Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Adreati Rai
"Lahirnya suatu jenis drama baru didasari atas konvensi mengenai aturan-aturan tertentu dalam drama, yang kemudian sering dirumuskan oleh ahli-ahli sastra. Misalnya pada pertengahan abad ke 17, Boileau beserta beberapa penulis telah merumuskan doktrin mengenai Trois Unites (tiga kesatuan) dalam drama klasik, yaitu: 1'unit d'action (kesatuan alur), 1'unite de lieu (kesatuan ruang) dan 1'unite de temps (kesatuan waktu). (Lagarde et Richard, XVIIe Siecle, 1970). Pengarang-pengarang seperti Racine dan Corneille terkenal setia mentaati konvensi klasik tersebut di atas dalam penulisan drama mereka.
Sampai akhir abad ke 20 ini, beberapa jenis drama te_lah lahir, antara lain: drama Baroque, drama romantik, Nouveau Theatre yang sering juga disebut drama avant-garde atau drama absurd. Janis drama absurd ini telah dirumuskan oleh beberapa ahli sastra, antara lain oleh Genevieve Ser_reau. Dalam bukunya Histoire du Nouveau Theatre, is me_nyatakan bahwa yang.termasuk ke dalam jenis nouveau theatre adalah drama yang umumnya mempunyai tema kondisi manusia yang tak terpahami dan ditulis dengan struktur dan gaya penulisan yang diperbaharui. (G. Serreau, 1966: 25-28).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Elsafrino
"Drama Tueur sans gages merupakan salah satu karya besar dari Eugene lonesco. Di dalam drama tiga babak tersebut, lonesco menggambarkan keadaan manusia, melalui tokoh Bcrenger yang tidak dapat menyatu dan beradaptasi dengan lingkungannya, serta kehilangan identitas dirinya. P Penulisan ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Anne Ubersfeld di dalam bukunya yang berjudul Lire le theatre, yaitu teori alur yang menggunakan model aktan, teori latar ruang dan waktu, serta tokoh dan penokohan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S15599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andam Dewi Saptarini
"Skripsi ini berisi penelitian mengenai tokoh mayat dalam drama Amedee ou Comment s'en debarrasser karya Eugene lonesco. Tujuan penelitian adalah untuk memahami hubungan mayat dengan keseluruhan karya serta untuk memahami makna mayat.
Metode yang dipakai adalah metode struktural. Teori yang digunakan untuk menganalis adalah teori tentang tearer yang dijabarkan oleh Anne Ubersfeld yang mencakup teori alur dan skema antar, tokoh, ruang dan waktu, serta teori tentang metafora dari Mariana Tutescu.
Hasil penelitian memperlihatkan hubungan mayat dengan unsur-unsur struktur karya yaitu dengan alur tokoh, ruang dan waktu. Analisis alur dilakukan dengan menyusun skema aktan. Hasil penelitian menunjukkan mayat berperan dalam alur. Keberadaan mayat mencetuskan konflik dan usaha subyek untuk membuangnya menyebabkan gerak alur. Pembahasan tokoh menunjukkan bahwa mayat mempengaruhi kondisi tokoh, tindakan tokoh dan hubungan antar tokoh. Tokoh menjadi terpenjara dalam rumah mereka, tidak bebas, tertekan, ketakutan dan menderita. Hubungan antar tokoh yang telah renggang atau tidak harmonis bertambah buruk dengan kehadiran mayat tersebut.
Dari analisis tokoh juga terlihat bahwa mayat adalah satu_satunya tokoh yang bebas dan menyebabkan tokoh lain tidak bebas. Mayat memenuhi ruang tempat tinggal tokoh. Dia mendesak tokoh. Selain mempengaruhi ruang fisik, kehadiran mayat juga mempengaruhi la vie interieure kedua tokoh yang lain. Ruang dalam drama ACS memiliki 3 fungsi yaitu fungsional, referensial dan simbolis.
