Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62919 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Darmanto
"Bambang Darmanto. Skripsi sejarah ini berjudul `Kebijakan Pemerintah dalam Sektor Pariwisata (Tabun 1978-1991)'. Telah diujikan di hadapan panitia ujian yang terdiri dari: Tri Wahyuning M. Irsyam, MSi., Dra. M. P. B. Manus, Sudarini Suhartono, M. A., dan Siswantari, M.Hum. pada han Jum'at, tanggal 17 Januan 2003, pukul 13.30-15.00 WIB, di ruang 2402, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Skripsi ini membahas tentang sejarah perkembangan pariwisata di Indonesia serta kebijakan dan pelaksanaan yang dilakukan pemerintah, baik pada masa Hindia Belanda sampai dengan masa pemerintahan Orde Baru. Fokus penulisan dalam skripsi ini adalah langkah-langkah yang diambil pemerintah Indonesia dalam pengembangan pariwisata sebagai bagian yang penting dalam kerangka pembangunan nasional. Kebijakan penting dalam rangka pembinaan dan pengembangan pariwisata dilakukan pemerintah dengan dijadikannya bidang pariwisata menjadi bagian dari Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) pads tahun 1978 dengan dikeluarkannya Keputusan MPR No. IVIMPR/1978. Pariwisata menjadi sektor penghasil devisa yang penting di Indonesia dan menjadi bagian dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Hal ini diwujudkan dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas serta berbagai kebijakan yang dapat mendukung kegiatan pariwisata. Puncak dari pesatnya kegiatan pariwisata di Indonesia adalah ditetapkannya Tahun Kunjungan Wisata pada tahun 1991 dengan slogan Visit Indonesia Year 1991 dan Let's go to Urchipelago. Berbagai persiapan untuk menyambut para wisatawan, khususnya dari luar negeri, dilakukan dengan berbagai kegiatan yang menggambarkan keindahan serta keanekaragaman budaya Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Nurhakim
"ABSTRAK
Keunggulan pariwisata yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia mendorong pemerintah menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Meski begitu strategi yang disusun oleh pemerintah dalam memaksimalkan pertumbuhan sektor pariwisata rentan menyebabkan ketimpangan pendapatan. Berkaca dari negara lain, pertumbuhan sektor pariwisata dapat memperlebar jurang ketimpangan pendapatan di masyarakat. Oleh karena itu kontribusi sektor pariwisata untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi, khususnya ketimpangan pendapatan, patut untuk dipertanyakan. Penelitian ini membahas mengenai dampak pertumbuhan sektor pariwisata dalam mengatasi ketimpangan pendapatan di Indonesia. Analisis menggunakan data panel periode tahun 2010 hingga 2016 di 33 provinsi Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dampak sektor pariwisa terhadap distribusi pendapatan akan bergantung pada upaya yang dilakukan dalam memajukan sektor tersebut.

ABSTRACT
The natural wonders and cultural riches of Indonesia never fail to amaze tourist from all over the world. Those tourism advantages which spread throughout all provinces in Indonesia has encouraged the government to initiate tourism as a leading sector to improve the economic condition. Nevertheless, strategies taken by the government for maximizing tourism sector need extra attention because its possibility to lead to the inequality income. Reflecting from other countries, the development of tourism sector may add the gap of income inequality in society. Therefore the contribution of tourism sector to overcome the problems of economic development, especially income inequality, should be questioned. This study discussed the impact of tourism growth in overcoming income inequality in Indonesia. The analysis utilized a panel data set from 2010 to 2016 of the 33 provinces of Indonesia. The empirical findings confirmed that the impact of the tourism sector on the distribution of income will depend on the efforts made in expanding the sector. "
2018
T51453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oennitya Fita Dewi Aryanti
"Kawasan Sangiran yang letaknya di perbatasan tidak terlepas dari pemasalahan ego sektoral sehingga dilakukan analisis dengan menggunakan 5 elemen IGR Wright. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalinan kerjasama antar daerah dalam pengembangan pariwisata Kawasan Sangiran dan mengetahui faktor pendorong dan penghambatnya. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Data yang digunakan adalah primer dan data sekunder. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pembagian peran antara pihak yang terlibat dalam kerjasama. Interaksi antar pejabat publik sudah baik dalam aspek perilaku, kepercayaan, persepsi dan preferansi. Komunikasi berkelanjutan yang dijalin sudah cukup baik. Pejabat eksekutif dan legislatif turut berperan dalam pelaksanaan kerjasama serta sudah ada kejelasanan peran administrator yang ditunjuk. Sedangkan dalam fokus kebijakan, kapasitas anggaran untuk melaksanakan kerjasama bersumber dari masing-masing pihak dan kebijakan pemerintah pusat ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Faktor pendorong kerjasama adalah adanya kesamaan pemikiran, adanya keuntungan ekonomi dan dukungan pemimpin daerah. Faktor penghambat yaitu keterbatasan dana. Saran yang diberikan adalah penambahan peran pemerintah daerah sebagai dinamisator dan pemerintah daerah bersama masyarakat lebih memanfaatkan potensi budaya."
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rivaldo Fendy Wijaya
"Penelitian ini berfokus pada aktivitas sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi regional provinsi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama-tama untuk membuktikan adanya efek spatial spillover dalam aktivitas pariwisata dan kemudian untuk memahami faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi aktivitas pariwisata pada tingkat provinsi di Indonesia. Penelitian ini juga mengidentifikasi keberadaan efek konvergensi beta absolut pada pertumbuhan ekonomi setiap provinsi di Indonesia, dan kemudian menguji apabila aktivitas sektor pariwisata dapat mempengaruhi tingkat steady state dari konvergensi tersebut. Memahami fakta-fakta ini dapat membantu pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan pembangunan yang tepat dan juga memahami dampak yang dihasilkan dari kebijakan tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa pertumbuhan sektor pariwisata menghasilkan efek spatial spillover dan berdampak positif terhadap kecepatan konvergensi pertumbuhan ekonomi regional antar provinsi di Indonesia.

