Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Florentinus Gregorius Winarno
Bogor: M-BRIO press, 2004
664.02 WIN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Lolo
"Latar belakang : masih tingginya kasus keracunan makanan di Indonesia, data Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular, 2010 sebanyak 30 kasus keracunan di Indonesia disebabkan oleh makanan yang dihasilkan oleh jasa katering. Data Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2013 sebanyak 789 sarana 32,07 belum menerapkan cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga. Sebanyak 1560 IRTP 63,41 telah menerapkan cara produksi yang baik dan 111 sarana 4,51 tidak aktif berproduksi atau tutup sehingga penerapan HACCP wajib dilakukan oleh jasa penyedia makanan.Tujuan penelitian : untuk mengetahui gambaran penerapan prinsip HACCP di katering ISS Wisma Rayah Cabang Sangatta, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017.Desain penelitian : pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif berdasarkan waktu termasuk dalam cross sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara dengan alat bantu daftar tilik, kamera yang berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian, perekam suara untuk merekam hasil wawancara dengan informan.Hasil penelitian : katering ISS Wisma Rayah Cabang Sangatta, Kalimantan Timur sudah menerapkan sistem HACCP pada setiap aspek pengelolaan makanan, namun belum secara utuh.Saran : perlu diterapkan HACCP secara utuh di Katering ISS. Tahap pengemasan dan pendistribusian sebaiknya juga ditetapkan sebagai CCP dan semua hal yang berkaitan dengan CCP sebaiknya ditempel pada setiap area pengelolaan makanan.

Backround High frequency of food poisoning cases in Indonesia 30 of the total occurences of food poisoning according the Directorate General of Eradication of Infectious Diseases, 2010 were caused by catering services. Data for 2013 obtained by the Drug and Food Supervision Agency showed that 789 facilities 32,0 had not yet adopt good procedures for food processing within home industries. 1560 food home industries 63,41 had been adopting good procedures of food processing and 111 facilities 4,51 had been closed or stopped their production activities, so that application of HACCP must be conducted by catering services.Objective of the research Description of application of HACCP principles in catering services in ISS Wisma Rayah, Sangatta Branch, East Kalimantan. This research was conducted from Frebruary until March 2017.Research design The research approach adopted here is the qualitative approach, using cross sectional design. Data were collected by implementing observation and interviews with the aids of control lists, camera for documenting research activities, tape recorder for recording results of interviews with informants.Results of the research catering services in ISS Wisma Rayah, Sangatta Brach, East Kalimantan, had been implementing adopting HACCP system in every aspect of their food production, but they had not fully implement these aspects yet.Suggestion it is necessary to apply HACCP system comprehensively in ISS Catering. Packaging and distribution stages should also be conducted as CCP, and everything relating to CCP should be labeled and attached in every area of food production."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Reynata Yohana
"Keracunan makanan menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Salah satu penyebab kejadian luar biasa keracunan makanan terjadi karena mengkonsumsi makanan olahan katering. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran higiene dan sanitasi pada proses pengolahan makanan dengan menggunakan pendekatan HACCP. Penelitian dilakukan dengan disain penelitian deskriptif untuk melihat proses pengolahan makanan di Katering “C” dan meneliti kualitas bakteri E. coli pada tiga jenis makanan. Hasil dari penelitian dengan pendekatan HACCP menunjukkan bahwa proses pengolahan makanan masih belum memenuhi standar. Ditemukan juga bakteri E. coli pada jenis makanan ayam balado dan rendang sapi dikarenakan praktik higiene sanitasi makanan yang kurang.

