Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tambunan, Fernando Pardamean Maruli Tua
"Intelijen secara umum berfungsi sebagai alat untuk penuntun dalam membuat sebuah kebijakan dimana memberikan informasi mengenai niat (intention) dan kapabilitas (capabilities) dari berbagai pelaku aktor sosial. aktor sosial yang dapat berasal dari politik, ekonomi, militer, perusahaan multinasional, pelaku kriminal dan organisasi teroris. Sehingga mendapatkan tujuan yang paling mendasar adalah mengidentifikasi ancaman terhadap keamanan dan juga peluang terhadap kegiatan politik. Kemudian fungsi kedua adalah tidak hanya sebagai penuntun untuk pengambilan keputusan, tetapi juga sebagai alat untuk mengimplementasikan kebijakan. Pada fungsi ini intelijen lebih dari pada sebuah panduan untuk menggunakan kekuasaan, tetapi juga merupakan instrumen yang berguna dalam menjalankan kekuasaan.
Kegiatan Intelijen pada masa orde baru sebelum terjadinya peristiwa malari berpusat kepada tiga kekuatan organisasi intelijen, yaitu Kopkamtib, Bakin, dan Aspri sebagai pelaksana operasi khusus (Opsus). Di dalam penelitian ini penulis membuktikan bahwa keberhasilan intelijen terjadi dengan melihat unsur organisasi, pengambil keputusan (dalam hal ini Presiden), analisis yang menghasilkan warning information, dan juga dimensi politik. Keseluruhan unsur ini dipenuhi dengan menjalankan fungsi intelijen yaitu penggalangan dan pengamanan. Kegiatan penggalangan akan mendukung kegiatan pengamanan untuk menetralisir setiap ancaman dengan melakukan sebuah cipta kondisi untuk mempersalahkan para demonstran agar dapat ditangkap. Dan juga sebagai pendukung pemerintah dalam memberikan kebijakan-kebijakan yang bersifat represif.

Intelligence in a generally serves as a tool to guide in creating a policy which provides information about intention and capabilities of various social actors. Social actors that can derived from the political, economic, military, multinational corporation, criminals and terrorist organization thus getting the most fundamental purpose is identifying threat to the national security and also opportunities to political activity. Then the second function not only as a guide for decision-making, but also as a tool to implement the policy. It does than a guide to use power, but be an instrument for running the power either.
Intelligence activities in the new order centered by three forces organization, they are Kopkamtib (Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban), Bakin (Badan Koordinasi Intelijen), and Aspri (Asisten pribadi) for President as a executor of Special Operation. In this research author proves that the success of intelligence going on by looking at the elements of the organization, the decision maker (in this case the President), the analysis of which generates warning information, and also a political dimension. The overall of these elements is filled by carry out the intelligence functions that is penggalangan and pengamanan. Penggalangan activities will support the activities of pengamanan to neutralize any threat by do a conditioning to blame the demonstrators to be arrested. Thus supporting government for their repressive policy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Natallia
"Penelitian ini dilatarbelakangi pengamanan aktivitas Kepelabuhanan Tanjung Priok masih belum maksimal. Angka kejahatan dari tahun ke tahun masih tergolong tinggi, dimana pada tahun 2022 mencapai 249 kejadian. Pemerasan dan pengancaman terhadap pekerja pelabuhan juga masih terjadi. Bahkan, aksi unjuk rasa serta rob juga kerap terjadi hingga pada akhirnya membuat kemacetan yang mengganggu distribusi barang. Kerjasama yang dibangun Polres Pelabuhan Tanjung Priok dengan stakeholder terkait juga belum maksimal. Telah terbentuk Safety Improvement Task Force (SITAF), hanya saja masih terbatas pada bidang joint investigation. Untuk pengamanan secara menyeluruh, belum ada kerjasama yang terstruktur. Masih terlihat ego sektoral di masing-masing intansi.
Pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori teori kolaborasi, konsep collaborative governance dan konsep community policing. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pendekatan studi kasus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Safety Improvement Task Force (SITAF) belum efektif dalam menciptakan keamanan dan ketertiban aktivitas Kepelabuhan Tanjung priok dilihat dari dimensi Tipe Networked Structure sulit melakukan sinkronisasi dan integrasi sistem antar stakeholder, dari dimensi Commitment to a common purpose proses evaluasi kinerja sudah tidak jalan, dari dimensi governance karena tidak adanya Sistem Operasional prosedur teknis, dan dari dimensi Access to resources tidak adanya sumber daya mandiri dalam SITAF. Sementara itu, model ideal dalam menciptakan keamanan dan ketertiban aktivitas kepelabuhanan Tanjung Priok dalam paradigma pemolisian kolaboratif adalah dengan meningkatkan kerjasama pengamanan kawasan pelabuhan dengan stakeholder melalui optimalisasi SITAF dengan sejumlah perbaikan yang meliputi penyelenggaraan pertukaran dan pembaruan informasi antar stakeholder, melakukan identifikasi, pemetaan dan analisis serta pembaruan karakteristik potensi kerawanan, melaksanakan kegiatan pelatihan, apel dan patroli bersama, mengoptimalkan sarana teknologi informasi seperti command center, meningkatkan peran aktif pengelola kawasan serta komunitas pekerja atau masyarakat yang ada di pelabuhan serta meningkatkan sumber daya mandiri SITAF.

This research is motivated by the fact that the security of Tanjung Priok Port activities is still not optimal. The crime rate from year to year is still relatively high, where in 2022 it will reach 249 incidents. Extortion and threats against port workers are also still occurring. In fact, demonstrations and robberies also often occur, which in turn create traffic jams that disrupt the distribution of goods. The cooperation that was built by the Tanjung Priok Port Police with related stakeholders has also not been maximized. A Safety Improvement Task Force (SITAF) has been formed, but it is still limited to the field of joint investigation. For overall security, there is no structured cooperation. There is still visible sectoral ego in each agency.
The analytical knife in this research is the theory of collaboration, the concept of collaborative governance and the concept of community policing. This type of research is a qualitative research with a case study approach method.
The results of this study indicate that the Safety Improvement Task Force (SITAF) has not been effective in creating security and order in Tanjung Priok Port activities, seen from the dimensions of the Networked Structure type, it is difficult to synchronize and integrate systems between stakeholders, from the Commitment to a common purpose dimension, the performance evaluation process is no longer way, from the governance dimension due to the absence of an Operational System of technical procedures, and from the Access to resources dimension there is no independent resource in SITAF. Meanwhile, the ideal model for creating security and order in Tanjung Priok port activities in the Collaborative Policing paradigm is to increase port area security cooperation with stakeholders through optimizing SITAF with a number of improvements which include organizing exchange and updating of information between stakeholders, identifying, mapping and analyzing as well as updating the characteristics of potential vulnerabilities, carrying out training activities, gatherings and joint patrols, optimizing information technology facilities such as command centers, increasing the active role of area managers and the working community or people at the port and increasing SITAF's independent resources.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Nurfakhri Muhammad
"Ruang Angkasa, sebagai suatu wilayah yang digolongkan sebagai common heritage of mankind dijamin kebebasan penggunaannya oleh Outer Space Treaty 1967. Namun, perjanjian internasional tersebut belumlah cukup dalam mengatur aktivitas militer di Ruang Angkasa. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan Ruang Angkasa oleh Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina untuk pengujian-pengujian senjata. Kedua negara tersebut berpendapat secara konsisten dalam praktiknya bahwa Ruang Angkasa dapat digunakan untuk aktivitas-aktivitas militer yang tidak agresif terhadap negara lain. Oleh karena itu, perlu dikaji kembali peraturan-peraturan dalam perjanjian-perjanjian internasional, baik yang berkaitan langsung dengan aktivitas Ruang Angkasa, maupun pemahaman-pemahaman para ahli dalam menginterpretasikan perjanjian-perjanjian internasional yang dapat diaplikasikan kedalam masalah aktivitas-aktivitas tersebut. Skripsi ini akan berusaha menjelaskan mengenai hukum-hukum internasional secara umum mengenai aktivitas militer dan secara khusus mengenai aktivitas-aktivitas militer yang agresif di Ruang Angkasa. Lebih spesifik lagi, skripsi ini juga akan berusaha secara hukum dan kebijakan, mengeksplorasi mengenai aktivitas agresif Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina di Ruang Angkasa. Aktivitas ini akan dianalisis dengan membaginya kedalam tiga kategori pengaturan, dari aktivitasnya menurut Outer Space Treaty, dari sifat pelaksanaannya, serta dari dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan di Ruang Angkasa. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka akan disarankan bahwa perlu pembahasan lebih lanjut terkait perjanjian-perjanjian internasional yang lebih spesifik bagi aktivitas militer di Ruang Angkasa, yang mana dapat diawali dengan usaha-usaha pendekatan soft law dengan membuat manuals yang terfokus pada hal tersebut.

