Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhila Arifin Aziz
"Sebagai obyek penulisan skripsi, pemilihan judul di atas didasarkan pada: umumnya kerangka manusia yang ditemukan di situs Gilimanuk. dalam penelitian ta_hun 1977 dan 1979 berasosiasi dengan temuan artefak maupun non artefak. Artefak dan non artefak tersebut merupakan satu himpunan temuan (assemblage) yang berada dalam lapisan tanah ketiga dan keempat. Dengan demikian benda-benda yang berasosiasi dan ditemukan di dekat ke_rangka manusia dalam konteks kubur dapat dikelompokkan secara fungsional sebagai benda-benda bekal kubur.Ternyata dari 24 kerangka manusia yang ditemukan . utuh secara anatomi dalam penelitian tahun 1977 dan 1979, hanya 13 kerangka yang disertai benda perunggu se_bagai benda bekal kubur di samping bekal kubur lainnya.Sedikitnya jumlah kerangka manusia yang ditemukan bersama benda perunggu disebabkan oleh pengetahuan yang ter_batas dalam teknologi logam pada masa itu. Dengan demikian hanya orang yang mampu atau mempunyai kedudukan panting dalam masyarakat yang memperoleh benda perunggu sebagai bekal kubur, sedangkan bila ia mati berasal dari keluarga sederhana atau kurang mampu maka penyertaan benda bekal kuburnyapun secara sederhana tanpa disertai benda yang dianggap mempunyai nilai tinggi dalam masyarakat yang bersangkutan. Anggapan mengenai kematian tidak dapat merubah kedudukan seseorang semasa hidupnya dapat ter_lihat dari lengkapnya benda bekal kubur yang disertakan pada mayat yang bersangkutan. Tradisi memberikan benda bekal. kubur pada mayat seseorang yang berasal dari ka_langan atas atau status sosialnya tinggi sampai sekarang masih kita jumpai dan diantaranya ditemukan pada masyara_kat Sumba., Ngadha, Sabu dan Dayak Ngaju yang belum banyak mengalami perubahan ke kehidupan modern. Oleh karena itu penulisan skripsi ini ditekankan pada analisis tentang benda bekal kubur pada situs prasejarah Gilimanuk, khusus_nya benda perunggu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Ratna Indraningsih
"Manik-manik sebagai salah satu obyek studi arkeologi lndonesia, dapat dikatakan masih sangat langka dibicarakan. Terutama dalam mengungkapkan hubungan manik-manik dengan manusia pendukungnya. Secara umum dapat didefinisikan bahwa manik-manik ialah butiran-butiran kecil dari merjan, kerang,tulang, kaca atau batuan, yang diberi berlubang dan di untai sebagai perhiasan tubuh manusia. Manik-manik dapat kita jumpai pada aneka suku-bangsa di dunia ini, sehingga dapat dikatakan bahwa perhiasan manik-manik ini termasuk salah satu unsur kebudayaan universil.
Tujuh unsur kebudayaan universil sebagai hasil dari keseluruhan tata kelakuan dan kelakuan manusia, terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: sistem peralatan dan perlengkapan hidup, unsur mata pencaharian, unsur bahasa, unsur kesenian, unsur kemasyarakatan, unsur sistem pengetahuan dan unsur religi (Koentjaraningrat 1972: 82). Unsur kebudayaan yang berhubungan dengan manik-manik ialah unsur peralatan dan perlerigkapan hidup serta unsur religi. Dalarn pembagian terhadap sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S11616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Burman Kifli
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai tradisi penguburan prasejarah di situs Gilimanuk yang telah dilakukan ini, tujuannya ialah untuk melihat apakah terdapat suatu pola dalam pemberian bekal kubur berdasarkan jenis kelamin dan usia individu mati. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pola tersebut, dilakukan dengan melihat benda bekal kubur yang menyertai rangka yang diketahui jenis kelamin dan usia matinya.
