Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6903 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stevens-Long, Judith
Palo Alto, California: Mayfield, 1984
305.24 STE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Melina Santoso
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gaya humor dan kualitas hubungan romantis. Responden dalam penelitian ini merupakan emerging adult yang sedang menjalin hubungan romantis berjumlah 317 orang berusia 18 sampai 25 tahun. Gaya humor diukur dengan menggunakan Daily Humor Styles Questionnaire DHSQ yang dimodifikasi oleh Caird dan Martin 2014, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan menggunakan Partner Behavior as Social Context PBSC yang disusun oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara positif antara gaya humor affiliative r = 0,387, p < 0.05 dan gaya humor self-enhancing r = 0,244, p < 0.05 dengan kualitas hubungan romantis. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan secara negatif antara gaya humor self-defeating r = -0,118, p < 0.05 dan gaya humor aggressive r = -0,381, p < 0.05 dengan kualitas hubungan romantis.

This study was conducted to examine the correlation between humor styles and romantic relationship quality among emerging adult. Respondents in this study were 317 emerging adults, aged 18 to 25 currently in a romantic relationship. Humor styles was measured by Daily Humor Scale Questionnaire DHSQ modified by Caird and Martin 2014, and romantic relationship quality was measured by Partner Behavior as Social Context PBSC made by Ducat and Zimmer Gembeck 2010.
The result indicated there was significant positive correlation between affiliative humor style r 0,387, p 0.05 and self enhancing humor style r 0,244, p 0.05, and romantic relationship quality. Then, there was significant negative correlation between self defeating humor style r 0,118, p 0.05 and aggressive humor style r 0,381, p 0.05, and romantic relationship quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S69097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaiti Sahar
"Health and functional status are standard measurements in older adult’s services that showed physical and mental condition. However, institutionalized older adults with several adjustments and their limited source might cause compromised health and functional status. The quasi-experimental study aimed to investigate the effect of MiRaDaSia (nurses and caregivers joined the partnership model) on health and functional status among institutionalized older adults in Jakarta. It included 106 participants as intervention groups and 106 participants as control groups, who selected by multistage random sampling. We used the SF-12 and Barthel index to measure older-adults health and functional status. MiRaDaSia model was implemented for twelve weeks. Generally, there has been an increase in the mean of health and functional status after the intervention. There were significant improvements in functional condition between each group (p=0,001); however, mean difference oh health status show the significant increase only on six weeks following the intervention. MiRaDaSia can be implemented as a practical model to enhance services among institutionalized older-adults by professional’s staff as it encourages partnership among the nurse, caregiver, and the institutionalized older-adults. Future research may consider the effectiveness of the model in private institutional, with widening variation of older adults and caregivers’ characteristics as well as the different working environment of the institution.

Status kesehatan dan fungsional merupakan pengukuran standar yang harus dilakukan dalam menilai pelayanan kesehatan lansia yang meliputi pengkajian sampai evaluasi. Kedua pengukuran tersebut pada akhirnya menggambarkan kondisi fisik dan mental lansia. Namun, kondisi lansia yang berada di panti dengan berbagai permasalahan kesehatan dan keterbatasan sumber daya dapat menimbulkan gangguan pada status kesehatan dan fungsional lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan model praktik Kemitraan antara perawat, caregiver, dan lansia (MiRaDaSia) terhadap status kesehatan dan fungsional pada lansia yang tinggal di panti wilayah Jakarta. Penelitian dengan desain quasi-eksperimental melibatkan 2 kelompok yang terbagi menjadi 106 partisipan di kelompok intervensi serta 106 partisipan di kelompol kontrol. Pemilihan sampel dilakukan melalui multistage random sampling dengan alat pengukuran berupa SF-12 dan Barthel index untuk melihat staus kesehatan dan fungsional lansia. Model praktik keperawatan MiRaDaSia diimplementasikan selama 12 minggu pada kelompok intervensi. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan status kesehatan maupun fungsional status setelah intervensi model MiRaDaSia. Status fungsional secara signifikan mengalami peningkatan antara kelompok perlakuan (p=0,001) namun, beda reratastatus kesahatan menunjukkan peningkatan signifikan pada pengukuran 6 minggu setelah intervensi. terdapat peningkatan rerata status kesehatan setelah intervensi. Status kesehatan dan fungsional pada lansia dipengaruhi Model praktik keperawatan MiRaDaSia dapat diimplementasikan sebagai model praktik untuk meningkatkan pelayanan lansia oleh petugas maupuun tenaga profesional pada setting panti, karena memberikan penguatan pada kemitraan antara perawat, caregiver, dan lansia. Penelitian yang akan datang sebaiknya perlu mempertimbangkan penerapan model prakting di setting panti swasta, dengan variasi karakteristik lansia dan caregiver yang lebih banyak maupun lingkungan kerja institusi, untuk mengetahui lebih jauh tentang efektivitas model."
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 UI-JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Fajar M. Nofitri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas hidup penduduk dewasa pada lima wilayah di Jakarta. Responden penelitian adalah 255 orang penduduk dewasa yang tinggal di Jakarta dengan rentang usia 18 hingga 55 tahun. Peneliti menggunakan alat ukur SEIQoL-DW yang telah diadaptasi. Hasil penghitungan statistik deskriptif mendapatkan mean skor global quality of life sebesar 77,12 (dari rentang 1-100), menandakan bahwa sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, ditemukan lima aspek kehidupan paling penting bagi sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu aspek keluarga, aspek spiritual/ agama, aspek kesehatan, aspek keuangan/ ekonomi, dan aspek hubungan sosial.

