Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Ungaling Dian
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai gaya arsitektur dan latar belakang keagamaan candi Sanggrahan telah dilakukan, tujuannya ialah untuk mengidentifikasi bentuk gaya arsitektur dan latar belakang keagamaan, serta kronologi bangunan yang terdapat di Candi Sanggrahan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data lapangan dan data kepustakaan. Penelitian dilakukan berdasarkan bentuk arsitektur candi Sanggrahan, kemudian di bandingkan dengan bangunan candi lain yang mempunyai kemiripan bentuk arsitektur dengan candi Sanggrahan. Sedangkan penelitian latar...
"
1998
S11801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tino Suhartanto
"Candi Kalicilik terletak di desa Candirejo, Kec Ponggok, Kab. Blitar, Jawa Timur. Memiliki hiasan ornamental yang sanagt raya, sehingga bentuknya sangat indah walaupun ukurannya yang relatief kecil.
Hasil penelitian diperoleh menunjukan bahwa Candi Kilicilik memeliki satu tingkatan kaki candi, memiliki bagian kaki, tubuh dan atap secara lengkap, walupun atapnya merupakanhasil rekonstruksi. Bentuk atapnya sikhara dengan bahan yang sama dengan bahan penyusunan tubuh candi. Latar belakang keagamaan adalah Hindu Saiwa berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12053
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Poeri Inti Asmara
"Berkembangnya peradaban Hindu-Buddha di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa yang berlangsung sejak kurang lebih abad ke 2-15 Masehi menghasilkan banyak bangunan monumental, di antaranya adalah candi. Tinggalan candi tersebut sangat banyak jumlahnya dan memiliki gaya yang berlainan pula, namun tidak semua candi tersebut berada dalam keadaan baik, bahkan banyak yang sudah rusak sehingga bentuknya tidak dapat diketahui dengan jelas. Salah satu candi di Jawa Timur yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah Candi Sawentar. Candi ini ditemukan dalam keadaan terkubur dan rusak parah akibat timbunan material-material lava Gunung Kelud. Candi ini belum selesai dibangun dan relung-relungnya kosong sehingga tidak diketahui pasti bagaimana bentuk arsitektur, kronologi pembangunan dan sifat keagamaannya. Tujuan penelitian Candi Sawentar ini adalah untuk mengetahui perkiraan bentuk dan gaya arsitektur, kronologi pembangunan dan sifat keagamaannya. Dengan demikian diharapkan basil dari penelitian ini dapat menempatkan Candi Sawentar dalam kerangka sejarah kuno serta sejarah arsitektur percandian, khususnya di Jawa Timur pada masa Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Candi Sawentar dengan cara pendeskripsian tertulis, gambar dan foto, sedangkan pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Setelah itu, data diolah dan dianalisis serta diperbandingkan (metode analogi) dengan candi-candi yang telah teridentifikasi dengan jelas. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Candi Sawentar memiliki satu tingkatan kaki dan memiliki bagian kaki, tubuh, atap secara lengkap. Bilik utama (garbagrha) terletak di tengah denah candi dan atapnya memiliki tingkatan-tingkatan yang mengecil ke puncak serta diakhiri bentuk kubus. Ciri-ciri tersebut merupakan ciri-ciri bangunan candi pada masa Kerajaan Singhasari, sedangkan untuk sifat keagamaannya, berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Candi Sawentar merupakan bangunan candi yang bersifat Hindu Saiwa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syinthia Dwi Friani
"Masa klasik muda yang berlangsung di Indonesia dari abad 11-15 M meninggalkan bangunan-bangunan suci yang tidak semegah peninggalan masa klasik tua, namun mempunyai bentuk yang lebih unik. Hal-hal itulah yang melatari penelitian tentang Candi Kesiman Tengah. Candi yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur ini mcmpunyai bentuk yang unik dan belum banyak peneliti yang menulis tentang candi itu.
