Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rhenald Kasali
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998
658 Kas s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zalmi Zubir
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006
658ZALS002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Zalmi Zubir
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006
658.4 ZAL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Hidayat
"Seperti halnya BUMN perusahaan-perusahaan daerah seperti PDAM
sebagai salah satu wujud BUMD sering diidentikan sebagai unit usaha yang
tidak efisen. Ketidakefisienan tesebut pada PDAM antara lain ditunjukkan oleh
ketidakmampuan perusahaan menangani permintaan konsumen (cakupan
daerah pelayanan yang masih rendah) walaupun pengelolannya bersifat
monopoli, tingkat kebocoran yang masih tinggi, dan masih adanya kapasitas
yang tidak termanfaatkan (idle capacity).
Ketidakefisienan suatu perusahaan seringkali yang dijadikan tolok ukur
adalah kinerja keuangan. Mengukur kinerja dari aspek keuangan cenderung
mementingkan hasil jangka pendek dan hanya mengukur harta-harta yang
tampak (tangible), kurang memperhatikan harta-harta yang tidak tampak
(intangible). Demikian pula halnya pengukuran kinerja PDAM Kabupaten DT II
Karawang sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
menggunakan kinerja tersebut. Memandang kinerja perusahaan dari aspek
kinerja yang menyeluruh (meliputi harta yang tampak dan tidak) boleh
dikatakan hampir tidak ada sama sekali.
Dalam penelitian ini penulis menawarkan alternatif pengukuran kinerja
yang lebih bersifat menyeluruh yaitu berdasarkan pendekatan Balanced
Scorecard (BSC) untuk memecahkan pokok permasalahan pertama yaitu :
Bagaimana kinerja PDAM Kabupaten DT ll Karawang yang telah dicapai.
Pendekatan BSC mengukur kinerja orgnisasi berdasarkan empat perspektif :
Keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta
pertumbuhan organisasi. Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja perusahaan di sini yaitu metode kuesioner,
wawancara, dan analisis data sekunder.
Sebagai bagian dari evaruasi kinerja penulis juga mencoba memecahkan
pokok permasalahan kedua yaitu meneliti faktor-faktor/strategi yang dapat
meningkatkan kinerja PDAM dalam rangka mengantisipasi era persaingan bebas
(AFTA 2003 dan APEC 2020). Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk
menganalis variabel faktor-faktor/strategi di sini yaitu studi Iiteratur, tehnik
wawancara, dan analisis jawaban kuesioner.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif Analisis. Deskriptif
yaitu mencoba memaparkan hasil evalusasi kinerja berdasarkan pendekatan
pengukuran BSC. Analisis yaitu mencoba menganaIisa strategi-strategi apa yang
dapat meningkatkan masing-masing aspek kinerja perusahaan. Tehnik sampling
yang digunakan menggunakan Quota Sampling untuk anggota organisasi
PDAM dan menggunakan Strafified Random Sampiing (Metode Tidak
Berimbang) untuk meneIiti keiompok pelanggan.
Berdasarkan hasil penelitian keseluruhan aspek kinerja (keuangan,
pelanggan, proses internal, dan pembelajaran & pertumbuhan) diperoleh skor
total 85. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran kinerja PDAM
Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang berada datam kriteria penilaian Hampir
Baik (nilai 3 dari 5 kelas interval).
Untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan tersebut pada dasarnya
adalah harus meningkatkan efisiensi dalam segala macam aspek (baik operasi
maupun strategi). Sesuai dengan teori-teori yang direkomendasikan dan hasil
analisis kinerja yang telah dilakukan, maka strategi-strategi yang coba penulis
tawarkan kepada PDAM adalah strategi yang berkaitan dengan peningkatan
efisiensi tersebut."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalmi Zubir
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006
658ZALS003
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyna Chairani
"Kopi luwak dikenal sebagai kopi spesialti Indonesia karena aromanya yang lebih harum dan rasa yang unik. Produksinya menggunakan Coffea arabica yang membutuhkan syarat tumbuh ketinggian dan iklim tropis; serta luwak (Paradoxurus hermaphroditus) yang hidup di wilayah tropis. Mayoritas lahan kopi nasional adalah perkebunan rakyat yang produktivitasnya rendah karena kopi ditanam pada kelas kesesuaian lahan yang kurang tepat. Hal ini mengakibatkan petani sulit mencapai keberlanjutan produksi. Hal lain adalah dalam pengelolaan kopi luwak selama ini lebih fokus pada pendekatan sektoral dan kurang menyeluruh dalam memadukan kesepakatan stakeholders untuk pengelolaan produksi dengan konservasi lingkungan.