Food poisoning is becoming one of the biggest health problems in Indonesia. One cause of outbreaks of food poisoning occur due to eating processed food catering. This study aims to look at the overview of hygiene and sanitation in food processing by using the HACCP approach. The study was conducted with descriptive research design to see the processing of food in catering "C" and to examine the quality of E. coli bacteria in three types of food. The results of the research show that the HACCP approach to food processing is still not meet the standards. It was also found E. coli bacteria in ayam balado and rendang sapi because of hygiene and sanitation practices due to lack of food."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febie Karmani Putra
"ABSTRAK
Fenomena bertambah jumlahnya penduduk, diikuti dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Banyaknya pedagang kaki lima (PKL) penjaja makanan merupakan dampak yang dihasilkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukan bahwa pada tahun 2015, angka tingginya kasus keracunan makanan dari makanan PKL sangat tinggi yaitu 24 insidens dengan 1725 korban. Hal ini terkait dengan lemahnya dan kurangnya pengawasan serta pengetahuan masyarakat yang membentuk perilaku membeli makanan di Pedagang Kaki Lima (PKL) disembaran tempat. Persepsi sebagai salah satu faktor pembentuk perilaku mempunyai peran penting terhadap Keamanan Pangan. Sehingga dilakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan gambaran persepsi terhadap kemana pangan di Pasar Anyar Kota Tangerang tahun 2016. Metode yang digunakan adalah kuantitaif dan kualitatif yang bersiat deskriptif dan observasional dengan pendekatan cross sectional melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan Karakteristik Responden terbesar yaitu berusia 26-35 tahun (dewasa awal), wanita, berpendidikan menengah (SMA), tidak bekerja serta berfrekuensi 2-3x perminggu berkunjung ke pasar. Persepsi Baik terdapat pada variabel Pengetahuan Kandungan Makanan (74,2%), Peraturan Daerah (83,35) serta Keadaan Tempat berdagang (56,5%) , sedangkan Persepsi tidak baik terdapat pada variabel Pengetahuan Proses Pengolahan dan Penyajian Makanan (50,5%), Pengetahuan Gangguan Kesehatan (55,5%).

ABSTRACT
The phenomenon of increasing numbers of the population, followed by the high level of consumption. The number of street vendors (PKL) hawkers are resulting the impact. Food and Drug Monitoring Agency Republic of Indoneisa (BPOM RI) showed that in 2015, the high number of cases of food poisoning from the food vendors incidence is as high as 24 to 1725 victims. It is associated with the weakness and lack of supervision and knowledge society that shape the behavior of buying food at street vendors (PKL). Perception as one of the determining factors of behavior has an important role to the Food Safety. This research has the aim of describing the overview of perceptions of street vendors (PKL) food in Pasar Anyar Tangerang City in 2016. The method used quantitative and qualitative descriptive and observational with cross sectional approach through questionnaires, interviews and field observations. The results showed that the largest Respondent Characteristics aged 26-35 years (young adult), female, secondary education (high school), un-employement as well as the frequency 2-3x per week outlets. Good perceptions achieved by Knowledge content of Food Sciences variabel (74.2%), Regulation variabel (83.35) and implemnting of food safety‟ regulation varaibel 56.5%), while the bad perception is not well contained in Knowledge Process Food Processing and Presentation variabel (50.5 %), Knowledge of Health Problems varaibel (55.5%)."
2016
S63308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia has greatpotential resources of algae, but it production level is still less than 50% of the potency. Algae which are benefit for production consist of only several of its hundred total species. The benefit of algae is still limited as sources of agar, carrageenan and alginate...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pepey Riawati Kurnia
"ABSTRAK
Semakin banyak perusahaan melakukan percepatan pengembangan produk
dengan memperpendek waktu pengembangan produk agar produk dapat
secepatnya berada di pasar. Studi terdahuiu dan studi eksplorasi menunjukkan
bahwa hal ini disebabkan oleh adanya peiuang pasar, biaya ekonomi tinggi,
persaingan, intuisi pembuat keputusan, kapabilitas dan citra merek. Tujuan
penelitian untuk mengetahui apakah percepatan pengembangan produk
mempengaruhi peran artikulasi dan navigasi pemasaran dalam menghasilkan
kinerja produk. Berlandaskan Evolution Theory, Contingency Theory, Market-
Based View dan Resource-Based View dibangun model penelitian. Responden
adalah pemasar per kategori produk pada divisi pemasaran perusahaan pangan
skala menengah-besar di Indonesia. Kuesioner terisi dari 107 responden diolah
dengan Latent Variable Score (LVS). Dilakukanpre-test dua kali.