This research focuses on tourism activity and regional economic growth in provinces of Indonesia. The purpose of the research is to firstly prove the existence of spatial spillover effect from tourism activity, and then to identify the factors that is affecting tourism activity in Indonesia at the provincial level. This research also tests the existence of absolute beta convergence between the economic growth of each province of Indonesia, and then seek to test whether tourism activity can affect the steady state to which the economic growth convergence heading. Understanding these facts could help policy makers in make the right development policy and also to better understand the effects of the policy. This research concluded that development in tourism produces spatial spillover effect and positively increase the speed of convergence of regional economic growth between provinces in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Angesti
"Berakhirnya masa keemasan minyak dan gas bumi pada awal tahun 1980-an menimbulkan dampak bagi Indonesia, yang ketika itu merupakan salah satu negara yang mengandalkan ekspor migas. Untuk mengatasinya, pemerintah kemudian melirik sektor nonmigas guna menghadapi dampak ekonomi yang ditimbulkan, yaitu sektor pariwisata. Sektor pariwisata dinilai cukup menjanjikan dalam membantu menaikkan cadangan devisa negara. Maka, dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan untuk pengembangan pariwisata, pemerintah Indonesia ketika itu mengeluarkan berbagai kebijakan di bidang pariwisata, yang berlaku baik secara nasional maupun regional. Salah satu dari kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah Visit Indonesia Year. Kebijakan yang dimulai pada awal tahun 1991 ini terinspirasi dari tren pariwisata yang berkembang di wilayah Asia Tenggara pada saat itu, yaitu penetapan branding pariwisata. Dalam pelaksanaan kebijakan Visit Indonesia Year 1991, pemerintah gencar melakukan pembangunan sarana akomodasi di berbagai Daerah Tujuan Wisata (DTW), dan juga promosi di dalam maupun luar negeri. Upaya pemerintah untuk meningkatkan sektor pariwisata di Indonesia ini tentu memberikan dampak positif dalam bidang ekonomi, tetapi tidak dengan dampak yang ditimbulkan di bidang lain, seperti lingkungan. Melalui serangkaian metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, penelitian ini menyingkap bagaimana pengaplikasian kebijakan tersebut, beserta dengan berbagai dampak yang ditimbulkan.