Penelitian berkisar masalah deskripsi, perbandingan bentuk, upaya rekonstruksi bentuk utuh Candi Kesiman Tengah dalam gambar, penetapan kronologi relatif, dan latar belakang keagamaan Candi Kesiman Tengah. Untuk mengetahui perkiraan bentuk utuh Candi Kesiman Tengah dilakukan metode analogi atau metode perbandingan dengan Candi-candi lain yang diperkirakan setipe dan berasal dari masa yang tidak terlalu jauh dari Candi Kesiman Tengah. Candi-candi itu adalah Candi Jago, Candi Induk Panataran, Candi Surawana, dan Candi Tegawangi. Latar belakang keagamaan diperkirakan dengan cara mengamati relief yang ada di Candi Kesiman Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk utuh Candi Kesiman Tengah dengan tubuh berdinding tertutup tanpa anak tangga yang menuju ke bilik utama, dan atap candi berbentuk tumpang yang terbuat dari bahan yang mudah rusak. Berdasarkan bentuk arsitektumya Candi Kesiman Tengah diperkirakan berasal dari abad 14 M, dengan latar belakang agama Hindu Waisnawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St Prabawa Dwi Putranto
"Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa klasik yang banyak terdapat di Indonesia, terutama di pulau Bali dan Jawa, berasal dari agama Hindu dan Buddha. Masa klasik muda berlangsung di Indonesia dari abad ke-11 sampai ke-15 Masehi, yang memiliki bentuk dan gaya yang beragam. Hal itulah yang melatarbelakangi penelitian mengenai Candi Ngetos. Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur. Candi tersebut memiliki bentuk yang unik dan belum banyak peneliti yang menulis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambar/denah rekonstruksi bentuk utuh Candi Ngetos, penentuan kronologi relatif dan gaya arsitektur, dan latar belakang keagamaan.
Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Candi Ngetos dengan cara pendiskripsian tertulis, gambar, dan foto. Pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Selanjutnya data diolah, dianalisis, diperbandingkan (metode analogi) dengan candi-candi lain yang merniliki ciri arsitektural serupa dan berasal dari masa yang sama yaitu masa pemerintahan Hayam Wuruk. Candi-candi tersebut antara lain Candi Kalicilik, Candi Bangkal, Candi Angka Tahun Panataran, dan Gapura Bajang Ratu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk utuh Candi Ngetos terdiri dari kaki, tubuh, dengan atap yang menyerupai bentuk strip Candi Angka Tahun Panataran, terbuat dari bahan yang sama dengan kaki dan tubuhnya yaitu bata. Candi Ngetos diperkirakan berasal dari periode antara pembangunan Candi Kalicilik (1349 M) sampai dengan masa pembangunan Candi Angka Tahun Panataran (1369 M). Selain itu juga disimpulkan bahwa Candi Ngetos berlatar belakang keagamaan Hindu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Haryanto
"Relief gana mulai muncul pada candi-candi masa klasik tua di Jawa Tengah, seperti Dieng dan Gedong Songo. Pada candi candi tertua di Jawa Tengah ini, gana hanya muncul sangat sedikit. Penggambaran relief gana mulai berkembang pesat pada candi_-candi di Jawa Tengah selatan sekitar abad ke-8-10 M. Ketika pusat kerajaan berpindah ke Jawa Timur, tradisi penggambaran gana dalam bentuk relief masih juga muncul meski dengan frekuensi yang tidak terlalu banyak. Gana, tidak hanya digambarkan dalam bentuk relief di candi-candi melainkan dipahatkan pula pada yoni, dengan posisi menyangga carat Yoni. Berdasarkan bahan dasar pembuatannya, relief gana ada yang dibuat dari batu dan ada pula dari tanah liat. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analisis. Relief gana ditelaah dari segi variasi bentuk hingga makna penggambarannya. Penyelusuran relief gana di Jawa Timur meliputi l3 candi di Jawa Timur, relief gana yang ada di Museum serta relief gana pada yoni yang masih in sitar, di Jebuk, Kediri, Sementara sebagai data banding, sekitar 15 candi di yogyakarta dan Magelang juga dikunjungi. Penelusuran makna penggambaran gana meliputi literatur tentang candi-candi di India, naskah Jawa kuna, prasasti dan literatur sejarah eni dan kebudayaan Jawa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa relief gana pada masa klasik tua di Jawa Tengah, umumnya digambarkan dengan sikap khas, yakni posisi tangan menyangga, naturalis, ekspresi biasa atau tersenyum, alat kelamin tidak diperlihatkan. Pada masa kemudian, yakni klasik muda di Jawa Timur. Frekuensi penggambaran gana pada candi tidak sebanyak di Jawa Tengah. Relief gana juga digambarkan berbeda dengan masa Jawa Tengah, yakni dengan ciri khas, penggambaran relief secara kaku dan pipih dengan sudut pandang meyamping, ekspresi menyeramkan dan alas kelamin yang selalu diperlihatkan. Bentuk relief gana yang pipih dan kaku di Jawa Timur merupakan pengaruh dari seni wayang kulit yang tengah berkembang pesat. Agaknya pengaruh seni Indonesia lama sangat kuat mempengaruhi tradisi penggambaran relief. Pada relief gana, selain digambarkan kaku dan pipih, juga digambarkan ekspresi wajah yang menyeramkan. Tradisi penggambaran wajah gana yang menyeramkan dan alat kelamin yang diperlihatkan, tidak popular di India maupun di Jawa Tengah. Ekspresi wajah yang scram dan penggambaran alat kelamin, mengingatkan pada tradisi prasejarah yang menganggap bahwa wajah seram dan alat kelamin merupakan simbol penolak bala yang utama, terutama mengusir roh-roh jahat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Junaedy
"
ABSTRAK
Skripsi ini membahas bangunan-bangunan patirthan di wilayah Jawa Timur yang berasal dari abad IX.- XV M. Penekanan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat penggambaran bentuk patirthan di Jawa Timur, serta melihat keterkaitan antara bentuk bangunan dengan keletakan bangunan patirthan. Secara Khusus, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur patirthan yang berada dalam komplek candi dengan bangunan patirthan yang mandiri, mengetahui kedudukan bangunan patirthan terhadap situs yang ada di sekitarnya serta mengetahui fungsi bangunan patirthan melalui elemen-elemen bangunan yang ada dalam patirthan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan melihat konsepsi tentang tirtha karena air adalah kriteria utama dalam bangunan patirthan. Penelusuran konsepsi tentang tirtha dilakukan melalui karya-karya sastra, prasasti serta melihat perkembangan konsepsi ini baik di India maupun di masa Jawa kuna. Tahap berikutnya adalah analisis terhadap bentuk bangunan patirthan di Jawa Timur yang dilakukan dengan cara melakukan komparasi bentuk bangunan patirthan yang di wilayah tersebut, sehingga menghasilkan persamaan dan perbedaan bentuk bangunan patirthan di Jawa Timur. Tahap selanjutnya adalah penggabungan antara konsepsi tentang patirthan yang melalui karya sastra dengan bentuk arsitektur dan keletakan bangunan patirthan.
Hasil penelitian mengenai bentuk bangunan patirthan di Jawa Timur ternyata menghasilkan beberapa bentuk bangunan patirthan. Bentuk yang pertama adalah bentuk bangunan patirthan yang menyerupai kolam pemandian dalam bentuk ini terdapat beberapa variasi bentuk yang lain. Bentuk kedua adalah bangunan patirthan yang bercorak candi atau bale kambang. Bentuk yang ketiga adalah bentuk danau atau sebuah mata air yang ditasbihkan menjadi patirthan. Hasil pembahasan yang lain juga dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan patirthan juga mempunyai hubungan dengan situs sekitar. Sumber air yang diperlukan dalam sebuah patirthan juga memiliki perbedaan baik letak maupun jenis sumber air yang digunakan hal ini semua dapat juga berpengaruh terhadap bentuk bangunan patirthan
"
1997
S11587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani Retna Budiarti
"ABSTRAK