Pengumpulan data dilakukan melalui analisis jenis kelamin dan usia mati rangka yang dilakukan di Jogjakarta serta Inventarisasi laporan-laporan mengenai situs Gilimanuk, baik laporan penelitian ataupun laporan ekskavasi. Pengolahan data dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis rangka, yaitu rangka yang telah diketahui jenis kelamin dan usia mati, dengan laporan basil ekskavasi Gilimanuk yang memuat informasi tentang bekal kubur.
Berdasarkan kajian terhadap benda bekal kubur, ternyata benda bekal kubur yang terbanyak menyertai rangka manusia di situs Gilimanuk adalah periuk. Hal ini berkaitan dengan konsep keyakinan masyarakat prasejarah yang menganggap bahwa kehidupan sesudah mati sama dengan keadaan dunia orang hidup. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pemberian benda bekal kubur tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan usia individu yang mati. Hal ini terlihat dari tidak berpengaruhnya jenis kelamin dan usia mati terhadap jenis dan variasi benda bekal kubur.
Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa pemberian bekal kubur yang merupakan bagian dari ritual upacara penguburan prasejarah tidak berkaitan dengan jenis kelamin dan usia mati, tetapi berkaitan dengan budaya lokal dan status sosial simati.
"
1998
S11511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevy Maradona
"Bekal kubur adalah benda-benda atau hal-hal lain (yang dapat berupa orang/hewan) yang dikubur bersama dengan mayat; dianggap berfungsi sebagai bekal untuk roh orang yang meninggal dalam perjalanan ke alam baka/digunakan (dimanfaatkan) oleh roh di dunia arwah. Dari berbagai jenis bekal kubur yang d temukan, tembikar adalah jenis bekal kubur yang paling dominan dan umum ditemui. Di Indonesia, kehadiran bekal kubur dalain konteks penguburan prasejarah diperkirakan baru muncul pada masa perundagian. Ada beberapa situs penguburan yang teretak di daerah pesisir, yang sekilas memiliki temuan bekal kubur yang hampir sama seperti tembikar, manik-manik, dan benda-benda yang terbuat dari logam, yaitu situs Anyer, Plawangan, dan Gilimanuk. Tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Anyer, Plawangan dan Gilimanuk setelah diidentifikasi terdiri dari jenis- jenis periuk, cawan, lempayan, kendi dan piring serta benda-benda terakota lainnya. Tembikar yang paling umum digunakan sebagai bekal kubur adalah periuk. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tembikar-tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di ketiga situs memiliki beberapa persamaan-persamaan seperti dari bentuk, ukuran, teknik buat, teknik penyelesaian, tenik khas, motif dan pola hias serta dari konteksnya dalarn ruang kubur. Dari bentuknya tembikar-tembikar bekal kubur diketiga situs dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk umum, yaitu tembikar bulat dan tembikar berkarinasi. Muncul variasi-variasi bentuk pada masing-masing tipe tembikar, dan umumnya variasi yang muncul adalah bagian leher dan kaki. Dari ukuran diketahui bahwa rata-rata ukuran tinggi periuk adalah 10,9 cm, cawan 5,8 cm, kendi 21 cm, piring 2,4 cm, tempayan 32,8 cm. Dari ukuran diameter diketahui bahwa rata-rata diameter periuk adalah 12,9 cm, cawan 15,6 cm, kendi 19,5 cm, tempayan 40,3 cm, piring 13,3 cm. Teknik buat tembikar memiliki ciri yang berbeda tiap situsnya. Tembikar situs Anyer umurnnya dibuat dengan teknik pijit walaupun ada juga yang dibuat dengan teknik roda putar dan pijit, tembikar situs Piawangan seluruhnya dibuat dengan teknik roda putar tatap landas, dan tembikar Gilimanuk. semuanya dibuat dengan teknik roda putar pijit. Teknik penyelesaian permukaan tembikar bervariasi antara diupam dan tidak diupam, serta ada yang dislip. hiasan pada pada tembikar bekal kubur_ umumnya motif-motif geometris yang dibuat dengan teknik gores, tera, dan tempel. Pengecualian terdapat pada situs Gilimanuk yang memiliki hiasan dengan motif