Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bertolt, Brecht
Berlin Deutscher Kuetnibund 1958
928.43 B 360
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Ways of performing Brecht, by E. Wendt.--He who said no, by E. Leiser.--Brecht as a classic, by K. Völker.--Brecht the most recent case, by M. Walser."
Godesberg: Inter Nationes, 1966.
JER 839.9 BER (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Goedart, Gerda
"Buku ini membahas mengenai penyair serta penulis naskah drama terkenal di Jerman, Bertolt Brecht dalam profil kehidupan yang dimuat dalam berbagai foto yang diambil semasa ia hidup dan terjun dalam dunia drama."
Zurich: Peter Schifferli Verlags AG Die Arche Zürich, 1964
JER 928.43 GOE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Safiati Amurwani
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah menjelaskan tiga fase dialektika yang terkandung dalam lima sajak karya Bertolt Brecht, yaitu Lob der Dia1ektik, Das Lied vom Wasserrad, Der >Aus Nichts wird Nichts< Song, Ballade yon Tropfen auf den hei_en Stein dan Der Schneider von Ulm.Teori yang digunakan untuk mendukung analisis lima sajak diatas adalah teori dialektika Marx dan juga pendapat Brecht sendiri mengenai sastra dan dialektika. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap sajak-_sajak tersebut, dapat ditarik kesimpulan, bahwa ke lima sajak ini mengandung elemen-elemen dialektika, yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Elemen-elemen dialektika yang dipergunakan Brecht ini berguna untuk mendukung tema Klassenkampf yang disampaikannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminarti
"ABSTRAK
Telaah terhadap sebuah drama karya Bertolt Brecht yang dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan dari telaah ini adalah memperlihatkan secara kongkrit pengaruh negatif kekuasaan totaliter terhadap ilmuwan dan dunia ilmu pengetahuan.
Sesuai dengan tujuannya, pembahasan drama ini dititikberatkan pada aspek sosial politik yang melatarbelakangi kon_flik antara ilmuwan dengan pemerintahan totaliter.
Kesimpulan yang dapat diambil menunjukkan bahwa sistem pemerintahan totaliter (totaliterisme) menghalangi keberha_silan ilmuwan dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kegagalan ilmuwan ini ter_utama disebabkan oleh kuatnya tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah totaliter terhadap masyarakatnya, termasuk para ilmuwannya. Padahal secara mutlak, ilmuwan mem_butuhkan kebebasan ilmiah untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Peristiwa Galilei menunjukkan bahwa totaliterisme tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan serta tidak akan pernah memberikan masa depan yang baik bagi umat manusia. Oleh sebab itu satu-satunya usaha untuk menanggulangi hal ini adalah menghapuskan segala bentuk totaliterisme dan menghindari segala hak yang menjurus ke arah totaliterisme.

"
1990
S14564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Indah Nuritasari
"Sastra harus dapat menggambarkan kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, sastra juga harus mengajak masyarakatnya memperbaiki kondisi yang ada, dan membawa mereka kepada suatu masyarakat ideal yang dicita-citakan bersama. Begitulah prinsip sastra yang diyakini Bertolt Brecht, seorang penyair besar Jerman yang lahir di Augsburg pada 10 Januari 1898. Menurut Brecht, dalam abad teknologi dan suatu pengetahuan saat ini masyarakat menuntut suatu bentuk sastra yang baru yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. Karenanya sastra (dalam hal ini teater) harus menyuguhkan isi yang aktual, dan memperbaiki standar teknis yang sudah tidak relevan lagi dengan jamannya. Berdasarkan pemikiran itu Bertolt Brecht Merumuskan suatu bentuk drama baru yaitu episches theater. Teater ini merupakan bentuk penolakan Brecht terhadap teater Aristoteles yang menyajikan ilusi dan tidak membuat penontonnya ikut memikirkan dengan kritis masalah yang dipaparkan dalam cerita. Dengan isi yang aktual dan standar teknis yang sesuai dengan masyarakat modern episches theater diyakini Brecht dapat menjadi alat yang bisa membantu masyarakat mengatasi problema yang mereka hadapi. Skripsi ini membahas dan menganalisis unsur-unsur episches theater dalam drama Die Dreigrosheroper karya Bretch. Die Dreigrosheroper ditulis dan dipentaskan pertama kali pada tahun 1928. Dalam drama inilah Bretch pertama kali menuangkan teori episches theater-nya yang ternyata kemudian disambut hangat oleh masyarakat dan para kritisi sastra. Berkat kegemilangan karya ini dalam sekejap nama Bretch menjadi terkenal dan diperhitungkan dalam dunia kesusastraan Jerman. Karena itulah Bretch menyebut Die Dreigrosheroper ini demonstrasi episches theater-nya yang paling berhasil."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidelis Eka Satriastanti