Ruang yang tertutup rapat melambangkan manusia yang terasing dari sekelilingnya. Oposisi-oposisi ruang (ruang tertutup dan ruang terbuka, ruang penuh dan ruang kosong) mematerialisasikan perasaan_-perasaan tokoh-tokohnya yaitu tekanan dan kelegaan. Pertumbuhan mayat seiring dengan berjalannya waktu. Kehadiran mayat juga mempengaruhi waktu subyektif kedua tokoh yang lain.
Analisis mengenai makna mayat melalui kajian tema-tema memperlihatkan bahwa mayat dalam drama ini melambangkan kematian cinta kedua pasangan tersebut. Atau dengan kata lain, mayat itu metafora dari kematian cinta. Selain simbol dari kematian, mayat dalam ACS merupakan simbol dari kebebasan. Pemahaman makna mayat akan memperjelas pemahaman drama ini karena mayat menjadi kunci dalam drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafrullah Khan
"Eugene Ionesco adalah salah seorang penulis drama Prancis kontemporer yang karya-karyanya dianggap absurd. Pada mulanya karya-karya Ionesco banyak mendapat kritik dari peminat seni drama karena dianggap menyimpang dari konvensi-konvensi penulisan drama. Ionesco sendiri tidak membantah hal tersebut. Bahkan dalam bukunya yang berju_dul Notes et Contre-Notes,Ionesco menjelaskan konsepnya tentang drama atau teater. Ia memberikan sebutan untuk konsepnya itu dengan istilah-istilah seperti anti-theatre (anti-teater), anti-piece (anti-lakon), theatre abstrait (teater abstrak), drame pur (drame murni) dan beberapa istilah lainnya yang pada dasarnya menunjuk pada konsep pembebasan drama atau teater dari tradisi-tradisi penulis_an yang telah berkembang sebelumnya. Bagi Ionesco, karya drama atau teater merupakan suatu kreasi atau ciptaan yang bersifat orisinil dan otonorn yang memiliki logika, bentuk dan koherensinya sendiri (Ionesco;1962:211-255). Walaupun banyak yang mengritik penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Ionesco dalam menciptakan karya-karyanya, tetapi justru penyimpangan itulah yang menyebabkan karya-karya Ionesco sering dibicarakan dan akhirnya mendapat tempat tersendiri dalam bidang seni drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talha Bachmid
"Pada umumnya, situasi sosial-politik-budaya yang melatarbelakangi timbulnya keresahan, mendorong para penulis untuk memberontak terhadap kaidah-kaidah sastra sebagai cermin kemapanan, demi mengungkapkan protes terhadap realita hidupyang dihadapi maupun terhadap kaidah sastra itu sendiri. Protes dilancarkan melalui cara tertentu, dan salah satunya melalui sikap mengejek atau menertawakan. Semangat mengejek itu disebut semangat derision.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua lakon, kapai-kapai karya Arifin dan Badak-badak karya Ionesco, menunjukan penyimpangan terhadap konvensi penulisan lakon, dan ditulis dalam semangat derision. Pembahasan situasi sosial-budaya di masing-masing negara menunjukan titik kesamaan. Semangat yang sama dilatarbelakangi oleh pergantian rezim politik yang membawa perubahan dalam kehidupan sastra dan seni. Selain itu akibat pergantian situasi adalah timbulnya kebutuhan mendesak dari pihak perngarang untuk mengungkapkan semacam proses terhadap kehidupan pada umumnya, dan kehidupan seni dan sastra pada khususnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D56
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Hudayani
"Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk-bentuk kalimat yang dipilih oleh anggota keluarga pada saat mereka menyatakan ketidaksetujuan. Permasalahan kedua adalah sejauh mana pilihan bentuk-bentuk kalimat tersebut dipengaruhi oleh peran (dalam hal ini sebagai orang tua (ayah-ibu), suami-istri, dan antara saudara kandung), latar pembicaraan (terjadi di hadapan orang banyak atau tidak di hadapan orang banyak) dan topik. pembicaraan. Korpus data untuk skripsi ini diperoleh dari drama Ah, Wilderness, karya Eugene O'Neill.
