Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marbun, Benedictus Nahot
Jakarta: Erlangga, 1979
307.76 MAR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sabari Yunus
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
307.342 HAD d (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Maulidina
"Kaset saat ini bukan hanya sekedar keberadaan wujud fisik yang juga memberi kekontrasan pada era digital, tetapi juga melibatkan orang-orang yang bermain didalamnya. Hal tersebut pula yang membuat saya mendatangi salah satu penggandaan kaset yang masih berlangsung hingga saat ini di pinggiran kota Jakarta, pemiliknya merupakan mantan pembajak kaset bernama Pak Amar. Melalui penggandaan kaset miliknya tersebut memberi sebuah gambaran yang akan menjadi pembahasan pada tulisan ini: melalui wawancara mendalam dan partisipasi terlibat, saya mendapati bahwa kaset menjadi sesuatu yang lebih dari gulungan pita maupun artefak nostalgia, kaset dalam hal ini memiliki wujud kepentingan yang lebih luas selain untuk didengarkan maupun dibeli, kepentingan yang selalu dipertahankan dan mempertahankan hubungan sosial, serta kepentingan terhadap lingkungan kota yang selalu dinamis. Kota menjadi konteks penting pada tulisan ini karena berbagai dinamikanya selalu mendorong warganya untuk terus mengikuti ritmenya. Lingkungan sosial kota dalam hal ini memberikan seperangkat informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang digunakan Pak Amar untuk menentukan strategi adaptasinya guna mempertahankan hidupnya di kota melalui penggandaan kaset miliknya.

The existence of cassettes today are not merely physical and gives contrast to the digital era, but also involves the people who play behind. It is also what makes me go to one of the cassette duplication that is still ongoing in the suburbs of Jakarta, the owner was a cassette hijacker named Pak Amar. Through his cassette duplication gives an illustration that will be discussed in this paper through depth interview and participant observation, I found cassette turns into something more than the ribbon rolls or nostalgic artifacts, the cassettes in this case have wider significants besides to be listened or purchased, such as maintains social relationships, as well as contribute to the city 39 s dynamic environment. The city becomes an important context in this paper because its dynamics always encourage its inhabitants to keep follow the rhythm. The city 39 s social environment provides a set of information, knowledge and experience used by cassette rsquo s user to determine adaptive strategy to sustain cassette in the city.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Cholil Mansyur
Surabaya: Usaha Nasional, [T.th.]
307.76 MUH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kristiyantoro
"ABSTRAK
Telah menjadi sebuah keniscayaan bahwa pertumbuhan kota dari tahun ketahun akan selalu menghadirkan drama pertentangan antara proses pemadatan permukiman dengan tuntutan akan kehidupan yang nyaman di kota. Hal tersebut bukan hanya dirasakan dalam skala umum wilayah kota secara keseluruhan saja, namun sudah menyentuh pada tataran mikro dari sebuah sistem kota yaitu skala neighborhood. Kondisi dualisme permasalahan tersebut semakin diperburuk dengan banyaknya anggapan mengenai karakter masyarakat kota yang individualistik dan kurang peduli terhadap kondisi lingkungan bermukimnya. Sehingga solusi-solusi yang dihadirkan untuk penanganannya-pun juga akan sulit dilakukan secara bersama. Namun sepertinya anggapan tersebut tidak dapat dijadikan untuk memukulratakan karakteristik masyarakat kota secara keseluruhan.Penelitian kualitatif-fenomenologi yang dilakukan pada masyarakat skala neighborhood di wilayah RW 16, Baktijaya, Kota Depok menunjukan pembelajaran unik yang berbeda. Komposisi penduduk yang heterogen yang berasal dari berbagai suku bangsa, tidak menghalangi semangat untuk membentuk struktur masyarakat yang baru dengan landasan kesadaran berkomunitas spasial dan rasa senasib sepenanggungan sebagai kaum migran di kota. Dengan landasan tersebut, masyarakat RW 16 yang pada awalnya sangat labil, bertransformasi menjadi masyarakat yang memiliki modal sosial yang kuat dan mampu merespon secara kolektif permasalahan yang ada di lingkungan bermukimnya, salah satunya adalah masalah kegersangan. Keterbatasan lahan akibat tingginya intensitas pembangunan, tidak menghalangi tekad masyarakat untuk menghilangkan kegersangan dengan aksi kolektifnya. Ruang-ruang sisa antara bangunan dan jalan, diubah secara kolektif menjadi koridor ldquo;gang hijau rdquo; yang menciptakan nuansa kesegaran. Adanya kompetisi hijau dalam berbagai tingkatan juga seolah menjadi ruang ekspresi masyarakat untuk mengaktualisasikan ide-ide kreatifnya dalam penghijauan. Dengan keunikan fenomena perwujudan setting tata perumahan padat bernuansa hijau secara kolektif tersebut, kini RW 16, Baktijaya, menjadi sebuah referensi yang sangat menarik untuk solusi mengatasi kegersangan di wilayah perkotaan.