Hasil identifikasi awal penelitian ini memperkuat hasil studi eksplorasi
sebelumnya bahwa industri pangan diduga berada dalam tahap pertumbuhan yang
ditandai dengan keberhasilan peran pemasaran dalam membangun Jaringan
distribusi yang kuat serta kemampuannya untuk memperkenalkan merek.
Informasi awal ini juga menunjukkan bahwa dalam kondisi tingkat persaingan
yang menuju ke hypercompetition, pemasar cenderung memutuskan untuk
melakukan inovasi incremental. Dari variabel independen (peiuang pasar,
persaingan, biaya, intuisi, kapabilitas dan citra merek), studi ini menemukan
bahwa hanya variabel intuisi dan kapabilitas yang mendorong perusahaan
melakukan percepatan pengembangan produk.
Intuisi eksekutif pemasaran yang semakin sering digunakan dan didukung
dengan kapabilitas yang kuat mendorong perusahaan untuk semakin melakukan
percepatan pengembangan produk. Temuan penelitian menyatakan bahwa
percepatan pengembangan produk memperkuat peran pemasaran dalam
menciptakan, mengembangkan nilai dan menyebarkan nilai untuk menghasilkan
kinerja produk yang diharapkan. Peneliti mengajukan model penelitian alternatif
untuk melengkapi model penelitian orisinal yang menunjukkan bahwa efek
langsung percepatan pengembangan produk terhadap kinerja produk lebih besar
dibandingkan melalui peran pemasaran.
Hasil penelitian memberikan implikasi teoritis bahwa intuisi dan
kapabilitas sebagai sumberdaya internal perusahaan dari Resource-Based View
menjadi faktor pendorong perusahaan melakukan percepatan pengembangan
produk. Implikasi manajerial diuraikan dalam lima area implikasi yakni
organisasi, sumberdaya manusia. pemasaran, inovasi dan manufacturing.
Pemerintah juga perlu mengeluarkan kebijakan yang mampu mendukung
percepatan pengembangan produk yang dilakukan sehingga dapat mencapai hasil
yang optimal.

ABSTRACT
More and more companies do accelerated product development by making
time of product development shorter so products can be launched to market
as quickly as possible. Previous and exploration studies show that it is
caused by market opportunity, high cost, competition, intuition of the
decision makers, capability and brand image. Objective of the research is to
find out whether accelerated product development affects role of articulation
and navigation function of marketing in producing product performance. Based
on Evolution Theory, Contingency Theory, Market-Based View, and Resource-
Based View, model of the research was built up. Respondents are the
product-category marketers in marketing divisions from middle-large scale
food companies in Indonesia. Returned questionnaires from 107 respondents
were processed using the Latent Variable Score (LVS). Pre-tests had done
two times.
The first identification result of this research strengthens the previous
exploration studies that the food industry should be in the growing stage
which is indicated by the success of marketing in building a strong
distribution network and their ability in introducing brands. This beginning
information also shows that in the condition of the competition level that
move in the hypercompetition, most of marketers decide to do the incremental
innovation. From independent variables (market opportunity, competition, cost,
intuition, capability, and brand image), this study finds that only intuition and
capability which push companies to do accelerated product development.
The intuition of marketing executive which is more often used and
supported by strong capability push the companies to do more of accelerated
product development. Findings of the research state that accelerated product
development strengthens the role of marketing in creating, developing, and
distributing values to produce product performance. The researcher propose the
alternative research model to complete the original research model that shows
the direct effect of accelerated product development in producing product
performance is stronger than if it is through the role of marketing.
The findings of research give theoretical implication that intuition and
capability as internal resources of companies from Resource- Based View
become the factors that push companies to do accelerated product
development. The managerial implication are in five areas: Organizations, human
resources, marketing, innovations, and manufacturing. Government must make
out a policy that can support accelerated product developments to reach
optimal result."
