Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mindra Faizaliskandiar
"ABSTRAK
Paradigma keilmuan : banyak orang mengakui, tidaklah mudah menjelaskan pengertian 'ilmu' (science), terlebih bila penjelasan itu harus dibuat secara singkat dan sederhana (Chalmers 1983:184). Secara umum ilmu dapat dijelaskan sebagai kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yang membedakannya dengan pengetahuan lainnya (Suriasumantri 1981:4). Kumpulan pengetahuan tersebut merupakan struktur yang kompleks (Kuhn 1970), yang diperoleh lewat metode ilmiah tertentu (Suriasumantri 1984:119).
Sebuah ensiklopedi ilmu lebih lanjut menjelaskan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama adalah mathematics and logic science, yaitu ilmu-ilmu yang le_bih banyak menggunakan logika, seperti aljabar dan matematik logis. Sedangkan kategori kedua adalah empirical or observa_tions science, yaitu ilmu-ilmu yang menggunakan observasi lewat kelima panca indera, seperti antropologi dan psikologi.
kedua kategori tersebut nampaknya mendapatkan pengaruh...

"
1985
S11791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Efendi
"Megalitik merupakan peninggalan masa brcocok tanam yang memberikan banyak informasi dari analisis fisik bangunan. Dan lingkungan alamnya. Peninggalan megalitik dengan satuan analisis situs dan satuan runag analisis skala makro dapat dijadikan data untuk mencapai tujuan arkeologi. Peninggala megalitik yang menjadi data dalam skripsi ini berada di kab. Kuningan, yang terdiri atas 23 situs. Kemudian dibagi menjadi dua tipe berdasarkan fungsi yaitu : kelompok situs I dengan jenis tinggala peti kubur batu terdiri atas tujuh , yaitu situs cibuntu, pasawahan, cibari, pagerbarang, gibug, rajadanu dan panawarbeas dan kelompok situs II dengan jenis tinggalan bukan kubur yang terdiri atas menhir, arca megalitik, batu lumpang, meja batu, batu dakon, jambangan batu, dan punden berundak. Kelompok ini terdiri atas enambelas situs, yaitu, situs cimara, cibunar, sigenteng, sangkanerang, timbang, linggabuana, Buyut Sukadana, Balongkagungan, Nusa, Cangkuang, winduherang, Bagawat, Darmaloka, Hululinga, panyusupan dan saliya. Situs-situs itu tersebar di kai gunung Ciremai (3078 m dpal) sebelah timur. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di jawa barat, dan hamper seluruh bagian barat wilayah kabupaten ini merupakan areal kaki gunung tersebut. Selain itu ditemukan juga pada pada beberapa situs megalitik sejumlah beliung persegi, gelang batu dan temuan serta lain. Hal ini menarik untuk dipelajari dalam kaitan dan orientasinya terhadap gunung itu. Permasalahannya adalah variable-variabel lingkungan alam yang bagaimana, yang mempengaruhi peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan, jawa Barat? Bagaimana persebaran dan orientasinya terhadap gunung ciremai? Serta pada kerangka batu yg mana bias ditempatkan? Tujuan penelitian ini adalah pertama mengetahui variael-variabel lingkungan alam yang berpotensi dalam peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan jawa Barat, sehingga terlihat kearifan manusia dalam beradaptasi dengn lingkungannya. Kedua menentukan bentuk pesebaran dan melihat orientasinya terhadap gunung Ciremai, sehinggga dapat diketahui keterkaitannya. Ketiga mengetahui pada kerangka waktu yang mana sehingga dapat diketahui sejarah kebudayaan prasejarah khususnya di Jawa Barat dan umumnya di Indonesia. Ruang linkup penelitian ini sebatas hubungan antar situs megalitik sebagai salah satu unsure pemukiman masa prasejarah, dan keberadaan situs megalitik dengan ekologinya. Dengan menekankan pada skala ruang makro, sehingga dapat dijelaskan pola persebarannya. Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada metode penelitian arkeologi ruang oleh Bruce G. Tigger. Adapun dalam upaya memahami keadaan lingkungan pada zaman prasejarah diperlukan perpaduan data arkeologi dan ekologi. Maka dari itu digunakan pendekatan ekologi. Dalam paradigmanya menyatakan bahwa unsure lingkungan fisik dipandang sebagai factor penenut letak dan pola suatu pemukiman. Asumsinya adalah pemukiman ditempatkan di suatu tempat sebagai responatas factor lingkungan tertentu. Dalam modelnya paradigma ini juga beranggapan bahwa factor teknologi dan lingkungan yang mengondisikan penempatan situs arkeologi. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah variabel alam yang mempengaruhi peletaka situs megalitik di Kab. Kuningan adalah ketinggian permukaan tanha antara 101_751 m dpl, bentuk medan lereng, batuan geologi QYU, wilayah akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir setempat dengan akuifer produktif, jarak ke sumber air tanah 0,5 km sampai 100 liter/detik, jarak situs ke sungai"