ABSTRACT
Conflict between increasing residential density to demand for comfortable life in a growing city is inevitable. This is not only witnessed on a city scale, but can also be observed at a neighborhood scale. Conflicting issues are increasingly aggravated by perception toward urban society character which is considered individualistic and ignorance to their residential environment. Collective efforts to resolve the problems are challenging. However, such conception cannot be stigmatized as urban society character. A Qualitative Phenomenology research in a neighborhood located in RW 16, Baktijaya, Kota Depok presented a unique lessons learnt. The society rsquo s diverse origins engaged them to create a new structure emphasized by spatial awareness and collective supports as urban migrant. This transformed them to be a community with a robust social capital which can collectively respond to environmental problems such as aridity of their residential. Collective efforts generated creativity to use spaces between buildings and roads and turn them to green corridor refreshing the residential nuance. Various green competitions allowed the community to express and translate their creative idea. Collective efforts to convert aridity to green corridor in RW 16, Baktijaya can be referred as an interesting solution to resolve aridity in urban area. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Rakhmawati Saputri
"Kota Jambi yang berada di pesisir timur Pulau Sumatera dan menjadi ibu kota Provinsi Jambi, memiliki topografi yang relatif rendah, dan dialiri oleh Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi Utara dan Selatan, sebelah Utara dikenal dengan 'Kota Seberang' dan sebelah Selatan dikenal dengan 'Kota Jambi'. Seiring berjalannya waktu, semakin terlihat perbedaan di kedua daerah yang dibelah oleh aliran Sungai Batanghari ini, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti ekonomi, sosial, dan budayanya. Daerah di sebelah Utara sering dinilai kurang berkembang, statis, masih sangat tradisional bahkan cenderung kumuh. Padahal daerah ini memiliki begitu banyak potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mempercepat pembangunan, salah satunya adalah kerajinan Batik Jambi.
Tujuan dari tesis perancangan ini adalah untuk menghasilkan pedoman dalam pengembangan kawasan Kota Seberang yang menjadi daerah penghasil kerajinan, serta mengidentifikasi bentuk fisik ruang kota yang terjadi akibat penataan tersebut. Untuk itu dalam prosesnya perancangan ini menggunakan metode studi kasus dan konsep urban katalis yang dapat memberikan multiplier effect dalam pembangunan daerah disekitarnya. Tesis perancangan ini menghasilkan bahwa katalis diperlukan untuk mempercepat pembangunan di Kota Seberang, hal ini terjadi karena efek-efek positif dari munculnya katalis.

Jambi city which is located on the east coast of Sumatera Island and became the capital of Jambi Province, has a relatively low topography, and fed by the Batanghari River which is the longest river on the island of Sumatera. Batanghari River divides Jambi city into north and south, in the north known as the ldquo Kota Seberang rdquo and the south known as ldquo Jambi rdquo. There are some differentiation between this two areas which divided by the Batanghari River, both physical and non physical, such as economic, social, and cultural. The north area often rated less developed, static, traditional and tend to be seedy. This area has so much potential that can be used to develop and accelerate the development of Seberang Kota, one of them is Batik Jambi.
The purpose of this design thesis is to produce guidelines to develop Kota Seberang as crafts region, and identifying the physical form of urban space resulting from the arrangement. This design process using the case study method and the concept of urban catalyst that can provide a multiplier effect in the development of the area. The results of this thesis is the catalyst needed to accelerate development in Seberang, this could happens because the positive effects of the rise of the catalyst.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Sanca Lovandhika
"Indonesia adalah negara dengan panjang pantai terpanjang kedua di dunia 54,716 km dan memiliki wilayah pesisir yang luas yang perlu dikelola. Salah satu cara untuk mengelola wilayah pesisir adalah dengan menggunakan system pengawasan, akan tetapi masih belum ada sistem pengawasan wilayah pesisir yang telah diterapkan dengan efektif di Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk mengembangkan sistem pengawasan pesisir menggunakan indikator. Terdapat 105 indikator terpilih dari berbagai sumber. Setiap indikator diseleksi kembali menggunakan metode skoring dan kemudian diproses menggunakan PLS-SEM yang akhirnya menghasilkan 9 indikator dan model pengawasan pembangunan berkelanjutan. Pesisir kota Jakarta Utara dipilih menjadi wilayah untuk menerapkan model yang telah dibuat karena wilayah tersebut dimanis dan berkembang dengan pesat. Berdasarkan model, pesisir Jakarta Utara memiliki kondisi ekonomi yang baik 62,2, kondisi sosial yang cukup 46,7, dan kondisi lingkungan hidup yang buruk 38. Pembangunan berkelanjutan cukup terimplementasi di area ini karena nilai keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup area ini berada pada kategori cukup 52,79 dan seimbang. Dengan menggunakan SIG dapat dilihat bahwa pembangunan yang terjadi di wilayah barat wilayah penelitian lebih baik dari wilayah timur.

