Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139578 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Jamaliawati
"Nita Jamaliawati. Analisis keutuhan Wacana Ragam Jurnalistik: Tinjauan Aspek Semantis,'Leksikal, dan Gramatikal, di bawah bimbingan Ibu Lucy R. Montolalu, S.S. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Kalimat-kalimat dalam sebuah wacana bukanlah merupakan sekumpulan kalimat yang terlepas-lepas, melainkan merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan karena ada unsur _unsur kebahasaan yang mengikatnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana dapat dibe_dakan atas aspek semantis, aspek leksikal, dan aspek gramati_kal. Aspek semantis adalah aspek_ yang memperlihatkan keutuhan wacana secara implisit; sedangkan aspek leksikal dan aspek gramatikal adalah aspek-aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana secara eksplisit. Dalam skripsi ini diteliti keutuhan wacana ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) melihat keutuhan wacana ragam jurnalistik secara implisit melalui hubungan_hubungan semantis yang ada dalam wacana dan melihat ke_utuhan wacana ragam jurnalistik secara eksplisit melalui alat-alat kepaduan yang dipakai dalam mempertautkan satuan_ - satuan wacana, (2) melihat hubungan semantis dan alat kepaduan yang paling dominan dipakai dalam mempersatukan satuan - _satuan wacana ragam jurnalistik, (3) melihat seberapa jauh konsep-konsep yang dipakai sebagai landasan penelitian ini dapat diterapkan pada data wacana ragam jurnalistik. Dalam membahas aspek semantis penulis berpedoman pada konsep yang dikemukakan Larson dan dalam membahas aspek leksikal dan gramatikal penulis berpedoman pads uraian yang dikemuka_kan Kridalaksana. Berdasarkan analisis data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) ditinjau dari aspek semantis, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dibangun berdasarkan hubungan pendukung yang bersifat nonkronologis. Janis hubungan semantis yang paling dominan ditunjukkan oleh jenis hubungan logic, (2) ditinjau dari aspek leksikal dan aspek gramatikal, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dipersatukan oleh tipe kepaduan leksikal. Alat kepaduan yang paling dominan dalam mempersatukan satuan-satuan wacana ditunjukkan oleh tipe kepaduan repetisi, (3) dari basil analisis aspek leksikal dan aspek gramatikal ditemukan dua tipe kepaduan lain yang tidak disebutkan di dalam uraian Kridalaksana. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikata_kan konsep Kridalaksana kurang memadai dengan tipe kepaduan yang ada pada data. Hasil analisis berdasarkan aspek seman_tis menunjukkan bahwa konsep Larson lebih memadai dengan hubungan semantis yang ada pada data yang diteliti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Satuan bahasa yang lengkap bukanlah kata atau kalimat sebagaimana dianggap beberapa kalangan dewasa ini, melainkan wacana. Keutuhan wacana dibentuk oleh kalimat-yang merupakan komponen konstruksi wacana-yang saling berpautan dengan kalimat-kalimat yang mendahuluinya atau dengan kalimat-kalimat yang mengikutinya. Pertautan antar kalimat dalam membentuk keutuhan wacana direalisasikan oleh alat kohesi yang terdiri dari kohesi leksikal dan kohesi gramatikaI.
Penelitian ini menggunakan konsep kohesi yang dipaparkan oleh Halliday dan Hasan Serta Harimurli Kridalaksana. Alat-alat kohesi yang terdapat dalam konsep Halliday dan Hasan meliputi, pengacuan, penggantian, pelesapan, konjungsi, dan kohesi leksikal yang lerdiri dari repetisi, sinonim, antonim, dan superordinat. Harimurti Kridalaksana menggolongkan alat kohesi menjadi sebelas yang meiliputi, pengacuan, pelesapan, paralelisme, konjungsi, repetisi, kolokasi, kosok bali, antonim, hiponim, ekuivalensi Ieksikal, dan penutup/pembuka wacana. Dengan menerapkan kedua konsep tersebut diharapkan tujuan penulisan, yakni untuk mengetahui bagaimana alat-alat kohesi membentuk keutuhan wacana jurnalistik dan wacana fiksi serta alat kohesi apa yang paling dominan dalam memadukan kedua wacana tersebut, dapat tercapai
Hasil dari penerapan kedua konsep tersebut terhadap keempat data yang diteliti memperlihatkan bahwa alat kohesi yang paling dominan dalam membentuk keutuhan wacana adalah repetisi. Dominannya alat kohesi tersebut dimungkinkan karena di dalam data banyak terdapat bentuk-bentuk pengulangan kata atau frase yang dianggap penting, selain itu juga agar tidak terjadi ambiguitas. Selain menjadi wujud realitas pembentuk keutuhan wacana, alat-alat kohesi pun turut membentuk kekhasan ciri wacana jurnalistik dan wacana fiksi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Karsana