The purpose of this study is to descript the quality of life among adult citizen in five area of Jakarta. The participants of this research are 255 adult citizen who live in Jakarta, with age ranging from 18 to 55 years old. The instrument used in this study is adapted SEIQoL-DW. Descriptive statistic computation resulting a global quality of life mean score 77,12, indicating that most of adult citizen in Jakarta have a good quality of life. Meanwhile, the five most important life aspects according to adult citizen in Jakarta are family aspect, spirituality/ religion aspect, health aspect, monetary/ economic aspect, and social relationship aspect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.92 NOF g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Debrina Annisa Putri
"Emerging adults berada pada masa eksplorasi diri mengenai karir, pasangan, dan pandangan hidup. Eksplorasi diri membawa kepada tantangan bagi emerging adults yang mengarah pada ketidakpastian. Oleh karena itu, mereka membutuhkan religiusitas untuk dapat melaluinya dengan baik. Religiusitas dapat ditinjau melalui motivasi yang mendasarinya, yakni orientasi religiusitas intrinsik dan ekstrinsik. Diketahui bahwa orientasi religiusitas intrinsik dan ekstrinsik berkaitan dengan bagaimana fungsi dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan orientasi religiusitas pada emerging adults. Sebanyak 309 individu, laki-laki (N = 129) dan perempuan (N = 180), berusia 18-25 tahun, berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian mengenai keberfungsian keluarga (Family Assessment Device) dan orientasi religiusitas (Religious Orientation Scale-Revised). Uji korelasi dilakukan melalui teknik Spearman Rank Correlation, serta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dengan orientasi religius intrinsik (rs (307) = 0.185, p <0.05, two-tailed) dan orientasi religius ekstrinsik (rs (307) = 0.259, p <0.05, two-tailed). Dengan kata lain, peningkatan fungsi dalam keluarga disertai dengan peningkatan baik orientasi religiusitas intrinsik maupun ekstrinsik pada individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa untuk dapat meningkatkan orientasi religiusitas, individu perlu meningkatkan keberfungsian dalam keluarga.

Emerging adults are in a period of self-exploration about careers, partners, and perspective on life. Self-exploration brings challenges to emerging adults that lead to uncertainty. Therefore, they need religiosity to get through it well. Religiosity can be seen through the underlying motivation, which are intrinsic and extrinsic religious orientation. It is known that both religiosity orientation, intrinsic and extrinsic, are related to how their family functions. This study aims to determine the relationship between family functioning and religiosity orientations in emerging adults. A total of 309 men (N = 129) and women (N = 180), between the age of 18 and 25 years old, engaged in the research by completing questionnaires on family functioning (Family Assessment Device) and religiosity orientation (Religiosity Orientation Scale-Revised). Using Spearman’s rank correlation, the results showed a positive and significant correlation between family functioning and intrinsic religiosity orientation (rs (307) = 0.185, p <0.05, two-tailed) and extrinsic religiosity orientation (rs (307) = 0.259, p <0.05, two-tailed). In other words, improved family functioning is accompanied by improved intrinsic and extrinsic religious orientation. Therefore, it may be claimed that people need to enhance family functioning in order to improve their religious orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daeng Azizah Rahmatia
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan trait kepribadian dengan motivasi kerelawanan yang dimiliki oleh para relawan yang berada pada rentang usia tahap perkembangan emerging adulthood di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Volunteer Functions Inventory VFI untuk mengukur motivasi kerelawanan dan Big Five Inventory 2 Extra Short Form untuk mengukur trait kepribadian. Dimensi motivasi kerelawanan yang diukur yaitu dimensi protective, values, career, social, understanding, dan enhancement. Trait kepribadian yang dikur mencakup extraversion, agreeableness, conscientiousness, negative emotionality, dan open-mindedness.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa trait kepribadian extraversion memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values, social, understanding, dan enhancement. Trait kepribadian agreeableness dan conscientiousness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values, social, dan understanding. Trait kepribadian negative emotionality memiliki hubungan positif yang signifikan dengan dimensi motivasi protective, namun memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi motivasi social dan understanding. Trait kepribadian open-mindedness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values dan understanding, serta memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi motivasi enhancement.