wajah manusia dan situs Piawangan yang memiliki hiasan yang dibuat dengan teknik lukis. Jumlah bekal kubur yang disertakan terbagi ke dalam kelas-kelas. Sedikitnya ada 8 kelas yang muncul, mulai dari yang paling sedikit, yaitu 1 bekal kubur hingga yang paling banyak yaitu 8 bekal kubur. Penyertaan bekal kubur dengan kuantitas tertentu dipercaya melambangkan status sosial tertentu Pula, Semakin banyak barang bawaannya ke alam kubur maka semakin tinggi status sosial si mati. Selain itu dipercaya juga bahwa barang-barang yang, dibawa sebagai bekal kubur nantinya akan digunakan sebagai harta kekayaan si mati di kehidupan di alam roh. Apabila tembikar yang dikuburkan hanya berjumlah 1 atau 2 saja maka ia biasa diletakkan di dekat kepala, sekitar badan, dan di daerah kaki. Tetapi bila tembikar bekal kubur yang disertakan dalam jumlah banyak, biasa diletakkan berjejer di samping rangka atau diletakkan tersebar di sekelilingnya. Variasi bekal kubur di ketiga situs ini umumnya terdiri dari bekal kubur sejenis, bekal kubur dengan 2 jenis, bekal kubur dengan 3 jenis, dan bekal kubur dengan 4 jenis. Bekal kubur yang hanya terdiri dari satu jenis banyak ditemukan, dan umumnya seperti yang telah dikatakan di atas adalah tembikar jenis periuk. Bekal kubur dengan 2 jenis biasanya terdiri dari periuk dan cawan atau periuk dan piring tetapi yang paling sering muncul adalah periuk dan cawan. Bekal kubur dengan 3 jenis umumnya terdiri dari periuk, cawan dan kendi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Hewan merupakan salah satu temuan arkeologis yang penting dalam rangka penelitian masa lalu manusia. Hewan di samping merupakan sumber pangan, juga digunakan dalam kehidupan religi yaitu sebagai bekal kubur.
Bekal kubur adalah berbagai jenis benda (termasuk manusia dan hewan) yang disertakan bersama mayat dalam penguburan. Penyertaan bekal kubur pada mayat/rangka ini umumnya berlandaskan keinginan dan kepercayaan masyarakat yang masih hidup untuk mencukupi keperluan si mati dalam perjalanan ke alam arwah, dan untuk melanjutkan kehidupan di sana.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya berupa deskriptif analitik. Data-data yang dikumpulkan berupa data-data sekunder, yaitu hasil-hasil laporan penelitian lapangan atau ekskavasi arkeologi yang telah diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Denpasar. Data-data tersebut dicatat, dipilah, dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai bekal kubur, mengetahui ciri-ciri khusus dari kubur yang menggunakan bekal kubur hewan, dan mengetahui latar belakang dipilihnya jenis hewan tertentu sebagai bekal kubur.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Pertama, jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Gilimanuk adalah hewan babi, anjing, dan ayam; Kedua, secara tegas tidak ada ciri khusus yang membedakan antara kubur yang menggunakan hewan dengan kubur yang tanpa menggunakan hewan sebagai bekal kubur; Ketiga, mengingat hanya sebagian kecil saja kubur yang menggunakan bekal kubur berupa hewan, maka kemungkinan besar menunjukkan status sosial tertentu dalam masyarakatnya. Di samping itu, disertakannya hewan dalam penguburan tersebut mempunyai latar belakang dan makna tertentu pula."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Kajian seni pada masyarakat sederhana biasanya tidak terlepas dari aspek religi. Suatu seni atau hasil karya kesanian seringkali dihubungkan atau dilatarbelakangi dengan kepercayaan tertentu. Salah satu di antara sejumlah karya seni yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan adalah penggambaran hiasan antropomorfik pada wadah kubur yang berasal dari masa prasejarah. Berbagai hiasan yang terdapat, tertera atau yang berhubungan dalam kegiatan religi merupakan simbolisasi dari suatu representasi. Hiasan simbolis yang dijumpai pada objek atau kegiatan religi mempnnyai makna dan tujuan yang bersifat religius pula.
