Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febry Elsafrino
"Drama Tueur sans gages merupakan salah satu karya besar dari Eugene lonesco. Di dalam drama tiga babak tersebut, lonesco menggambarkan keadaan manusia, melalui tokoh Bcrenger yang tidak dapat menyatu dan beradaptasi dengan lingkungannya, serta kehilangan identitas dirinya. P Penulisan ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Anne Ubersfeld di dalam bukunya yang berjudul Lire le theatre, yaitu teori alur yang menggunakan model aktan, teori latar ruang dan waktu, serta tokoh dan penokohan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S15599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andam Dewi Saptarini
"Skripsi ini berisi penelitian mengenai tokoh mayat dalam drama Amedee ou Comment s'en debarrasser karya Eugene lonesco. Tujuan penelitian adalah untuk memahami hubungan mayat dengan keseluruhan karya serta untuk memahami makna mayat.
Metode yang dipakai adalah metode struktural. Teori yang digunakan untuk menganalis adalah teori tentang tearer yang dijabarkan oleh Anne Ubersfeld yang mencakup teori alur dan skema antar, tokoh, ruang dan waktu, serta teori tentang metafora dari Mariana Tutescu.
Hasil penelitian memperlihatkan hubungan mayat dengan unsur-unsur struktur karya yaitu dengan alur tokoh, ruang dan waktu. Analisis alur dilakukan dengan menyusun skema aktan. Hasil penelitian menunjukkan mayat berperan dalam alur. Keberadaan mayat mencetuskan konflik dan usaha subyek untuk membuangnya menyebabkan gerak alur. Pembahasan tokoh menunjukkan bahwa mayat mempengaruhi kondisi tokoh, tindakan tokoh dan hubungan antar tokoh. Tokoh menjadi terpenjara dalam rumah mereka, tidak bebas, tertekan, ketakutan dan menderita. Hubungan antar tokoh yang telah renggang atau tidak harmonis bertambah buruk dengan kehadiran mayat tersebut.
Dari analisis tokoh juga terlihat bahwa mayat adalah satu_satunya tokoh yang bebas dan menyebabkan tokoh lain tidak bebas. Mayat memenuhi ruang tempat tinggal tokoh. Dia mendesak tokoh. Selain mempengaruhi ruang fisik, kehadiran mayat juga mempengaruhi la vie interieure kedua tokoh yang lain. Ruang dalam drama ACS memiliki 3 fungsi yaitu fungsional, referensial dan simbolis.
Ruang yang tertutup rapat melambangkan manusia yang terasing dari sekelilingnya. Oposisi-oposisi ruang (ruang tertutup dan ruang terbuka, ruang penuh dan ruang kosong) mematerialisasikan perasaan_-perasaan tokoh-tokohnya yaitu tekanan dan kelegaan. Pertumbuhan mayat seiring dengan berjalannya waktu. Kehadiran mayat juga mempengaruhi waktu subyektif kedua tokoh yang lain.
Analisis mengenai makna mayat melalui kajian tema-tema memperlihatkan bahwa mayat dalam drama ini melambangkan kematian cinta kedua pasangan tersebut. Atau dengan kata lain, mayat itu metafora dari kematian cinta. Selain simbol dari kematian, mayat dalam ACS merupakan simbol dari kebebasan. Pemahaman makna mayat akan memperjelas pemahaman drama ini karena mayat menjadi kunci dalam drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafrullah Khan
"Eugene Ionesco adalah salah seorang penulis drama Prancis kontemporer yang karya-karyanya dianggap absurd. Pada mulanya karya-karya Ionesco banyak mendapat kritik dari peminat seni drama karena dianggap menyimpang dari konvensi-konvensi penulisan drama. Ionesco sendiri tidak membantah hal tersebut. Bahkan dalam bukunya yang berju_dul Notes et Contre-Notes,Ionesco menjelaskan konsepnya tentang drama atau teater. Ia memberikan sebutan untuk konsepnya itu dengan istilah-istilah seperti anti-theatre (anti-teater), anti-piece (anti-lakon), theatre abstrait (teater abstrak), drame pur (drame murni) dan beberapa istilah lainnya yang pada dasarnya menunjuk pada konsep pembebasan drama atau teater dari tradisi-tradisi penulis_an yang telah berkembang sebelumnya. Bagi Ionesco, karya drama atau teater merupakan suatu kreasi atau ciptaan yang bersifat orisinil dan otonorn yang memiliki logika, bentuk dan koherensinya sendiri (Ionesco;1962:211-255). Walaupun banyak yang mengritik penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Ionesco dalam menciptakan karya-karyanya, tetapi justru penyimpangan itulah yang menyebabkan karya-karya Ionesco sering dibicarakan dan akhirnya mendapat tempat tersendiri dalam bidang seni drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Adreati Rai
"Lahirnya suatu jenis drama baru didasari atas konvensi mengenai aturan-aturan tertentu dalam drama, yang kemudian sering dirumuskan oleh ahli-ahli sastra. Misalnya pada pertengahan abad ke 17, Boileau beserta beberapa penulis telah merumuskan doktrin mengenai Trois Unites (tiga kesatuan) dalam drama klasik, yaitu: 1'unit d'action (kesatuan alur), 1'unite de lieu (kesatuan ruang) dan 1'unite de temps (kesatuan waktu). (Lagarde et Richard, XVIIe Siecle, 1970). Pengarang-pengarang seperti Racine dan Corneille terkenal setia mentaati konvensi klasik tersebut di atas dalam penulisan drama mereka.
