Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Haryani
"Haryani, Anita. Ketergantungan Wanita Cina di Dalam Keluarga Cina Tradisional. Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Jurusan Asia Timur Studi Cina Universitas Indonesia, 1993. Selama hidupnya, seorang wanita dalam keluarga Cina tradisional mengalami tiga fase ketergantungan. Pertama, sebelum menikah, ia bergantung pada ayahnya. Kedua, setelah menikah ia bergantung pada suaminya. Ketiga, setelah suaminya meninggal, ia bergantung pada anak laki-lakinya. Setiap fase ketergantungan tersebut secara garis besar dapat dibagi dalam dua bentuk ketergantungan. Yang pertama adalah ketergantungan ekonomi dan yang kedua adalah ketergantungan status. Ketergantungan ekonomi banyak dipengaruhi oleh keadaan masyarakat Cina pada waktu itu seperti bentuk masyarakatnya yang agraris, norma-norma yang menyebabkan wanita tidak leluasa bergerak dalam kehidupan sosialnya. Jenis ketergantungan ekonomi ini hampir sama dalam ketiga fase ketergantungan. Usaha-usaha wanita untuk melepaskan diri dari ketergantungan itu ada yang positif seperti menjadi biksu atau pendeta Tao (abad 19 dan 20), tetapi ada juga yang negatif seperti menjadi pelacur"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela
"Film Raise the Red Lantern merupakan film yang mengisahkan Songlian, seorang gadis berusia 19 tahun yang terpaksa putus sekolah dan menikah karena usaha keluarganya bangkrut. Setelah menikah dengan kepala keluarga Chen dan menjadi istri keempat, kehidupan Songlian dalam keluarga barunya dipenuhi intrik-intrik keluarga yang tidak berujung. Film ini diakhiri dengan narasi meninggalnya istri ketiga yang menyebabkan Songlian menjadi gila dan masuknya istri kelima ke dalam kediaman keluarga Chen. Makalah ini membahas kehidupan wanita tradisional Cina secara umum yang dikisahkan dalam film ini.

Raise the Red Lantern is a film that tells the story of Songlian, a 19 years old woman who is forced to drop out of school and married off because her family business has gone bankrupt. After married to master Chen and becomes the fourth concubine, Songlian’s life in her new family is full of the unending family intrigues. The film is ended by the death of the third concubine, which drive Songlian to insanity and the entrance of the fifth concubine to Chen’s family house. This paper discusses traditional Chinese women’s lives in general, as it is potrayed in the film.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Yasmin
"Makanan mempunyai peran penting dalam kebudayaan Cina terutama dalam segi sosial dan religi dari Jaman dulu sampai sekarang. Dalam kehidupan sosial orang Cina, yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan religi, makanan Cina berfungsi untuk menjaga hubungan baik orang Cina dengan kerabatnya, sanak-saudaranya dan anggota masyarakat lainnya. Hal itu dapat dilihat pada upacara perkawinan, kelahiran dan jamuan makan yang diselenggarakan formal maupun informal. Dalam kehidupan religi, makanan mempunyai fungsi untuk menjaga hubungan baik orang Cina dengan arwah nenek moyang dan dewa-dewa. Hal tersebut tercermin dalam upacara kematian dan upacara pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa. Metode penelitian yang dipakai adalah metode peneli_tian kepustakaan dan wawancara langsung. Melalui peneli_tian-penelitian tersebut dapat dilihat bahwa walaupun orang-orang Cina di Jakarta pada masa kini sedikit banyak masih menganggap makanan Cina memegang-peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam upacara tradiaional Cina. tetapi terdapat beberapa perbedaan dengan apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh: (1) kemajuan zaman; (2) Pengaruh kebudayaan setempat; (3) Agama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Christine Tala