The end of oil and natural gas golden age in the early 1980s had brought major implications for Indonesia, as one of many countries in the world that relies heavily on oil and gas export, that drew and shifted the government attention to develop non oil and gas sector in the means of bracing economic impact the tourism sector. This sector was considered as a promising proposition to ameliorate the declining trends. Thus, in order to increase the likelihood of tourist visits, which were potential in boosting and enhancing the development in the sector, Indonesian government had decided to release various policies that implied to both national and regional development. One of the policies implemented by the government is Visit Indonesia Year. The policy began in the early 1991, inspired by the regional trend in developing tourism all around South East Asia, called the branding of tourism. During the implementation of the policy, the government intensified the construction projects in various tourist destinations branded as Daerah Tujuan Wisata (DTW), in the shape of infrastructural development and promotion of activities to attract visitors, both domestically and internationally. The effort made by the government successfully doubled up the number of visits to Indonesia, and was certainly seen as a positive impact economically. However, one thing seemed to be out of sight the declining state of the environment. Through historical method and approach, such as heuristic, critics, interpretation, and historiography, this study reveals the development of a governmental decision, as well as numerous impacts generated by the policy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sevirandizka Sawitri
"Music Tourism, or the act of visiting other cities or even other countries to see live music performances, has now become a more common thing to do. Yet, it rsquo;s effect on tourism industry is not many scholars rsquo; concern. Hence, this study attempts to analyze the effect of international music concerts and music festivals on tourism industry in Indonesia by conducting an empirical study on Jakarta rsquo;s inbound tourism data from 2015 to 2017. Using Random Effect Model regression, this study shows an interesting finding. The result shows that economic factors affecting inbound tourism demand don 39;t significantly affect inbound tourism. On the other hand, the non-economic factors proved to be statistically significant, including the variables of interest. However, further studies with better quality of data are needed to give a stronger evidence on the relationship between music and tourism industry.

Music Tourism, atau kegiatan mengunjungi kota negara lain untuk melihat pertunjukan musik, dewasa ini sudah menjadi hal yang marak dilakukan. Akan tetapi, studi terhadap dampak dari kegiatan ini terhadap industri pariwisata belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk menganalisa efek konser musik konser festival di Indonesia dengan melakukan studi empiris terhadap data jumlah wisatawan mancanegara di Jakarta dari tahun 2015 ndash 2017. Dengan menggunakan regresi Random Effect Model, studi ini menunjukan hasil yang menarik. Faktor ekonomi penentu permintaan pariwisata terbukti tidak memiliki efek signifikan terhadap industri pariwisata. Sebaliknya, faktor non ekonomi memiliki efek yang signifikan. Kendatipun begitu, masih perlu dilakukan studi lebih lanjut menggunakan data dengan kualitas yang lebih baik untuk memberikan bukti yang lebih kuat terkait hubungan antara industri musik dan industri pariwisata."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archie Flora Anisa
"

Abstrak

Studi ini fokus pada dampak eWOM (elektronik dari mulut ke mulut) pada kedatangan wisatawan di 5 negara ASEAN, yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam. eWOM atau elektronik dari mulut ke mulut adalah persepsi kolektif orang sebagai akibat dari pengaruh orang lain di internet. Untuk mendapatkan hasilnya, ulasan tentang tempat-tempat wisata ASEAN 5 dari 34 negara dan 1 wilayah diambil dari Tripadvisor. Data yang diekstraksi kemudian dianalisis menggunakan metode analisis sentimen, di mana skor berkisar dari -1 (persepsi negatif) hingga +1 (persepsi positif). Dalam hal skor persepsi rata-rata, Singapura memimpin dengan +0,64366337, diikuti oleh Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Menggunakan model gravitasi yang dimodifikasi dengan kedatangan wisatawan sebagai variabel dependen dan estimasi FGLS, ditunjukkan bahwa eWOM memiliki dampak signifikan terhadap kedatangan wisatawan. Selain itu, hasilnya juga menunjukkan ada hubungan yang saling melengkapi (komplementer) antara persepsi masing-masing negara ASEAN 5 dan persepsi rata-rata negara tetangganya. Penelitian ini menunjukkan pentingnya data tidak terstruktur dari internet untuk memecahkan masalah kehidupan nyata dan pemasaran digital dalam hal pariwisata untuk kasus pariwisata di ASEAN 5.

 


Abstract

This study focus on the impact of eWOM (electronic word-of-mouth) on tourist arrival in ASEAN 5 countries, which consist of Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, and Vietnam. eWOM or electronic word-of-mouth is a collective perception of people as a result of the influence of other people’s on the internet. To obtain the result, reviews of ASEAN 5’s tourist attractions from 34 countries and 1 region are scraped from Tripadvisor. The extracted data then analyzed using the sentiment analysis method, where the score range from -1 (negative perception) to +1 (positive perception). In terms of average perception score, Singapore led with +0,64366337, followed by Malaysia, Indonesia, Thailand, and Vietnam. Using a modified gravity model with tourist arrival as a dependent variable and FGLS estimation, it is shown that eWOM has a significant impact on tourist arrival. Additionally, the result also shows there is a complementary relationship between the perception of each ASEAN 5 countries and the average perception of its neighboring country. This research suggests the importance of unstructured data from the internet to solve real-life problems and digital marketing in terms of tourism for the case of tourism in ASEAN 5.

