Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmaya Kinardi
"Gua Braholo adalah salah satu gua yang terdapat di Situs Prasejarah Pegunungan Seribu bagian barat yang kaya akan tinggalan budaya manusia. Sisa_-sisa. hewan yang ditemukan di daerah berasosiasi dengan artefak litik, abu pembakaran, dan sisa tumbuhan dalam lapisan human yang tebal. Salah satu hal yang menarik adalah dijumpainya sisa Cercopithecidae dalam jumiah yang melimpah. Sisa-sisa Cercopithecidae ini berasosiasi dengan sisa hewan lain, sisa flora, arang, lapisan abu pembakaran, dan juga dengan limbah industri baik dari bahan tulang, batu, maupun moluska. Dan penghitungan 472 gigi bawah yang sisanya ditemukan di Situs Gua Braholo, dapat diketahui jumlah minimal individu (NMIc) Cercopithecidae sebanyak 80 individu yang terdiri dari 4 individu foetus, 2 individu infanta, 29 individu juvenil, 22 individu adult 1, 16 individu adult 2, 6 individu adult 3, dan 1 individu adult age. Sedangkan dari bentuk gigi, dapat diketahui bahwa famili Cercopithecidae. terdiri dari 2 kelompok, yaitu Cercopithecidae 1 dengan bentuk gigi lebih ramping dan memanjang secara mesio-distal dan Cercopithecidae 2 dengan bentuk gigi lebih tambun dan bulat secara bucco-lingual dan mesio-distal. Pada permukaan tulang Cercopithecidae terdapat jejak-jejak kultural yang ditinggalkan berupa pangkasan, striasi, lubang, upaman (permukaan yang halus) pada permukaan kortikal, serta jejak bakar. Dari jejak-jejak tersebut, dapat diasumsikan bahwa Cercopithecidae digunakan sebagai sumber pangan berupa jejak-jejak potong yang diduga merupakan akibat dari kegiatan pemrosesan hewan seperti pengulitan, pemisahan anggota tubuh, penyayatan untuk tujuan konsumsi dan penyimpanan, dan konsumsi sumsum tulang belakang (Binford, 1981:106). Selain itu, tulang Cercopithecidae juga diduga sebagai bahan dasar pembuatan alat tulang dilihat dari jejak-jejak berupa daerah pukul, pelubangan tulang, penggosokan permukaan tulang, usaha penajaman dan peruncingan tulang, serta jejak bakar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vulovik, Visna
"Penelitian ini mengkaji tentang subsistensi manusia terutama dalam memanfaatkan tulang sebagai bahan baku peralatan. Alat tulang dimanfaatkan manusia sebagai alat bantu dalam melakukan suatu pekerjaan. Adanya pemanfaatan tulang untuk alat dapat dikenali dari bentuk, ukuran, serta ciri-ciri fisik lain yang terlihat pada alat tulang. Hal ini dapat terjadi karena adanya perlakuan tertentu pada tulang pada saat proses pembuatan dan pemakaian alat. Proses tersebut dapat berupa penajaman, penggosokan, pemangkasan, kilapan, peretusan, dan patahan. Usaha untuk menginterpretasikan pemanfaatan alat tulang oleh manusia masa lampau dilakukan dengan beberapa analisis, yaitu analisis khusus yang meliputi analisis fauna dan analisis artefaktual, serta analisis kontekstual. Tujuan analisis ini untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan tulang hewan sebagai bahan baku, teknologi dan morfologi alat tulang, serta gambaran perkembangan teknologi alat tulang dalam satuan lapisan budaya. Gambaran pengolahan dan pemanfaatan alat tulang menggunakan teknologi pembentukan tulang yang dikemukakan oleh Eileen Johnson (1985). Gambaran pengolahan dan pemanfaatan alat tulang dilakukan dengan menempatkan unsur tajaman sebagai indikator utama dalam mengamati alat tulang. Berdasarkan bentuk, alat tulang dibagi menjadi dua hentuk utama, yaitu spatula dan lancipan. Berdasarkan indikasi kemunculan dan sebaran, penggunaan elemen tulang hewan untuk dijadikan sebagai alat pada situs Braholo didominasi oleh ulna Macaca sebagai bahan baku lancipan, dan tulang panjang Bovidae sebagai bahan