Tujuan umum riset adalah melakukan sintesis keberlanjutan pengelolaan kopi luwak di lanskap riset. Sedangkan tujuan khusus meliputi  analisis kesesuaian lahan untuk kopi, habitat luwak dan pengelolaan kopi luwak Arabika; serta menilai dampak aspek lingkungan, sosial dan ekonomi untuk menentukan keberlanjutan dari 6 model pengelolaan kopi luwak di 3 kabupaten (Bandung, Bandung Barat dan Bangli).
Metodologi riset meliputi analisis multi-kriteria dan pemetaan tumpang susun dengan sistem informasi geografis untuk menentukan sebaran kesesuaian lahan; serta metode Life Cycle Analysis (LCA), Life Cycle Costing (LCC), Social Life Cycle Analysis (SLCA) dan Life Cycle Sustainability Assessment (LCSA) untuk menilai keberlanjutannya.
Hasil riset kesesuaian lahan kopi luwak Arabika tertinggi ditemukan di Bandung (75,24%), sedangkan terkecil di Bangli (40,39%). Pada permasalahan lingkungan berdasarkan kriteria pemanasan global, pengelolaan kopi luwak melalui penangkaran memberikan dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan secara liar. Aspek keekonomian produksi kopi luwak liar lebih menguntungkan dibanding dengan pengelolaan secara kandang atau tangkar. Sedangkan hasil riset aspek sosial tidak dibedakan karena semuanya memberikan kontribusi terhadap masyarakat lokal dan konsumen. Secara umum tingkat keberlanjutan model luwak liar lebih baik dibandingkan dengan model luwak yang dikandangkan. Walaupun demikian, Model Kandang Bangli-3 memiliki tingkat keberlanjutan paling tinggi diantara 6 model pengelolaan yang diriset.

Civet Arabica coffee (kopi luwak) is an Indonesian prominent specialty coffee for its aroma and unique taste. The coffee production involves Coffea arabica that requiring growing conditions of altitude and tropical climate; and civet (Paradoxurus hermaphroditus) that lives in the tropical belts. The majority of the Country coffee plantation is owned by smallholder farmers. The issue of low productivity leads to the difficulty in achieving coffee production sustainability. Moreover, the management of civet coffee has been more focused on sectoral approach and less comprehensive in integrating stakeholder agreements on productivity and environmental conservation.
The research aims to synthesis the sustainability of civet coffee management in the landscape of research. Furthermore, the objectives include analyzing land suitability of Coffea Arabica, civet habitat, and civet Arabica coffee; and to assess its impact on environment, economic, and social/community.
The research employed the methods of multi-criteria analysis, and combined with weighted overlaying techniques for mapping land suitability; and Life Cycle Assessment (LCA), Life Cycle Costing (LCC), Social Life Cycle (SLCA), and Life Cycle Sustainability Assessment (SLCA) of 6 management models in 3 districts (Bandung, West Bandung and Bangli).
