dalam suatu konflik
(Johnson, 1997). Dengan demikian, kemarahan seringkali dianggap negatif karena
berhubungan dengan agresi dan kekerasan, yang dianggap negatif pula oleh
masyarakat (Strongman, 2003). Namun, jika ekspresi kemarahan dapat
dikendalikan, justru dapat memperkuat hubungan pihak-pihak yang terlibat (Izard
dalam Strongman, 2003).
Untuk mengendalikan kemarahan, dibutuhkan suatu keterampilan sosial.
Keterampilan sosial ini bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir atau muncul
tiba-tiba ketika dibutuhkan, namun bisa dipelajari (Johnson, 1997, ’’Anger
Management”, 2005). Ekspresi kemarahan, sebagai salah satu bentuk
keterampilan sosial, juga dapat dipelajari, misalnya dengan cara modeling.
Seseorang dengan tingkat inteligensi borderline memiliki kesulitan untuk
melakukan abstraksi, tidak mampu memodifikasi suatu konsep, dan kesulitan
untuk mempertimbangkan suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda (Masi,
Marcheschi, &Pfanner, 1998), sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan
dalam membangun hubungan sosial. Dengan demikian, anak borderline perlu
diberi semacam program pelatihan khusus untuk mengajarinya keterampilan
sosial yang tepat. Dalam program intervensi ini, keterampilan sosial yang
dilatihkan akan dikhususkan pada pengendalian kemarahan, agar ekspresinya
tepat dan tidak menjadi agresi, terutama bagi orang di sekelilingnya.
Menurut Hershom (2003), ada empat langkah dalam menangani
kemarahan remaja, yaitu Decide, Recognize, Activate, dmHalt. Pada intinya,
pada program intervensi ini, peneliti berusaha mengubah pemikiran yang salah
dari subjek mengenai kemarahan dan ekspresinya, memberikan informasi
tambahan, serta mengajarkan relaksasi.
Hasilnya cukup positif. Subjek mengalami perubahan. Berdasarkan hasil
evaluasi dan penilaian dari orang terdekat (nenek), subjek sudah memiliki
perbedaan pemikiran mengenai ekspresi kemarahan, dan dari perilakunya pun
sudah terlihat dapat lebih mengendalikan dirinya Subjek tidak lagi membanting
atau merusak barang, ataupun menyakiti orang lain ketika sedang marah."
2007
T38042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Sabil
"Setelah kegagalan jasa, konsumen membuat penilaian atau penilaian tentang karakteristik kegagalan ini. Penilaian ini, pada gilirannya, mempengaruhi bagaimana konsumen merespon emosional dan perilaku. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan pembagian kuesioner dengan sampel 100 konsumen bengkel motor di depok. Menggunakan kerangka kerja penilaian-kecenderungan, peneliti memperkirakan bahwa dua emosi negatif (anger dan regret) mendasari atau menengahi efek dari penilaian konsumen tentang kegagalan jasa perilaku pasca pembelian. Konsisten dengan prediksi, dalam penelitian, kami menemukan anger yang memainkan peran yang kuat dalam menjelaskan perilaku balasan (retaliatory behaviors), dan bahwa kedua aspek anger dan regret untuk efek penilaian pada perilaku mendamaikan (conciliatory behaviors). Peneliti memperpanjang kerangka penilaiankecenderungan yang sama untuk memprediksi bagaimana perubahan dalam emosi mendasari efek dari upaya pemulihan perilaku pasca pembelian. Sekali lagi konsisten dengan prediksi, dalam penelitian, peneliti menemukan bahwa upaya pemulihan yang mengurangi perilaku menurunkan kemarahan pada perilaku balasan (retaliatory behaviors).