baku spatula. Teknologi dan morfologi alat tulang tampak pada munculnya ciri-ciri luka buat dan pakai yang menimbulkan beberapa bentuk dan variasi. Alat tulang pada Situs Braholo memiliki jumlah dan bentuk yang beragam. Penyebab keragaman tersebut terutama disebabkan oleh faktor teknologis, antara lain proses pembuatannya yang belum terstandardisasi sehingga menghasilkan cukup banyak subtipe dan varian. Dalam hal ini, spatula memiliki 3 bentuk subtipe dan 19 bentuk varian, sedangkan lancipan memiliki 5 bentuk subtipe dan 13 bentuk varian. Ciri pembentukan alat tulang yang sama pada setiap lapisannya, menunjukkan adanya kelanjutan tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Puncak pemanfaatan alat tulang pada situs Braholo terdapat pada lapisan Preneolitik Holosen dan Preneolitik-Neolitik Holosen, sama halnya dengan situs-situs lainnya di Gunung Sewu. Situs Braholo sendiri mungkin juga mendapat pengaruh tradisi Sampung, di mana alat tulang dari Situs Braholo memiliki kesamaan bentuk dengan alat tulang dari Sampung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Purnomo
"Skripsi ini mengkaji Pemanfaatan Hewan Sebagai Sumber Makanan dan Dan Alat Tulang di Situs Song Keplek Jawa Timur. Melalui temuan hasil penggaliannya yang berupa tulang-tulang hewan. Tujuan penelitian ini adalah mencoba mengetahui seberapa jauh pemanfaatan hewan yang dilakukan oleh penghuni situs Song Keplek, terutama untuk sumber makanan dan bahan pembuat alat tulang, dimana dari hasil penggalian yang pernah dilakukan banyak ditemukan temuan tulang hewan dan temuan alat tulang.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei pustaka dan survey lapangan. Tujuan dari kegiatan tersebut untuk mengumpulkan seluruh data yang ada dan tercatatat. Data yang telah dikumpulkan dipisahkan menjadi dua, yaitu data pustaka dan data lapangan. Data Iapangan dibedakan lagi menjadi data penggalian dan data lingkungan. Data penggalian yang merupakan data utama dalam penelitian ini kemudian dipilah lagi untuk mendapatkan data yang layak diteliti lebih lanjut. Pengamatan secara khusus terhadap tulang-tulang hewan dan alat tulang dibantu dengan data kepustakaan menghasilkan beberapa hal yang berkenaan dengan proses pemanfaatan hewan yang ada di Situs Song Keplek, yaitu tentang jenis-jenis hewan yang dimanfaatkan dan bagian dari hewan yang kerap dimanfaatkan. Penelusuran data penggalian, kepustakaan mengenai habitat hewan dan lingkungan situs saat kini, menghasilkan kemungkinan gambaran lingkungan yang pernah berlangsung di lingkungan mikro Situs Song Keplek."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S11510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Furkhanda Partakusuma
"Keausan atrisi adalah hilangnya substansi permukaan gigi secara bertahap akibat gesekan gigi atas dan bawah terutama karena pengunyahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keausan gigi dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu-individu di Situs Gua Braholo, Situs Song Keplek, dan Situs Song Terus. Data yang digunakan adalah keausan pada permukaan gigi yang dicatat berdasarkan derajat keausan, bentuk permukaan oklusal gigi, dan arah keausan gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagian besar keausan dari temuan gigi di Situs Gua Braholo, Situs Song Keplek dan Situs Song Terus sudah tidak memiliki tonjol mahkota gigi dan derajat keausan gigi mengenai dentin. Bentuk permukaan gigi umumnya datar dan arah keausan horizontal. Berdasarkan keausannya, manusia prasejarah di Gua Braholo, Song Keplek dan Song Terus adalah masyarakat berburu yang juga memanfaatkan biota laut, dan mengupul biji-bijian yang sebagai sumber makanan pada masa itu.