"Sebenarnya Jia yang diterbitkan pada tahun 1931, merupakan bagian pertama dari suatu trilogi yang berjdudul Ji liu, yang dapat diartikan sebagai arus bergolak. Kedua bagian yang lain adalah Chun yang berarti musim semi, dan Qiu yang artinya musim gugur. Kedua buku mini masing-masing diterbitkan pada tahun 1938 dan tahun 1940. Meskipun merupakan suatu trilogi namun ketiga novel ini dapat dibicarakan terpisah, karena pada dasarnya ketiga novel ini membicarkan masalah yang sama yaitu, tentang tradisi yang masih dipertahankan dan dipersoalkan yang timbul."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S12846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indrawati Tanoto
"Topik skripsi ini mengenai pengobatan tradisional Cina yang berkembang di Jakarta. Pengobatan tradisional terus mengalami perkembangan dan mordenisasi namun tetap masih tergolong tradisional. Di era globalisasi yang serba modern ini, semua orang ingin praktis, begitu juga dalam bidang kesehatan . Jika seseorang sakit, dia ingin secepatnya sembuh. Untuk ini sudah banyak yang melirik pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional Cina di Indonesia, khususnya di Jakarta, tidak semata-mata bertahan karena perkembangan pengobatan itu sendiri yang semakin ilmiah, tetapi juga karena semakin banyaknya masyarakat yang mempercayai seni pengobatan yang satu ini. Elain itu masih ada factor-faktor lain yang ikut menunjang. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Dewi Setyorini
"Keberadaan wanita dalam dunia perdagangan bukanlah hal baru. Keterlibatan mereka dalam dunia perdagangan telah ada sejak terbentuknya sistem ekonomi pasar. Hal ini dapat dilihat di pasar-pasar tradisional. Namun keberadaan mereka masihlah belum banyak disentuh. Peran rnereka yang sangat penting justru terabaikan. Penelitian ini berusaha melihat sisi lain dari keberadaan wanita terutama dalam kaitannya dengan aktivitas mereka dalam dunia perdagangan. Motivasi berprestasi dianggap sebagai salah satu variabel yang dipandang penting dimiliki bagi siapapun yang hendak terjun dalam dunia usaha. Konsep motivasi berprestasi ini dipergunakan berdasar atas kajian McClelland (1987) yang cukup mendalam dalam hal motivasi manusia. Variabel-variabel yang dipandang berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi yaitu sikap terhadap peran tradisional-non tradisional wanita dan focus of
control dipergunakan untk melihat sejauh mana variabel ini rnampu memprediksi
pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi.
Penelitian dilakukan di Pasar Klewer pada wanita pedagang batik etnis Jawa, Cina, dan Arab. Sebanyak 108 responden disertakan dalam penelitian dengan jumlah masing-masing etnis sebanyak 36 orang. Motivasi berprestasi dilihat dengan menggunakan kuesioner motivasi berprestasi yang disusun berdasar teori motivasi berprestasi. Sikap terhadap peran tradisional-non tradisional wanita dilihat dengan menggunakan axfimde foward women scale yang disusun oleh Spence dan Helmreich (1977); sedangkan locus of control diungkap dengan menggunakan skala IPC dari Levenson. Hasil menunjukkan adanya pengamh yang sangat signifikan dari ketiga variabel terhadap motivasi berprestasi (R= 0,435; p=0,000). Dari ketiga varibel tersebut, variabel LOC eksternal memberikan sumbangan sebesar 15,'7%.
Uji multiple regression pada masing-masing etnis ditemukan:
pada wanita pedagang batik etnis Jawa ditemukan pengaruh yang signifikan dari Sikap terhadap peran tradisional-non tradisional wanita, LOC eksternal, dan LOC internal terhadap motivasi berprestasi (R= 0,523; p<0,05). Dari ketiga variabel tersebut, LOC eksternal mernberikan surnbangan yang cukup besar terhadap motivasi berprestasi wanita pedagang batik etnis Jawa.
pada wanita pedagang batik etnis Cina justru tidak ditemukan pengaruh yang signikan dari sikap terhadap peran tradisional-non Uadisional wanita., LOC eksternal, LOC internal terhadap motivasi berprestasi (R= 0,398; p>0,05).
pada wanita pedagang batik etnis Arab ditemukan pengaruh yang signifkan dari sikap terhadap peran tradisional-non tradisional wanita, LOC eksternal, LOC internal terhadap motivasi berprestasi (R= O,435; p < 0,05). Penelitian ini membuktikan bahwa variabel LOC internal memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap motivasi berprestasi.