2000
S11760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalihah Sri Prabarani
"Prasasti Mātāji merupakan prasasti yang dikeluarkan pada tahun 973 Ś / 1051 M. Berdasarkan isinya, diketahui bahwa prasasti ini berasal dari kerajaan Pangjalu dan banyak menyebutkan unsur-unsur yang belum pernah dijumpai dalam prasasti sebelumnya. Prasasti Mātaji berisi uraian mengenai pemberian anugerah sīma oleh raja kerajaan Pangjalu, Śrī Mahārajyetêndrakara Wuryyawīryya Parakramā Bhakta, kepada penduduk desa Mātaji atas jasajasanya membantu raja menumpas musuh dalam peperangan yang sering terjadi di desa ini. Pangjalu merupakan pecahan kerajaan Airlangga setelah dibagi dua dengan kerajaan Janggala. Prasasti Mātaji merupakan prasasti pertama yang memuat informasi mengenai keberadaan kerajaan Pangjalu setelah peristiwa pembagian kerajaan oleh Airlangga. Prasasti ini juga menyebutkan berbagai informasi seperti unsur birokrasi kerajaan, nama raja beserta gelar lengkapnya, serta peristiwa perang yang sering terjadi di kerajaan Pangjalu pada masa itu. Minimnya sumber mengenai kerajaan Pangjalu mengakibatkan informasi yang dapat disampaikan tidak begitu lengkap.

The inscription of Mātaji was issued in 973 Ś / 1051 M by the kingdom of Paŋjalu and mentioned many elements that had never been found on other inscription from previous period. It commemorates the establishment of a freehold of Mātaji as a grant from the King, Śrī Mahārajyêtendra Wuryyawīryya Parakrama Bhakta, to the people of Mātaji. Its motive is that the people of Mātaji always helped the king to fight back those who attacked the kingdom for many times. It was said that some wars were often occurred at Mātaji for many times. Paŋjalu is a part of Airlangga?s kingdom after the partition, whereas the other side is Jaŋgala. The inscription of Mātaji is the first inscription mentioned about ?Paŋjalu? after the partition of Airlangga?s kingdom. Furthermore, it contains much information as bureaucracy elements, the King?s name and his title, and that there were some wars often occurred at Mātaji. For lack of the information about Paŋjalu, however, it is too insufficient in number to enable the historians to draw a clear and complete picture of Paŋjalu and Jaŋgala"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S11980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Lesmana
"Buku ini berisi tentang sastra zaman Jahliyah, Islam, Bani Umayah, Bani Abbasiyyah, dan zaman kemunduran."
Jakarta: Zikrul Hakim , 2000
892.709 MAM k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Widayanto
"Ilmu epigrafi sebagai ilmu yang mempelajari prasasti, memberikan banyak informasi yang amat penting dalam upaya merekonstruksi sejarah perkembangan masyarakat dan budaya di Indonesia, khususnya pada rnasa pengaruh Hindu-Buddha. Prasasti sebagai sumber data arkeologi memberikan banyak gambaran mengenai struktur kerajaan, keagamaan, kemasyarakatan, perekonomian, birokrasi, kepercayaan dan adat istiadat pada masa Indonesia kuno. Sebagai sumber utama penelitian ini adalah Prasasti Kusambyan yang terletak di dusun Grogol, desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. Keadaan prasasti pada saat ini terdiri dari lapik yang berbentuk padmasana berikut tubuh prasasti hanya bersisa sebagian (75 %), jadi bagian atasnya patah dan terpecah belah menjadi 9 pecahan. Apabila prasasti ini utuh diperkirakan berbentuk blok berpuncak running, serepa dengan bentuk prasasti pada masa Airlangga Aksaranya dipahatkan pada ke empat sisinya dengan bahasa dan aksara Jawa Kuna, dengan aksara yang sejenis dengan aksara masa pemerintahan Airlangga memerintah pada abad 11 M. Penelitian Prasasti Kusambyan ini bertujuan untuk mengetahui isi prasasti, dalam hal ini, analisis isi prasasti dapat dilakukan setelah melalui beberapa tahapan analisis, yaitu pembuatan alih aksara dan catatan alih aksara berupa koreksi kesalahan penulisan, serta penerjemahan dalam bahasa Indonesia berikut catatan terjemahan yang selanjutnya dilakukan penafsiran untuk menguraikan peristiwa yang terjadi. Dari tahapan pertama dapat diketahui juga masalah historiografi, yaitu penempatan data yang ada di prasasti ini pada kerangka sejarah, khususnya masa pemerintahan Airlangga. Dari penelitian