Outer Space, as a common-heritage-of-mankind territory was guaranteed the freedom of use by the Outer Space Treaty of 1967. However, this treaty alone did not cover the whole aspects of military activity in Space. Such “incompletion” was why the United States and China conducted “military testing” of antisatellite weapons. Both Nations have, consistently showed that their practice in Outer Space was “non-aggressive”, as to their understanding of the peaceful purposes stipulation under the treaty. Hence, it is within this thesis to revisit all relevant international law sources, as a way to comprehensively understand the alternative legal basis to military activities in Outer Space. This thesis will also analyze experts’ opinion on military activity in Outer Space and their understanding of the relevant international law sources. Based on this analysis it can also be advised that there is an emerging need to revisit the law to Outer Space internationally, especially on the matter of military activities.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Baradi Pratama
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengalaman kerja, kegiatan kemahasiswaan, dan persepsi mengenai transisi kerja terhadap adaptabilitas karier mahasiswa akuntansi. Sampel dari penelitian ini adalah 207 mahasiswa jurusan akuntansi program studi S1 Reguler, Paralel dan Ekstensi serta S2 Magister Akuntansi MAKSI dan Program Pendidikan Akuntansi PPAK Universitas Indonesia. Adaptabilitas karier diukur menggunakan Career Adapt-Abilities Scale CAAS ?International Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan menunjukkan tingkat Concern yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak terlibat dalam kegiatan serupa, serta tingkat Concern, Curiosity dan skor CAAS yang lebih tinggi bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan kemahasiswaan dengan jumlah dan jumlah jenis tertentu. Mahasiswa yang memiliki ekspektasi terkait kesulitan dalam transisi kerja menunjukkan tingkat Control yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki ekspektasi serupa. Dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan tingkat adaptabilitas karier yang signifikan terkait faktor pengalaman kerja. Selain itu, dilakukan analisis kualitatif berupa summative content analysis yang menemukan bahwa berbagai isu terkait adaptasi dan diri sendiri merupakan hal yang paling banyak dianggap oleh mahasiswa sebagai masalah terkait transisi kerja. Hasil yang didapat mendukung pentingnya keberadaan kegiatan kemahasiswaan, dan bagi penyelenggara pendidikan tinggi, pentingnya mempersiapkan mahasiswa agar dapat melewati masa transisi kerja dengan sukses.

ABSTRACT
The purpose of this research is to explore the relationship between career adaptability, work experience, extracurricular activities and work transition in accounting students. Samples used in this research consist of 207 undergraduate and graduate students of accounting at the University of Indonesia. Using the Career Adapt Abilities Scale CAAS International Form, the differential analysis evidenced that students who participate in extracurricular activities scored higher on the subscales of concern. Also, students who participate in a certain number of extracurricular activities and categories scored higher on the subscales of concern, curiosity, and the overall CAAS score. No statistical differences emerged regarding work experiences. Meanwhile, students who do not anticipate difficulties in work transition displayed higher scores on the subscale of control than did their peers who anticipate difficulties in such transitions. Moreover, the result of qualitative analysis by using summative content analysis also shows that adaptation and self related issues are being regarded as work transition related difficulties presently dominant between accounting students. The obtained results support the importance of student involvement in extracurricular activities and for respective universities and faculties to foster career adaptability during higher education studies to help graduates manage the transition to professional contexts."
pengalaman kerja; kegiatan kemahasiswaan; transisi kerja; karier; mahasiswa , 2017
S67912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta: Ministry of Foreign Affairs Republic of Indonesia, [1968]
322.42 SUB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Selvia Juliana
"ABSTRAK
Aktivitas fisik yang berlebih dapat mempengaruhi kualitas tidur remaja. Kualitas tidur yang buruk pada remaja dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional terhadap 265 orang remaja yang dipilih dengan teknik proportioned stratified random sampling di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta Selatan. Aktivitas fisik remaja diukur dengan menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), sedangkan kualitas tidur remaja diukur dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil analisis dengan uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dan kualitas tidur pada remaja (p= 0,402; α=0,05; r= -0,052). Promosi kesehatan perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesehatan remaja khususnya dalam hal aktivitas fisik dan kualitas tidur.