Attrition is the loss of substance of the tooth surface is gradually due to friction of the upper teeth and lower because of mastication. This study aims to determine the relationship between tooth wear from human at Braholo Cave Site, Song Keplek Site, and Song Terus Site with their diet. The occlusal surface was recorded based on the degree of wear, the shape of occlusal tooth wear, and inclination of tooth wear. The majority of dental findings in Braholo Cave Site, Song Keplek Site and Song Terus Site did not have cusps of the crowns and the degrees of tooth wear reached dentine layer. The form of tooth surfaces were generally flat and the direction of tooth wear were horizontal. Based on the tooth wear, prehistoric people in Braholo Cave Site, Song Keplek Site, and Song Terus Site who were hunting and marine biota exploitation, as well as nut collecting, as the types of subsistence at the period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11831
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghufron Hidayatullah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan fauna vertebrata di situs Gua Kidang dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan variasi fauna vertebrata yang dikonsumsi manusia serta habitatnya. Di samping itu, juga untuk menggambarkan lanskap lingkungan alam situs Gua Kidang pada masa prasejarah. Dalam penelitian ini fragmen fauna yang dianalisis sudah diidentifikasi taksa dan bagian-bagian anatomisnya. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan dimulai dengan menyortir kembali fragmen tulang-tulang fauna yang ada, mengklasifikasikan serta mengolahnya untuk memperoleh jumlah spesimen yang dapat diidentifikasi NISP/Number of Identified Specimens bagi masing-masing taksa, dan jumlah minimal individunya MNI/Minimum Number of Individuals . Dari 8265 fragmen tulang, hanya 1378 yang dapat diidentifikasi secara anatomis dan taksonomis. Penghitungan MNI menunjukkan adanya 23 taksa yang dapat diidentifikasi sampai ke tingkat famili dan hanya dua sampai ke tingkat kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beraneka ragam fauna yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan berasal dari habitat yang berbeda-beda. Berdasarkan jenis-jenis fauna tersebut dapat diperkirakan keadaan lingkungan di sekitar Gua Kidang pada masa prasejarah. Kata kunci: pemanfaatan, fauna vertebrata, fragmen tulang, prasejarah, Gua Kidang.

ABSTRACT
The research discusses the utilization of vertebrate fauna at the Kidang Cave site to identify the types and variations of vertebrate animals as subsistence and their respective habitats. The analysis was also instrumental in defining the natural landscape of Kidang Cave during the prehistoric era. Faunal fragments were previously analysed and identified taxonomically and anatomically. The analysis started with re sortation of faunal bone fragments, classifying and further analyzing the data to obtain the number of identified specimens for each taxon NISP and the minimum number of individuals MNI . From 8,265 bone fragments, only 1,378 were anatomically and taxonomically identifiable. The MNI calculation revealed a number of 23 taxa that were identified down to their familial levels and only two to class levels. The result of this research identified various fauna from different habitats were part of the human diet. Based on this analysis, the natural environment surrounding Kidang Cave during the prehistoric era was then predicted.Keyword utilization, vertebrate animal, bone fragment, prehistory, Gua Kidang."