yang dilakukan, prasasti Kusambyan kurang lebih menyebutkan tentang karaman i kusambyan yang dijadikan sima sawah atas perintah Sri maharaja... terdapat sesuatu yang menarik pada prasasti Kusambyan ini yaitu dituliskannya tokoh rahyan iwak, siapa rahyan iwak ini belum diketahui asal usulnya dan belum pernah disebutkan dalam prasasti masa Airlangga lainnya, namun nampaknya tokoh rahyan iwak ini merupakan tokoh yang cukup penting dalam prasasti Kusambyan ini karena kata rahyan iwak tertulis berulang-ulang pada bagian depan prasasti. Dari kata sandang rahyan dapat kits lihat bahwa tokoh ini merupakan orang yang mempunyai derajat cukup tinggi di masyarakat pada masa itu. Alasan lain mengapa tokoh rahyan iwak merupakan seorang tokoh yang penting, karena nama tokoh rahyan iwak muncul kembali di dalam prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Jayanegara yang memerintah pada abad 14 M dan juga terdapat prasasti Tuhanaru, salah sate prasasti dari masa Jayanegara. Isi dari prasasti itu diantaranya menyebutkan mengenai turunnya perintah Sri Maharaja pada desa Tuhanaru dan Kusambyan, perintah raja dilaksanakan dan ditandai dengan prasasti berlencana ikan. Dari data ini dapat disimpulkan adanya kesinambungan tokoh yang sama dan nama daerah yang sama yang terpaut rentang waktu yang cukup lama kurang lebih 200 tahun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompoel, H.F.
Djakarta: Soeroengan, 1954
899.221 SIT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mursal Esten
Bandung: Angkasa, 1982
899.221 MUR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Junus
Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981
808.81 UMA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Saifur Rohman
"Penelitian ini bergerak dari dua arah dengan mengacu pada satu tujuan menjelaskan model metodologi kritik sastra Indonesia. Satu arah a priori berdasarkan pada kenyataan bahwa perkembangan kritik sastra mengambil metode yang beragam sehingga memerlukan Satu penjelasan umum yang memadai untuk menerangkan masing-masing model. Fenomenologi dipilih karena melihat bentuk penelitian humaniora sebagai suatu intensionalitas subjek-objek, yang merangkum secara menyakinkan fase-fase penelitian melalui apa yang disebut dengan tahapan intensionalitas, yakni objektifikasi, identifikasi, horison, profil kelengkapan, dan konstitusi. Arah a postertori dikembangkan melalui teknik generalisasi sampai menemukan rumusan model-model metode yang digunakan kritikus. Dari arah ini, metode yang mementingkan objektifikasi dan identifikasi karya disebut dengan antologi, sedangkan sebaliknya, yang tidak mementingkan berapa banyak data tetapi lebih pada unsur-unsur terstruktur sebagai eksplisitasi dari profil kelengkapan disebut dengan metode struktural. Unsur identifikasi dan penciptaan horison yang dihubungkan dengan dimensi ruang-waktu akan berupaya memahami subjek sebagai dasar pemahaman terhadap karya. Identifikasi subjek melalui profil kelengkapan ini disebut dengan model biografis. Adapun kegiatan penelitian yang sampai pada penyusunan konsitusi akan berorientasi pada perbandingan dengan konstitusi yang terjadi sebelumnya, sehingga terjadi konsitusi ganda. Dalam konsitusi ganda, yang disebut dengan model emansipatoris ini, berupaya melakukan koreksi-koreksi atas kemajuan gagasan yang telah dilakukan. Kendati terjadi konsitusi ganda dalam model feminisme, penyusunan konsitusi ini lebih diarahkan pada dekonstruksi patriakhi, yakni pematahan penjelasan yang bias gender.
Dari dasar pemikiran itu, dalam kaitannya dengan objek penelitian dilakukan dua tahap pengumpulan. Tahap pertama pengumpulan data melalui teknik random purposive sampling dengan batasan kritik sastra Indonesia tahun 1932-2001. Pengumpulan data ini disusun berdasarkan cluster demi memudahkan identifikasi selanjutnya secara bertingkat. Tahap kedua, identifikasi tiap cluster kemudian dibagi per I0 tahun dengan mengesampingkan tendensi politik dalam sejarah sastra Indonesia. Dua tahapan itu dijadikan dasar untuk melakukan analisis berdasarkan kategorisasi metodologis.
Hasil dari dua tahap pengumpulan data adalah sebanyak 323 kritik sastra Indonesia. Jika dengan sampling error sekitar 11 % maka diperkirakan selama 70 tahun (1932-2001) kritik sastra yang terbit di Indonesia adalah 300 sampai 400 judul buku dengan pengarang berjumlah 168 orang. Dari sejumlah judul buku tersebut, dipilih 23 kritik sastra yang diduga merepresentasikan kritik yang dihimpun.