"Analisis ini bertujuan untuk melihat aspek penanda keutuhan wacana dan konteks situasi yang ada dalam komik kartun Panji Koming yang penulis ambil dari Surat kabar Kompas Hinggu selama bulan Januari s.d. Agustus 1992. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penulis berusaha mendapatkan gambaran huhungan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks balloon dialogue yang terdapat dalam komik kartun Panji Koming, sebagai salah satu penanda keutu_han wacana seobyektif mungkin dari data yang ada. Selain itu penulis juga melihat bagaimana penggunaan konteks situasinya. Hasil analisis menunjukkan hubungan kalimat-kalimat tersebut ditandai melalui aspeknya, yakni terutana aspek leksikal, aspek gramatikal, dan aspek semantik yang saling mendukung satu lama lain guna mengutuhkan sebagai sebuah wacana. Penggunaan konteks situasi terlihat pada komik tersebut dalam mengambarkan suatu persoalan atau masala.h yang terdapat dalam masyarakat. Dengan mengetahui konteksnya, pembaca akan lebih mudah memahami apa yang ingin disampaikan (amanat) oleh komik kartun tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raih Grahawati
"[ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan sebuah cerita tentang kehidupan wanita di dalam lirik lagu Survivor oleh Destiny Child (2001). Yang didiskusikan dari penelitian ini yaitu bagaimana kehidupan wanita direpresentasikan ke dalam lirik lagu Survivor melalui Analisis Wacana gramatikal dan lexical aspek. Teori Sumarlam akan menjadi kunci untuk menganalisis lirik lagu Survivor berdasarkan kategori gramatikal dan lexical aspek. Hasil temuan dari penelitian menunjukan meskipun para wanita terkadang mengalami kesulitan dalam menjalani hubungan, namun mereka dapat mengatasi hidup yang sulit dengan bertahan agar mendapatkan kebebasan dan juga bisa menjadi wanita yang mandiri. Penelitian ini dikontribusikan ke dalam analisis teks mengapa di dalam lirik lagu survivor menjelaskan fakta bahwa wanita itu sebenarnya kuat ABSTRACT This research describes a story about woman‟s life in the song lyrics ?Survivor‟ by Destiny Child (2001). The main discussion is about how woman‟s life is represented in the song lyrics ?Survivor‟ through discourse analysis grammatical and lexical aspect. Sumarlam‟s theory in grammatical and lexical will lead the discussion to analyze the song lyrics ?Survivor‟ based on the categories in grammatical and lexical. The findings of this research show that even though women are struggling with their relationship but they can overcome the hardship life by surviving in order to get freedom and to become independent. This research contributes to textual analysis why in the song lyrics ?Survivor‟ explain the fact that women are actually strong.;This research describes a story about woman‟s life in the song lyrics ?Survivor‟ by Destiny Child (2001). The main discussion is about how woman‟s life is represented in the song lyrics ?Survivor‟ through discourse analysis grammatical and lexical aspect. Sumarlam‟s theory in grammatical and lexical will lead the discussion to analyze the song lyrics ?Survivor‟ based on the categories in grammatical and lexical. The findings of this research show that even though women are struggling with their relationship but they can overcome the hardship life by surviving in order to get freedom and to become independent. This research contributes to textual analysis why in the song lyrics ?Survivor‟ explain the fact that women are actually strong., This research describes a story about woman‟s life in the song lyrics „Survivor‟ by Destiny Child (2001). The main discussion is about how woman‟s life is represented in the song lyrics „Survivor‟ through discourse analysis grammatical and lexical aspect. Sumarlam‟s theory in grammatical and lexical will lead the discussion to analyze the song lyrics „Survivor‟ based on the categories in grammatical and lexical. The findings of this research show that even though women are struggling with their relationship but they can overcome the hardship life by surviving in order to get freedom and to become independent. This research contributes to textual analysis why in the song lyrics „Survivor‟ explain the fact that women are actually strong.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Augustina Isakh
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Mariati S.