2016
S70104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Mahareni
"Sisa Macaca sp. yang ditemukan berasosiasi dengan artefak dalam lapisan hunian mengindikasikan adanya keterkaitan erat antara manusia dengan hewan tersebut. Keduanya menjadi indikator kuat adanya kegiatan perolehan makanan hewani. Spesimen Macaca sp. yang ditemukan pada lapisan berumur Holosen di Situs Song Terus dalam jumlah melimpah dan berasal dari berbagai bagian tubuh. Artefak yang ditemukan pada lapisan yang sama terdiri dari artefak batuan berbentuk serpih, artefak dari cangkang moluska berupa serut dan lancipan, dan artefak dari tulang hewan vertebrata berupa spatula, lancipan dan jarum. Sisa fauna dan artefak yang ditemukan di Song Terus tersebut dapat dianggap sebagai satu himpunan yang dapat menunjukkan adanya kegiatan subsistensi manusia masa lalu, yang salah satu kemungkinannya adalah aktivitas perburuan Macaca. Kegiatan perolehan makanan yang mencakup kegiatan mencari, membagi dan mengolah makanan dapat ditunjukkan oleh temuan sisa Macaca dan artefak yang ditemukan. Kegiatan mencari makanan salah satunya ditunjukkan dengan keberadaan artefak, kegiatan membagi makanan ditunjukkan oleh banyaknya fragmen sisa Macaca yang berasal dari berbagai bagian tubuh yang merupakan basil dari pelepasan bagian tubuh hewan, sedangkan kegiatan mengolah makanan salah satunya ditunjukkan dengan kehadiran tulang terbakar. Manusia penghuni Song Terus kemungkinan membawa hewan Macaca dan tempat perburuan ke dalam gua. Peran manusia dalam proses terakumulasinya sisa Macaca di Song Terus didasarkan pada adanya jejak kultural pada tulang yang bisa diamati, dan mengingat hewan Macaca mempunyai tipe habitat di luar gua. Berdasarkan penghitungan Jumlah Minimal Individu, hewan Macaca yang ditemukan di Song terus berjumlah 48 ekor. Dan pengamatan dan pengukuran terhadap gigi Macaca dapat diketahui bahwa populasi Macaca di Song Terus terdiri dari sekurang_kurangnya dua jenis Macaca yang berbeda. Macaca berasal dari berbagai kelas umur yaitu bayi, remaja, dewasa dan tua, balk jantan maupun betina. Dijumpainya spesimen Macaca diantara spesimen dari spesies lainnya mengindikasikan bahwa pemanfaatan hewan Macaca hanya merupakan salah satu alternatif bahan makanan yang dikonsumsi. Pemanfaat hewan Macaca untuk bahan makanan sampai sekarangpun masih dilakukan oleh beberapa masyarakat _sederhana_ yang ada di Indonesia. Hewan tersebut kebanyakan diperoleh dengan Cara menjerat atau membuat perangkap."
2000
S11848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bagus Santoso
"Skripsi ini membahas data ekofaktual berupa gigi fauna dari situs Gua Braholo untuk mengetahui kondisi lingkungan situs Gua Baraholo, untuk mengetahui kondisi lingkungan situs Gua Braholo pada kala Pleistosen akhir dan Holosen, ketika dimanfaatkan oleh manusia ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11464
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Setyo Saputro
"Penelitian ini membahas jejak pakai alat tulang di SitusGua Pawon. Berdasarkan jejak pakai tersebut akan diketahui penggunaan alat tulang. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan pada bagian tajaman alat tulang guna mengetahui bentuk jejak pakai. Pengamatan tersebut dilakukan dengan alat bantu berupa kaca pembesar dan kemera SLR...