The research has moved on two ways referring to one result of which is to explain methodological models of Indonesian Criticism. On one a priori way is based on the tact that literary criticism used to getting various methods. So phenomenology is necessary to find the fundamental ideas in order to explore them with the reason that it is showed plausibly the research as subject-object intentionality. The theory proved the phase of intention that is objectification, identification, making horizon, profile of perfection, and constitution.
While the way a priori, on other side, is used method of generalizing to formulize the methodological models. lf the method looks for data as many as possible, then this is called anthological models, while inversely, the method looks for the structural elements in the work, so he called structural models. When the elements related to outer world -in this case of author world- this is named biographical models. Elements concemed with a theme, a trying to prove many profile of landscape, so this is called emansipatoty. lf the models have target of sight generally, the feminism models is more particular to deconstruct the patriarchal term.
For this reason: the research operates two steps. First, gathering data by random purposive sampling in which these scope of Indonesian literary criticism are from 1932-2001. They conceived by cluster in order to identify the problem per level. Second, identifying divided by per ten years excluding politics interest in the history of lndoncsian literary criticism, Two steps are basic research followed by analyzing lirstly on methodological category.
The results are 323 hooks from 1932 to 2001. If sampling error around of l l % then during 70 years Indonesian literary criticism are 300400 books written by 168 critics. Front this description, they are selected 23 object of the list assumed representing Indonesian criticism. Based on the data, there are five methodological models of Indonesian criticism that is anthological models, structural, biography, emansipatory, and feminism."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T10944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaltsa Halimatussa
"Penelitian ini membahas gerakan kritik yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa Bandung dalam upaya menunda pembangunan Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” berdasarkan asas prioritas negara. Siti Hartinah Soeharto atau akrab dipanggil Ibu Tien adalah istri Presiden Soeharto sekaligus penggagas Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah”. Ibu Tien ingin seluruh wilayah Indonesia dapat dibuat ke dalam sebuah miniatur termasuk pulau-pulau dilengkapi dengan aspek kebudayaan dari masing- masing daerah. Di balik tujuannya yang mulia, Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” mendapatkan protes dari sebagian masyarakat dan mahasiswa. Sebagai kritik terhadap apa yang dianggap sebagai proyek nonproduktif, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi Bandung membentuk sebuah gerakan bernama Gerakan Akal Sehat (GAS). Dewan Mahasiswa Bandung juga turut menyuarakan pendapat mengenai permasalahan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, proses, serta upaya penyelesaian dari gerakan kritik. Peneliti memilih Bandung dan Jakarta sebagai ruang lingkup penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi dengan penelaahan surat kabar Pikiran Rakyat dan Mingguan Mahasiswa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gerakan kritik yang dilakukan kelompok mahasiswa Bandung bertujuan agar Ibu Tien meninjau ulang Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” dan pelaksanaannya bisa ditunda. Setelah mengadakan dialog dengan beberapa pihak, GAS mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menyampaikan sebuah memorandum. Atas desakan dari kelompok mahasiswa, DPR membentuk Panitia Khusus Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” guna menghimpun saran dan pandangan dari masyarakat serta pihak lain. Hal tersebut menandai akhir dari gerakan kritik mahasiswa Bandung terhadap Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” yang berlangsung sejak 1971─1972.

This study discusses the critical movement carried out by a group of Bandung students in to delay the construction of the Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” Project based on the principle of state priority. Siti Hartinah Soeharto or fondly called Mrs. Tien is the wife of President Soeharto and the initiator of the Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” Project. Mrs. Tien wants the entire territory of Indonesia to be made into a miniature including the islands equipped with cultural aspects from each region. Behind its noble purpose, the Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” Project received protests from some members of the public and students. As a criticism of what was considered a nonproductive project, students from several universities in Bandung formed a movement called Gerakan Akal Sehat (GAS). The Bandung Student Council also voiced its opinion on the same issue. This study aims to determine the background, process, and impact of the critical movement. Researchers chose Bandung and Jakarta as the research scope. The research method used is the historical method which consists of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography by studying the newspaper Pikiran Rakyat and Mingguan Mahasiswa Indonesia. The results of this study indicate that the criticism movement carried out by the Bandung student group aims to make Mrs. Tien review the Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” Project and its implementation can be postponed. After holding dialogue with several parties, GAS came to the People's Representative Council to submit a memorandum. At the insistence of the student group, the DPR formed a Special Committee for Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” to gather suggestions and views from the public and other parties. This marked the end of the Bandung student movement to criticize the Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” Project which had been going on since 1971─1972."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>