Tulisan ini mengkaji tantang hiasan antropomorfik, yaitu hiasan-hiasan yang menggunakan motif atau bentuk-bentuk manusia baik secara utuh maupun hanya bagian-bagian tertentu saja dari anggota tubuh manusia. Hiasan-hiasan itu terutama yang dijumpai pada wadah kubur yang disebut sarkofagus. Sarkofagus-sarkofagus yang dikaji di sini adalah temuan dari daerah Bali.
Hiasan antropomorfik pada sarkofagus di Bali pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hocker motif dan face motif, Hocker motif adalah hiasan manusia dalam posisi mengangkang, di mana kedua tangan dan kaki diangkat ke atas di samping badan. Sedangkan face motif berupa hiasan kepala/wajah atau disebut juga hiasan kedok/topeng. Hiasan-hiasan tersebut berfungsi sebagai pelindung arwah orang yang meninggal dari gangguan kekuatan-kekuatan atau roh-roh jahat.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Gerabah (pottery) sebagai salah satu benda hasil budaya manusia, merupakan unsur yang penting di dalm usaha menggambarkan aspe-aspek kehidupan manusia. Studi mengenai bentuk dan keindahan yang dimeliki oleh gerabah, dapat menerangkan tentang fungsi dan teknik pembuatan gerabah tersebut.Di Indonesia berdasarkan penelitian arkeologi, telah tercatat adanya beberapa nama daerah yang mengandung temuan-temuan dari masa prasejarah. Di antaranya daerah-daerah itu Gilimanuk. Gerabah-gerabah dari Gilimanuk ini akan kami kupas baik mengenai ciri-ciri maupun segi-segi lain yang ada hubungannya dengan benda tersebut. Pengupasan itu kami lakukan melalui analiasa benda, analisa tanah, analisa konteks dan interprestasi. Ciri-ciri yang ada, seperti kondisi, bentuk, ukuran, warna dan hiasan pada tiap-tiap gerabah dianalisa, setelah itu dikelompokkan berdasarkan ciri yang menonjol. Dari analisa diharapkan dapatditentukan berbagai macam ciri yang ada pada gerabah. Disamping itu dapat dikira-kira bagaimana cara membuat, menghias dan lain sebagainya. Sedangkan dari analisa lapisan tanah dan analisa konteks diharapkan dapat diketahui macam-macam budaya, adat istiadat dan penentuan umur dari situs Gilimanuk."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S12076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ariefianto
"Penelitian mengenai ragam hias perunggu prasejarah koleksi Museum Nasional Jakarta, bertujuan untuk mengetahui persebaran berbagai macam ragam hias dan keterat_uran-keteraturan yang ada pada benda-benda perunggu tersebut, serta hubungan antara suatu jenis ragam hias dengan benda-benda perunggu itu sendiri. Pengumpulan data dilakukan terbatas terhadap benda perunggu prasejarah ber_hias koleksi Museum Nasional Jakarta. Kemudian masing-masing hiasan tersebut dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, yang untuk selanjutnya dilihat persebaran serta gejala-gejala yang muncul di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ragam hias geometris terdapat pada setiap jenis benda perunggu prasejarah, sedangkan teknik hias yang banyak dipergunakan pada hampir disetiap jenis benda perunggu prasejarah adalah teknik hias cetak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarti Prijono
"Pasir Angin site is located in the western part of Java Island kept many artifacts coming
from metal materials bronze. Bronze at the site was found in context as a means or equipment
worship ancestral spirits. The context also shows that Bronze at the time it was considered a
luxury item, and community allegedly Pasir Angin was first exposed to goods of metal materials
that are the result of high technology. On this site can not be found the remains of bronze
production, so it alleged that no local production of bronze artifacts, but to come from surplus
areas such objects and how spreading. Through metallographic analysis showed that bronze
objects Pasir Angin site making techniques have similarities with the Dong Son bronze objects. In
addition, there were traces of shipping and commercial activities that have ever taken place
between the Chinese in this case with Indonesia Dong Son bronze objects strengthens the case
originated from the region. Thus the site became Pasir Angin setrategis region that gave birth to
early civilizations utilization of high technology. The findings of bronze objects on this site
strengthens the case that Java has entered International network since the perundagian."