Focus of this undergraduate thesis is about use wear of bone tools at Gua Pawon site. Base of this use wear will known the use of bone tools. The Research was done by observing the bevel part of bone tool. Observation were made with the help of magnifying glasses and SLR camera..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11567
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Prasetyanti Lydia
"Selain sebagai sumber daya pangan, kerang ternyata juga dimanfaatkan sebagai salah satu alat atau sarana untuk melakukan suatu pekerjaan bagi manusia pada masa lalu. Hal inidibuktikan dengan adanya benda-benda peninggalan masa lalu yang berupa artefak alat kerang dari banyak situs-situs bersejarah, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Artefak alat kerang yang dibahas dalam penelitian ini adalah berasal dari situs-situs gua Prasejarah di daerah Jawa Timur, dan yang menjadi koleksi dari Museum Nasional Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti, serta jenis-jenis kerang yang dipakai; (2) menjelaskan fungsi dari masing-masing jenis alat kerang tersebut, serta teknik buat dan cara penggunaannya (3) menjelaskan hubungan antara jenis dan bentuk-bentuk alat kerang yang dihasilkan dengan kondisi lingkungan sekitar situs tempat penemuan alat-alat kerang tersebut. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tahap pertama, dilakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Kemudian pada tahap selanjutnya, yaitu tahap pengolahan data, data yang telah dikumpulkan dicatat dan dianalisis melalui analisis khusus. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis kerang yang dipakai, ukuran, pola pecah, serta ciri-ciri khsuus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti. Sedangkan untuk mengetahui fungsi, teknik buat, dan cara yang memuat data etnografi tentang kehidupan beberapa masyarakat tradisional yang masih memanfaatkan sumber daya kerang dalam kehidupannya. Karena masih sangat terbatasnya data kepustakaan yang ada maka untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih jauh tentang penggunaan alat-alat kerang pad amasa lalu, dilakukan beberapa percobaan dengan menggunakan kerang-kerang dari jenis yang sama dengan kerang-kerang yang diteliti. Selain itu, juga dilakukan kajian terhadap sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada tahap akhir dari penelitian ini, yaitu tahap penafsiran data, dibuat suatu rangkuman dari analisis yang telah dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: artefak alat kerang koleksi Musium Nasional Jakarta yang berasal dari situs-situs gua Prasejarah di Jawa Timur, memiliki ciri-ciri khusus tertentu yang membedakannya dengan pecahan-pecahan kerang biasa pada umumnya, (2) kerang-kerang yang dipakai sebagai alat dari masa lalu tersebut, hanya berasal dari satu jenis kerang saja, yaitu: Polymesoda sp., (3) keseluruhan artefak alat kerang yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis alat, yaitu: kelompok Penyerut, serta kelompok Penusuk dan Penyerut. Masing-masing jenis alat kerang ini memiliki teknik buat yang pada dasarnya adalah sama, yaitu teknik pukul (teknik pecah) dengan menggunakan bantuan alat-alat lainnya. Sedangkan fungsi dan cara pakai dari masing-masing jenisalat kerang tersebut bila dikaji lebih jauh, ternyata berkaitan erat dengan kondisi flora dan fauna serta keadaan lingkungan dari situs-situs yang bersangkutan. Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah bersifat sementara, karen masih dibutuhkan pengujian dan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"Penelitian mengkaji aspek subsistensi manusia yaitu dalam pemanfaatan sumber daya fauna dalam hal ini dari jenis moluska sebagai bahan makanan dan peralatan. Pemanfaatan fauna sebagai salah satu alternatif makanan manusia pada masa lalu tercermin dan banyaknya temuan arkeologis di situs arkeologi dan temuan lukisan gua yang menggambarkan jenis-jenis fauna dan aktivitas perburuan. Melimpahnya deposit sisa fauna, selain dapat menjelaskan pola makan manusia melalui sisa makanan, juga dapat memberikan keterangan tentang kondisi lingkungan, kebiasaan (habit), atau kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh manusia masa lalu, Selain sebagai bahan makanan, temuan sisa fauna