The research results reveal that Bandung area has the highest suitability for kopi luwak Arabica (75.24%) and the smallest is in Bangli (40.39%). On the environmental impact, caged models produce higher global warming than that of wild models. The economic aspect of wild models earned bigger profit than caged system. On the social impact, the entire models positively contribute to local community and consumer. It is, however, Model of caged Bangli-3 is the most sustainable among the others.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Maulidiah
"Pertumbuhan penduduk yang pesat diiringi dengan pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata yang tidak terkontrol di daerah Bali Selatan berakibat pada persediaan air bersih yang kian menipis. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Bali saat ini mengembangkan proyek pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan cakupan wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, dan Klungkung. Proyek pembangunan SPAM ini membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi sehingga perlu adanya analisis berbasis risiko untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan proyek baik dalam aspek operasional maupun pendanaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Project Risk Management dengan pendekatan Value at Risk (VaR) untuk menghitung dampak risiko terhadap investasi. Output penelitian ini berupa model risiko finansial yang kemudian dianalisis untuk menyusun rekomendasi rencana penanganan risiko yaitu berupa keputusan untuk mencegah, mitigasi, atau menerima risiko yang mungkin akan terjadi. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari tiga faktor risiko yang menjadi prioritas, risiko fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap U.S. Dollar memiliki pengaruh yang paling besar terhadap nilai arus kas bersih proyek.

Rapid population growth aligned with the uncontrolled development of tourism facilities leads South Bali to the depletion of clean water supply. According to this condition, Bali Provincial Government is currently developing a drinking water supply project that will cover area of Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, and Klungkung. The construction of water supply system requires a high investment costs which then resulted in the need of risk-based analysis to reduce the likelihood of failure in both the operational and financial aspects of the project. The study was conducted by using Project Risk Management method with Value at Risk approach to calculate the impact of risks in project investment. The output of the research is a financial risk model which is then analyzed to develop a risk responses planning which provides an alternative decision whether to avoid, mitigate, or accept the risks that might occur. The analysis showed that of the three prority risk factors, exchange rate has the greatest influence on the net present value of the project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Yayuk Sri Rahayu
"PAM JAYA, sebagai Perusahaan Air Minum Milik Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, saat ini dinilai belum mampu mencapai sasaran pada kedua misinya. Berbagai faktor internal dan ekternal, seperti struktur organisasi, sumber daya manusia (SDM) dan kepuasan pelanggan, diduga kuat mempengaruhi kinerja PAM JAYA saat ini (sumber : 70 Tahun PAM JAYA).
Menyadari betapa besar peranan faktor-faktor tersebut pada perkembangan PAM JAYA, maka pendekatan dan solusi yang dipandang mampu mengangkat potensi dan mengurangi kelemahan PAM JAYA adalah pendekatan manajemen strategi yang didukung dengan kebijaksanaan publik yang relevan.
Berdasarkan pada asumsi demikian, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1). mengidentifikasi faktor-faktor struktur organisasi, SDM, dan pelanggan sebagai faktor-faktor SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) ; 2). Memformulasikan strategi PAM JAYA berdasarkan temuan-temuan SWOT serta membandingkannya dengan strategi PAM JAYA saat ini; 3). Mengevaluasi kebijaksanaan publik yang diduga turut mempengaruhi implementasi strategi yang diformulasikan tersebut; serta 4). Mengetengahkan pendekatan privatisasi sebagai solusi terhadap masalah kebijaksanaan publik yang sulit untuk dipecahkan.
Rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, sebelumnya telah diawali oleh studi literatur terhadap teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian ini. Selanjutnya ditetapkan lima teori utama sebagai logika berpikir pada tahap-tahap penelitian ini, yaitu : 1). Pada tahap analisis SWOT, teori manajemen strategi (Pierce-Robinson, 1991) menjadi kerangka berpikir yang utarna sebelum memformulasikan strategi atas dasar faktor-faktor SWOT. Sedangkan untuk mengukur faktor-faktor SWOT itu sendiri, beberapa teori dipergunakan disini, antara lain teori karakteristik struktur organisasi (Lubis-Huseini, 1987, Robbins, 1990) untuk mengukur derajat formalisasi, sentralisasi dan kompieksitas struktur organisasi PAM JAYA. Kemudian teori atau konsep SERVICE QUALITY/SERVQUAL (Valerie-Parasuraman, 1990) yang secara berturut-turut dipergunakan dalam pengukuran faktor kualitas SDM PAM JAYA, serta faktor kepuasan pelanggan; 2). Pada tahap kedua, yaitu analisis kebijaksanaan publik, kerangka teori yang relevan adalah hirarkhi kebijaksanaan publik (Bromley, 1989). Selain itu beberapa teori pendukung melengkapi analisis tentang kebijaksanaan publik di PAM JAYA; 3). Tahap terakhir adalah tahap preskripsi dengan pendekatan privatisasi. Tentu saja teori-teori privatisasi, utamanya oleh Donahue (1991), Keith Hartley (1191) serta Savas (1987) akan mewarnai analisis pada tahap ini.