ABSTRACT
Physical activities are an essential factor in determining the quality of sleep among adolescences. Physical and mental health issues in teenagers may be resulted from the bad quality of sleep. The purpose of this study was to identify the correlation of physical activities and sleep quality in adolescences. This correlative study employed analytical cross sectional design. 265 observers from a senior high school in jakarta were selected by using proportioned stratified random sampling technique. The International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) was used to examine the level of physical activity, while The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) was used to measure the quality of sleep. The result showed no significant relationship between physical activities and sleep quality (p= 0,402; α=0,05; r= -0,052). The study suggested health promotion for adolescences, particularly concerning physical activities and sleep quality.
"
2014
S61505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Kemal Musthofa
"Studi ini mencoba untuk mengetahui apakah variabel perilaku dan hal-hal non-religius dapat merefleksikan itensitas individu untuk melakukan aktifitas religious. Berdasarkan salvation motive dari teori Azzi dan Ehrenberg 1975, diekspektasikan bahwa individual dengan preferensi waktu rendah yang menilai ldquo;utilitas lebih besar di masa depan rdquo; lebih tinggi daripada ldquo;utilitas saat ini rdquo; dan ekspektasi kondisi kesehatan yang rendah akan menambah aktifitas religius individu.
Hasil analisis menyarankan bahwa individu dengan preferensi waktu yang rendah diasosiasikan dengan aktifitas religious yang lebih besar, dalam bentuk jumlah solat setiap hari dan porsi pengeluaran ritual. Akan tetapi, ekspektasi kondisi kesehatan yang lebih baik diasosiakan dengan meningkatnya jumlah solat setiap hari. Perihal mengenai hasil yang terbail dan implikasi dari studi ini didiskusikan.

This study tries to explore whether behavioral and non religion related variables can reflect Individual's intensity to conduct religious activities. Based on Azzi and Ehrenberg's 1975 salvation motive theory, it is expected that individual with lower time preference who value more ldquo greater future utility rdquo over ldquo present utility rdquo and worsen expected health condition should increase one's religious activities.
Analysis results suggest that individuals with lower time preference is associated with higher religious activities, in a form of portion of ritual spending and number of daily prayers each day Solat. However, better expected health condition is associated with higher number of Solat conducted each day. Issue regarding the opposite result and implications of this study are discussed.
"
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Agustin
"Pendahuluan: Shalat adalah salah satu aktivitas kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan oleh umat Islam, termasuk oleh usia lanjut. Beberapa gerakan yang dilakukan adalah berdiri, rukuk, sujud dan duduk. Gerakan-gerakan ini disusun dari komponen-komponen dari hirarki fungsi fisik, yaitu koordinasi gerakan, keseimbangan, kekuatan otot, fleksibilitas, dan ketahanan. Berbagai aktivitas sehari-hari juga terdiri dari komponen dasar tersebut.
Tujuan: Penulis ingin melihat apakah komponen dasar gerakan shalat yang baik dapat menunjukkan komponen dasar aktivitas fungsional fisik yang baik pula pada usia lanjut.
Metode: 120 orang subjek diamati saat melakukan shalat dan dinilai berdasarkan komponen dasarnya. Komponen dasar aktivitas fungsional fisik dinilai dengan uji yang tervalidasi dan sesuai dengan komponen yang ingin dinilai.
Hasil: Usia lanjut yang dapat melakukan gerakan shalat dengan sempurna sebanyak 22 subjek (18,3%). Komponen koordinasi gerakan shalat memberikan prediksi yang baik terhadap koordinasi aktivitas fungsional fisik yaitu 94% (IK 95% 0,88 sampai 0,97). Komponen keseimbangan gerakan shalat memberikan prediksi yang baik terhadap komponen keseimbangan aktivitas fungsional fisik yaitu 100% (IK 95% 0,97 sampai 1,0). Komponen kekuatan otot gerakan shalat memberikan prediksi yang baik terhadap komponen kekuatan otot aktivitas fungsional fisik yaitu 79% (IK 95% 0,6 sampai 0,9). Komponen fleksibilitas gerakan shalat memberikan prediksi yang tidak baik terhadap komponen fleksibilitas aktivitas fungsional fisik 55% (IK 95% 0,45 sampai 0,65). Komponen ketahanan otot gerakan shalat memberikan prediksi yang tidak baik terhadap komponen ketahanan otot aktivitas fungsional fisik yaitu 67% (IK 95% 0,58 sampai 0,75).