After a service failure, consumers make appraisals or assessments about the characteristics of this failure. These appraisals, in turn, affect how a consumer responds emotionally and behaviorally. Data collected in this research is based on a questionnaire survey administered to a sample of 100 consumer in motorcycle repair shop at depok. Using an appraisal-tendency framework, Researcher predict that two negatively emotions (anger and regret) underlie or mediate the effects of consumers? appraisals about service failure on post-purchase behaviors. Consistent with the predictions, researcher find that anger plays a powerful role in explaining retaliatory behaviors, and that both anger and regret account for the effect of appraisals on conciliatory behaviors. Researcher extend the same appraisal-tendency framework to predict how changes in emotions underlie the effects of recovery efforts on post-purchase behaviors. Again consistent with predictions, researcher find that recovery efforts that reduce anger decrease retaliatory behaviors. However, both studies provide less clear cut evidence about the emotional mediators between recovery efforts and conciliatory behaviors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy yang dikombinasikan dengan komunikasi asertif dan memaafkan untuk menurunkan kemarahan. Partisipan dalam penelitian ini adalah individu dewasa muda yang sedang dalam hubungan berpacaran dan telah berencana untuk menikah. Tingkat kemarahan yang tinggi dapat menimbulkan efek destruktif bagi hubungan pacaran, serta berpotensi menimbulkan permasalahan di kehidupan rumah tangga nantinya. Penelitian ini merupakan kuasi-eksperimental one group, pre-test/post-test design. Peneliti memberikan enam sesi intervensi individual secara daring kepada tiga partisipan perempuan dan satu partisipan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy dapat menurunkan intensitas, frekuensi, dan ekspresi kemarahan dalam hubungan pacaran pada individu dewasa muda dalam penelitian ini. Secara kuantitatif, partisipan menunjukkan penurunan skor pada skala State Anger, Trait Anger, dan Anger Expression Index pada STAXI-2. Secara kualitatif, intervensi ini membantu partisipan untuk merespon emosi dan situasi pemicu marahnya dengan lebih baik.

ABSTRACT
This study was conducted to investigate the effect of an intervention with Acceptance and Commitment Therapy approach combined with assertive communication and forgiveness to reduce anger. Participants in this study were young adults who were in dating relationships and had planned to get married. A high level of anger can be destructive in courtship relationships and can lead to many problems in marriage life later on. This is a one-group, quasi-experimental study with a pre-test/post-test design. Six individual intervention sessions were given online to three female and one male participants. The findings revealed that the application of Acceptance and Commitment Therapy approach could reduce the intensity, frequency, and expression of anger in courtship relationships in young adults in this study. Participants showed a decrease in scores on the State Anger, Trait Anger, and Anger Expression Index scales on the STAXI-2. Qualitatively, this intervention taught participants how to respond more effectively to emotions and anger-provoking situations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitria Lazzarini Latief
"Picture Frustration Study (P-F) adalah instrumen yang dapat melihat reaksi seseorang ketika rnenghadapi situasi frustrasi. Instrumen yang disusun oleh Rosenzweig pada tahun 1944 ini, sekarang sudah tidak pemah lagi digunakan sementara tiap orang tidak pernah lepas dari keadaan iustrasi dan mengalami perasaan terganggu serta marah karena frustrasi. Perkembangan zaman yang terjadi dalam kurun waktu 50 tahun, tentunya turut mempengaruhi kondisi yang ada pada masyarakat. Selain itu situasi yang dapat menimbulkan frustrasi pada setiap orang tidaklah sama. Dennis (1967), menyatakan bahwa sumber-sumber frustrasi dapat
dikelompokan ke dalam tiga kelornpok utarna, yaitu situasi yang berkaitan dengan keadaan atau lingkungan, keharusan untuk hidup bersama orang lain, dan hal-hal yang bersifat personal. Dollard, dkk (dalam Meier, 1961) menyatakan bahwa rasa frustrasi seseorang akan menunculkan perilaku agresi. Menurut Renfrew (1997) dalam bertingkah laku agresi, seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial tapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah jenis kelamin. Laki-laki digambarkan sebagai sosok yang agresif dan kompetitif, sementara perempuan dianggap sebagai sosok yang harus banyak mengalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pennasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada situasi frustrasi dari hasil elisitasi pada kelompok dewasa muda yang
analog dengan situasi hustrasi pada Rosenzweig Picrure Frustration (P-JU Study?
2. Situasi apa saia yang dimunculkan melalui elisitasi yang berkaitan dengan sumber
fustrasi keadaan atau lingkungan, keharusan hidup dengan orang lain serta situasi
yang berkaitan dengan hal-hal personal?
3. Bagaimanakah gambaran reaksi frustrasi laki-laki dan perernpuan pada kelompok
dewasa muda?