Hasil identifikasi faktor-faktor SWOT, menunjukkan bahwa struktur organisasi PAM JAYA berada pada derajat formalisasi dan kompleksitas rendah, namun sentralisasi tinggi. Di lain pihak kualitas SDM yang diukur melalui kualitas pelayanan, mengalami kesenjangan pada kualitas pelayanan tingkat manajerial (gap 1 dan gap 2) yaitu kurang riset pemasaran, lemah pada komitmen pelayanan dan persepsi manajemen terhadap kemampuan perusahaan, dukungan pendidikan formal yang rendah, distribusi pegawai yang tidak merata, serta penghitungan ratio pelayanan yang tidak tepat. Sebaliknya pads kualitas pelayanan di tingkat Cabang/Rayon justru tidak mengalami kesenjangan yang berarti. Hal ini dibuktikan pula dengan temuan pada tingkat kepuasaan pelanggan tentang aspek pelayanan administratif dan aspek tarip. Sedang pada aspek pelayanan kualitas air, kepuasan pelanggan nampak kurang.
Berdasarkan temuan faktor-faktor SWOT tersebut, kemudian diformulasikan empat model strategi berikut kekuatan dan kelemahan pada masing-masing model. Pada dasamya implementasi strategi akan memerlukan dukungan kebijaksanaan baik pada level operasional, organisasional maupun pada level policy (Bromley, 1989). Oleh karena itu analisis terhadap hirarkhi kebijaksanaan publik pada ketiga level itu pun dilakukan. Kenyataan membuktikan bahwa keterikatan kebijaksanaankebijaksanaan operasional PAM JAYA dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada level diatasnya, sangat tinggi dan rigid. Bahkan terdapat beberapa kebijaksanaan yang sudah tidak relevan untuk kondisi masa kini. Melihat kenyataan ini maka diperkirakan bahwa implementasi strategi operasional akan banyak menemui hambatan pada segi dukungan kebijaksanaan publik di level organisasional dan policy level. Apabila demilaan halnya, maka sulit bagi PAM JAYA untuk dapat mengembangkan dirinya sebagai suatu perusahaan yang juga dibebani misi komersial.
Mengacu pada kondisi temuan tersebut, maka diajukan beberapa model kombinasi privatisasi (Savas, 1987), dengan tema pembagian fungsi dalam perusahaan. Kombinasi public - privat - public merupakan tawaran yang sangat patut untuk dipertimbangkan oleh PAM JAYA Dengan fungsi kepemilikan masih berada ditangan Pemda, sedang fungsi manajemen day-to-day ditangan swasta (bisa sebagian atau keseluruhan) dan operasional ditangan Pemda, maka diharapkan misi sosial PAM JAYA tidak akan hilang, di lain pihak misi komersial mendapatkan perhatian. "
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roi Ramli
"ABSTRAK
PT GM merupakan perusahaan air mium mineral. Perusahaan ini
merupakan pelopor dalam industri air minum mineral. Sejak berdirinya
pada tahun 1973 hingga saat ini, perusahaan telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat.
Sampai saat ini (1992) perusahaan memegang tampuk pimpinan pasar
air minum mineral. Namun demikian memasuki periode usia dua
puluhan, perusahaan dihadapi dengan berbagai tantangan dalam
mempertahankan posisinya sebagai pimpinan pasar.