Penulis berhasil mengumpulkan 64 data yang berisikan pernyataan tidak setuju yang dilontarkan oleh anggota keluarga. Data tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan hubungan peran antara penyerta komunikasi, yaitu antara orang tua dengan anak, anak dengan orang tua, suami dengan istri (atau sebaliknya), dan antara kakak dengan adik atau sebaliknya.Untuk menganalisis korpus data penulis menggunakan pembagian kalimat yang dilakukan oleh Quirk, dkk (1985), yaitu kalimat interogatif, deklaratif, imperatif, dan eksklamatif. Kalimat-kalimat tersebut dihubungkan dengan fungsi ujaran, yaitu: pernyataan, pertanyaan, direktif, dan eksklamasi Selain itu, penulis juga membahas konsep kekuasaan power) dan solidaritas solidarity) yang disampaikan oleh Brown dan Gilman (1950). Model analisis yang digunakan adalah model analisis interaksi yang disarankan oleh Reisner (1983). Model ini digunakan untuk menganalisis pernyataan tidak setuju dalam satu peristiwa tutur percakapan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ionesco, Eugene
Paris : Galimmard, 1954
PER 842.91 ION t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haidar Muhammad Azhar
"Sastra Prancis pada abad ke-19 ditandai oleh kemunculan beberapa aliran besar dalam berbagai ilmu pengetahuan, yaitu Romantisisme, Positivisme, Realisme, Idealisme, Naturalisme dan Simbolisme, dan masing-masing aliran-aliran tersebut melahirkan banyak sastrawan dan pemikir-pemikir besar yang namanya dikenal sampai sekarang. Salah satu dari sastrawan tersebut adalah Alfred Jarry, dengan dramanya yang kontroversial, Ubu Roi. Melalui drama ini, Jarry menjungkirbalikkan aturan-aturan dan norma-norma yang dianggap lazim pada masa itu, serta melayangkan kritik dan sindiran terhadap kaum borjuis melalui berbagai simbol dalam drama Ubu Roi, terutama dalam tokoh utama dari drama tersebut, Père Ubu. Artikel ini bertujuan untuk melakukan penelitian terhadap drama Ubu Roi karya Alfred Jarry, dan unsur-unsur satire yang terdapat dalam drama ini yang digunakan oleh Jarry sebagai kritik terhadap kaum borjuis. Drama ini bercerita tentang Père Ubu, yang bersama istrinya Mère Ubu, berencana untuk merebut takhta kerajaan Polandia dan membunuh semua anggota kerajaan. Artikel ini akan menggunakan metode kualitatif, bersamaan dengan teori semiotika Roland Barthes, dan skema aktan yang dikembangkan oleh A.J. Greimas untuk menganalisis struktur naratif. Struktur naratif menunjukkan bahwa cerita digerakkan oleh ketamakan Père Ubu dan obsesinya terhadap harta dan tahta. Analisis menunjukkan bahwa terdapat berbagai simbol dalam tokoh Père Ubu, dan hasil analisis menunjukkan bahwa simbol-simbol tersebut merupakan kritik dari Jarry terhadap kaum borjuis yang memiliki sifat tamak dan tidak peduli terhadap rakyat jelata.

French literature in the 19th century was marked by the emergences of numerous genres in various sciences, which are Romanticism, Positivism, Realism, Idealism, Naturalism and Symbolism, and each one of these genres gave birth to many great writers and thinkers whose names are still recognized even now. One of such writers was Alfred Jarry, with his controversial play, Ubu Roi. Through this play, Jarry overturned the rules and norms that were prevalent in that period, and flung numerous critiques and satires directed at the bourgeoise through various symbols in the drama Ubu Roi, particularly in the play’s protagonist, Père Ubu. This article aims to do a research on the play Ubu Roi by Alfred Jarry, and the satirical elements contained within this play used by Jarry as critiques on the bourgeoise. This play tells the story of Père Ubu, who, with his wife Mère Ubu, plots to usurp the throne of Poland and assassinate the royal family. This article will be using the qualitative method, with Roland Barthes’ theory on semiotics, and the actantial model developed by A.J. Greimas to analyze the narrative structure. The narrative structure shows that the story is moved by Père Ubu’s greed and his obsession of power and riches. The analysis shows that various symbols can be found within the character Père Ubu, and the analysis results shows that the aforementioned symbols are a form of critique from Jarry towards the bourgeoise who were greedy and have an uncaring attitude towards the common people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tenny Sulystyorini
"Tujuan penelitian ini adalah memperlihatkan bagaimana sifat-sifat misantrop ditampilkan melalui tokoh Alceste dan memperlihatkan konflik yang terjadi antara tokoh ALceste dengan tokoh-tokoh lainnya karena sifat misantrop tokoh Alceste.
Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan struktural dan teori yang dipakai adalah teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Analisis unsur-unsur sintagmatik yaitu pengaluran dan alur dilakukan dengan menyusun urutan satuan isi cerita lebih dahulu. Kemudian dilakukan pengelompokan satuan isi cerita berdasarkan tokoh-tokoh yang hadir dalam cerita. Hasil pengelompokan satuan isi cerita tersebut mengungkapkan bahwa tokoh Alceste adalah tokoh utama cerita yang mempunyai sifat misantrop. Peristiwa-peristiwa yang ada menampilkan sifat-sifat misantrop yang dimiliki oleh tokoh Alceste. Karena sifat misantropnya itu pulalah ia tidak pernah berhasil menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Bahkan hubungan cinta yang dijalin Alceste dengan Ce1imene pun menemui kegagalan. Ia juga terlibat konflik dengan tokoh-tokoh lainnya karena sifat mi antrop tersebut. Sete_lah itu disusun fungsi-fungsi utama beserta bagan untuk menemukan logika cerita. Hasil analisis alur memperlihatkan bahwa cerita selain digerakkan oleh rasa benci Alceste pada manusia dan keengganannya untuk bergaul, cerita juga dige_rakkan oleh rasa cinta Alceste yang dalam pada Celimbne.
Analisis unsur-unsur paradigmatik dilakukan terhadap tokoh. Hasil analisis tokoh mengungkapkan bahwa sifat tokoh Alceste yang tertutup, tidak mau membuka diri, enggan ber_gaul, membenci sesamanya, suka berterus terang dan suka mengumpat menimbulkan konflik dengan tokoh-tokoh lainnya sehingga tokoh Alceste tidak dapat menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Sedangkan kehadiran dan tindakan tokoh-tokoh lain dalam drama ini semakin memperkuat tokoh Alceste untuk bersikap misantrop."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Sekar Nurani
"Artikel ini membahas penerjemahan metafora bahasa Prancis ke bahasa Indonesia dalam drama Le Tartuffe karya Moli re. Data penelitian ini diambil dari 12 metafora bahasa Prancis yang terdapat dalam teks drama tersebut. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan menganalisisnya dengan menggunakan metode kualitatif untuk memeriksa apakah padanannya dalam bahasa Indonesia juga berbentuk metafora atau non metafora.
Landasan teoretis yang digunakan adalah teori pergeseran makna Nida dan Taber 1982 dan teori komponen makna Leech 1974 untuk membandingkan metafora bahasa Prancis dan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat pergeseran makna dalam penerjemahan metafora yang terdapat dalam teks drama Le Tartuffe serta diketahui bahwa unsur metaforis bahasa Prancis terutama yang bersifat kultural dan idiom tidak diterjemahkan dengan unsur metaforis ke dalam bahasa Indonesia.

This paper discusses the translation of French metaphor into Bahasa Indonesia taken from a play called Le Tartuffe by Moli re. The research data are taken form 12 French metaphor from the play script. Through literature study, the data are collected and analyzed using qualitative method to identify whether the Indonesian equivalent of the translated words also come in a form of metaphor or non metaphor.
The theoretical background that is used in this research is the theory of meaning shift by Nida and Taber 1982 and component of meaning by Leech 1974 to compare the French metaphor to its equivalent in Bahasa Indonesia.
The findings reveal that there are meaning shift in the translation of the French metaphor from Le Tartuff's play script and it is later known that some elements of the French metaphor, especially the ones with cultural characteristics and idioms, are not translated using metaphorical elements into Bahasa Indonesia.Keywords translation, metaphor, equivalent, meaning shift."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>