 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inawati
"Sektor perminyakan dan gas bumi (MIgas) telah banyak berperan selama ini dalam menghasilkan penerimaan devisa yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan di Indonesia, bahkan tetap menduduki jenjang pertama di atas sektor lainnya. Peranan Migas sangat dominan, sehingga mengakibatkan ketergantungan yang tinggi. Artinya fluktuasi harga minyak dan gas bumi dapat mepengaruhi kelangsungan pembangunan yang sedang berjalan karena kemampuan untuk membangunpun ikut berfluktuasi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Alvin Augusta
"Situ gintung merupakan sebuah waduk irigasi yang dibentuk oleh Belanda pada tahun 1933 sebagai reservoir perairan bagi ladang pertanian dan sekitarnya, namun pada tahun 2009 waduk ini beralih fungsi menjadi destinasi wisata sebab adanya bencana tanggul jebol yang menyebabkan perlunya pembangunan ulang pada daerah ini. Pemerintah setempat akhirnya mengambil langkah untuk menjadikan daerah situ gintung ini menjadi destinasi wisata bagi masyarakat urban. Dengan adanya pariwisata ini masyarakat secara tidak langsung dapat menaikan taraf ekonomi bagi masyarakat sekitar dan pengelola Situ Gintung juga dapat mempromosikan kegiatan masyarakat dan aset lingkungan yang sudah menjadi bagian dari setiap daerah atau desa merupakan salah satu tujuan pengembangan wisata, hal ini sesuai dengan konsep yang ada dalam penelitian ini yaitu multiplier effect bagi masyarakar sekitar Situ Gintung. Metode yang dilakukan dalam yaitu dengan melakukan studi literatur dan juga observasi untuk mendukung data-data dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Pariwisata Situ Gintung sangatlah penting bagi perekonomian warga sekitar, karena banyak yang menggantungkan hidupnya terhadap tempat wisata dengan cara berjualan dan menawarkan jasa yang mereka miliki.

Situ Gintung is an irrigation reservoir formed by the Dutch in 1933 as a water reservoir for agricultural fields and its surroundings, but in 2009 this reservoir changed its function to become a tourist destination because of the broken dike disaster which caused the need for redevelopment in this area. The local government finally took steps to make the situ gintung area a tourist destination for urban communities. With this tourism, the community can indirectly raise the economic level for the surrounding community and the management of Situ Gintung can also promote community activities that utilize community and environmental assets that have become part of every region or village is one of the objectives of tourism development, this is in accordance with the concept in this study, namely the multiplier effect for the community around Situ Gintung. The method used in this research is by conducting literature studies and observations to support the data in this research. Based on the results of the research, it can be concluded that the existence of Situ Gintung Tourism is very important for the economy of local residents, because many depend on tourist attractions by selling and offering their services."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
"Disertasi ini membahas dinamika pariwisata di Hindia Belanda tahun 1891-1942. Dari perubahan penggunaan konsep vreemdelingenverkeer lalu lintas orang asing menjadi toeristenverkeer lalu lintas wisatawan di Hindia yang kemudian bermakna toerisme/ tourisme pariwisata dapat dilihat dinamika kegiatan pariwisata di wilayah tersebut, mulai dari kemunculan hingga keruntuhan.Tujuan utama penelitian ini adalah mengungkapkan dinamika kegiatan pariwisata di Hindia-Belanda, dari proses pembentukan embrio kegiatan pariwisata hingga situasi pada masa pendudukan Jepang. Pariwisata di sini adalah kegiatan yang merupakan konstruksi budaya dari barat yang dipraktikkan di Hindia, terutama kegiatan pariwisata yang diatur dan bersifat massal.Sebagai alat bantu analisis digunakan pendekatan siklus Arnold Toynbee yang diawali dengan kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Pendekatan ini dipadukan dengan konsep Tourism Area Life Cycle TALC dari Richard W.Butler, terutama digunakan untuk menganalisis perkembangan objek wisata di Hindia-Belanda. Ada tujuh tahap yang diajukan Butler. Tahap pertama berupa exploration penjelajahan, lalu involvement keterlibatan . Tahap berikut adalah development pembangunan, setelah itu consolidation konsolidasi. Berikutnya adalah stagnation stagnasi. Pasca stagnasi ada dua bagian yaitu decline penurunan dan rejuvenation peremajaan. Pendekatan lain adalah konsep asosiasi sukarela voluntary association dibantu dengan agency untuk menganalisis proses pembentukan berbagai organisasi/klub yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa embrio kegiatan pariwisata di Hindia muncul pada akhir abad ke-19. Kemunculan itu ditandai dengan kegiatan-kegiatan organisasi sukarela di beberapa kota besar di Hindia yang mengacu pada organisasi di negeri induk dan gagasan beberapa individu yang berprofesi sebagai pendeta, jurnalis, praktisi perhotelan, pegawai pemerintah. Kegiatan pariwisata di Hindia yang diatur ditandai dengan pembentukan Vereniging Toeristenverkeer perhimpunan pariwisata di Batavia pada 13 April 1908. Organisasi ini mengacu pada Kihinkai Welcome Society , perhimpunan pariwisata yang dibentuk pada 1893 di Jepang. Alasan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan pariwisata adalah alasan ekonomi.Periode 1891-1908 merupakan periode kelahiran kegiatan pariwisata di Hindia yang diatur. Dilihat dari perkembangan objek wisata, periode ini merupakan tahap penjelajahan. Objek wisata yang dikunjungi berada di wilayah Jawa, beberapa wilayah di Sumatra. Periode 1908-1941 adalah periode pertumbuhan. Berbagai strategi promosi dirancang dan dilakukan. Pada periode ini jika dilihat dari perkembangan objek wisata masuk pada tahap keterlibatan dan sekaligus pembangunan. Objek wisata pada periode ini selain Jawa, Sumatra, Kepulauan Sunda Kecil Bali, Lombok , adalah Kepulauan Maluku, beberapa wilayah di Sulawesi. Namun, pada 1942 kegiatan pariwisata di Hindia mengalami keruntuhan karena masuknya pemerintah pendudukan Jepang. Oleh karena itu tahap berikut konsolidasi dan stagnasi tidak dialami oleh Hindia-Belanda.