Sampai akhir abad ke 20 ini, beberapa jenis drama te_lah lahir, antara lain: drama Baroque, drama romantik, Nouveau Theatre yang sering juga disebut drama avant-garde atau drama absurd. Janis drama absurd ini telah dirumuskan oleh beberapa ahli sastra, antara lain oleh Genevieve Ser_reau. Dalam bukunya Histoire du Nouveau Theatre, is me_nyatakan bahwa yang.termasuk ke dalam jenis nouveau theatre adalah drama yang umumnya mempunyai tema kondisi manusia yang tak terpahami dan ditulis dengan struktur dan gaya penulisan yang diperbaharui. (G. Serreau, 1966: 25-28).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Santoso
"Nama Ionesco sudah tidak asing agi dalam dunia teater. Kita tidak dapat memisahkan namanya dari teater kontemporer. Karya-karyanya sudah banyak dipentaskan di berbagai belahan dunia, juga di Indonesia. Goenawan Mohamad, pengamat teater Indonesia mutahir, setelah melihat banyaknya karya-karya Ionesco yang pernah dipentaskan di negri ini, tidak mengingkari adanya pengaruh Ionesco dalam pertumbuhan teater Indonesia: Tak terlampau mengherankan apabila pengaruh tokoh teater absurd yang paling banyak bicara ini punya jejaknya dalam teater kita (Goenawan M; l98O:103). Di negrinya sendiri, pada awal pemunculannya, Ionesco banyak mendapat serangan dari para kritikus sastra, karena karya-karyanya yang dianggap mengesampingkan konvensi drama pada jamannya. Ionesco sendiri menyebut lakon-lakonnya dengan anti-theatre, yaitu sebagai semacam kritik untuk lakon-lakon konvensional yang tidak pernah disu_kainya. Dalam lakon La Cantatrice Chauve (1950) misalnya, banyak hal aneh yang dapat di jumpai. Terlihat bahwa antara peristiwa satu dan lainnya tidak berkai tan, dan seakan-akan tidak berujung pangkal. Keterangan waktu dikacau-balaukan (bunyi dentang jam tujuh belas kali). Tokoh-tokohnya juga nampak aneh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ionesco, Eugene
Paris : Galimmard, 1954
PER 842.91 ION t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurindah I.F. Sophiaan Hadianto
"ABSTRAK
Setelah dua unsur dalam teks dibahas, yaitu unsur alur dan tokoh, kita dapat melihat perkembangan sikap tokoh Gaston dan tokoh-tokoh lain yang ingin memiliki Gaston. Tokoh Jacques mempunyai peranan yang penting dalam diri Gaston, karena ia mempunyai Gaston dalam pembentujkan identitasnya

"
1985
S14472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Monty Arief
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian mengenai sejauh mana faktor uang berperan dalam mempengaruhi hubungan yang terjalin di antara tokoh-tokoh pada drama The Merchant of Venice karya William Shakespeare. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menunjukkan bagaimana suatu hubungan antar tokoh-tokoh dalam drama The Merchant of Venice dibangun, dan sejauh mana faktor uang mempengaruhi hubungan-hubungan tersebut.