2008
D1541
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Haniva Dwihandini
"Fasilitasi perdagangan merupakan faktor penting bagi negara-negara di dunia dalam efisiensi perdagangan. Penelitian ini menganalisis dampak fasilitasi perdagangan dan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja ekspor terhadap industri pengolahan makanan Indonesia ke kawasan RCEP. Sektor industri pengolahan Indonesia merupakan sektor penyumbang terbesar ekspor Indonesia dan kawasan RCEP merupakan negara tujuan utamanya. Namun, trend pertumbuhan ekspor industri pengolahan makanan Indonesia ke kawasan RCEP dari tahun 2012 sampai 2019 cenderung menurun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode 2012 – 2019 dengan pendekatan gravity model data panel. Variabel fasilitasi perdagangan yang menjadi interest variable yaitu kualitas infrastruktur transportasi, penyerapan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), hambatan prosedur bea cukai, (BOCP) dan kualitas lingkungan bisnis negara RCEP. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel fasilitasi perdagangan yang sangat memengaruhi nilai ekspor industri pengolahan makanan Indonesia ke kawasan RCEP adalah persentase penyerapan teknologi dan komunikasi (ICT) negara RCEP dan kualitas lingkungan bisnis negara RCEP. Negara RCEP yang memiliki persentase penyerapan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) terbesar yaitu Korea Selatan dan Selandia baru memiliki lingkungan bisnis yang terbaik. Selain itu, variabel ekonomi yang memengaruhi nilai ekspor industri pengolahan makanan Indonesia ke kawasan RCEP adalah jarak ekonomi Indonesia dengan negara RCEP dan jumlah populasi negara RCEP.

Trade facilitation is an important factor for countries in the world in trade efficiency. This study aims to analyze the impact of trade facilitation to export performance on the export value of Indonesia’s food industry to the RCEP countries. Indonesia's manufacturing sector is the largest contributor to Indonesia's exports and the RCEP countries is the main destination. However, the export growth trend of Indonesia's food industry to the RCEP countries from 2012 to 2019 tends to decrease. The data used in this study is secondary data for the period of 2012 – 2019 with a gravity model panel data approach. Trade facilitation variables that become interest variables are the quality of transportation infrastructure, the absorption of information and communication technology (ICT), the burden of customs procedure (BOCP) and the quality of business environment of RCEP countries. The result of the model shows that the trade facilitation variables significantly affecting the export value of Indonesia’s food industry are the percentage of technology and communication absorption (ICT) of the RCEP countries and the quality business environment of the RCEP countries. The RCEP countries that has the largest percentage of information and communication technology (ICT) absorption is South Korea, while New Zealand has the best business environment. Besides that, the economic variables that affect the export value of Indonesia's food industry to the RCEP countries are the economic distance between Indonesia and RCEP countries and the total population of the RCEP countries"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Earle, R.L.
Bogor: Sastra Hudaya, 1982
664.02 EAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Siti Munirah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan pangan segar pada gudang pusat Transmart Carrefour sehingga peningkatan kualitas dapat tercapai. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method yang bersifat deskriptif yang berdasarkan wawancara dan observasi serta data di lapangan. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Pareto chart dan fishbone diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang paling banyak terjadi pada produk pangan segar di gudang pusat Transmart Carrefour adalah busuk dan memar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa produk pangan segar mengalami kebusukan karena kualitas buah yang buruk dari pemasok, tenaga kerja yang kurang terlatih, proses penyimpanan yang kurang baik dan proses transportasi yang kurang memadai. Sementara itu, masalah memar pada pangan segar disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang terlatih dan terawasi, serta proses transportasi yang kurang baik, metode penyusunan atau penumpukan yang kurang tepat dan material kemasan yang kurang baik.

This study aims to determine the factors that cause damage to perishable food in the Transmart Carrefour distribution center so that quality improvements can be achieved. The research method used is descriptive mixed method based on interviews and observations and data in the field. The approach of this research uses Pareto charts and fishbone diagrams. The results show that the most common problems in perishable food products at the Carrefour Transmart distribution center are rotten and bruised. The results from rotten problem are poor fruit quality from suppliers, poorly trained laborers, poor storage processes and inadequate transportation processes. Meanwhile, the problem of bruising on perishable food is caused by a poorly trained and supervised laborers, poor transportation processes, inaccurate preparation or stacking methods and poor packaging materials."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harper, Laura J.
Jakarta: UI-Press, 1986
631.2 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>