Indonesia is the the second longest coastline country in the world 54,716 km and containing a huge coastal area need to be managed. One way to manage coastal area is using monitoring systems, yet none of them has been effectively implemented in Indonesia. This research attempts to develop monitoring system using indicators. There were 105 indicators that chosen from references. Each of the indicators were filtered by scoring method and then be processed using PLS SEM resulting 9 indicators and sustainability development monitoring model. Coastal Area of North Jakarta has been chosen as area to implementing the model since that area are dynamics and growing rapidly. Based on the model, coastal area of North Jakarta has good economic condition 62.2, medium social condition 46.7, and bad natural environment condition 38. Sustainable development seems quite implemented in this area since the balance of Economic Social Natural Environment was on the medium 52,79 and balanced category. Using GIS can be seen that the development that occurred in west side study area are better than middle or east side.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidinda Kamila
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas modal sosial dalam mendukung pelaksanaan urban farming di Kampung Berkebun RW 04. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan urban farming di Kampung Berkebun RW 04 didukung oleh modal sosial. Terdapat tiga bentuk modal sosial dalam pelaksanaannya, yaitu bonding capital, bridging capital, dan linking capital yang didukung komponen seperti kepercayaan, jaringan, norma, dan sanksi. Bonding capital menggambarkan hubungan antar anggota Kampung Berkebun RW 04. Bridging capital menggambarkan hubungan dengan warga RW 04 non anggota, pelaku urban farming di RW 08, dan tamu kunjungan. Linking capital menggambarkan hubungan dengan Dispangtan, PPL, dan Karang Taruna Kelurahan. Bentuk modal sosial tersebut diperkuat jaringan yang didorong oleh kepercayaan sehingga memungkinkan pertukaran sumber daya yang dibutuhkan. Norma dan sanksi mendukung bonding capital meskipun tidak terlalu mengatur hubungan yang ada. Penelitian ini menyarankan agar Kampung Berkebun RW 04 membuat penyuluhan terkait pengetahuan baru yang dijadikan sarana pertemuan sekaligus pertukaran pengetahuan antar anggota, bisa dengan bantuan Dispangtan, memunculkan key people lain yang memiliki kapasitas seperti pemimpin saat ini, mengembangkan media sosial yang dikelola sendiri untuk memperluas jaringan, dan berkolaborasi dengan pelaku urban farming di RW 08.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses social capital that supports urban farming implementation in Kampung Berkebun RW 04. This research is a qualitative research with descriptive design. The results conclude that urban farming implementation in Kampung Berkebun RW 04 supported by social capital. There are three forms of social capital in the implementation of urban farming, such as bonding capital, bridging capital, and linking capital supported by its components such as trust, network, norms, and sanctions. Bonding capital describes relationship between members in Kampung Berkebun RW 04. Bridging capital describes relationship with non member citizen of RW 04, urban farmer in RW 08, and visitors. Linking capital describes relationship with Food and Agriculture Departments Dispangtan , PPL, dan Karang Taruna Kelurahan. Each forms of social capital strenghtened by the existence of network, enhanced by trust so that enable for the exchange of resources needed. Norms and sanctions supports bonding capital but not really control the relationship. This research suggests Kampung Berkebun RW 04 to make knowledge development made as both meeting and transfer knowledge medium, raise another key people who have capacity like the current leader, developing self managed social media to expand relations, and collaborating with other urban farmers in RW 08."
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raldi Hendro Toro Seputro Koestoer
Jakarta: UI-Press, 1997
307.14 RAL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raldi Hendro Toro Seputro Koestoer
Jakarta : UI-Press, 1995
307.14 RAL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>