Penelitian dilakukan pada kelompok usia dewasa muda dengan subyek penelitian berjumlah 37 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen P-F dan kuesioner elisitasi situasi frustrasi. Untuk rnengetahui situasi hasil elisitasi yang analog dengan situasi P-F maka pada masing-masing situasi P-F dibuat tema gambar. Untuk mengetahui gambaran reaksi frustrasi laki-laki dan perempuan digunakan perhitungan distribusi frekuensi.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Situasi frustrasi dari hasil elisitasi memiliki analogi tema dengan 22 situasi
Hustrasi instrumen P-F. Situasi-situasi tersebut adalah situasi nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7,
8, 9,10,lI,13,14,l5,16,1'?,18,19, 2O,21, 22,23 dan 24.
2. Situasi-situasi frustrasi yang berkaitan dengan sumber frustrasi
a. Keadaan atau lingkungan, yang antara lain adalah: faktor alam, kondisi kendaraan umum dan pribadi, kondisi di jalan raya, berada di tempat rawan kejahatan, padat penduduk maupun konflik, berkaitan dengan alat, kenaikan harga dan PHK.
b. Keharusan hidup dengan orang lain, yaitu dalam berhubungan dengan teman, orang pada umumnya, pacar, orang yang posisinya lebih tinggi, berkaitan dengan kesalahan yang dibuat diri sendiri, serta dengan orang yang posisinya lebih rendah.
c. Hal-hal personal, adalah yang berkaitan dengan sifat dan kebiasaan, keadaaan fisik, kegagalan akademis atau pekerjaan serta hal-hal yang berhubungan dengan materi dan keluarga.
3. Gambaran reaksi frustrasi adalah sebagai berikut:
a. Reaksi frusitasi yang dominan digunakan oleh sebagian besar laki-laki dan perempuan adalah arah reaksi ekstrapunitif dan tipe reaksi ego-defense.
b. Reaksi frustasi yang paling sering dimunculkan oleh laki-laki dan perempuan pada 24 gambar P-F adalah E (ekstrapunitif dan ego-defense)
c. Reaksi fustrasi yang paling sering dimunculkan oleh laki-laki dan perempuan pada situasi P-F ego-blocking adalah E (ekstrapunitif dan ego-defense)
d. Reaksi frusuasi yang paling sering dimunculkan oleh laki-laki dan perempuan pada situasi P-F Superego-blocking adalah i (intrapunitif dan need-persistence)
Sara.11-saran yang diberlkan berdasarkan penelitian ini mencakup:
1. Saran yang berkaitan dengan penelitian
2. Saran terhadap tes P-F
3. Saran untuk penelitian lanjutan"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TAJPBKI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Inayatullah Yafie
"[Kemampuan untuk mengelola kemarahan merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh individu, khususnya pada kelompok remaja dan kelompok sangat berbakat. Program Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan pendekatan yang menekankan pada hubungan pikiran, perasaan, dan perilaku yang mempertahankan
gangguan psikologis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian single case design (N=1), yang bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan program CBT untuk meningkatkan kemampuan mengelola kemarahan pada anak berbakat. Peningkatan kemampuan mengelola kemarahan diukur melalui State-Trait Anger Expression Inventory (STAXI), yang kemudian dibandingkan skor hasilnya saat pre-test dan posttest. Sebagai pelengkap data kuantitatif yang didapatkan dari skor STAXI, digunakan juga data kualitatif yang didapat dari wawancara terhadap orang terdekat partisipan, yang mencakup observasi terhadap perilaku partisipan sebelum dan sesudah intervensi;The ability to manage anger is one of specific skills that need to be controlled by the
individual, especially the youth groups and highly gifted group. Program Cognitive Behavior Therapy (CBT) is an approach that emphasizes the relationship of thoughts, feelings, and behaviors that maintain psychological disorders. This study uses a single case study design (N = 1), which aims to look at the effectiveness of CBT program to improve the ability to manage anger at highly gifted adolescent. Improved ability to manage anger is measured through the State - Trait Anger Expression Inventory (STAXI), which is then compared to the results from the scores of pre-test and post-test. As a complement to the quantitative data obtained from the score STAXI, qualitative data obtained from interviews with participant’s significant others, which includes the partisipant behavior observation before and after the
intervention had been given., The ability to manage anger is one of specific skills that need to be controlled by the
individual, especially the youth groups and highly gifted group. Program Cognitive