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Martina Triyatna
"Setelah pemaparan tentang konsep Halliday dan analisis pada bab-bab sebelumnya, kini penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab 4.Dari sekian banyak alat kohesi gramatikal yang di_jabarkan oleh Halliday dan Hasan, ada beberapa yang tidak terdapat dalam WM, yaitu: - penyulihan klausa tidak lingsung (substitution of report ed clause) - penyuluhan klausa pengandaian (substitution of conditional clause) - penyulihan klausa modalitas (substitution of modality).Walaupun ketiga bentuk penyulihan di atas tidak dijumpai di dalam WM, keutuhsn paragraph-paragraf cerpen tersebut tidak terganggu. Kumpulan-kumpulan kalimat: tersebut membentuk wacana (yaitu paragraf), dan dengan alat-alat kohe_si yang lain dapat menjalin keutuhan cerpen itu seluruhnya. Dengan lain perkataan, untuk menjaga agar suatu wacana itu_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
"Kesinambungan topik dalam wacana tulis ekspositoris bahasa Indonesia ragam jurnalistik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sintaktis dan semantis. Berdasarkan hubungan sintaktis, kesinambungan tersebut muncul dalam bentuknya sebagai anafora nol, pronomina persona, pronomina demonstrativa, frasa nominal takrif, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial, sedangkan melalui hubungan semantis dapat dinyatakan dalam empat hubungan makna. Dari keempat hubungan makna tersebut, hubungan makna yang tertinggi pemunculannya adalah hubungan makna kesamaan, sedangkan ditempat kedua hubungan makna bagian keseluruhan. Hubungan makna ketercakupan pada urutan ketiga, dan terakhir hubungan ketumpangtindihan. Sementara itu, hasil pengukuran terhadap kesinambungan topik secara kuantitatif menunjukkan bahwa pronomina demonstrativa merupakan penanda bahwa topik tersebut memiliki kesinambungan yang tertinggi; anafora nol di tempat kedua, diikuti frasa nominal takrif yang bersusunan beruntun netral di tempat ketiga, pronomina tidak berte¬kanan di tempat keempat, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial di tempat terakhir. Hasil pengukuran ini tidak menentukan kualitas atau mutu wacana tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T39139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerniati Indra
"Tulisan ini membahas mengenai wacana terjemahan Alquran Surat Al-Alaq yang dianalisis dengan teori kohesi leksikal. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan keterbacaan wacana terjemahan tersebut dan merealisasikannya dalam lima hal, yakni pengulangary sinonim, antonim, hiponim dan kolokasi. Kajian dilakukan dengan metode deskriptif, dengan teknik kajian pustaka. Realitas kajian menyatakan bahwa piranti kohesi leksikal telah memerankan fungsinya dengan bail sebagai pengutuh wacana. Ituberarti bahwa keterbacaan terjemahan surat Al-Alaq dapat dipaharni dengan baik oleh pembacanya."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
407 WID 41:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
"ABSTRAK
Wacana (discourse) yang merupakan tataran paling besar dalam hierarki kebahasaan--termasuk hierarki bahasa Sunda--bukanlah merupakan timbunan kalimat secara acak, melainkan merupakan satuan bahasa di atas kalimat, baik lisan maupun tulisan, yang tersusun secara berkesinambungan dan membentuk kepaduan (Halliday 1) dan Hasan (1976(1979:1} dan 1985(1989:10)); Stubbs 1983;15 ;Kridalaksana 1978:36; Moeliono et al. 1988:34; Bright 1992:356; Kartomihardjo 1992:1).
Di dunia linguistik Baratr analisis wacana mulai berkembang sejak diperkenalkannya makalah yang berjudul Discourse Analysis oleh Harris pada tahun 1952 (Bright 1992:357; Oetomo 1992:6 Marcellino 1992:1). Dalam makalahnya, Harris mulai mencari kaidah bahasa yang menjelaskan, 'bagaimana' kalimat dalam suatu teks dihubungkan oleh semacam tata bahasa yang diperluas, seperti pengacuan anaforis dan kataforis, substitusi, elipsis, hubungan konjungtif, serta hubungan leksikal (Malmkjaer 1991:100; Oetomo 1992:6). Di Indonesia analisis terhadap tataran paling besar dalam hierarki kebahasaan itu baru benar-benar berkembang pada tahun 1970-an (Kridalaksana 1978:34; Oetomo 1992:1)
Analisis wacana (discourse analysis) adalah analasis bahasa dalam penggunaan (the analysis of language in use) (Brown dan Yule 1987:1). Sejalan dengan itu, Halliday dan Hasan (1979:236 dan 1989:10) mengatakan bahwa analisis wacana, yang disebutnya analisis teks, adalah analisis bahasa dalam pemakaian yang merupakan unit semantis, dan bukan unit struktural atau gramatikal seperti klausa atau kalimat
Menurut Grice (1975:45----6), dalam komunikasi verbal, baik yang monolog maupun yang dialog, salah satu syarat panting yang harus diperhatikan adalah kesinambungan proposisi yang diajukan. Kesinambungan itu kadang-kadang mempunyai manifestasi fonetis yang ekeplisit, tetapi kadang-kadang juga hanya terwujudkan dalam suatu implikatur yang sifatnya tidak langsung atau hanya tersirat (cf. Dardjowidjojo 1988:93). Teori Grice tentang conversational implicature secara mendasar berasal dari prinsip umum percakapan, yang disebut cooperative principle.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>