This dissertation discusses the dynamics of tourism in the Dutch East Indies in 1891 1942. From the change in the use of the concept of vreemdelingenverkeer foreigners rsquo traffic into toeristenverkeer tourist traffic in the Indies which then means toerisme tourisme tourism can be seen the dynamics of tourism activities in the region, from the emergence to the collapse.The main purpose of this study is to uncover the dynamics of tourism activities in the Dutch East Indies, from the process of formation embryo tourism activities to the situation during the Japanese occupation. Here, tourism is an activity that is a western cultural construction practiced in the Indies, especially organized and mass tourism activities.As an analytical tool, used Arnold Toynbee rsquo s cyclical approach that begins with birth, growth, and collapse. This approach is combined with the concept of Tourism Area Life Cycle TALC from Richard W. Butler, primarily used to analyze the development of tourist attractions in the Dutch East Indies. There are seven stages proposed by Butler. The first stage is exploration, then involvement. The next stage is development, then consolidation. After consolidation stage is stagnation. In the post stagnation stage there are two scenarios namely decline and rejuvenation. Another approach is the voluntary association and agency concept to analyze the process of establishing various organizations clubs relating to tourism activities.The results show that the embryo of tourism activities in the Indies emerged at the end of the 19th century. The emergence was characterized by voluntary organizational activities in several major cities of the Indies that referred to the organization of the motherland the Netherlands and the ideas of some individuals who worked as priest, journalist, hospitality practitioner, government officials. The organized tourism activities in the Indies are characterized by the establishment of the Vereniging Toeristenverkeer tourism association in Batavia on 13 April 1908. This organization refers to Kihinkai Welcome Society, a tourism association established in 1893 in Japan. The reasons for Dutch East Indies rsquo government involvement in tourism activities were largely economic.The period 1891 1908 was the period of birth of the organized tourism activities in the Indies. From the development of tourist attraction, this period is in the stage of exploration. Tourist attractions who visited are located in Java, some areas of Sumatra. The period 1908 1941 is the growth period of tourism activities. Various promotional strategies are designed and performed. In this period, viewed from the development of tourist attractions get into the stage of involvement and simultaneously development. Tourist attractions in this period addition to Java, Sumatra, the Lesser Sunda Islands Bali, Lombok, are the Maluku Islands, some areas of Sulawesi. However, in 1942 tourism activities in the Indies collapsed due to the entry of the Japanese occupation government. Therefore the stages consolidation and stagnation were not experienced by the Dutch East Indies."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2351
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>