Melihat perkembangan PT GM selama ini, 15 perusahaan lain mengikuti
PT GM memasuki industri air minum mineral. Ke lima belas perusahaan
ini senantiasa mengancam kedudukan PT GM sebagai pimpinan pasar.
Pangsa pasar perusahaan dalam tiga tahun terakhir mengalami
penurunan.
Dalam menghadapi persaingan ini perlu dilakukan analisis peluang
dan ancaman pasar. Analisis peluang dan ancaman pasar didasarkan
pada lingkungan usaha makro maupun mikro.
Analisis yang dilakukan mengungkapkan peluang usaha PT GM sebagai
berikut :
a. Lingkungan usaha demografi menunjukkan bahwa jumlah , komposisi
usia maupun penyebaran penduduk mendukung perkembangan usaha
PT GM.
b. Lingkungan usaha scsial budaya, dimana kesadaran akan hidup
sehat semakin bertambah dan timbulnya gaya hidup yang lebih
konsumtif, membentuk lingkungan usaha yang juga mendukung
perkembangmn usaha air minum mineral PT GM.
c. Lingkungan usaha ekonomi dimana tingkat pendapatan masyarakat
semakin meningkat dan perkembangan berbagai infrastruktur
perekonomian menunjang perkembangan usaha PT GM.
d. Lingkungan usaha teknologi, ditandai dengan perkembangan teknologi
pengemasan, pengolahan air dan distribusi turut pula menunjang
perkembangan usaha PT GM.
e. Lingkungan politik dengan serangkaian deregulasi utuk inembentuk
perekonomian pasar yang bersaing juga menunjang perkembangan
usaha PT GM.
f. Lingkungan pesaing menunjukkan jumlah pesaing yang meningkat
namun demikian ditinjau dan pangsa pasar, tingkat produksi
niaupun kapasitas produksi, PT GM masih sangat mengungguli
berbagai pesaingnya.
g. Lingkungan konsumen sesuai dengan profilnya ditunjang dengan
analisis demografi, ekonomi dan sosial budaya dalam lingkungan
makro menunjukkan potensi pasar yang sangat tuas.
h. Lingkungan penyalur menunjukkan bahwa ketersediaan penyaur
bagi PT GM sangat banyak dengan tingkat penyebaran yang
luas. hal ini menunjang perkembangan usaha PT GM.
i. Lingkungan pemasok menunjukkan bahwa berkat perkembangan
teknologi, pasokan kemasan secara tuas dapat diperoleh PT GM.
Pasokan tenaga kerja yang merupakan elemen yang sangat penting
dalam usaha PT GM menunjukkan bahwa secara kwantitatif
ketersediaan tenaga kerja bagi PT GM sangat luas.
Berbagal ancaman usaha yang terungkap dari analisis lingkungan
usaha PT GM terdri dari :
a.Lingkungan teknologi yang terus berkembang dengan pesat telah
memungkinkan lahirnya berbagai produk substitusi seperti : berbagai0
minuman sari buah, teh, kopi dan lain-lain yang menggunakan
bahan baku ekstrak kimiawi.
Berkat perkembangan teknologi telah berkembang pula mesin
penyaring air (water purifier) yang praktis dan dapat dipergunakan
oleh perkantoran maupun rumah tangga.
b. Lingkungan pesaing menunjukkan perubahan yang sangat besar
dalam struktur persaingan. Dan semula hanya terdapat PT GM
sebagai satu satunya produsen, hingga pada tahun 1991 terdapat
15 perusahaan pesaing.
c. Lingkungan konsumen sebagai akibat berubahnya struktur persaingan
dalam industri air minum mineral sebagaimana dijelaskan diatas
menghadapi penawaran yang lebih banyak. Hal ini memungkinkan
timbulnya perilaku pembelian mencari pilihan (variety seeking
behaviour). Perilaku pembelian ini juga ditunjang oleh faktor
lain seperti nilai pembeliazi yang rendah, tingkat diferensiasi
yang terbatas, informasi yang terbuka dan tidak adanya biaya
pengalihan bagi konsumen.