"Perbincangan mengenai seni dan realitas seakan tidak pernah ada habisnya. Hubungan ini kian erat saat realisme mendominasi warna seni sekitar tahun I900an. Pengaruh aliran ini nyata terlihat di dalam teater sebagai salah satu seni pertunjukan yang menggunakan realitas sebagai modelnya. Namun, obsesi kaum realis ini terhalang oleh keberadaan panggung yang terpisah dengan kursi penonton. Dengan kata lain, teater tidak bisa merepresentasikan secara sempurna realitas sesungguhnya. Hal ini mendapat perhatian khusus dari seorang dramawan Jarman yang bernama Bertolt Brecht (1898-1956) yang mengajukan tantangan terhadap teater realis. Brecht berpendapat bahwa realitas yang dimengerti oleh teater realis hanyalah semu dan ilusif. Realism Brecht adalah realitas yang melibatkan semua bidang kehidupan masyarakat yaitu sosial, politik, hingga budaya. Realitas sosial politik yang dinamis merupakan realitas yang ditampilkan di atas panggung bukan semata-mata berkutat pada penampilan yang harus identik dengan kenyataan. Realitas yang didefinisikan oleh Brecht mendapatkan pengaruh dari Marxisme yang berbicara pertentangan antarkelas antara sosialisme dan kapitalisme. Namun, titik berat Brecht tidak pada pertentangan tersebut melainkan pada masyarakat pada masa tersebut. Sedari awal, Brecht menegaskan tujuan teater untuk menghibur masyarakat. Namun, hanya bentuk hiburan yang tepatlah yang dianggap bisa merefleksikan kondisi sosial saat itu. Bagi Brecht, masyarakat yang sedang berkembang adalah masyarakat yang ilmiah. Dengan kata lain, Brecht berupaya memadukan metode ilmiah ke dalam teater, misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis hingga psikologis. Brecht kemudian memperkenalkan sebuah istilah baru yaitu Alienation Effect (Velfremdungseffekte) yang berdampak besar bagi perkembangan teater itu sendiri. Efek alienasi sebenarnya terinspirasi dari akting seorang aktor besar Cina yaitu Mci Lan-fang. Pemakaian kostum dan topeng-topeng serta gesture-gesture yang ditampilkan merupakan upaya Brecht untuk menghindarkan para pemain dan penonton terlibat secara emosional. Brecht menginginkan para penonton dapat menanggapi dengan penuh kesadaran dan rasionalitas bukan sekadar empati belaka. Efek alienasi juga dimaksudkan untuk meruntuhkan the fourth wall sebagai upaya untuk menjalin interaksi yang alami antara penonton dan pemain. Bertolt Brecht menjawab dengan pasti bahwa realitas sosial politik tidak bisa ditampilkan secara sempurna di alas panggung. Sejak awal, hubungan realitas dan teater telah mempunyai jarak. Brecht memperkenalkan efek alienasi sebagai penegas jarak antara keduanya. Namun, efek ini berhenti bekerja saat Brecht lebih berkonsentrasi mempromosikan misi penyadaran bagi masyarakat, terutama untuk mengubah kondisi social masyarakat. Jarak antara realitas dan teater yang telah dibangun Brecht melalui efek alienasi menjadi kabur kembali akibat tindakan praktis atas kondisi sosial politik saat itu. Brecht tidak bisa mempertahankan argumen karena obsesi pribadi yang mengharapkan lahirnya perubahan radikal dilakukan oleh para penonton teaternya. Brecht tidak bisa melepaskan diri dari kepungan realitas sosial politik yang terjadi saat itu, terutama pada masa pemerintahan Hitler. Melalui Teater Epik, Brecht menuai banyak kontroversi mengenai status atau keberpihakannya terhadap partai sosialis. Tidak dapat dipungkiri bahwa Brecht menggunakan teori sosial Marx bagi perkembangan teatemya, namun keterlibatannya secara langsung dengan partai politik tidak terbukti. Teater Brecht adalah teater politis karena mempunyai misi untuk mengungkapkan realitas sosial politik yang sedang terjadi, namun proses ini dikemas dalam bentuk hiburan bagi masyarakat. Keinginan Brecht untuk menyandingkan niatan politis dengan unsur estetis inilah yang justru membuatnya tidak bisa dimasukkan dalam kelompok manapun. Terjerumusnya Brecht dalam perputaran politik praktis merupakan konsekuensi dari teorinya sendiri. Namun, argumen awal Brecht tetap menyatakan teater untuk hiburan. Melalui penulisan ini, analisa kritis terhadap teater untuk hiburan milik Brecht tidak hanya berkutat pada kondisi politik semata melainkan kembali menyelidiki dimensi estetis yang coba diajukan oleh Brecht sendiri. Teater untuk Hiburan menjadi tesis Brecht untuk kembali mempertahankan jarak antara teater dan realitas. Tesis ini mendapatkan perhatian bagi para pemikir, praktisi, hingga para pemain teater untuk menampilkan pertunjukan yang menghibur namun tetap memiliki kepekaan terhadap realitas sosial yang sedang dihadapi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S16187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brecht, Bertolt, 1898-1956
"Buku ini merupakan kumpulan karya Bertolt Brecht tahun 1930-1933. Buku ini terdiri dari 2 Seri. Seri yang kedua ini terdiri dari sub-judul 13-17 karya drama Brecht dibagi menjadi 4 isu."
Berlin: Suhrkamp Verlag, 1959
JER 832.9 BRE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brecht, Bertolt, 1898-1956
"Buku ini merupakan kumpulan karya Bertolt Brecht tahun 1930-1933. Buku ini terdiri dari 2 Seri. Seri yang pertama ini terdiri dari sub-judul 1-12 karya Brecht yang dibagi menjadi 4 isu."
Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1959
JER 832.9 BRE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pulvers, Roger
Montmorency, Vic: Yackandandah Playscripts, 1982
822.3 PUL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>