Kesimpulan: Komponen koordinasi, keseimbangan dan kekuatan otot gerakan shalat mampu memprediksi komponen koordinasi, keseimbangan dan kekuatan otot aktivitas fungsional fisik pada usia lanjut. Sementara itu, komponen fleksibilitas dan ketahanan otot gerakan shalat tidak dapat digunakan untuk memprediksi komponen fleksibilitas dan ketahanan otot aktivitas fungsional fisik pada usia lanjut.
IK: Interval Kepercayaan.

Introduction: Shalat is one of daily main activities that is common to moslems, especially in elderly population. The movements of shalat consisted of standing, rukuk, sujud (kneeling), and sitting. The movements comprise of basic components of the hierarchy of physical functions, such as coordination, balance, muscle strength, flexibility and endurance. Some of our daily activities also comprise of the basic components.
Objectives: To investigate whether the components found in the movement of shalat can be predictors of the same components in the activities of physical function.
Methods: 120 subjects were enlisted to do shalat and were evaluated based on the five basic components of physical function. The basic components of physical functional activities were evaluated using relevant and validated tools.
Results: There were 22 elderly subjects who performed shalat movements perfectly (18.3%). The coordination component of shalat movement has a positive predictive value of 94% for coordination component of physical functional activities (95% CI 0.88 to 0.97). The balance component of shalat has a 100% positive predictive value for balance component of physical functional activities (95% CI 0.97 to 1.0). The muscle strength component of shalat has a positive predictive value of 79% for muscle strength component of physical functional activities (95% CI 0.6 to 0.9). The flexibility and endurance component of shalat gave a 55% and 67% positive predictive value respectively for flexibility and endurance component of the physical functional activities (95% CI 0.45 to 0.65 and 0.58 to 0.75, respectively).
Conclusion: Coordination, balance, and muscle strength components of shalat are good predictors for coordination, balance, and muscle strength components of physical functional activities in elderly population. On the other hand, flexibility and muscle endurance components are not significant predictors for flexibility and muscle endurance components of physical functional activities in elderly population.
CI: Confidence Interval.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Adlina Sharfina
"Penelitian ini mengeksplorasi kegiatan kelompok dukungan sebaya yang disebut Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) untuk pengasuh anak dalam masalah HIV / AIDS. Kegiatan ini termasuk memberi mereka dukungan. Ini menggunakan metodologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berfokus untuk menggambarkan proses pengaturan dan kegiatan kelompok dukungan sebaya oleh Lentera Anak Pelangi, juga mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat sebagai landasan untuk mengembangkan kegiatan. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok dukungan sebaya di LAP memiliki berbagai umpan balik dari anggota mereka. Dalam aspek faktor penghambat, proses memiliki kurangnya ketersediaan fasilitas, jumlah peserta dengan latar belakang yang beragam, keterlibatan anak, kondisi peserta, dan bahan berulang. Penelitian ini juga menggambarkan faktor-faktor pendukung, yaitu kemitraan dengan lembaga lain, peran manajer kasus, keingintahuan peserta, dukungan dari anggota lain dari kegiatan, dan variasi kegiatan.

This research explores the activities of peer support groups called Peer Support Groups (KDS) for caregivers of children in the HIV / AIDS problem. This activity includes giving them support. It uses a descriptive methodology with a qualitative approach that focuses on describing the process of organizing and activities of peer support groups by Lentera Anak Pelangi, also identifying and analyzing supporting and inhibiting factors as a basis for developing activities. The results show that the peer support groups at LAP have various feedback from their members. In the aspect of inhibiting factors, the process has a lack of availability of facilities, the number of participants with diverse backgrounds, the involvement of children, the conditions of the participants, and repetitive materials. This study also illustrates supporting factors, namely partnerships with other institutions, the role of case managers, curiosity of participants, support from other members of the activity, and variations of activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>