Hal ini merupakan perubahan lingkungan yang mengancam
perkembangan usaha PT GM karena beralihnya konsumen dan
PT GM sebagai pimpinan pasar ke pesaing lain dapat terjadi
dengan mudah.
d. Lingkungan penyalur, dimana karakteristik umum yang dimiliki
adalah berskala kecil, bermodal rendah, dengan manajemen
penjualan yang Jemab tidak mendukung perkembangan usaha PT
GM dalam penyaluran produknya untuk konsumen perkantoran
maupun perhotelan yang membutuhkan pelayanan yang tinggi dalam
bentuk kesinambungam pasokan maupun ketaatan pada prosedur
pembelian dan pembayaran.
e. Lingkungan pemasok mengidentifikasikan bahwa dengan perkem
bangan lingkungan demografi, sumber air pegunurigan di pulau
Jawa dan Bali semakin terbatas.
Pasokan kemasan menunjukkan bahwa nilai tambali yang tinggi
yang dibentuk oleh industri kemasan, memberi dampak yang besar
pada harga pokok produk PT GM.
Pasokan tenaga kerja menunjukkan bahwa secara kwalitatif pasokan
tenaga kerja yang ada masih memerlukan peningkatan dalam
ketrampilah untuk dapat memberikan pelayanan yang tinggi pada
konsumen dalam usaba meningkatkan daya saing perusahaan.
Faktor kunci keberhasilan usaha yang dapat disimpulkan dan analisis
yang telah dilakukan adalah :
a. Citra merek yang tinggi untuk mernbentuk loyalitas konsumen
pada produk perusahaan ditengab persaingan yang semakin banyak.
b. Mutu produk yang tinggi untuk mendukung citra dan membentuk
diferensiasi yang sulit diikuti pesaing.
c. Volume penjualan yang tinggi dalam rangka senantiasa memper
tahankan biaya per unit yang rendah dan mendesak produk
pesaing dan pasar.
d. Harga yang bersaing untuk melawan serangan pesaing.
e. Penguasaan surnber pasokan air pegunungan pada tempat terdekat
dan pasar sasaran, penguasaan tcknologi kemasan dan pengetubangan
metode transportasi untuk menjamin kesinambungan pasokan dan
mengendalikan harga pokok yang rendait. Disamping itu peningkatan
ketrampilan tenaga kerja untuk meningkatkan pelayanan meningkatkan
daya saing PT GM.
Dengan mengacu pada peluang, ancaman dan faktor keberhasilan
usaha yang telah diidentifikasi , PT GM sebagai pimpinan pasar
dapat mempertahankan pangsa pasarnya dengan menerapkan strateji
pemasaran yang ineliputi :
a. Segmentasi pasar dan pemilihan pasar sasaran yang secara tajam
untuk dapat melayani lingkungan konsumen yang tuas tersebiit
secara efektif dan mengidentifikasi berbagai pasar yang baru.
b. Penempatan posisi produk pada kedudukan yang paling sulit
diserang pesaing yakni posisi produk dengan kwalitas tertinggi.
c. Strateji produk yang sesuai dengan penempatan posisinya di
pasar yaitu menghasilkan produk dengan mutu tinggi disertal
dengan strateji yang senantiasa memperpanjang dan memperbanyak
¡ini produk untuk menciptakan berbagai fighting product (produk
unggul) dalam menangkal pesaing dan memperluas pasar.
d. Strateji harga premium sesuai dengan penempatan posisi produk
disertai dengan berbagai strateji diskriminasi harga untuk melawan
pesaing.
e. Strateji distribusi yang senantiasa, berorientasi pada pem
bangunan jaringan distribusi yang seluas-luasnya disertai
dengan peningkatan kemampuan pelayanan konsumen untuk
mendukung terciptaflYa volume yang tinggi dan mendesak produk
pesaing dan tempat pemasaran di segala penjuru wilayah
pemasaran.
f. Strateji promosi yang senantiasa diarahkan pada pembentukan
citra produk yang tinggi untuk membentuk loyalitas maupun
untuk menarik pelanggan baru."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>