sering ditemukan dalam bentuk perkakas atau peralatan. Sisa fauna yang ditemukan dalam suatu penelitian arkeologi dapat dikelompokan menjadi ; fauna-fauna kecil (micro fauna), seperti burung, ikan, serangga, tikus, ikan dan moluska ; dan fauna-fauna besar (macro fauna), seperti sapi, gajah, bison. Sisa fauna kecil (micro fauna) yang dominan yaitu moluska yang ditemukan dalam bentuk cangkangnya baik utuh maupun pecahan (fragmen). Melimpahnya deposit temuan sisa-sisa cangkang moluska di satu situs dapat menggambarkan strategi perolehan pangan yang tidak terbatas hanya pada hewan besar, hat tersebut terlihat dari sebaran temuan sisa-sisa cangkang moluska di situs Song Terus yang merupakan situs yang memiliki sejarah hunian yang panjang. Usaha untuk menginterpretasi adanya pemanfaatan moluska oleh penghuni Song Terus pada masa lalu dilakukan dengan beberapa tahap analisis. Tahapan analisis tersebut terdiri dari analisis faunal yang mengamati aspek fisik dari cangkang moluska yang ditemukan. Gambaran yang diperoleh dari analisis faunal yaitu tingkatan taksonomi dari cangkang-cangkang yang ditemukan, jumlah minimal individu dan jejak-jejak kerusakan kultural (wilayah pukul, jejak pemukulan, jejak pemotongan dan jejak hangus terbakar) melalui pengamatan fisik permukaan cangkang. Analisis artefaktual dilakukan melalui pengamatan morfologi cangkang yang mengamati jejak-jejak pembuatan dan pemakaian cangkang berdasarkan aspek bahan, bentuk, ukuran, jejak buat dan jejak pakai. Jejak yang diamati yaitu adanya kemunculan perimping, penghalusan, goresan, tajaman, dan kerusakan pada tajaman cangkang. Dari analisis ini dihasilkan tipe-tipe artefak dan perkiraan fungsi dari masing-masing tipe artefak. Analisis kontekstual dilakukan dengan mengamati keberadaan cangkang dalam lapisan tanah. Temuan cangkang moluska di Song Terus terdiri dari moluska dari tiga kelas, yaitu ; kelas gastropoda, pelecypoda dan cephalopoda, dan dari tiga habitat yang berbeda, yaitu ; darat, air tawar dan laut. Pemanfaatan moluska di Song Terus terdiri dari pemanfaatan sebagai makanan dan sebagai peralatan. Pemanfaatan sebagai makanan ditunjukan oleh temuan moluska dari kelas gastropoda, terutama dari habitat air tawar yang menunjukan adanya kerusakan pada bagian puncak (apex) cangkang dan bibir (lips) cangkang. Pemanfaatan sebagai peralatan dapat diamati dari temuan fragmen cangkang pelecypoda (habitat laut) yang menunjukan adanya modifikasi untuk tujuan tertentu. Jejak-jejak yang dapat diamati berupa perimping dan permukaan yang halus pada bagian margin, ujung yang runcing pada salah satu sisi cangkang (posterior dan atau anterior margin) dan kerusakan pada runcingan tersebut. Temuan moluska dari Song Terus menunjukkan adanya lima tipe artefak yang kemungkinan dapat diidentitikasi sebagai : 1) penyerut, 2) penyerut dan penusuk, 3) penggosok, 4) penggosok dan penusuk dan 5) mata panah. Kehadiran sisa-sisa cangkang moluska menandakan adanya keragaman pola makan dan penggunaan peralatan oleh manusia Song Terus. Hal ini dapat diasumsikan kerena temuan moluska yang dihasilkan dari ekskavasi tersebar di seluruh kotak gali dan berasosiasi dengan temuan lain. Temuan tersebut diantaranya sisa fauna vertebrata dari jenis ikan (Pisces), unggas (Gallus sp.), War (Boaidae), biawak (Varanidae), kura-kura (Testudinidae), tikus pohon (Soricidae), kelelawar (Chiropteridae), landak (Hyastricidae), tupai (Sciuridae), tikus (Muridae), anjing liar (Canidae), kucing (lelidae), musang (Viverridae), kerbau (Bovidae), rusa (Cervidae), babi (Suidae), badak (Rhinoceritidae), dan gajah (Elephantidae). Temuan lain yaitu artefak dari tulang, artefak litik, material litik, fragrnen tembikar, sisa flora, lapisan tanah dan rangka manusia. Interpretasi terhadap keadaan lingkungan purba di sekitar wilayah gua dapat diamati dari sebaran moluska darat, selain jenis hewan lain. Kehadiran moluska darat pada satu daerah menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Keragaman jenis fauna dan sumber daya alam lain inilah yang menjadi salah satu faktor keidealan hunian, sehingga manusia memiliki banyak alternatif bahan makanan dan peralatan, selain sumber lain seperti air dan morfologi tempat hunian tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>