This research discusses about the correlation between personality traits and volunteer motivation among volunteers who are in emerging adulthood developmental stage in Indonesia. This is a quantitative research. Volunteer Functions Inventory VFI was used to measure volunteer motivation and Big Five Inventory 2 Extra Short Form was used to measure personality traits. There are six dimensions of volunteer motivation that are measured by VFI which are protective, values, career, social, understanding, and enhancement dimensions. Personality traits that are measured were extraversion, agreeableness, conscientiousness, negative emotionality, and open mindedness.
The results show that there were significant positive correlations between trait extraversion and values, social, understanding, and enhancement dimensions of volunteer motivation. Both traits agreeableness and conscientiousness significantly correlate positively with values, social, and understanding dimensions of volunteer motivation. Trait negative emotionality significantly correlate positively with protective dimension of motivation, but significantly correlate negatively with social and understanding dimensions of volunteer motivation. There were significant positive correlation between trait open mindedness and values and understanding dimensions of volunteer motivation. There was also significant negative correlation between trait open mindedness and enhancement dimension of volunteer motivation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Fajriyati Utami
"ABSTRAK
Emerging adult mother merupakan kelompok Ibu berusia 18-25 tahun. Kelompok usia ini rentan terhadap penerapan pola asuh tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh emerging adult mother berdasarkan karakteristik jenis kelamin anak, status pernikahan, pendidikan, penghasilan dan aktivitas. Penelitian potong lintang ini melibatkan 110 responden Ibu berusia 18-25 tahun di wilayah Kecamatan Kosambi yang dipilih secara bebas dan purposif. Pola asuh Ibu diukur menggunakan kuesioner Parenting Style Four Factor Questionnaire (PS-FFQ). Sebagian besar responden penelitian merupakan Ibu bekerja dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi rendah, meskipun demikian pola asuh yang diterapkan oleh responden adalah pola asuh emokratis. Hasil penelitian menunjukkan 71,8 % emerging adult mother menerapkan pola asuh demokratis, 21,8% menerapkan pola asuh permisif, 4,5% menerapkan pola asuh pengabaian dan 1,8% menerapkan pola asuh otoriter. Emerging adult mother tidak selalu menjadi kelompok rentan terhadap pola asuh kurang efektif. Karakteristik dari tahap perkembangan emerging adult dan lingkungan keluarga pada masyarakat rural menjadi beberapa penyebab yang mendukung penerapan pola asuh efektif oleh emerging adult mother.

ABSTRACT
Emerging adult mother is a group of mothers aged 18-25 years. This age group is vulnerable to less effective parenting style. This study aims to see an overview of emerging adult mothers parenting style based on the characteristics such as child sex, marital status, education background, income and activities. This cross-sectional study involved 110 mother respondents aged 18-25 years that is selected randomly and purposively in Kosambi. Mothers parenting style was measured by Parenting Style Four Factor Questionnaire (PS-FFQ). Most of respondents were working mothers with low educational and economic background, even so most respondents applied authoritative parenting style. The results showed that 71,8 % of emerging adult mother applied authoritative parenting style, 21,8% applied permissive parenting style, 4,5% applied neglect parenting style and 1,8% applied authoritarian parenting style. Emerging adult mother were not always a group that is vulnerable to less effective parenting style. The characteristics of emerging adult and family environment in rural communities are some of the causes that support the adoption of effective parenting by emerging adult mothers."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Yunita Sari
"Di Indonesia jumlah penyandang cacat eukup besar dan menurut survei yang dilakukan oleh Departemen Sosial saat ini jumlahnya rnencapai sekitar 6,8 juta jiwa. Para penyandang cacat tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda dengan orang nornal seperti kebutuhan akan mobilitas dan jalur khusus untuk penyandang cacat tubub yang menggunakan kursi roda atau tongkat penyangga (Speight dalam Dennis, Wes, Michael, Chigee, 1993). Di Indonesia fasilitas umum yang aksesibel bagi penyandang cacat baru tersedia I persen, walaupun telab ada Undang-Undang Nomor 4 tuhun 1997 tentang Penyandang Cacat namun dalam realisasinya belum terlaksana dengan baik. Budaya Indonesia juga masih belum berpihak pada penyandang cacat terutama pada penyandang tuna daksa. Penyandang tuna daksa dianggap tidak mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan stigma yang masih sangat kuat membuat penyandang tuna daksa semakin termarjinalkan (Utami, 2007). Aksesibilitas yang memadai bagi penyandang tuna daksa serta penerimaan masyarakat yang baik berarti memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat lebih mandiri dalam menjalani hidupnya. Hal ini kemudian membuat kualitas hidup penyandang cacat tubuh menjadi lebih baik. Pengukuran kualitas hidup pada penelitian ini menggunakan alat ukur WHOQOL BREF yang dibagikan pada 10 orang partisipan. Dari 10 orang partisipan tersebut kemudian ditentukan 2 orang dan dilakukan wawancara Pemilihan kedua orang tersebut didasarkan pada gambaran kualitas hidup masing-masing partisipan yaitu partisipan yang mempersepsikan kualitas hidupnya baik dan partisipan yang mempersepsikan kualitas hidupnya buruk. Hasii wawancara menggambarkan dinamika, masalah, coping serta hal-hal lain yang mempengaruhi kualitas hidup penyandang tuna daksa.