Balai Arkeologi Jawa Barat, 2016
930 ARKEO 36:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wirastri
"ABSTRAK
Bukti kubur dari masa prasejarah telah ditemukan sejak masa Berburu dan Mengumpul Makanan Tingkat Lanjut, pada masa Perundagian sisa kubur tersebut ditemukan pula pada berbagai tempat, yang terdiri dari kubur dengan wadah dan kubur tanpa wadah. Pada penguburan tanpa wadah sikap rangka dan keletakan bekal kubur dapat lebih jelas terlihat. Situs penguburan tanpa wadah yang telah beberapa kali diteliti adalah situs Liang Bua, Plawangan, Gilimanuk dan Anyer.
Skripsi ini membahas kubur tanpa wadah yang terdapat pada keempat situs tersebut. Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat ketentuan-ketentuan yang berlaku pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut. Data diperoleh dari deskripsi tentang kubur khususnya kubur tanpa wadah, yang terdapat pada skripsi-skripai sarjana, disertasi dan laporan-laporan penelitian lainnya yang telah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan deskripsi tentang rangka dan gambar-gambar rangka dalam kubur. Temuan kubur yang digunakan sebagai data dari situs Liang Bua, merupakan hasil penelitian tahun 1965 dan 1978, Gilimanuk: tahun 1973-1979, Plawangan: tahun 1973-1986, dan Anyer: tahun 1955 dan 1976.
Kemudian dilakukan pengelompokan pola-pola kubur berdasar keteraturan sikap rangka terutama pada sikap badan, di masing-masing situs, sehingga diketahui pola kubur yang terdapat pada masing-masing situs. Pola kubur pada keempat situs dibandingkan sehingga terlihat persamaan dan perbedaan dari pola kubur yang ada dan diketahui pula pola kubur yang berlaku pada semua situs. Melalui data etnografi pada beberapa suku bangsa di Indonesia, dicoba untuk mengetahui ketentuan-ketentuan tertentu yang dikenakan pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut.
Dari analisis yang telah dilakukan pada kubur_kubur tanpa wadah tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat pola kubur (khususnya pada kubur primer) yang berlaku pada keempat situs yaitu rangka dengan sikap badan lurus dan kaki lurus sejajar. Pala kubur ini pada masing-masing situs merupakan pola yang terbanyak ditemukan. Di samping itu terdapat pula pola-pola tertentu yang hanya berlaku pada masing-masing situs. Orientasi rangka pada situs Liang Bua adalah ke mulut gua (sungai Racang), Gilimanuk ke teluk Gilimanuk dan gunung Prapat Agung, Plawangan ke gunung Muria, dan Anyer ke selat Sunda.
Berdasar data etnografi diketahui pula bahwa rangka pada kubur primer dapat diletakkan dalam berbagai sikap tanpa ketentuan tertentu, hanya rangka tersebut diikat agar roh si mati tidak bangkit kembali. Kerangka yang biasa ditemukan tanpa sebagian tulang anggota badan mengganggu kehidupan di kampung. Rangka yang penempa_tannya khusus atau menyimpang dari yang lain disebabkan karena kematian yang dianggap tidak wajar oleh masyarakat setempat.

"
1990
S12805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>