Penelitian tentang bangunan suci dan tempat suci pada abad 13-15 M dilakukan berdasarkan data relief candi dari abad 13-15 M, dengan tujuan melakukan identifikasi bangunan suci dan tempat suci pada masa itu melalui tinggalan relief candi yang masih dapat dilihat hingga sekarang. Kajian itu dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bentuk arsitektur dari bangunan suci dan tempat suci yang terdapat dalam relief. Dalam hal ini pengamatan terhadap arsitektur tempat suci diwakili oleh komponen tempat suci tersebut, yang dalam relief digambarkan dengan meja sesaji, miniatur candi dan arca. Bangunan suci dalam relief tersebut dapat dibagi menjadi dua berdasarkan konstruksinya, yaitu bangunan, konstruksi kayu dan bangunan konstruksi batu. Bangunan dan komponen dalam relief tersebut kemudian dibandingkan dengan bangunan suci dan komponen tempat suci dari masa 13-15 M pula, yang masih dapat diamati hingga saat ini. Untuk bangunan suci konstruksi kayu diupayakan mencari keterangan lain pada bangunan kayu dari mesa sekarang, yaitu bangunan yang terdapat di Jawa dan Bali. Hasil penelitian menunjukken bahwa bangunan dan komponen dalam relief yang diperkirakan sebagai bangunan dan komponen tempat suci pada umumnya memiliki kemiripan dengan bangunan dan komponen tempat suci dari masa Hindu-Buddha yang masih dapat dilihat sampai sekarang. Bentuk bangunan suci konstruk_si kayu dari abad 13-15 M itu tidak berbeda dengan bentuk bangunan profannya. Hal itu karena tidak adanya ketentuan tentang bentuk bangunan suci, kayu, sehingga masyarakat me_ngambil bentuk arsitektur yang telah mereka kenal pada saat itu. Meskipun tidak terdapat ketentuan, tetapi terdapat keteraturan penggunaan bentuk arsitektur tertentu sebagai bangunan sakral. Keteraturan tersebut tampaknya masih berlangsung hingga masa Islam dan pada masyarakat tradisional saat ini. Adapula bentuk bangunan kayu yang tidak terda_pat pada masyarakat Jawa saat ini, karena bangunan tersebut sudah tidak berfungsi di masyarakat. Janis bangunan itu masih dapat ditemui di Bali, berfungsi sebagai pelinggih. Bangunan konstruksi batu dalam relief mempunyai persa-maan bentuk dengan bangunan candi di :lawn Timur yang masih ada saat ini. Bentuk arsitektur bangunan-bangunan konstruksi batu dalam relief pada umumnya dapat digolongkan dalam klasi_fikasi yang telah diajukan oleh Hariani Santiko. Komponen tempat suci dalam relief yang berupa meja sesaji mempunyai persamaan dengan altar, sedangkan miniatur candi, serupa dengan pedupaen atau menara teras dan tugu. Komponen-komponen tersebut biasa dijumpai pada tempat suci yang berupa pertapaan. Tempat suci pada abad 13-15 M, berda_sarkan karya sastra, terdiri dari beberapa macam. Dalam tempat suci tersebut biasa dijumpai bangunan suci atau kompo_nen suci, atau pun keduanya.

"
1996
S11963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonila Retnoningdyah
"ABSTRAK
Penelitian ini mengambil tema tentang sejarah kesenian dan secara khusus dalam bidang seni area. Tujuan peneli_tian ini, adalah berusaha untuk mengetahui sejauh mana area-area dvarapala Panataran mengikuti aturan India dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan gaya dalam pengarcaan dvarapela di Panataran, serta bila ada berusaha untuk merumuskan gaya-gaya tersebut, sehingga diharapkan dapat menjadi panduan untuk menandai gaya area-area dvarapala lain di Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif. Tahapan kerja yang dilalui adalah tahap pertama pengumpulan data meliputi aspek bentuk, ruang dan waktu, tahap kedua adalah analisa data, dan tahap ketiga yaitu sintesa dan interpretasi yang berusaha menghubungkan kelompak-kelompOk data yang berbeda, di mana hasilnya adalah pole dari hasil sintesa data bentuk, ruang dan waktu. Berdasarkan pola tersebut, beberapa area yang tidak berangka tahun dapat diperkirakan penanggalannya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa arca-arca dvarapala Panataran semakin tidak mengikuti aturan India dan berdasarkan hasil sintesa data dapat disusun perkembangan gaya pengarcaan di candi Panataran yaitu: gaya Duduk dengan kronologi 4- 1320 M dan gaya Berdiri dengan kronologi _ 1347 M yang memiliki 2 variasi yaitu gaya Berdiri A dan B. Satu hal yang menarik dari hasil peneli_tian ini adalah adanya perbedaan penggambaran hiasan teratai pada arca-arca candi Induk. Kemungkinan arca tersebut merupakan hasil dari masa peralihan yaitu peralihan dari gaya Singasari ke pada gaya Majapahit, karena area tersebut sebagian besar memiliki ciri dari gaya Majapahit namun masih terdapat satu ciri dari gaya Singasari.

"
1995
S11783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>