In Indonesia people with disabilities have a large numbers and according to a survey conducted by the Ministry of Social Affairs the current numbers to approximately 6.8 million people. People with disabilities have different needs with a normal person like the need for mobility and a special line for people with disability who use wheelchairs or crutches (Speight on Dennis, Wes, Michael, Chigee, 1993). In Indonesia, public fucilities accessible for people with disabilities only available 1 percent, although there are Regulation No. 4 of 1997 on Persons with Disabilities, but in reality there has not implemented properly. Indonesian culture is still has leak supper! about people with disabilities, especially in the body. Disabilities body is considered incapable of contributing to society and stigma against people with disability is still very strong which makes more and more disabled people marginalized (Utami, 2007). Adequate accessibility for the physically disabled as well as good community acceptance means providing opportunities for individuals to be more independent in living his life. This then makes quality of life of persons with disabilities become better. Measurement of quality of life in this study using a measuring instrument WHOQOL·BREF which is distributed to the 10 participants. Of those 10 participants then they were determined only 2 people were interviewed. The selection of both person based on the picture quality of life of each participant who perceive the quality of life better and participants who perceive poor quality of life. The interviews describe the dynamics, problems, coping and other things that affect the quality of life for people with disability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T20913
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Artasari
"Usia jelang dewasa merupakan masa ketika individu sedang mengeksplorasi dan mengekspresikan cinta, termasuk melalui hubungan seksual. Ada kalanya kerelaan seksual terjadi pada hubungan romantis mereka. Literatur terdahulu menunjukkan bahwa kerelaan seksual merupakan salah satu bentuk pengorbanan individu yang dapat terjadi apabila individu tersebut memiliki komitmen dan motif berkorban pada hubungan yang dijalaninya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kerelaan seksual dan komitmen, dan peran motif berkorban mendekat dan motif berkorban menghindar dalam memediasi hubungan tersebut. Penelitian korelasional dengan analisis mediasi parallel multiple mediation ini dilakukan kepada 365 individu usia jelang dewasa yang sedang menjalani hubungan romantis. Instrument penelitian ini adalah Investment Model Scale: Commitment Level, Motives of Sacrifice, dan Sexual Compliance.
Hasil analisis korelasi menunjukkan komitmen dan kerelaan seksual berhubungan positif dan signifikan. Selanjutnya, hasil analisis mediasi menunjukkan motif mendekat dan motif menghindar tidak signifikan memediasi hubungan antara komitmen dan kerelaan seksual secara paralel, namun ditemukan bahwa total kedua motif berkorban tersebut signifikan memediasi hubungan yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif mendekat dan motif menghindar secara bersamaan saling mempengaruhi dalam memediasi hubungan antara komitmen dan kerelaan seksual.

Adulthood is a time when individuals are exploring and expressing love, including through sexual contact. There are times when sexual compliance occurs in their romantic relationships. Previous literature shows that sexual willingness is one form of individual sacrifice that can occur if the individual has the commitment and motive to sacrifice for the relationship he is living.
This study aims to look at the relationship between sexual willingness and commitment, and the role of approaching sacrificial motives and avoidance sacrifice motives in mediating these relationships. Correlational research with parallel multiple mediation mediation analysis was conducted on 365 individuals nearing adulthood who are undergoing romantic relationships. The instruments of this study are the Investment Model Scale: Commitment Level, Motives of Sacrifice, and Sexual Compliance.
The results of correlation analysis show that sexual commitment and willingness are positively and significantly related. Furthermore, the results of the mediation analysis showed that the approaching motives and avoidance motives did not significantly mediate the relationship between commitment and sexual willingness in parallel, but it was found that the total of the two sacrificial motives significantly mediated the existing relationships. This shows that the motive for approaching and avoiding motives simultaneously influence each other in mediating the relationship between sexual commitment and commitment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2008
R 614.42 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>