Untuk dapat menganalisis hubungan yang terjalin di antara tokoh-tokoh drama tersebut maka digunakan teori Pertukaran Sosial, sehingga dapat diketahui alasan yang mendasari mengapa seorang tokoh bersedia melakukan hubungan dengan tokoh lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa faktor uang, yang merupakan faktor ekstrinsik, adalah motif utama yang diinginkan oleh hampir semua tokoh utama dalam drama ini. Mereka sering kali mempertimbangkan untung-ruginya berhubungan dengan tokoh lain dengan faktor uang sebagai salah satu pertimbangan utama. Meskipun demikian, faktor uang bukan merupakan satu-satunya faktor yang melandasi hubungan tersebut. Faktor lain adalah motif untuk memperoleh ganjaran intrinsik yang berbentuk cinta, kasih sayang, dan kehormatan. Akan tetapi, bila diteliti lebih lanjut, motif ini ternyata juga banyak dipengaruhi oleh faktor uang.
Melalui drama The Merchant of Venice ini terlihat bahwa Shakespeare berusaha menunjukkan bahwa suatu hubungan antar manusia yang dipengaruhi oleh faktor uang merupakan suatu hal yang manusiawi dan wajar dilakukan oleh setiap manusia. Tetapi, walaupun kita tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh uang, ternyata uang bukanlah segalanya. Hal ini dikarenakan pengaruh uang yang sangat besar tersebut dapat berupapengaruh buruk, yang terlihat pada tokoh Shylock, dan pengaruh baik seperti yang terdapat dalam diri para pedagang Venesia. Pesan yang ingin disampaikan Shakespeare melalui drama ini adalah bahwa uang dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap kehidupan manusia; tetapi pengaruh buruk tersebut dapat dihilangkan bila manusia memegang teguh suatu prinsip, yaitu rasa kesetiakawanan terhadap sesama manusia yang harus ditanamkan dalam diri setiap insan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Hudayani
"Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk-bentuk kalimat yang dipilih oleh anggota keluarga pada saat mereka menyatakan ketidaksetujuan. Permasalahan kedua adalah sejauh mana pilihan bentuk-bentuk kalimat tersebut dipengaruhi oleh peran (dalam hal ini sebagai orang tua (ayah-ibu), suami-istri, dan antara saudara kandung), latar pembicaraan (terjadi di hadapan orang banyak atau tidak di hadapan orang banyak) dan topik. pembicaraan. Korpus data untuk skripsi ini diperoleh dari drama Ah, Wilderness, karya Eugene O'Neill.
Penulis berhasil mengumpulkan 64 data yang berisikan pernyataan tidak setuju yang dilontarkan oleh anggota keluarga. Data tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan hubungan peran antara penyerta komunikasi, yaitu antara orang tua dengan anak, anak dengan orang tua, suami dengan istri (atau sebaliknya), dan antara kakak dengan adik atau sebaliknya.Untuk menganalisis korpus data penulis menggunakan pembagian kalimat yang dilakukan oleh Quirk, dkk (1985), yaitu kalimat interogatif, deklaratif, imperatif, dan eksklamatif. Kalimat-kalimat tersebut dihubungkan dengan fungsi ujaran, yaitu: pernyataan, pertanyaan, direktif, dan eksklamasi Selain itu, penulis juga membahas konsep kekuasaan power) dan solidaritas solidarity) yang disampaikan oleh Brown dan Gilman (1950). Model analisis yang digunakan adalah model analisis interaksi yang disarankan oleh Reisner (1983). Model ini digunakan untuk menganalisis pernyataan tidak setuju dalam satu peristiwa tutur percakapan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Priyanti
"Perubahan tradisi sangat berpengaruh dalam menentukan tingkah laku seseorang dalam suatu masyarakat. Drama Gyges und sein Ring karya F. Hebbel merupakan drama yang mencerminkan akibat buruknya dari suatu perubahan tradisi yang dilakukan secara tiba-tiba oleh seorang individu. Masyarakat tidak siap menerima perubahan tersebut dan akhirnya perubahan tersebut hanya membawa malapetaka. Perubahan tradisi dapat dilakukan jika masyarakat memang membutuhkannya. Dalam hal ini harus dibentuk suatu kesepakatan di antara masyarakat sehingga tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Seorang individu tidak dapat memaksakan keinginannya terhadap masyarakat. Ia harus menilai apa yang baik dan apa yang buruk bagi masyarakat. F. Hebbel melalui drama Gyges und sein Ring ingin menyampaikan bahwa seseorang harus hati-hati dalam bertindak dan harus memperhatikan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Dalam hal ini sangat diperlukan suatu kontrol diri dalam diri seorang individu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>