Behavior Therapy (CBT) is an approach that emphasizes the relationship of thoughts,
feelings, and behaviors that maintain psychological disorders. This study uses a
single case study design (N = 1), which aims to look at the effectiveness of CBT
program to improve the ability to manage anger at highly gifted adolescent. Improved
ability to manage anger is measured through the State - Trait Anger Expression
Inventory (STAXI), which is then compared to the results from the scores of pre-test
and post-test. As a complement to the quantitative data obtained from the score
STAXI, qualitative data obtained from interviews with participant’s significant
others, which includes the partisipant behavior observation before and after the
intervention had been given]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Devanda Ghoziandi
"From the perspective of the predominantly heterosexual society, giving a tribute to the LGBTQ+ community in performance can be considered an act of respect. However, such an act can be counterproductive to the LGBTQ+ community. To build a case in seeing the root of the problem, this thesis examines Taylor Swift’s music video and song “You Need to Calm Down,” which was purposely made for her advocacy for LGBTQ+ people. It is argued that the music video does not depict LGBTQ+ people in the most realistic way as it prolongs or extends the harmful stereotypes of LGBTQ+ people, and the gender performances that are acted out or played in the music video do not conform to the gender performativity concept that has become the ground of LGBTQ+ rights. Additionally, the said gender performances are also considered unfavorable as they compare the struggle of LGBTQ+ people to a personal problem that shows a heteronormative bias. Using the analysis of cinematic devices as a method, it is concluded that Swift’s advocacy for LGBTQ+ people has its complexity that falls on heteronormative bias, problematic gender performativity, and unfavorable stereotypes.

Dari perspektif masyarakat yang didominasi heteroseksual, melibatkan komunitas LGBTQ+ dalam karya seni dapat dianggap sebagai tindakan penghormatan. Namun, tindakan semacam itu dapat menjadi kontraproduktif bagi komunitas LGBTQ+. Untuk melihat akar masalahnya, penelitian ini mengkaji video musik dan lagu Taylor Swift “You Need To Calm Down”, yang sengaja dibuat sebagai wujud pembelaannya terhadap komunitas LGBTQ+. Beberapa argumen mengatakan video music tersebut tidak menggambarkan komunitas LGBTQ+ dengan cara yang paling realistis karena memperpanjang atau memperluas stereotip negatif dari orang-orang LGBTQ+, dan pertunjukan gender yang diperankan atau dimainkan dalam video musik tidak sesuai dengan konsep performativitas gender yang menjadi landasan hak-hak LGBTQ+. Selain itu, pertunjukan gender tersebut juga dinilai kurang baik karena membandingkan perjuangan komunitas LGBTQ+ dengan masalah pribadi yang menunjukkan bias heteronormatif. Dengan menggunakan metode analisis perangkat sinematik, disimpulkan bahwa advokasi Swift untuk komunitas LGBTQ+ memiliki kompleksitas yang terjerumus pada bias heteronormatif, performativitas gender yang bermasalah, dan stereotip yang tidak menguntungkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Rachmania
"Penelitian ini membahas tentang ungkapan emosi kemarahan dan emosi kesedihan remaja laki-laki dan perempuan melalui status facebook yang berhubungan dengan stereotip gender. Penelitian ini bertujuan menjelaskan apa saja yang ada di dalam penulisan ungkapan emosi kemarahan dan emosi kesedihan melalui status facebook, membandingkan ungkapan yang ditulis oleh laki-laki dan perempuan, dan melihat pengaruh stereotip gender pada laki-laki dan perempuan dalam menuliskan ungkapan emosi kemarahan dan kesedihan.Teori yang digunakan adalah teori sosiolinguistik, gender, dan psikologi.

This study discusses the emotional expression of anger and sadness emotions of adolescent boys and girls through facebook_s status associated with gender stereotypes. This study aims to explain what is in the writing of expressions of emotion anger and sadness emotions through facebook_s status, comparing the expression of which was written by men and women, and see the impact of gender stereotypes on men and women write their anger and sadness expressions of emotion. The theory used is sociolinguistic theory, gender, and psychology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S10947
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>