Hasil analisis perbedaan ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal motivasi berprestasi antara ketiga etnis, wanita pedagang batik etnis Cina memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi diantara kedua etnis, wanita pedagang batik etnis Jawa memiliki motivasi berprestsi yang lebih tinggi dibanding wanita pedagang batik etnis Arab. Demikian juga dalam hal LOC eksternal ditemukan perbedaan yang Signifikan antara ketiga etnis. Wanita pedagang batik etnis Cina memiliki LOC eksternal yang lebih tinggi dibanding etnis Jawa dan Cina. Hasil ini sangat menarik untuk menjadi diskusi lebih lanjut.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan diskusi yang menarik mengingat temuan-temuan baru yang berbeda dari teori yang ada. Dari penelitin ini nampaknya keberadaan wanita tidak bisa dilepaskan dari lingkungan dimana ia berada. Meskipun dalam diri seorang wanita ada keyakinan bahwa ia mampu berhasil atau mencapai prestasi yang baik, namun terkadang faktor di luar dirinya merniliki peran yang lebih besar untuk berprestasi. Faktor luar dalam hal ini dapat saja keluarganya termasuk suami maupun anak-anaknya, keluarganya, atau keyakinannya pada nasib atau kekuatan- kekuatan di luar dirinya."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiana D. Pusponegoro
"Berbeda dengan masyarakat Barat dan masyarakat lain yang menganut sistem monogamy dalam kehidupan perkawinannya, masyarakat Cina tradisional cenderung menganut sistem polyginy,yang memperbolehkan seorang pria untuk menikah dengan lebih dari seorang wanita. Bentuk nyata dari sistem perkawinan ini adalah perseliran atau concubinage. Bagi setiap wanita zaman sekarang, perseliran ini hampir pasti merupakan suatu hal yang menakutkan, yang sedapat mungkin ditolak dan dihindari dalam perjalanan hidupnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S12706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Silvana Fransisca
"Skripsi ini memaparkan tentang pakaian wanita Cina secara umum dan berfokus pada satu pakaian wanita Cina, yakni q¨ªp¨¢o (yang juga dikenal dengan nama cheongsam) secara khusus. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memaparkan fungsi dan makna q¨ªp¨¢o dan apakah q¨ªp¨¢o dapat menunjukka identitas kecinaan seorang wanita Cina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptifanalisis dan studi pustaka dengan penggunaan buku-buku referensi maupun artikel dalam jurnal ilmiah. Berdasarkan metode penelitian yang dipakai serta data-data yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa q¨ªp¨¢o atau cheongsam adalah pakaian yang tercipta pada masa masyarakat Cina tradisional yang berkembang dan masih menunjukkan keberadaannya hingga masa modern. Walaupun dalam perkembangannya q¨ªp¨¢o telah menyerap unsur (mode) Barat, q¨ªp¨¢o tetap mempertahankan unsur khas Cina yang dimilikinya. Sehingga dapat dikatakan, q¨ªp¨¢o adalah satu-satunya pakaian wanita tradisional Cina yang tetap ada hingga saat ini, yang tetap dapat merepresentasikan budaya Cina dan identitas kecinaan.

This thesis analyses Chinese women's dress in general and focuses on one Chinese women's dress, Q¨ªp¨¢o (Æì ÅÛ) (which also known as cheongsam) in particular. The objective of this thesis is to explain the function and meaning of q¨ªp¨¢o and also whether q¨ªp¨¢o can show the Chinese identity of a Chinese woman. The method used in this research is the descriptive-analytical method and literature study using references from books, articles, and scientific journals. Based on the analysis, it can be concluded that q¨ªp¨¢o is the dress that was created in China¡¯s traditional era and still exist in the modern time. Even though in its development q¨ªp¨¢o has absorbed Western fashion, q¨ªp¨¢o still retain its signature Chinese elements. In the end, q¨ªp¨¢o is the only Chinese women¡¯s traditional dress that still exists until now while able to represents the Chinese culture and Chinese women's identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>